1. Sarcoptes scabiei
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes
scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada malam hari
merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. .Penyakit
scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan
kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah,remaja bahkan orang dewasa.
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei varian hominis.Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida,
ordo Acarina,
Ciri-ciri Sarcoptes scabiei adalah berbentuk hampir bulat dengan 8 kaki pendek, pipih,
berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada
jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis. Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi
oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan
sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada
pasangan kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada
pasangan kaki ke-3.
Siklus Hidup
Sarcoptes scabiei mengalami siklus hidup mulai dari telur, larva, nimfa kemudian menjadi
jantan dewasa dan betina dewasa muda dan matang kelamin (Williams et al, 2000).
Tungau Sarcoptes scabiei setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh
yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau
4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari,
dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
2. Demodex folliculorum
Gambar 3 : Demodex
3. Phthirus pubis
Kutu kemaluan (Pthirus pubis) adalah serangga parasit kecil yang dapat menempati
area berambut di tubuh manusia, umumnya di rambut kemaluan. Parasit ini
hidup dengan cara menghisap darah melalui kulit, dan dapat menimbulkan rasa
gatal pada area yang dijangkitinya.
Selain pada rambut kemaluan, kutu kemaluan juga bisa mendiami bulu ketiak dan
bulu kaki, janggut dan kumis, bulu mata dan alis, serta bulu dada dan punggung.
Dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dari kutu kulit kepala, kutu kemaluan lebih
dapat bertahan pada rambut yang bertekstur kasar dan tebal dibanding pada
rambut kulit kepala yang cenderung lebih halus dan lembut.
4. Pediculus humanus capitis
Pediculus humanus capitis adalah serangga parasit yang habitatnya di kepala manusia
yang hidup dengan cara mengisap darah manusia. Parasit ini bersifat ektoparasit yaitu
parasit yang hidup diluar tubuh hospes. Kutu ini bergerak dengan cara merayap, tidak
bisa loncat atau terbang. Nama lain Pediculus humanus capitis adalah kutu kepala dan
head louse. Kutu ini dapat menyebabkan infeksi pediculosis.
Ciri-ciri Pediculus humanus capitis : Bentuk pipih dorsoventral, berukuran 2 – 3 mm,
berwarna abu-abu Tubuh dibagi menjadi 3 bagian antara lain : chepalus, thorax, dan
abdomen Pada bagian chepalus atau kepala terdapat 1 pasang antena terdiri dari 5 ruas
besar, 1 pasang mata, dan 1 alat tusuk atau proboscis Pada bagian thorax atau dada
ada 3 pasang kaki yang terletak pada prothorax 1 pasang, mesothorax 1 pasang, dan
metathorax 1 pasang, tidak mempunyai sayap, otot thorax tidak kelihatan jelas Pada
bagian abdomen atau perut ada 9 ruas abdomen, terdapat lubang pernapasan atau
spirakel yang terlihat jelas Alat kelamin jantan berbentuk seperti ujung tombak disebut
aedeagus Alat kelamin betina berbentuk seperti huruf V terbalik disebut porus genitalis
atau lubang kelamin
Gambar 5 : Siklus hidup Pediculus humanus capitis
Kutu betina meletakkan telur pada pangkal rambut, telur ini sulit dilihat dan sering dikira
ketombe → telur menetas menjadi nimfa dalam waktu 6 – 9 hari → nimfa menjadi dewasa
setelah melalui 3 stadium dalam waktu 7 hari → kutu dewasa dapat hidup hingga 30 hari,
tanpa mengisap darah kutu akan mati dalam 1 – 2 hari.
Gambar 5 : Pediculus humanus capitis
5. Pulex irritans
Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk yang jinak. Ini telah
ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran, kucing rumah, ayam hitam dan tikus
Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar, dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat
menjadi inang antara untuk cestode, Dipylidium caninum. Pulex irritans adalah pinjal
manusia. Pinjal ini umum terdapat di California dan kadang-kadang terdapat di kandang-
kandang ayam. Pinjal tersebut dapat menyerang banyak hewan lain termasuk babi,
anjing, kucing dan tikus. Pinjal ini membawa tifus endemic.
Pulex irritans yang makan pada inangnya bisa hidup selama 125 hari dan tanpa makan
tetapi tinggal pada lingkungan yang lembab dan dapat hidup selama 513 hari.Morfologi
pulex irritan tidak mempunyai sisir dan garis penebalan pada mesopleuron.puex irritan
jantan lbih klihatan agak kurus ketimbang pulex irritan
6. Phlebotomus
Phlebotomus adalah genus " lalat pasir " dalam keluarga Diptera Psychodidae. Dewasa memiliki
panjang sekitar 1,5-3,0 mm dan berwarna kekuningan, dengan mata hitam yang mencolok, dan
tubuh berbulu, sayap, dan kaki. Sayap lanceolate terbawa tegak di dada berpunuk. Laki-laki
memiliki terminalia genital panjang yang dikenal sebagai clasper. Betina memiliki sepasang dubur
dubur.
Tiga puluh sampai tujuh puluh telur Phlebotomus diletakkan di celah-celah dan lubang di tanah,
di celah-celah di batu dan di antara serasah daun. Telur membutuhkan lingkungan yang lembab
untuk menghindari pengeringan, dan menetas dalam waktu sekitar dua puluh hari. Larva
terutama pemulung , memakan jamur , jamur daun, vegetasi yang membusuk dan detritus . Larva
dikenali dari kepala hitamnya, dua belas bagian tubuh keabu-abuan dan berbulu mencolok, bulu-
bulu bercabang di kepala dan tubuh, dan dua pasang rambut panjang di ujung perut. Larva
melewati empat instar selama tiga sampai empat minggu, sebelum memilih posisi tegak dan
pupasi , dengan kulit larva akhir yang tersisa melekat pada pupa, rambut panjang yang menonjol.
Di daerah beriklim dingin, larva dapat diapause selama musim dingin. Orang dewasa muncul dari
kepompong setelah sekitar satu hingga dua minggu. Seluruh siklus memakan waktu tiga puluh
hingga enam puluh hari kecuali jika larva diapause, ketika itu mungkin memakan waktu empat
atau lima bulan. Koloni laboratorium dari beberapa spesies Phlebotomus telah ditetapkan untuk
studi eksperimental biologi, perilaku, hubungan timbal balik dengan agen penyakit, dan untuk
metode pengujian pengendalian vektor.
Lalat dewasa adalah malam hari, menghabiskan hari berlindung di tempat-tempat gelap yang
lembab seperti pada kulit kayu, di antara dedaunan, di antara serasah daun, di liang hewan, di
gundukan rayap, dan di celah-celah dan celah-celah. Saat malam tiba, mereka muncul untuk
memakan sekresi manis dan getah tanaman. Betina membutuhkan makanan darah sebelum
dapat bereproduksi; beberapa spesies memakan mamalia termasuk manusia, sementara yang
lain juga memakan burung, reptil dan amfibi. Lalat itu adalah selebaran yang lemah dan
membutuhkan penerbangan pendek untuk menemukan korban, mengadopsi gaya penerbangan
"melompat" ketika dekat dengan tuan rumah. Beberapa lalat pasir "exophagic", hidup
sepenuhnya di luar rumah, sementara yang lain "endophagic" dan menyerang rumah-rumah. Di
daerah tropis, orang dewasa dapat berkembang biak sepanjang tahun, tetapi di daerah beriklim
sedang, orang dewasa mati di musim gugur dan orang dewasa baru muncul di musim semi.
Orang dewasa memiliki mulut pendek dan tidak dapat menggigit pakaian.
DAFTAR PUSTAKA
ARLIAN, L .G. and D .L. VYSZENSKI-MOHER . 1988 . Life cycle of Sarcoptes scabiei
var . canis . J . Parasitol . 74(3) : 427-430.
ARLIAN, L.G., M.S. MORGAN and J .J. ARENDS. 1996. Immunologic cross-reactivity
among various starins of Sarcopties scabiei . J . Parasitol . 82 : 66 - 72 . ARLIAN, L.G .,
R.A. RUNYAN and S .A . ESTES . 1984b . Cross infestivity of Sarcoptes scabiei . J . Am.
Ac . Dermatol . 10 : 979 - 986.
BATES, P . 2003 . Sarcoptic mange (Sarcoptes scabiei var. vulpes) in a red fox (Vulpes
vulpes) population in north-west Surrey . Vet. Records . 152 : 112 - 114 . BORNSTEIN,
S ., P . THEBO and G . ZAKRISSON . 1996 . Evaluation of an enzyme-linked
immunosorbent (ELISA) for the serological diagnosis of canine sarcoptic mange . Vet .
Dermatol . 7 : 21 - 27.
BRIMER, L., H. BAK and S .A. HENRIKSEN . 2004 . Rapid quantitative assay for
acaricidal effects on Sarcoptes scabiei var. suis and Otodectes cynotis . Exp . Appl .Acarol
. 33(1 -2): 81 -91.
BUFFET, N . and N . DUPIN. 2003 . Current treatments for scabies. Fundam . Clin .
Pharmacol . 17(2) : 217 - 225. BURKHART, C.G ., C.N. BURKHART and K .M.
BURKHART.