Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
diberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulisan laporan dengan
judul “Sistem Sirkulasi Vertikal dan Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran di Palu
Grand Mall” dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini
sangat kami harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu kami dalam penyusunan laporan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
pengorbanan mereka kepada kami dan melimpah rahmat dan karunia –Nya kepada kita
semua. Amin ya Rabbal Al Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
3

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................


3

1.3 Tujuan ........................................................................................................................


3

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 Sistem Sirkulasi
2.2 Vertikal ...........................................................................................
5

2.3 Sistem Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran .................................


6

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Waktu Pelaksanaan Survey ........................................................................

11

B. Perlengkapan ..............................................................................................

11

C. Hasil Survey ...........................................................................................

11

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN ..................................................................................................................
.
14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


15
LAMPIRAN .......................................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pesatnya perkembangan jaman, pembangunan di berbagai
sektor juga ikut mengalami kemajuan, salah satunya yang banyak kita jumpai
yaitu pembangunan gedung - gedung fasilitas umum. Dengan kebutuhan ruang
yang terus meningkat terutama di pusat kota, dan tanah di bumi ini yang tidak
bertambah, mendorong manusia untuk melakukan pembangunan secara vertikal
yang menghasilkan gedung-gedung bertingkat tinggi
Gedung bertingkat tinggi memerlukan konstruksi yang kokoh dan kuat
untuk keamanan bagi penggunanya. Selain itu, dalam bangunan gedung, juga
diperlukan adanya utilitas bangunan.
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan konstruksi, dan mobilitas dalam bangunan.
Untuk dapat mengetahui secara langsung bagaimana sistem utilitas pada
bangunan tinggi, kami melakukan survey mengenai utilitas bangunan tinggi
tepatnya di Palu Grand Mall. Survey yang kami lakukan yaitu pada sistem
sirkulasi vertikal, dan sistem penanggulangan bahaya kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana Sistem Sirkulasi Vertikal di Palu Grand Mall?

 Bagaimana sistem penanggulangan bahaya kebakaran di Palu Grand Mall?

1.3 Tujuan
 Mengetahui Sistem Sirkulasi Vertikal di Palu Grand Mall?
 Mengetahui sistem penanggulangan bahaya kebakaran di Palu Grand Mall
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Sirkulasi


Sistem sirkulasi vertikal pada bangunan tinggi dapat didefinisikan sebagai jalan
lalu lalang dari jalan masuk di luar bangunan sampai masuk ke dalam bangunan.
Sistem sirkulasi pada bangunan tinggi dapat digolongkan kepada sirkulasi
horizontal dan sirkulasi vertikal.

2.1.1 Sirkulasi Horizontal

Sirkulasi horizontal merupakan jalan lalu lalang antar ruang dalam satu lantai.
Persentasi kemiringan pada jenis sirkulasi ini tidak lebih dari 10 %. Sedangkan alat
transformasi jenis sirkulasi horizontal ini adalah koridor dan konveyor.
1. Koridor.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam merancang sirkulasi horizontal
terutama koridor dan ruang peralihan diantaranya adalah :
 Urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
 Pencapaian yang mudah dan langsung dengan jarak sependek mungkin.
 Memberi gerak yang logis dan pengalaman yang indah bermakna.
 Aman, persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau dihindari sama
sekali
 Cukup terang.

2. Konveyor.
Konveyor merupakan suatu alat angkut untuk orang atau barang dalam
arah yang mendatar/horizontal. Dipasang dalam keadaan datar atau sudut
kemiringan kurang dari 10 derajat. Alat ini digunakan dalam jarak tertentu
(gunanya untuk menghemat tenaga). Alat ini dipasang di bandara, terminal,
pabrik.

2.1.2 Sirkulasi Vertikal


Sirkulasi vertikal adalah moda transportasi yang digunakan untuk mengangkat
sesuatu benda dari bawah ke atas ataupun sebaliknya. Ada berbagai macam tipe
transportasi vertikal, diantaranya lift, travelator, eskalator, dumbwaiter dan tangga
darurat. Masing-masing mempunyai fungsi angkut yang berbeda. Lift sering
dijumpai di gedung perkantoran, travelator lebih banyak dijumpai di bandar udara,
sedangkan eskalator lebih banyak di pusat perbelanjaan atau mall, sedangkan
dumbwaiter banyak digunakan di rumah sakit dan hotel.
1. Lift
Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk
mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung
bertingkat tinggi, biasanyan lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung-gedung
yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift
pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih
penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka.
Jenis penggerak lift telah berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi. Namun demikian pada umumnya jenis penggerak lift dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:
 Lift dengan sistem penggerak hidrolik (hydraulic lift), dimana
elevator/lift diangkat dari bawah seperti menggunakan dongkrak.
Namun sistem ini mulai jarang digunakan dimana tinggi bangunan
sudah semakin tinggi, sehingga perangkat hidrolik yang diperlukan
semakin besar. (lihat gambar 1)
 Lift dengan sistem motor penggerak (traction lift), dimana lift
diangkat/ditarik dari atas dengan menggunakan kabel/tali baja. (lihat
gambar 1)

Gambar 1 Lift Hidrolik (kiri), Lift Traksi (kanan)


Sumber : www.google.com
Jenis lift berdasarkan fungsinya antara lain lift penumpang, lift barang, lift
pasien, dan lift kendaraan.
 Lift penumpang (passenger lift), yaitu lift yang berfungsi khusus hanya
untuk mengangkut penumpang. Jenis lift ini merupakan lift yang paling
banyak digunakan pada bangunan tinggi.

 Lift Gambar 2 lift penumpang Barang, yaitu lift


Sumber : www.google.com
yang berfungsi
untuk mengangkut manusia dan barang-barang dengan ukuran yang
ukurannya tidak kecil.

Gambar 3 lift barang


Sumber : www.google.com

 Lift pasien, yaitu lift yang dirancang untuk dapat mengangkut tempat
tidur pasien rumah sakit.

Gambar 4 lift pasien


Sumber : www.google.com
 Lift kendaraan, yaitu lift yang dirancang khusus untuk dapat
mengangkut kendaraan yang ukurannya disesuaikan dengan jenis
kendaraan yang akan diangkutnya.
2. Travelator
Travelator atau ramp berjalan adalah sebuah mekanisme pengangkut yang
sanggup untuk memindahkan orang pada bidang datar dalam jarak tempuh
yang cukup jauh dengan sudut kemiringan yang kecil. Marga laju dapat
digunakan dengan (diam) berdiri maupun berjalan di atasnya. Marga laju
biasanya dipasang secara berpasangan, masing-masing untuk kedua arah (dari
atas ke bawah dan dan sebaliknya).
Travelator ini dipasang pada posisi mendatar (horizontal) maupun miring
(inclined) dengan kemiringan antara 10º - 20º. Namun membutuhkan luasan
ruang yang lebih besar untuk pemasangannya dan membutuhkan rangka
struktur penopang yang lebih besar. Umumnya digunakan pada bandara dan

Gambar 5 travelator
Sumber : www.google.com

juga dapat ditemukan pada pusat perbelanjaan/mall untuk memudahkan orang


membawa barang-barang mereka menggunakan sebuah troli (kereta dorong).
3. Eskalator
Eskalator adalah transportasi vertikal yang digunakan untuk dapat
mengangkut manusia dalam jumlah banyak secara berkesinambungan dari
lantai bawah ke lantai diatasnya. Kemampuan sekelompok eskalator untuk
mengangkut orang harus cocok dengan waktu tersibuk yang direncanakan.
Eskalator hanya mempunyai dua jenis, jalur tunggal (untuk satu orang
berdiri) dengan lebar 60 cm – 81 cm, dan jalur ganda (untuk dua orang berdiri
bersamaan dalam satu anak tangga) dengan lebar 100 cm – 120 cm.
Kemiringan maksimal adalah 35º, dengan ketinggian maksimum 20 meter.
Eskalator dan travelator digerakkan oleh motor listrik yang berputar secara
tetap dan dilengkapi dengan pegangan tangan yang bergerak sama cepatnya
dengan kecepatan bergeraknya anak tangga/ramp. Kecepatan yang biasa
digunakan adalah antara 0,45 – 0,60 meter/detik, tetapi dengan rancangan
khusus, kecepatan eskalator dapat dipercepat di atas 0,70 meter/detik.

Tata Letak Eskalator

Gambar 6 eskalator
Sumber : www.google.com
Gambar 7 tata letak bersilangan
Sumber : Juwana, 2005

 Bersilangan
 Sejajar (alur berputar)
 sejajar (alur menerus)

Gambar 8 tata letak sejajar (alur berputar)


Sumber : Juwana, 2005

Gambar 9 tata letak sejajar (alur berputar)


Sumber : Juwana, 2005

4. Tangga Darurat dan Pintu Keluar


Fungsi sistem pintu keluar baik berupa tangga kebakaran maupun pintu
darurat dimaksudkan untuk memberi akses bagi pengguna bangunan untuk
dapat menuju tempat yang aman dengan selamat. Tempat yang paling aman
adalah ruang terbuka yang besar pada elevasi permukaan tanah. Pendekatan
bagi sistem pintu keluar pada dasarnya memberi kemudahan bagi
penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang
terkena musibah. Pintu pada tangga darurat hanya terbuka ke arah dalam
tangga, kecuali pintu di lantai dasar yang hanya terbuka ke arah luar.
Persyaratan tangga darurat/tangga kebakaran khususnya terkait dengan
kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga, tinggi pegangan tangga
dan lebar serta ketinggian anak tangga dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 10 persyaratan tangga darurat/tangga kebakaran


Sumber : Juwana, 2005
2.2 Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Kebakaran adalah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan
waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada umumnya sulit
untuk dikendalikan. Kehilangan harta dan jiwa akibat tidak terkendalinya api sudah
diketahui banyak orang, dan sudah banyak upaya yang dilakukan selama bertahun –
tahun untuk mengetahui bagaimana kebakaran dapat terjadi dan pola penjalaran
apinya. Intensitas api tergantung dari jumlah bahan bakar yang ada dalam
bangunan. biasanya bahan bakar untuk api tersedia dalam bentuk kertas, kayu dan
plastik.
Kemudahan penjalaran api di dalam dan dari suatu bangunan tertentu,
tergantung dari banyaknya bahan-bahan yang mudah terbakar, kemampuan struktur
bangunan untuk dapat bertahan terhadap api dan lokasi gedung terhadap sumber
api. Adapun klasifikasi bangunan terhadap kemungkinan bahaya kebakaran dapat
dikelompokkan menjadi
a. Bahaya kebakaran ringan
Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas rendah, dan kecepatan menjalarnya api
lambat.
b. Bahaya kebakaran rendah kelompok I
Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah, penimbunan
bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2,50
meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, penjalaran
api sedang.
c. Bahaya kebakaran sedang kelompok II
Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan
bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4,00 meter dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga penjalaran api
sedang. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bangunan komersial dan
industri yang berisi bahan-bahan yang dapat terbakar.
d. Bahaya kebakaran kelompok III
Bangunan yang mempunyai sifat kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran, melepaskan panas yang tinggi sehingga menjalarnya api
cepat.
e. Bahaya kebakaran berat
Bangunan yang mempunyai nilai kemudahan kebakaran tinggi, apabila
terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang tinggi dan penjalaran api
yang cepat.
Gambar 11 Pintu darurat
Sumber : Juwana, 2005
Berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985,
ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu:

a. Bangunan kelas A, yaitu bangunan yang komponen struktur utamanya


harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya tiga jam
b. Banguanan kelas B, yaitu bangunan yang komponen struktur utamanya
harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam
c. Banguanan kelas C, yaitu bangunan yang komponen struktur utamanya
harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya setengah jam
d. Banguanan kelas D, yaitu bangunan yang tidak tercakup dalam kelas A, B,
dan C, tidak diatur dalam ketentuan ini, tetapi di atur secara khusus, seperti
instalasi nuklir dan bangunan-bangunan yang digunakan sebagai
gudangnya bahan-bahan yang mudah meledak.

Sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah


sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Sistem Proteksi Kebakaran menurut terbagi menjadi 2 yaitu sistem proteksi
kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif.

2.2.1 Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


Sistem proteksi secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan yang
memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi
kebakaran atau kondisi darurat lainnya.

1. Pintu Keluar
Beberapa syarat yang perlu di penuhi oleh pintu keluar di antaranya
adalah:
a. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.
b. Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel
c. Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis
d. Pintu dilengkapi dengan tuas pembuka pintu yang berada di luar
ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di
dalam ruang tangga) dan sebaliknya menggunakan tuas pembuka
yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik.
e. Pintu dilengkapi dengan tanda peringatan “tangga darurat – tutup
kembali”
f. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1
m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu
g. pintu dicat dengan warna merah

2. Koridor dan Jalan Keluar


Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang
menunjukkan arah dan lokasi pintu keluar. Tanda “Exit” atau “keluar”
dengan anak panah menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga
kebakaran/darurat, dan harus ditempatkan pada setiap lokasi dimana
pintu keluar terdekat tidak dapat langsung terlihat.
Tanda “exit” harus dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang
menyala pada kondisi darurat. Ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm.

3. Kompartmen
Kompartmen merupakan konsep yang penting dalam usaha
penyelamatan manusia dalam menghadapi bahaya kebakaran. Pada
bangunan tinggi, dimana mengevakuasi seluruh orang di dalam gedung
dengan cepat adalah hal yang mustahil, kompartmen dapat menyediakan
penampungan sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk
menunggu sampai api dipadamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah
aman.

Gambar 12 kompartmen
Sumber : Juwana, 2005

4. Tangga Darurat/Tangga Kebakaran


Pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat, tangga kedap api
merupakan tempat yang paling aman dan harus bebas dari gas panas dan
beracun. Ruang tangga yang bertekanan (presurized stair well) diaktifkan
secara otomatis pada saat kebakaran. Pengisian udara segar bertekanan
positif akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke
dalam ruang tangga.

2.2.2 Sistem Proteksi Kebakaran Aktif

1. Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor)


Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru
saja terjadi akan mengurangi kemungkinan banyaknya orang yang
mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan panas
akan memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan
banyak manfaat pada bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar
membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Gambar 13 smoke detector dan heat detector


Sumber : www.google.com

2. Hidran dan Selang Kebakaran


Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang
terjadi dapat ditanggulangi oleh penghuni bangunan itu sendiri, sebelum
api menjadi besar dan tak terkendali. Pemadam Api Ringan (PAR-fire
extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya sebagai pencegah
kebakaran kecil termasuk oleh orang tidak berpengalaman.

Kotak Hidran (Box Hydrant)


hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya,
karena panjang selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter,
ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air. Pada atap yang tingginya
lebih dari 8 lantai, perlu juga disediakan hidran untuk mencegah
menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan.
Hidran/selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
terjangkau dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu
darurat.
Hidran Halaman

Gambar 14 kotak hidran dan tangga darurat


Sumber : Juwana, 2005
Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api
dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup
“siamese”. Jarak antar hidran maksimal adalah 200 meter dan
penempatan hidran harus mudah dicapai oleh mobil pemadam kebakaran.

3. Sprinkler
Penyembur air/gas (sprinkler) menyediakan suatu bentuk peringatan
dan terbukti merupakan alat pencegah/pemadam api yang baik, sebelum
api menjadi besar dan tak terkendali serta menimbulkan banyak kerugian
pada manusia, bangunan, dan isinya. Sprinkler ini memberikan reaksi
(respon) yang cepat pada saat terjadinya api dan memberikan waktu yang
cukup bagi penghuni/pengguna bangunan untuk mengatur proses
evakuasi.
Air dapat merusak isi bangunan seperti buku dan alat elektronik.
Oleh karena itu, pada museum atau tempat penyimpanan benda-benda
seni, penggunaan busa, zat kimia kering dan karbon dioksida (CO2)
mungkin lebih cocok untuk memadamkan api.
Sprinkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan
jaringan pipa air bertekanan tinggi. Kepala sprinkler dirancang untuk
suhu 68º C dan air akan memancar pada radius sekitar 3,50 meter.

Gambar 15 Sprinkler
Sumber : Juwana, 2005
4. Alat Pemadam Api Ringan (PAR)
Alat pemadam api ringan (PAR) harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah dilihat dan dicapai serta tidak terhalang. Bahan
pemadam api ringan dapat berupa serbuk kimia kering, karbon dioksida
(CO2), air dan halon.

2.2.3 Sistem Tanda Bahaya (Alarm System)


Secara umum sistem tanda bahaya dibagi atas dua kelompok, yaitu tanda
bahaya untuk keadaan darurat yang terkait pada keamanan bangunan (seperti
kebakaran), dan yang terkait pada keamanan penghuni/pengguna bangunan
dan harta benda yang ada di dalam bangunan yang ditujukan untuk
menangkal kejahatan (perampokkan pencurian, aksi teror, dan bentuk
kejahatan lainnya).
Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, bangunan dilengkapi
dengan sistem tanda bahaya (alarm systme) yang panel induknya berada
dalam ruang pengendali kebakaran, sedang sub-panelnya dapat dipasang
berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan
dengan memecahkan kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara
otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem
detektor atau sistem sprinkler.

Gambar 16 Diagram sistem tanda bahaya kebakaran


Sumber : Juwana, 2005
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Waktu Pelaksanaan Survey

Hari/tanggal : Kamis / 27 September 2018


Waktu : 15.00 – 17.00 WITA
Lokasi : Palu Grand Mall
3.2 Perlengkapan

 Handphone (Kamera, Recorder)


 Alat tulis

3.3 Hasil Survey

3.1.1 Sirkulasi Horizontal


Pada Palu Grand Mall (PGM) sirkulasi horizontal yang ada yaitu koridor.
Koridor ini merupakan jalur evakuasi penghuni/pengunjung bangunan dari

Gambar 17 koridor di PGM


Sumber : Dokumentasi 2019

ruang utama mall menuju ke area tangga darurat. Lebar koridor yaitu 1,50
meter dengan panjang yang berbeda-beda 5 meter sampai dengan 10 meter.

3.1.2 Sirkulasi Vertikal


1. Lift
Lift yang digunakan di Palu Grand Mall merupakan lift yang
menggunakan mesin motor penggerak (traction lift) dengan ruang mesin
terletak tepat diatas ruang luncur lift. Lift berjumlah dua buah.
Gambar 18 Lift di PGM
Sumber : Dokumentasi 2019

Lift pada bangunan ini fungsinya untuk mengangkut barang – barang para penjual yang ada di
Mall ini, akan tetapi, lift ini juga seringkali digunakan oleh para pengunjung. Pada ruang mesin
lift terdapat beberapa mesin antara lain

Control System atau Control Panel (Lemari Kontrol), Berfungsi


untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada lift tersebut.
Permintaan baik dari luar maupun dari dalam kereta dicatat dan diolah,
kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak, dan berhenti
sesuai dengan permintaan.

Gambar 19 Lemari kontrol


Sumber : Dokumentasi 2019
Geared Machine atau Mesin Penggerak, Di dalam raung mesin
terdapat satu mesin penggerak jenis geared. Pada mesin ini, perputaran
dari motor penggerak ditransformasikan oleh roda gigi sehingga dari
putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran rendah (gambar 20). Pada
mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini akan berkerja
jika motor penggerak tidak dialiri listrik.
Komponen yang merupakan Optional yaitu ARD (Automatic
Rescue Drive), Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN
mendadak mati dan lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih
dari 15 detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai

terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan
normal kembali setelah listrik PLN hidup kembali. (gambar 20)

2. Travelator
Sebagai penunjang aktivitas pengunjung di Palu Grand Mall ini,
terdapat travelator yang memudahkan pengunjung dengan barang
belanjaan di kereta dorong (troli) membawa belanjaannya dari lantai 2
kelantai di bawahnya. Jumlah travelator ini sepasang dengan kemiringan
sekitar 15º. Jarak antara lantai satu dengan lantai diatasnya adalah 5
meter, sehingga membuat ruangan yang dibutuhkan untuk memasang
travelator ini juga sangat besar, yaitu 24 meter x 4 meter.

Gambar 20 Mesin Penggerak dan ARD


Sumber : Dokumentasi 2019

Gambar 21 Travelator di PGM


Sumber : Dokumentasi 2019

3. Eskalator
Berdasarkan keterangan dari kepala teknisi Palu Grand Mall, jumlah
eskalator pada Mall ini adalah 10 buah. Eskalator dengan jenis jalur
ganda dengan lebar sekitar 1 meter. Kemiringan dari eskalator ini adalah
40º. Dengan waktu tempuh dari lantai bawah ke lantai berikutnya
maupun sebaliknya yaitu sekitar 2 menit. Ruang untuk eskalator ini
berukuran 4 meter x 8 meter untuk satu pasang eskalator (arah naik dan
arah turun).

Gambar 22 Eskalator di PGM


Sumber : Dokumentasi 2019

Tata letak eskalator pada mall ini menggunakan dua jenis yaitu tata
letak bersilangan dan sejajar alur memutar. (lihat gambar 23).
4.

Gambar 23 Tata letak eskalator di PGM


Sumber : Dokumentasi 2019

Tangga Darurat dan Pintu Keluar


Berdasarkan keterangan dari teknisi Palu Grand Mall, tangga darurat
pada mall ini terletak di 4 titik. Pintu darurat ke ruang tangga terbuka ke
arah dalam kecuali pintu darurat pada lantai dasar yang terbuka ke arah
luar. Hal ini memudahkan orang-orang untuk mengakses pintu tersebut
untuk evakuasi saat kondisi darurat.
Tangga darurat ini sendiri telah memenuhi persyaratan tangga

Gambar 24 Pintu darurat di top floor dan ground floor


Sumber : Dokumentasi 2019

Gambar 25 Tangga Darurat


Sumber : Dokumentasi 2019

darurat, mulai dari kemiringan tangga, jarak pintu dengan anak tangga,
tinggi pegangan tangga dan lebar serta ketinggian anak tangga. Jumlah
anak tanga untuk setiap lantainya adalah 20 buah.
3.1.3 Sistem proteksi Kebakaran Pasif
1. Pintu Keluar
Pintu darurat pada palu grand mall ini menggunakan material tahan api
dengan pegangan pintu yang sepanjang lebar dari daun pintu memudahkan
orang untuk menggunakannya, namun, warna dari pintu ini tidak berwarna
merah melainkan warna krem.
Engsel pintu berjumlah buah dan pintu ini menggunakan penutup pintu
otomatis

Gambar 26 pintu darurat/pintu


kebakaran Sumber : Dokumentasi 2019
2. Koridor dan Jalan Keluar

Koridor pada palu grand mall ini, dapat dilihat dengan jelas
keberadaan tanda “exit” untuk memudahkan pengunjung menemukan
jalur evakuasi yaitu melalui tangga darurat.

3. Tangga Darurat/Tangga Kebakaran


Supaya asap kebakaran tidak masuk ke dalam ruangan tangga, maka
pada ruangan tangga dipasang pressure fan yang berfungsi menekan atau
memberi tekanan di dalam ruangan tangga yang lebih besar daripada
tekanan pada ruangan luar. Pada gedung yang menjadi objek pengamatan
kami, pressure fan berdekatan dengan kotak hidran.

Gambar 27 tanda exit pada mall


Sumber : Dokumentasi 2019

Gambar 28 Pressure fan


Sumber : Dokumentasi 2019
3.1.4 Sistem Proteksi Aktif

1. Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor)


Detektor yang terdapat di Palu Grand Mall ini sebelumnya hanya ada
detektor panas (heat detector). Akan tetapi pasca gempa dan tsunami yang
terjadi di kota Palu, pada renovasi lantai satu (lantai dasar) di Palu Grand
Mall sudah ditambahkan detektor asap (smoke detector).

Gambar 29 Heat Detector lama (kiri), Smoke detector dan Heat Detector baru (kanan)
Sumber : Dokumentasi 2019
Heat detector dan smoke detector ini dipasang dengan jarak sekitar 10
meter tiap buahnya. Detektor ini terhubung langsung dengan alarm
kebakaran, sehingga apabila alat ini mendeteksi asap atau pun panas, maka
alarm akan berbunyi dan lokasi detektor akan dapat diketahui melalui
panel alarm.

2. Hidran dan Selang Kebakaran


Berdasarkan keterangan dari kepala teknisi Palu Grand Mall, jumlah
kotak hidran yang ada di Mall ini berjumlah enam buah pada setiap
lantainya. Kotak hidran berisi selang dengan panjang 30 meter dengan
diameter 1,5 inci. Sedangkan hidran halaman, diameter untuk selangnya
yaitu 2,5 inci.
Pada kotak hidran ini juga terdapat tombol alarm. Ketika tombol
tersebut ditekan, alarm akan berbunyi, dan lokasi kotak hidran tersebut
akan langsung muncul di ruang kontrol alarm. Hidran diletakkan di tempat
yang mudah terlihat, dan umumnya diletakkan dekat dengan tangga
darurat.

Gambar 31 Hidran halaman


Sumber : Dokumentasi 2019
Gambar 30 Kotak hidran, selang hidran, tombol alarm, dan letak hidran yang dekat dengan
tangga darurat.
Sumber : Dokumentasi 2019

3. Sprinkler
Sprinkler yang terdapat di Palu Grand Mall, dipasang sesuai dengan
standar yaitu dengan jarak antar sprinkler 5 meter karena diameter
jangkauan air sprinkler adalah 2,5 meter. Sprinkler akan pecah dan
menyemprotkan air jika suhu mencapai 68º C.

Anda mungkin juga menyukai