Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA

BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Sampai saat ini konsep manajemen parenting anestesi keluarga pasien

masih terus berkembang. Secara umum, belum banyak diteliti secara mendalam

dan secara khusus, Pengertian komunikasi secara umum, adalah sebuah proses

penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang ke orang lain melalui

suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh

penyampai pikiran-pikiran atau informasi tersebut (Komarudin, 1994; Hunt &

Osborn,1994; Koontz & Weihrich, 1988).

Komunikasi secara terminologis adalah proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut

dapat diketahui bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang , atau komunikasi

yang dimaksudkan adalah komunikasi antar manusia. Kegiatan komunikasi ini

adalah pertukaran ide dan gagasan yang diproses dan diterima oleh alat-alat

indera ke bagian otak. Ditinjau dari sudut pandang ilmu biologi, proses

penyampaian informasi merupakan sesuatu proses yang teramat rumit dan

kompleks. Hasil sinergi dari otak dengan berbagai alat-alat indera dan organ-organ

tubuh, serta melibatkan jutaan sel syaraf di otak dan seluruh bagian tubuh

(Mulyana & Deddy, 2001)


Hasil penelitian ini digunakan untuk membuat desain sebuah model

pengembangan Manajemen Parenting Anestesi Keluarga Pasien. Persamaan

kesembilan belas penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama

berorientasi kepada kebutuhan soft skill di dunia kerja dan hasil lulusan

mahasiswa praktikan.

2.2 KERANGKA TEORI


2.2.1 Teori Model

Model ialah suatu abstraksi yang dapat digunakan untuk membantu

memahami sesuatu yang tidak bisa dilihat atau dialami secara langsung. Model

adalah representasi realitas yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan

urutan (Seels& Richey,1994:5). Model ada yang bersifat prosedural, yakni

mendeskripsikan bagaimana melakukan tugas-tugas, atau bersifat konseptual,

yakni deskripsi verbal realitas dengan menyajikan komponen relevan dan definisi

dengan dukungan data. Model bisa menjadi sarana untuk menerjemahkan teori ke

dalam dunia kongkret untuk aplikasi ke dalam praktek (model dari). Bisa juga

model menjadi sarana memformulasikan teori berdasarkan temuan praktik (model

untuk). Model merupakan salah satu tool untuk teorisasi. Arti teorisasi adalah

proses empirik dan rasional yang menggunakan bermacam alat, seperti prosedur

penelitian, model, logika dan alasan. Tujuannya adalah memberikan penjelasan

penuh mengapa suatu peristiwa terjadi sehingga bisa memandu untuk

memprediksi hasil.

Menurut Molenda (1996:6), ada 2 macam model yang lazim dikenal dalam

pembelajan, yakni model mikromorf dan paramorf. Mikromorf adalah model yang
visual, nyata secara fisik. Contohya adalah planetarium dan simulasi komputer

flowchart suatu proses. Paramorf adalah model simbolik yang biasanya

menggunakan deskripsi verbal. Model paramorf dibagi menjadi 3 macam, yakni

(1) model konseptual, (2) model prosedural, dan (3) model matematik.

Model konseptual sering sekali disamakan dengan teori. Model ini

merupakan deskripsi verbal sebuah pandangan atas realitas. Model ini tidak

memberikan penjelasan penuh, tetapi komponen yang relevan disajikan dan

didefinisikan secara penuh. Model konseptual bersifat deskriptif yang

mendeskripsikan peristiwa relevan berdasarkan proses deduktif dari logika atau

analisis dan juga kesimpulan dari observasi. Salah satu fungsinya yang penting

adalah memberikan landasan untuk penelitian yang bisa menciptakan teori

induktif.

Model prosedural mendeskripsikan langkah-langkah untuk melakukan

suatu pekerjaan. Dalam ilmu pembelajaran, langkah-langkah ini biasanya

berdasarkan pengetahuan yang memberikan kesuksesan produk. Pengetahuan ini

berdasarkan pengalaman atau diambil dari teori yang relevan. Model ini secara

jelas adalah preskriptif. ldealnya model prosedural didasarkan pada teori daripada

pengetahuan berdasarkan pengalaman saja.

Model matematik mendeskripsikan hubungan bermacam-macam

komponen dalam suatu situasi. Model ini menjadi abstrak dibandingkan model

lainnya. lntinya model ini adalah kuantifikasi dari komponen-komponen yang


mempengaruhi produk suatu peristiwa. Dengan memasukkan data dari situasi ke

dalam model matematik, bisa didapatkan suatu hasil.

Ada 4 kategori model, yakni (l) classroom in models (2) product

development models, (3) systems development models, dan (4) organization

development models. Model yang berpusat pada kelas atau classroom in model

berpijak pada asumsi bahwa telah ada seorang pembelajar, beberapa pembelajar,

suatu kurikulum, dan suatu fasilitas. Sasaran pembelajar adalah untuk melakukan

peningkatan pembelajaran. Situasi pengembangan sering dilakukan karena

pembelajar ingin meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajar bukanlah

bagian dari suatu tim peningkatan mutu kelas, tetapi hanya sepanjang memilih

untuk menggunakan model yang dihasilkan. Penekanan pada upaya memilih dan

mengadaptasikan bahan yang ada dibandingkan dengan produk model

sebelumnya. Model yang berpusat pada produk atau product focus bertujuan

untuk menghasilkan suatu produk yang bersifat spesifik yang menjadikan

pembelajaran lebih efektif dan lebih efisien. Produk model pembelajaran yang

dihasilkan diharapkan sesuai dengan karakteristik pembelajar yang telah ada

sebelumnya. Model ini digunakan dalam bidang pendidikan, di mana keputusan

atas “ya atau tidaknya” pengembangan harus dilaksanakan oleh seseorang selain

dari pengembang itu sendiri. Model yang berfokus pada sistem berbeda bila

dibandingkan dengan pengembangan model yang berorientasi pada produk.

Model yang berfokus pada sistem mempunyai tujuan bahwa masukan dan

keluaran dianggap sebagai suatu sistem. Keluaran pengembangan meliputi


material, peralatan, suatu rencana manajemen, dan barangkali suatu pelatihan

instruktur. Ini berarti bahwa sistem kemudian bisa dilemparkan sebagai target.

Sistem menuntut analisis yang luas:

1) Lingkungan penggunaan,
2) Karakteristik tugas, dan
3) Ya atau tidaknya pengembangan perlu berlangsung. Ini merupakan

suatu masalah yang perlu dipecahkan dengan menggunakan

pendekatan menuntut pengumpulan data secara alamiah. Sedangkan

model yang pada organisatoris atau organization focus tujuannya tidak

hanya meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memodifikasi atau

mengadaptasi organisasi itu dan personilnya kepada suatu lingkungan

baru.

Akhir-akhir ini, model yang berorientasi pada pengembangan ini

digunakan untuk pengembangan fakultas, pengembangan organisasi, dan

pengembangan pembelajaran sebagai tiga komponen yang terpisah tetapi

aktivitasnya berhubungan. Bagaimanapun, banyak pengembang pembelajaran

memandang peran pengembang sebagai unsur-unsur dari semua tiga area. HRD

juga telah menjadi popular untuk menggambarkan pandangan ini secara

menyeluruh untuk memecahkan permasalahan organisasi.

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini difokuskan pada upaya

pengembangan suatu produk. Model yang berorientasi pada produk ditandai

dengan 3 hal, yakni :


(1) Suatu asumsi bahwa produk manajemen parenting anestesi ini

diinginkan,
(2) Kelayakan suatu produk didasarkan/ mempertimbangkan hasil uji

pakar (FGD) dan revisi, dan


(3) Suatu asumsi bahwa produk harus dapat dipakai oleh berbagai “para

pengelola“ pendidikan. Produk yang dihasilkan berdasarkan analisis

kebutuhan agar manajemen parenting anestesi keluarga pasien yang

akan dilaksanakan akan lebih efektif, efisien, dan menarik.

2.2.2 Teori Manajemen


2.2.2.1 Manajemen Parenting

Secara sederhana manajemen parenting merupakan proses manajemen

dalam pelaksanaan tugas parenting dengan mendayagunakan segala sumber

secara efisien untuk mencapai tujuan secara efektif. Namun demikian, untuk

mendapatkan pengertian yang lebih komprehensif, diperlukan pemahaman tentang

pengertian, proses dan substansi pendidikan.

Yang dimaksud dengan parenting adalah suatu upaya yang diciptakan

untuk membantu kepribadian individu tumbuh dan berkembang serta bermanfaat

bagi kehidupan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa parenting

merupakan usaha yang diciptakan lingkungan secara sengaja dan bertujuan untuk

membina seseorang agar dapat memahami suatu keadaan tertentu.

Dalam bidang pendidikan parenting adalah usaha sadar dan terencana

untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.


Mengadaptasi pengertian manajemen dari para ahli dapat dikemukakan

bahwa manajemen parenting adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha untuk membina dan meningkatkan kesadaran

akan suatu kondisi yang belum maupun sudah dialami.

2.2.2.2 Tujuan Manajemen Parenting

Manajemen dilakukan agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara

sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap sehingga

mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien:

1) Produktivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh

(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input).

Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas.

Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa

jumlah tenaga kerja dan sumberdaya selebihnya (uang, peralatan,

perlengkapan, bahan, dsb.). Produktivitas dalam ukuran kualitas tidak

dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari

ketetapan menggunakan metode atau cara kerja dan cara dan alat yang

tersedia sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai

dengan waktu yang tersedia dan mendapat respons positif dan bahkan

pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian terhadap

produktivitas secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak

dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan

pendidikan.
2) Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products)

dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif

atas bobot dan/atau kinerjanya (Peffer and Coote, 1991:35).

Jasa/pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi

kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan demikian, mutu

adalah jasa/produk yang menyamai bahkan melebihi harapan

pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan.


3) Efektifitas adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni

(1964:187) mengatakan bahwa keefektifan adalah derajat organisasi

mencapai tujuannya atau menurut Sergiovani (1987:33), yaitu

“kesesuaian hasil yang dicapai organisasi dengan tujuan”. Efektifitas

institusi pendidikan terdiri atas dimensi manajemen dan

kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil

lainnya, praktikan, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas,

hubungan sekolah dan masyarakatnya. Pengelolaan bidang khusus

lainnya hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan

menunjukkan kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dengan hasil

yang diharapkan. Efektifitas dapat juga ditelaah dari : (1) masukan

yang merata; (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi; (3) ilmu

dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang

membangun; (4) pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara,

1987:34).
4) Efisiensi berkaitan dengan cara, yaitu membuat sesuatu dengan betul

(doing things right) sementara efektifitas menyangkut tujuan (doing


the right things) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana

dengan tujuan yang dicapai. Efisiensi lebih ditekankan pada

perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Suatu kegiatan

dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan

penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi

pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki

tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan sarana.


2.2.2.3 Pendekatan-pendekatan Manajemen

Koontz (1980:177-183) menemukan sebelas macam pendekatan terhadap

teori dan praktik manajemen sebagai berikut.

Filsafat Administrasi Pendidikan :

1) Empirikal atau kasus ilmu dan praktik manajemen dikembangkan

melalui pengkajian kasus yang telah dialami di masa lalu


2) Perilaku antar pribadi (interpersonal behavior), ilmu dan praktik

manajemen dipelajari melalui hubungan-hubungan antar pribadi pada

organisasi dengan fokus kajian pada individu dan motivasinya


3) Perilaku kelompok, studi tentang pola-pola perilaku kelompok dalam

organisasi lebih dominan daripada kepada hubungan antar pribadi


4) Sistem-sistem Sosial Kooperatif, memadukan antara hubungan pribadi

dengan kelompok. Mempelajari manajemen dapat dilakukan dengan

mempelajari hubungan antara manusia sebagai sistem sosial yang

bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan


5) Sistem-sistem Sosio-teknikal, bahwa sistem teknikal memberi

pengaruh besar pada sistem sosial, sehingga perlu dikembangkan

keterpaduan perhatian dan praktik secara simultan untuk keduanya;


6) Teori Keputusan (Decision Theory); bahwa manajer adalah pengambil

keputusan sehingga pengembangan manajemen ada pada kemampuan

dan keahlian mengambil keputusan


7) Sistem (Systems Approach); mempelajari bagian-bagian interdependen

organisasi dan hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhinya


8) Matematikal atau “management science" mempelajari manajemen

secara mathematical melalui pengkajian model-model alat identifikasi

problem dan penilaian alternatif solusi


9) Kontingensi atau Situasional, kredibilitas manajer diukur dari

kontribusinya memberikan saran praktik manajemen yang cocok

untuk suatu situasi tertentu


10) Peranan-peranan Manajerial, observasi yang dilakukan manajer untuk

mengidentifikasi dan mengklasifikasi peranan-peranan yang bersifat

umum bagi manajer


11) Operasional, menggunakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori serta

teknik-teknik sebagai landasan dan menghubungkannya dengan fungsi

atau proses manajemen.

2.2.2.4 Prinsip Manajemen

Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen sebagai

berikut :

1) Memprioritaskan tujuan di atas kepentingan pribadi dan kepentingan

mekanisme kerja;
2) Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab;
3) Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai

dengan sifat-sifat dan kemampuannya;


4) Mengenai secara baik faktor-faktor psikologis manusia;
5) Relativitas nilai-nilai. Prinsip di atas memiliki esensi bahwa

manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus memperhatikan tujuan,

orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Hal ini hampir selaras

dengan apa yang dikemukakan Fattah (1996:33) yang

mengklasifikasikan prinsip manajemen kedalam tiga ranah, yaitu

prinsip manajemen berdasarkan sasaran bahwa tujuan adalah sangat

esensial bagi organisasi. Hendaknya organisasi merumuskan tujuan

dengan tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman dan nilai-

nilai yang berlaku. Tujuan suatu organisasi dapat dijabarkan dalam

bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan itu harus

dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen

terhadap kemajuan dan masa depan organisasi.

Prinsip manajemen berdasarkan sasaran sudah dikembangkan menjadi

suatu teknik manajemen, yaitu MBO (management by objective) yang pertama

digagas oleh Drucker (1954:54) sebagai suatu pendekatan dalam perencanaan.

Penerapan pada manajemen pendidikan adalah bahwa kepala dinas memimpin tim

yang beranggotakan unsur pejabat dan fungsional dinas, dan lebih baik terdapat

stakeholders untuk merumuskan visi, misi dan objektif dinas pendidikan.

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, TU,

komite sekolah, praktikan, orang tua praktikan, masyarakat, dan stakeholders

duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan mengembangkan

tujuh langkah MBO, yaitu menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah,

menganalisis apakah hasil itu berkaitan dengan tujuan sekolah, berunding


menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan, menetapkan kegiatan apa yang

tepat untuk mencapai sasaran, menyusun tugas-tugas untuk mempermudah

mencapai sasaran, menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang

akan dipergunakan oleh atasan, melakukan monitoring, dan membuat laporan.

Prinsip manajemen berdasarkan orang; keberadaan orang sangat penting

dalam organisasi. Karena tanpa orang organisasi bukanlah apa-apa. Orang adalah

penggerak organisasi yang perlu diperhatikan secara manusiawi kebutuhannya,

tuntutannya, keinginannya, aspirasinya, perkembangannya, dan juga keluhan-

keluhannya.

Manajemen parenting berdasarkan orang adalah suatu aktivitas

manajemen yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia. Manajer

percaya bahwa perubahan organisasi dimulai dari perubahan perilaku yang akan

berpengaruh terhadap perubahan sistem, struktur, teknologi, strategi, dan tujuan

organisasi. Aplikasi prinsip ini adalah memberikan peluang yang besar kepada

staff untuk meningkatkan kemampuan melalui pelatihan/penataran atau studi

lanjut. Di samping itu, manajer melaksanakan pelayanan manajerial berdasarkan

managerial effectiveness yang disesuaikan dengan kematangan staff.

Prinsip manajemen berdasarkan informasi; banyak aktivitas manajemen

yang membutuhkan data dan informasi secara cepat,lengkap, dan akurat. Suatu

aktivitas pengambilan keputusan sangat didukung oleh informasi. Begitupun

untuk melaksanakan kegiatan rutin dan insidental diperlukan informasi yang telah
dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan manajer dan pengguna

mengakses dan mengolah informasi.

2.2.2.5 Fungsi Manajemen

Kehadiran manajemen dalam organisasi adalah untuk melaksanakan

kegiatan agar suatu tujuan tercapai dengan efektif dan efisien. Secara tegas tidak

ada rumusan yang sama dan berlaku umum untuk fungsi manajemen. Namun

demikian, fungsi manajemen dapat ditelaah dari aktivltas-aktivitas utama yang

dilakukan para manajer, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Mengadaptasi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang

sesuai dengan profil kinerja parenting secara umum adalah melaksanakan fungsi

planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating, motivating,

innovating), reporting, controlling. Namun demikian, dalam operasionalisasinya

fungsi manajemen dapat dibagi dua, yaitu fungsi manajemen pada tingkat/level

makro/messo, seperti Departemen dan Dinas dengan melakukan fungsi

manajemen secara umum dan pada level institusi pendidikan mikro, yaitu

perguruan tinggi atau institusi yang menunjang pendidikan, seperti rumah sakit

yang lebih menekankan pada fungsi planning, organizing, motivating, innovating,

dan controlling.

Fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pelaksanaan

kegiatan dan pengawasan merupakan esensial pada setiap organisasi, tidak

terkecuali organisasi Rumah Sakit . Namun, dalam menginterpretasikan


actuating pada Rumah Sakit lebih disesuaikan dengan karakteristik lembaga

dunia perumahsakitan .

Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih tepat dengan leading dengan

perluasan peran motivating dan facilitating. Pemakaian istilah motivating dan

facilitating lebih filosofis dibandingkan dengan istilah directing. Motivating

mengandung makna membangun kepercayaan diri agar seluruh potensi dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dalam dunia Rumah Sakit fungsi kepengawasan dilaksanakan sebagai

bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada Rumah Sakit , pengawas lebih berperan

sebagai “quality assurance”dengan tugas supervisi sebagai upaya pembinaan

terhadap staf untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah

sakit.

2.2.2.6 Proses Manajemen

Beberapa definisi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu

proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan organisasi. Proses manajemen

secara umum mengikuti langkah-langkah merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin, dan mengendalikan. Dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau

diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses

memikirkan dan menetapkan secara matang arah,tujuan, dan tindakan

sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat:


merencanakan pada dasarnya merupakan saat yang tepat untuk mengambil

keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil,

sumber daya yang akan diolah, dan teknik/metode yang dipilih untuk

digunakan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan

prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat berupa pengaturan

sumber daya dan penetapan teknik/metode.


2) Keberadaan suatu rencana sangat penting bagi organisasi karena rencana

berfungsi untuk:
a) Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai;
b) Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut;


c) Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan

mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan;


d) Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitasyang

konsisten prosedur dan tujuan;


e) Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh

pelaksana;
f) Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga

bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini;


g) Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal

dengan situasi eksternal;


h) Menghindari pemborosan.

Secara sederhana merencanakan adalah suatu proses merumuskan tujuan-

tujuan, sumber daya, dan teknik/metode yang terpilih.

3) Mengorganisasikan, Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumber

daya dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut,

lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian agar rencana


tersebut dapat dikerjakan oleh ahlinya secara sukses. Mengorganisasikan

adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan,

wewenang, dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi. Stoner (1962, 11) menyatakan bahwa

mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih

untuk bekerja sama dalam cara terstuktur guna mencapai sasaran spesifik

atau beberapa sasaran. Mengorganisasikan berarti:


a) Menentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan organisasi,
b) Merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang

yang mampu membawa organisasi pada tujuan,


c) Menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung

jawab tugas dan fungsi tertentu,


d) Mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan

keleluwasaan melaksanakan tugas. Dengan rincian tersebut, manajer

membuat suatu struktur formal yang dapat dengan mudah dipahami

orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang di dalam

pekerjaannya. Mengorganisasikan sangat penting dalam manajemen

karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan

melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang

profesional, organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dalam mengorganisasikan seorang manajer jelas memerlukan

kemampuan memahami sifat pekerjaan (job spesification) dan

kualifikasi orang yang harus mengisi jabatan. Dengan demikian,


kemampuan menyusun personalia adalah menjadi bagian

pengorganisasian.
4) Memimpin, Memimpin institusi pendidikan lebih menekankan pada upaya

mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas

pokok fungsinya dengan baik. Memimpin menurut Stoner (1996:11)

adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan

dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. Seorang

pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila ingin dipercaya dan

diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat menjadi

pengarah yang didengar ide dan pemikirannya oleh para anggota

organisasi. Hal ini tidak semata-mata mereka cerdas membuat keputusan,

tetapi dibarengi dengan memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri

teladan.
5) Mengendalikan, Mengendalikan institusi adalah membuat institusi berjalan

sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada tujuan secara

efektif dan efisien. Perjalanan menuju tujuan dimonitor, diawasi dan

dinilai supaya tidak melenceng atau keluar jalur. Apabila hal ini terjadi

harus dilakukan upaya mengembalikan pada arah semula. Dari hasil

evaluasi dapat dijadikan informasi yang harus menjamin bahwa aktivitas

yang menyimpang tidak terulang kembali.

Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya

sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat

melibatkan beberapa elemen, yaitu :

1) Menetapkan standar kinerja,


2) Mengukur kinerja,
3) Membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan,

4) Mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan.

2.2.2.7 Perkembangan Pemikiran Manajemen

Sesungguhnya mulai kapan para pelaku usaha berkecimpung dan

memikirkan upaya terbaik dalam aktivitas manajemen tertuang dalam sejarah

perkembangan manajemen dalam kurun waktu tertentu. Manajemen adalah

praktik melaksanakan usaha terbaik sehingga dari sejarah pemikiran manajemen

kita dapat belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang-orang terdahulu yang

menerapkan konsep manajemen berdasarkan pemikiran pada kurun waktu tertentu

dengan kasus tertentu pula.

Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan Lilian

Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilmiah. Mereka memikirkan

suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi kekurangan

tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.

Taylor disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah" dengan karyanya

“scientific management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan

pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan sejumlah teknik-

tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang dikembangkan

Taylor adalah:
1) Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar suatu pekerjaan

dapat ditentukan metode pencapaian tujuannya secara maksimal


2) Seleksi ilmiah untuk perawat agar para perawat dapat diberikan tugas dan

tanggung jawab sesuai keahlian


3) Pendidikan dan pengembangan perawat
4) Kerjasama yang harmonis antara manajemen dan para perawat.

Teknik yang digunakan untuk melaksanakan prinsip tersebut adalah

melalui studi gerak dan waktu (time and motion studies), pengawasan fungsional,

sistem tarif berbeda, yaitu perawat yang lebih produktif dan efisien mendapatkan

gaji lebih besar dari yang lainnya. Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan

menghasilkan metode grafik sebagai teknik scheduling produksi untuk

perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi yang populer dengan sebutan

“Bagan Gantt“.

Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory) atau

Manajemen Operasional Modern. Henry Fayol merupakan tokoh teori manajemen

operasional manajemen, dikenal dengan julukan Bapak Teori Manajemen

Modern. Dalam bukunya yang berjudul Administration Industrie et Generale

(Administrasi Industri dan Umum), Fayol membagi aktivitas-aktivitas industrial

dalam enam kelompok, yaitu teknikal, komersial, finansial, keamanan, kepastian,

akunting dan manajerial. Ia adalah perumus empat belas prinsip manajemen,

yaitu:

1) Pembagian kerja;
2) Wewenang
3) Disiplin
4) Kesatuan perintah
5) Kesatuan pengarahan
6) Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum
7) Balas jasa/imbalan
8) Sentralisasi
9) Rantai scalar/hirarki
10) Order/susunan
11) Keadilan
12) Stabilitas staf organisasi
13) Inisiatif

14) Esprit de Corps (semangat korps), Fayol percaya bahwa melalui

penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen orang yang

mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.

Aliran Perilaku (behavioral sciences), Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger

melakukan studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja di pabrik

Hawthorne milik perusahaan Western Electric dengan temuan bahwa kelompok

kerja informal lingkungan sosial perawat memiliki pengaruh besar terhadap

produktivitas.

McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan

aktualisasi diri perawat dengan menunjukkan dua kategori manusia, yaitu manusia

X dan manusia Y atau lebih dikenai dengan teori X dan teori Y. Manusia tipe X

adalah manusia yang harus selalu diawasi agar mau melakukan usaha dalam

pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya, ia bersemangat bekerja

sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan

sekalipun.

Di samping penelitian yang fokus terhadap perilaku manusia,

dikembangkan juga aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan

manusia dalam manajemen berada dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya


adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg, dan Edgar Schein. Aliran perilaku

organisasi menganut prinsip bahwa:

1) Organisasi adalah satu keseluruhan, jangan dipandang bagian per bagian


2) Motivasi perawat sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk

pencapaian tujuan organisasi


3) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat

(peranan, prosedur, dan prinsip)


4) Pendekatan Sistem (System Approach).

Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang

dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling

berkaitan. Chester I Barnard menjelaskan dalam”The Functions of the Executive“

bahwa tugas manajer adalah mengupayakan adanya suatu upaya kerjasama dalam

organisasi dengan menyarankan pendekatan sistem sosial komprehensif dalam

aktivitas “managing”.

Komponen-komponen/bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu

sama lain merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat,

mempengaruhi, membutuhkan, dan menentukan. Oleh karena itu, harus disadari

bahwa perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-

komponen lainnya. Dengan demikian, berpikir dan bertindak sistem berarti tidak

memandang komponen secara parsial, tetapi saling terpadu satu sama lain secara

sinergi.

Sinergi berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari bagian-

bagiannya. Sistem yang sinergi adalah tiap-tiap unit atau bagian bekerja dengan
serius dalam tatanannya dan menyadari secara penuh dan bertanggung jawab

terhadap kemajuan sistem secara umum. Sistem memiliki makna bahwa :

1) Suatu sistem terdiri atas bagian-bagian yang saling terkait satu dengan

yang lainnya,
2) Bagian-bagian yang saling hubung itu dapat bekerja dan berfungsi secara

independen atau bersama-sama,


3) Berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan

umum dari keseluruhan (sinergi),


4) Suatu sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling hubung tersebut

berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.


5) Pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional, pendekatan

kontingensi atau pendekatan situasional adalah suatu aliran teori

manajemen yang menekankan pada situasi atau kondisi tertentu yang

dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah dapat diterapkan untuk

seluruh situasi. Begitupun tidak selalu hubungan manusiawi yang perlu

ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui pendekatan

kuantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi yang

dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai. Manajemen merupakan

kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan, baik secara perorangan ataupun bersama orang

lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi

secara produktif, efektif, dan efisien.

Manajemen parenting adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan

yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,

pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran,


pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk

mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.

Tujuan manajemen adalah mencapai kinerja organisasi secara produktif,

efektif efisien, dan berkualitas. Pendekatan manajemen dapat dilakukan melalui

studi empiris, perilaku individu, perilaku kelompok, sistem sosial, teori keputusan,

peranan manajerial, matematikal atau “management science”, manajemen

operasional, dan kontingensi atau situasional.

Prinsip-prinsip manajemen merupakan nilai yang tidak dapat diabaikan

dalam praktik manajemen. Praktik manajemen harus didasari prinsip beroerientasi

pada tujuan dengan memikirkan kemampuan sumber daya yang dimiliki,

senantiasa memperhatikan aspek psikologis manusia dan nilai-nilai yang

berkembang di masyarakat.

Fungsi manajemen adalah membuat kerja organisasi berjalan lancar

dengan fokus pada penerapan kemampuan manajer dalam merencanakan,

mengorganisasikan, mengimplementasikan rencana, mengawasi, mengevaluasi,

dan melaporkan kinerja organisasi.

Proses manajemen merupakan langkah sistematis yang dilakukan dalam

menata, mengelola, mengatur, dan mengembangkan organisasi melalui aktivitas

merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading),

mengkoordinasikan (coordinating), memantau, mengendalikan dan mengevaluasi

(controlling and evaluating),dan melaporkan kinerja (reporting).


Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen klasik

dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan terorganisasi klasik dari

Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada upaya menemukan metode terbaik

untuk melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori organisasi

klasik menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang kompleks yang

memfokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan prinsip dan keterampilan

yang mendasari manajemen yang efektif. Perkembangan yang memberi fokus

yang sangat berbeda dari teori manajemen klasik. Disebut teori manajemen

neoklasik yang ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih

menekankan pada perilaku baik pada perilaku manusia maupun perilaku

organisasi. Manajemen yang baik menurut teori neoklasik ini adalah manajemen

yang memfokuskan diri pada pengelolaan staf secara efektif yang didasari akan

pemahaman yang mendalam dari segi sosiologis maupun psikologis.

Perkembangan selanjutnya, yaitu dengan menekankan pendekatan sistem.

Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sistem yang

dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian/komponen-komponen yang saling

berkaitan. Namun, saat ini penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan

kontingensi yang memadukan antara aliran ilmiah dengan perilaku dalam suatu

sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan yang dihadapi.

2.3 Teori Anestesi


2.3.1 Definisi
Anestesi berarti suatu keadaan dengan tidak ada rasa nyeri. Anestesi umum

ialah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua
sensai akibat induksi obat. Dalam hal ini , selain hilangnya rasa nyeri, kesadaran

juga hilang.
2.3.2 Tujuan
Tujuan utama anestesi yaitu menghilangkan rasa nyeri pada waktu

pembedahan. Keaadaan ini dapat dicapai dengan menghentikan hantaran rangsang

nyeri pada salah satu titik di jalur afferent yang berawal di ujung-ujung saraf

sensorik dan berakhir di cortex cerebri


2.3.3 Metode anestesi umum
1. Parenteral
Anestesi umum yan diberikan secara [arenteral baik intravena maupun

intramuskular biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat atau

untuk induksi anestesi. Obat yang umum dipakai adalah tiopental.

Kecuali untukkasus-kasus tertentu dapat digunakan

ketamin,diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama biasanya

dikombinasikan dengan obat anestetik yang lain


2. Perektal
Anestesi umum yang diberikan melaluui rektal kebanyakan dipakai

anak, terutama untuk tindakan induksi atau tindakan cepat


3. Perinhalasi
Anestesi inhalasi ialah anestesi dengan menggunakan gas atau cairan

anestesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai anestesi

melalui udara pernafasan. Zat anestesi yang dipergunakan berupa

suatu campuran dengan gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik

tersebut tergantung dengan tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam

jaringan otak menentukan kekuatan daya anestesinya, zat anestetik

disebut kuat bila dengan tekanan rendah saja sudah dapat memberikan

anestesia yang kuat.


Anestesi inhalasi masuk dengan inhalasi/inspirasi melalui peredaran

darah sampai ke jaringan otak. Faktor-faktor lain seperti respirasi,

sirkulasi dan sifat-sifat fisik zat anestetik mempengaruhi kekuatan

maupun kecepatan anestesia.


2.3.4 Stadium Anestesi
Stadium anestesi dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :
1) Stadium I (Analgesia)
Dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran.

Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi

(hilangnya rasa sakit). Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulse,

dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi


2) Stadium II (Eksitasi)
Dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernafasan

kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya gerakan yang tidak menurut

kehendak, pernafasan tidak teratur, kadang-kdan muntah, batuk, inkontinensia

urin, midriasis, hipertensi serta takikardi


3) Stadium III (Pembedahan)
Dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang.

Stadium III dibagi menjadi 4 Plana, yaitu :


a) Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi

gerak ola mata yang tidak menuruti kehendak, pupil miosis, refleks cahaya

ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada dan belum

tercapai relaksasi otot rangka yang sempurna (tonus otot mulai menurun)
b) Plana 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun,

frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil

midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks

laringhilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.


c) Plana 3 :Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai

paralisis, lakrimasi tidak ada, pupilmidriasi dan sentral, refleks laring dan
peritoneum tidak ada, relaksasi otot rangka hampir sempurna (tonus otot

semakin menurun)
d) Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkosal

paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks

sfingter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot rangka sempurna

(tonus otot menurun)


4) Stadium IV (Paralisis)
Dimulai dengan melemahnya pernapasan perut . pada stadium ini tekanan

darah tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadikematian.

Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan napas

buatan.

2.4 Kerangka Berpikir

Rumah Sakit sebagai lembaga yang akuntabel harus mampu menjaga mutu

keluarannya sehingga bisa diterima oleh masyarakat. Jadi dalam hal ini akuntabel

tidaknya suatu lembaga bergantung pada mutu outputnya. Selain itu akuntabelitas

suatu lembaga juga bergantung kepada suatu lembaga mempertanggungjawabkan

kewenangannya kepada publik. Jalal (2001: 88) menyatakan di Indonesia banyak

institusi pendidikan yang lemah dan tidak sedikit institusi yang tidak akuntabel.

Akuntabilitas menurut Rosjidi (2001: 27) terdiri dari dua jenis yaitu

akuntabelitas internal dan eksternal. Rumah Sakit sudah saatnya bertanggung

jawab sepenuhnya baik kepada pelanggan internal (clinical istructure (guru),

praktikan (mahasiswa), dan karyawan (medis dokter, perawat, penunjang dan lain

sebagainya), dalam hal ini perawat, maupun pelanggan eksternal (pemerintah dan

masyarakat). Pertanggung jawaban ini sangat perlu kalau dikaitkan dengan


peningkatan mutu dan kepercayaan pelanggan terhadap Rumah Sakit. Setiap

pertanggung jawaban yang dilakukan rumah sakit kepada pelanggan internal dan

eksternal harus disertai dengan bukti fisik untuk menjamin legalitasnya. Salah

satu bukti fisiknya adalah pembuatan model manajemen parenting anestesi

keluarga pasien

Pembuatan model manajemen parenting anestesi keluarga pasien di

Rumah Sakit ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan atau

kekurangan yang ditemukan di pelayanan keperawatan di mana masih terjadi

keluhan-keluhan yang sifatnya menyangkut kepahaman pasien akan kondisinya

dalam tindakan anestesi

Paradigma baru, bahwa manajemen parenting anestesi keluarga pasien

adalah investasi sehingga manajemen parenting anestesi keluarga pasien dinilai

sebagai investasi modal manusia atau investasi manusia. Apabila dalam

penyelenggaraan manajemen manajemen parenting anestesi keluarga pasien

untuk memperoleh outcome,maka cost investment yang digunakan untuk

memperoleh outcome tertentu merupakan human investment.

Keberhasilan penyelenggaraan manajemen parenting anestesi keluarga

pasien, juga dinilai human investment-nya, yaitu tingkat keberhasilan perawat

dalam meningkatkan pelayanan keperawatan lebih lanjut, keberhasilan di dunia

kerja, dan mengembangkan potensi dirinya di institusi rumah sakit dan ditengah-

tengah masyarakat. Human investment tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh

faktor eksternal, di antaranya tingkat persaingan dengan kompetitor (dalam dunia


perumah sakitan). Persaingan di pelayanan keperawatan rumah sakit berikutnya

adalah persaingan untuk mendapatkan rumah sakit sebagai institusi yang

berkualitas, brand kuat - reputasi kuat sehingga menguntungkan cost capital

maupun cost investment yang dikeluarkan. Demikian halnya dalam kepentingan

persaingan mutu pelayanan. Kedepan akan memberikan dampak positif atas

naiknya arus input ke institusi rumah sakit dan memberikan prospek hasil

pekerajaan perawat yang berkualitas (kepercayaan stackholder terhadap pelayanan

keperawatan semakin kuat). Keberhasilan manajemen manajemen parenting

anestesi keluarga pasien diukur dari menurunnya komplain pasien.

Keberhasilan akan manajemen parenting anestesi keluarga pasien

memberikan dampak positif bagi semakin kuatnya brand dan reputasi institusi

Rumah Sakit. Semakin kuat brand dan reputasi institusi Rumah Sakit akan

meningkatkan animo masuk calon praktikan- praktikan, dan meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan sehingga akan menghasilkan peningkatan sumberdaya

organisasi yang optimal. Meningkatnya sumberdaya organisasi akan berakibat

positif bagi kontribusi institusi Rumah Sakit bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Secara spesifik kontribusi tersebut (institusi Rumah sakit dan institusi pendidikan

kesehatan sebagai mitranya) adalah pada sumbangsih bagi penumbuhan ekonomi.

Beberapa hasil penelitian tentang hal itu dapat disampaikan secara ringkas

sebagai berikut:

1) Penelitian di berbagai negara di lima benua, bahwa kualitas rumah sakit

memiliki efek yang lebih menguntungkan pada PDB/kapita di negara-


negara dengan hukum, kondisi keterliban, stabilitas pemerintahan, dan

lingkungan kelembagaan yang baik (Faruq, Hasan A. dan Ashley C.

Taylor, 2011).
2) Penelitian di Turki bahwa rumah sakit merupakan sarana jangka panjang

pertumbuhan ekonomi (Kaya, Ahmet Be, dkk. 2010).


3) Penelitian lintas negara, bahwa terdapat dampak rumah sakit terhadap

tingkat penumbuhan ekonomi yang tinggi dan signifikan secara statistik di

Asia Timur dan Pasifik, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Asia Selatan

(Lec, 2010).
4) Penelitian di Provinsi Xinjiang, China, bahwa pentingnya investasi rumah

sakit modal rnanusia terhadap pertumbuhan ekonomi di Xinjiang (Hu,

2010).
5) Penelitian di Jordania, bahwa ada hubungan jangka panjang antara rumah

sakit dan pertumbuhan ekonomi. Selain ilu, bukti menunjukkan bahwa

tenaga kerja terdidik tampaknya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Yordania (Kreishan, Fuad M dan Ibrahim M. Al Hawarin, 2011).

Program Diklat adalah unit pelaksana pendidikan Rumah Sakit pada

Rumah sakit. Sebagaimana perguruan tinggi, maka pengelolaan program studi

memerlukan leadership dan manajemen (Abbas, 2009:30). Keberhasilan

penyelenggaraan satuan pendidikan program diklat adalah hasil dari

kepemimpinan (leadership) dan kemampuan manajerial seorang Ketua Program

Diklat Rumah Sakit . Keberhasilan penyelenggaraan adalah keberhasilan di dalam

melaksanakan manajemen parenting anestesi keluarga pasien, sehingga dengan

sumberdaya yang terbatas mampu memberikan pelayanan yang maksimal dan

pemahaman yang komprehensif tentang anestesi terhadap pasien maupun keluarga


pasien dengan standar kompetensi kerja. Diklat Rumah Sakit dengan sumberdaya

yang terbatas melaksanakan manajemen parenting anestesi keluarga pasien,

sehingga capaian manajemen parenting anestesi keluarga menghasilkan perawat

dan praktikan yang memenuhi standar kompetensi perawat yang sesuai dengan

standar kompetensi kerja yang:

1) Memiliki kompetensi yang selaras dengan kompetensi kerja


2) Memiliki kemampuan mengaplikasikan bidang keahliannya dan

memanfaatkan komunikasi yang efektif untuk melakukan parenting pada

bidangnya dalam menyelesaikan masalah serta mampu beradaptasi

terhadap situasi yang dihadapi


3) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan

konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara

mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah

prosedural
4) Memiliki kemampuan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan

analisis informasi dan data. Kalau mampu memberikan petunjuk dalam

memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok


5) Memiliki tanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan dapat diberikan

tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi

Peran diklat di dalam manajemen parenting anestesi keluarga pasien di

rumah sakit, diharapkan dapat menerapkan proses manajemen parenting anestesi

sehingga:
1) Proses manajemen parenting anestesi keluarga pasien dapat dilaksanakan

dengan optimal
2) Terjadi interaksi semua unsur secara baik berdasarkan peran masing-

masing

Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan, studi pustaka, kajian

teori terkait dengan manajemen parenting anestesi keluarga pasien dan

implementsi pada manajemen parenting anestesi keluarga pasien di rumah sakit.

Dilanjutkan dengan studi pendahuluan, perumusan konsep dan menejemen

parenting anestesi, uji pakar melalui FGD, penyempurnaan model dan studi

kelayakan keterterapan dari model yang dibuat. Jika hasilnya sesuai dengan

harapan maka dilanjutkan dengan penyusunan pedoman manajemen parenting

anestesi keluarga pasien, desiminasi hasil dan penyusunan laporan penelitian.

Bagan dari kerangka berpikir ilmiah dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar

di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai