NSHSJSN
NSHSJSN
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
2.2.2 Etiologi Fraktur
Menurut Oswari, E (1993) etiologi pada fraktur adalah sebagai berikut :
1. Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
2. Kekerasan Tidak Langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan.
3. Kekerasan Akibat Tarikan Otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
4
Pada kasus nyeri nosiseptif terdapat proses transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi. Transduksi merupakan konversi stimulus noksious
termal, mekanik (trauma pada fraktur) atau kimia menjadi aktivitas listrik
pada akhiran serabut sensorik nosiseptif. Proses ini diperantarai oleh
reseptor ion channel natrium yang spesifik. Konduksi merupakan perjalanan
aksi potensial dari akhiran saraf perifer ke sepanjang akson menuju akhiran
nosiseptor di system saraf pusat. Transmisi merupakan bentuk transfer
sinaptik dari satu neuron ke neuron lainnya. Kerusakan jaringan yang
diakibatkan trauma seperti robekan otot, putusnya kontinuitas tulang, akan
memacu pelepasan zat-zat kimiawi (mediator inflamasi) yang menimbulkan
reaksi inflamasi yang diteruskan sebagai sinyal ke otak. Sinyal nyeri dalam
bentuk impuls listrik akan dihantarkan oleh serabut saraf nosiseptor tidak
bermielin (serabut C dan delta) yang bersinaps dengan neuron di kornu
dorsalis medulla spinalis. Sinyal kemudian diteruskan melalui traktus
spinotalakmikus di otak, dimana nyeri pada fraktur dipersepsi, dilokalisis
dan diinterpretasikan (Pinzon, 2014) .
5
b. Mengurangi edema
c. Mengurangi nyeri
d. Mengurangi atau menghentikan perdarahan.
6
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
3.1 Pembahasan
Pengertian Ftraktur menurut teori kelompok kami Fraktur adalah
terputusnya kontunitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Smeltzer& Bare, 2006). Menurut WHO, kasus fraktur terjadi di dunia kurang
lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka pravalensi sebesar 2,7%.
Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan angka
pravalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan
pravalensi 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk di dalamnya insiden
kecelakaan, cedera olah raga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain
sebagainya (Mardiono, 2010). Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala
yang umum yaitu nyeri atau rasa sakit, pembengkakan dan kelainan bentuk
tubuh (Djamal, dkk., 2015).
Sedangkan menurut jurnal yang kelompok kami dapat pengertian Fraktur
merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang,
sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat
menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif
dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal maupun
non verbal. Padahal rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan dasar
individu dan merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada
seseorang di rumah sakit.
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun, biasanya berhubungan dengan olahraga, pekerjaan,
atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Pada orang
tua, wanita lebih sering mengalami fraktur dari pada laki-laki berkaitan
dengan perubahan hormon pada saat menopausesehingga meningkatkan
insiden osteoporosis.
Kelompok kami mendapat jurnal yang berjudul Pengaruh Pemberian
Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup.
7
Nyeri pada pasien fraktur salah satunya disebabkan karena spasme otot.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres
dingin terhadap nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup. ada perbedaan
antara nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres dingin pada pasien
fraktur ektremitas tertutup. Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh
pemberian kompres dingin terhadap nyeri pada pasien fraktur ektremitas
tertutup. Disarankan kepada perawat di Instalasi Gawat Darurat agar dapat
mengaplikasikan intervensi kompres dingin untuk mengurangi nyeri pada
pasien fraktur ekstremitas tertutup.
Menurut teori ada beberapa tujuan melakukan kompres dingin pada
fraktur tertutup Menurut Hegner, (2003) :
a. Meningkatkan vasokonstriksi
b. Mengurangi edema
c. Mengurangi nyeri
d. Mengurangi atau menghentikan perdarahan.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., dkk. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada
Pasien Fraktur di IRINA A RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Vol 3.
No. 2 Oktober 2015. Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses tanggal
24 Juni 2019 from http://ejournal.unsrat.ac.id
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses
dan Praktik. Jakarta : EGC.
10