Anda di halaman 1dari 27

Penyelenggaraan kegiatan Pembiayaan Syariah wajib memenuhi prinsip

keadilan („adl), keseimbangan (tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan

universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zhulm,

risywah, dan objek haram. Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah

menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 tentang Penyelenggaraan

usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah tahun 2014 yaitu29

1) Pembiayaan Jual Beli

Pembiayaan Jual Beli adalah pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

melalui transaksi jual beli sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang

disepakati oleh para pihak.30

a) Murabahah

Murabahah dalam perspektif fiqh merupakan salah satu dari bentuk


jual beli31. yang bersifat amanah (bai‟ al-amanah). Jual beli ini berbeda

dengan jual beli musawwamah / tawar menawar. Murabahah terlaksana

antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian

penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan yang diambil oleh

penjual pun diberitahukan kepada pembeli, sedangkan musawwamah adalah

transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga

tanpa melihat harga asli barang32

Jual beli yang juga termasuk dalam jual beli bersifat amanah adalah jual beli

wadhi‟ah, yaitu menjual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga

asli pembelian), dan jual beli tauliyah, yaitu menjual dengan harga yang

sama dengan harga pembelian33

.
Dari rumusan para ulama definisi di atas, dapat dipahami bahwa

pada dasarnya Murabahah tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan

pemberian keuntungan bagi si penjual dengan memperhatikan dan

memperhitungkannya dari modal awal si penjual. Dalam hal ini yang

menjadi unsur utama jual beli Murabahah itu adalah adanya kesepakatan

terhadap keuntungan. Keuntungan itu ditetapkan dan disepakati dengan

memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan dan kejujuran menjadi syarat

utama terjadinya Murabahah yang sesungguhnya. sehingga yang menjadi

karakteristik dari Murabahah adalah penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian
barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang

ditambahkan pada biaya tersebut34

Murabahah dalam konsep perusahaan pembiayaan syariah


merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati. Dalam jual beli Murabahah penjual atau bank harus

memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Aplikasi pembiayaan Murabahah

perusahaan pembiayaan syariah dapat digunakan untuk pembelian barang

konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal) yang

pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh tempo/angsuran).

b) Salam

Salam adalah jual beli suatu barang dengan pemesanan sesuai

dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga barang terlebih dahulu

secara penuh. Akad as-Salam merupakan istilah dalam literasi Arab yang

secara etimologi mengandung makna memberikan, dan meninggalkan dan

mendahulukan. Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau


mendahulukannyasecara sederhana. Secara istilah, as-Salam disebut menjual

suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual barang yang ciricirinya jelas dengan
pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya

diserahkan di kemudian hari setelah adanya pemesanan. Dalam kajian fikih

mu‟amalah, transaksi dengan bentuk pesanan dikenal dengan as-Salam.

35

Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah mendefenisikan bahwa as-Salam

sebagai akad yang disepakati dengan cara tertentu dan membayar terlebih

dahulu, sedangkan barangnya diserahkan di kemudian hari. Imam Maliki

mendefenisikan as-Salam dengan jual-beli yang modalnya dibayar dahulu,

sedangkan barangnya diserahkan sesuai waktu yang disepakati.36

Dalam jual beli Salam, spesifikasi dan harga barang pesanan

disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang
pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal Bank

bertindak sebagai pembeli, Lembaga keuangan dapat meminta jaminan

kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan Lembaga

keuangan. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum

yang meliputi: jenis, spesikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang

pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara

pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat,

maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.37

c) Istishna’

Istishna’ adalah akad yang berasal dari bahasa Arab artinya buatan.

Menurut para ulama bay‟ Istishna’ (jual beli dengan pesanan) merupakan

suatu jenis khusus dari akad bay‟ as-Salam (jual beli Salam). Jenis jual beli
ini dipergunakan dalam bidang manufaktur. Pengertian bay‟ Istishna’ adalah

akad jual barang pesanan di antara dua belah pihak dengan spesifikasi dan

pembayaran tertentu. Barang yang dipesan belum diproduksi atau tidak

tersedia di pasaran. Pembayarannya dapat secara kontan atau dengan cicilan

tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Jual beli alIstishna’ dapat

dilakukan dengan cara membuat kontrak baru dengan pihak lain. Kontrak

baru tersebut dengan konsep Istishna’ parallel.38

Pada jual beli Salam barang-barang yang akan dibeli sudah ada,

tetapi belum berada di tempat. Pada jual beli Istishna’ barangnya belum ada

dan masih akan dibuat atau diproduksi. Atas dasar ini, maka menurut

mazhab Hanafi pada prinsipnya jual beli Istishna’ itu tidak boleh. Akan

tetapi dibolehkan karena prakteknya dalam masyarakad sudah menjadi

budaya dan di dalamnya tidak terdapat gharar atau tipu daya. Berdasarkan
akad pada jual beli Istishna’, maka pembeli menugaskan penjual untukmenyediakan pesanan sesuai
spesifikasi yang disyaratkan. Tahap

selanjutnya, tentu diserahkan kepada pembeli dengan cara pembayaran

dimuka atau tangguh. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakadi oleh

pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak

dapat berubah selama jangka waktu akad.39

2) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan dalam bentuk penyediaan

modal dengan jangka waktu tertentu untuk kegiatan usaha produktif dengan

pembagian keuntungan sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang

disepakati oleh para pihak.40

a) Mudharabah

Mudharabah41 berasal dari kata ‫ ضرب‬yang berarti memukul atau


berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses

seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.42 Menurut

Abdurrahman al-Jaziri dalam bukunya yang berjudul “Fiqh „ala Madzahib

al-Arba‟ah”, menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad antara dua orang

yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari mereka akan memberikan

modal usaha produktif dan keuntungan usaha itu diberikan sebagian kepada

pemilik modal dalam jumlah tertentu dengan kesepakatan yang sudah

disetujui bersama.

43

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak yang satu pihak

berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan seluruh modalnya

untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pengelola usaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
yang dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
Sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

bukan akibat kelalaian pengelola usaha.44

Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak yaitu shahibul maal

tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib.

Namun, dalam praktik perbankan syariah modern, terdapat duakewenangan

yang diberikan oleh pihak pemilik dana dalam mengaplikasikan akad

mudharabah, yaitu mudharabah mutlaqah (Unrestricted Investment Account

atau URIA) dan mudharabah muqayyadah (Restricted Investment Account

atau RIA).45

b) Musyarakah

Musyarakah menurut POJK 31 tahun 2014 yaitu pembiayaan


berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan para pihak.46 Syirkah atau musyarakah berarti akad

kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana

masing-masing pihak memberi kontribusi dana atau mal, dengan

kesepakatan bahwa resiko dan keuntungan akan ditanggung bersama sesuai

kesepakatan.

c) Mudharabah Musyarakah

Mudharabah Musytarakah adalah bentuk Mudharabah di mana

pengelola dana (mudharib) turut menyertakan modal dalam kerjasama

dimana keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan para pihak.47 Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad
mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi
bersama (berdasarkan akad musyarakah). Pemilik dana musyarakah

(musytarik) memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi dana yang

disetorkan. Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana

dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi

porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.

Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah dapat dilakukan

sebagai berikut:

(1) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan

pemilik dana sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian

hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai

mudharib) tersebut dibagi antara pengelola dana (sebagai

musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal masingmasing; atau


(2) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan

pemiik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing,

selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk

pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola

dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai nisbah yang

disepakati

(3)ika terjadi kerugian atas investasi, maka kerugian dibagi sesuai

dengan porsi modal para musytarik

d) Musyarakah Mutanaqishoh

Musyarakah mutanaqishoh merupakan produk turunan dari akad

musyarakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih. Kata dasar dari musyarakah adalah syirkah yang berasal dari kata

syaraka-yusyriku-syarkan-syarikan-syirkatan (syirkah), yang berarti


kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan. Musyarakah atau syirkah

adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementaramutanaqishah berasal dari kata
yatanaqishu-tanaqishtanaqishanmutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap.48

Musyarakah mutanaqishoh (diminishing partnership) adalah bentuk

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau

asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu

pihak sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya.

Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak

kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan

hak salah satu pihak kepada pihak lain.49

Dari definisi pemahaman tersebut, konsep akad Musyarakah

mutanaqishoh dijadikan sebuah konsep dalam pembiayaan perusahaan

pembiayaan syariah, yaitu kerjasama antara perusahaan pembiayaan syariah


dengan nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang yang mana

asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran kepemilikan dapat

ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam

kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya pihak nasabah akan membayar

(mengangsur) sejumlah modal atau dana yang dimiliki oleh perusahaan

pembiayaan syariah.

3) Pembiayaan Jasa

Pembiayaan Jasa adalah pemberian/penyediaan jasa baik dalam bentuk

pemberian manfaat atas suatu barang, pemberian pinjaman (dana talangan)

dan/atau pemberian pelayanan dengan dan/atau tanpa pembayaran imbal jasa

(ujrah) sesuai dengan perjanjian pembiayaan syariah yang disepakati oleh para

pihak.50

a) Ijarah
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah Ijarah

atau sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa, upah-mengupah dan lain-lain. Al Ijarah berasal dari kata Al
Ajru yang berarti Al „Iwaḍu (ganti).51 Ijarah

menurut arti bahasa adalah nama upah.52

Menurut pengertian syara‟, Al

Ijarah ialah: Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian.53 Tujuan disyariatkannya Ijarah itu adalah untuk memberikan

keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai

uang tetapi tidak dapat bekerja; dipihak lain ada yang punya tenaga dan

membutuhkan uang. Dengan adanya Ijarah keduanya saling mendapat

keuntungan dan memperoleh manfaat.

Ijarah meupakan sebuah transaksi atas suatu manfaat. Dalam hal ini,

manfaat menjadi obyek manfaat transaksi. Dari segi ini, Ijarah dapat
dibedakan menjadi dua. Pertama, Ijarah yang mentransaksikan manfaat

harta benda yang lazim disebut persewaan. Misalnya menyewa rumah,

pertokoan, kendaraan, dan lain sebagainya. Kedua, Ijarah yang

mentransaksikan manfaat SDM (Sumber Daya Manusia) yang lazim disebut

perburuhan.54

Mengenai syarat pelaksanaan dan penyelesaian Ijarah telah diatur

dalam pasal 257-260 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yakni: Pertama,

untuk menyelesaikan suatu proses akad Ijarah, pihak-pihak yang melakukan

akad harus mempunyai kecakapan melakukan perbuatan hukum. Kedua,

akad Ijarah dapat dilakukan dengan tatap muka maupun jarak jauh. Ketiga,

pihak yang menyewakan benda haruslah pemilik, wakilnya atau

pengampunya.

55
b) Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Muhammad Syafi‟I Antonio dalam bukuny;a mengatakan transaksi

yang disebut dengan al ijarah al muntahiyah bittamlik adalah sejenis

perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat

kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.56 Pada

dasarnya pembiayaan akad ijarah muntahiyah bittamlik pihak bank

(shahibul mal) dapat menjual atau menghibahkan barang yang disewakan

kepada anggotanya.57

Dalam fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 menjelaskan dan

memutuskan bahwa akad pembiayaan ijarah al muntahiyah bittamlik boleh

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :58

(1) Semua rukun dan syarat yang berlaku pada ijarah pada
umumnya ( Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku

pula dalam akad ijarah al muntahiyah bittamlik.

(2) Perjanjian untuk melakukan akad ijarah al muntahiyah

bittamlik harus di sepakati ketika akad ijarah sudah ditanda

tangani. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan

dalam akad.

c) Hawalah atau Hawalah bil Ujrah

Al-hiwalah secara bahasa artinya al-Intiqal (pindah), diucapkan,

Hāla „anil „ahdi, (berpindah, berpaling, berbalik dari janji), Sedangkan

secara istilah, definisi al-Hiwalah menurut ulama Hanafiyyah adalah

memindah (al-Naqlu) penuntutan atau penagihan dari tanggungan pihak

yang berutang (al-Madin) kepada tanggungan pihak al-Multazim (yang

harus membayar utang, dalam hal ini adalah al-Muhalalaihi). Berbeda


dengan al-Kafalah yang artinya adalah alDham-mu (menggabungkan

tanggungan) di dalam penuntutan atau penagihan, bukan al-Naqlu

(memindah). Maka oleh karena itu, dengan adanya al-hiwalah, menurut kesepakatan ulama, pihak yang
berutang (dalam hal ini maksudnya adalah

al-Muhil) tidak di tagih lagi.59

Dalam konsep hukum perdata, hiwalah adalah serupa dengan

lembaga pengambilalihan utang (schuldoverneming), lembaga pelepasan

utang atau penjualan utang (debt sale), atau lembaga penggantian kreditor

atau penggantian debitor. Dalam hukum perdata, dikenal lembaga yang

disebut subrogasi dan novasi, yaitu lembaga hukum yang memungkinkan

terjadinya penggantian kreditor atau debitor.60 Sedangkan Hawalah bil

Ujrah adalah Hawalah dengan pengenaan imbal jasa (ujrah). 61


d) Wakalah atau Wakalah bil Ujrah;

Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti

menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan

wakil.62 Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh) dan pemeliharaan

(al-Hifdh).63 Menurut kalangan Syafi‟iyah arti wakalah adalah ungkapan

atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya

melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu

anniyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan

pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.64

Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan

keahlian atau perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel

diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas

suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain.65


Sedangkan Wakalah Bil Ujrah adalah Wakalah dengan pengenaan imbal

jasa (ujrah).66

e) Kafalah atau Kafalah bil Ujrah;

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung

(kafil) kepada pihak ketiga yang memenuhi kewajiban pihak kedua atau

yang ditanggung. Dalam pengertian lain kafalah juga berarti mengalihkan

tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung

jawab orang lain sebagai penjamin.67

Menurut syariah, kafalah adalah suatu tindak penggabungan

tanggungan orang yang menanggung dengan tanggungan penanggung utama

terkait tuntutan yang berhubungan dengan jiwa, hutang, barang, atau

pekerjaan. Kafalah terlaksana dengan adanya penanggung, penanggung


utama, pihak yang ditanggung haknya, dan tanggungan. Penanggung atau

disebut kafil adalah orang yang berkomitmen untuk melaksanakan

tanggungan.68

Syarat untuk menjadi kafil adalah harus baligh, berakal sehat,

memiliki kewenangan secara leluasa dalam menggunakan hartanya dan

ridha terhadap tindak penanggungnya.

f) Ju‟alah; dan/atau

Pengupahan (ju‟âlah) menurut bahasa ialah apa yang diberikan

kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakannya, sedangkan

pengupahan (ju‟âlah) menurut syariah, al-Jâzairi, dalam Ismail Nawawi,

menyebutkan hadiah atau pemberian seseorang dalam jumlah tertentu

kepada orang yang mengerjakan perbuatan khusus, diketahui atau tidak


diketahui. Misalnya, seseorang bisa berkata, “Barangsiapa membangun

tembok ini untukku, ia berhak mendapatkan uang sekian”. Maka orang yang

membangun tembok untuknya berhak atas hadiah (upah) yang ia sediakan, banyak atau sedikit. Istilah
lain dalam pengupahan adalah ijârah.

Penggunaan kedua istilah ini sesuai dengan teks dan konteksnya.69

Istilah ji‟âlah dalam kehidupan sehari hari diartikan oleh fukaha

yaitu memberi upah kepada orang lain yang dapat menemukan barangnya

yang hilang atau mengobati orang yang sakit atau menggali sumur sampai

memancarkan air atau seseorang menang dalam sebuah kompetisi. Jadi,

ji‟âlah bukan hanya terbatas pada barang yang hilang namun dapat setiap

pekerjaan yang dapat menguntungkan seseorang.70

g) Qardh.

Menurut fatwa, al-qardh ialah, “Akad pinjaman kepada nasabah

dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang


diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan

nasabah.”.71 Definisi utang-piutang tersebut yang lebih mendekat kepada

pengertian yang mudah dipahami ialah: “penyerahan harta berbentuk uang

untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama”. Kata

“penyerahan harta” disini mengandung arti pelepasan pemilikan dari yang

punya. Kata “untuk dikembalikan pada waktunya” mengandung arti bahwa

pelepasan pemilikan hanya berlaku untuk sementara, dalam arti yang

diserahkan itu hanyalah manfaatnya. “Berbentuk uang” disini mengandung

arti uang dan yang dinilai dengan uang. Dari pengertian ini dia dibedakan

dari pinjam-meminjam karena yang diserahkan disini adalah harta berbentuk

barang. Kata “nilai yang sama” mengandung arti bahwa pengembalian

dengan nilai yang bertambah tidak disebut utang-piutang, tetapi adalah


usaha riba. Yang dikembalikan itu adalah “nilai” maksudnya adalah bila

yang dikembalikan wujudnya semula, ia termasuk pada pinjam-meminjam,

dan bukan utang-piutang.72

Karakteristik pembiayaan Al-qardh diantaranya adalah antara lain

adalah: 1) Tidaklah diperkenankan mengambil keuntungan apapun bagi

Muqridh dalam pembiayaan Al Qardh, hal tersebut sama dengan riba; 2)

Pembiayaan Al-qardh menggunakan akad pinjam-meminjam, ketika barang

atau uang telah diterima oleh mustaqridh maka telah barang atau uang

berada dalam tanggung jawabnya dengan kewajiban untuk mengembalikan

sama dengan pada saat meminjam; 3) Al-qardh biasanya dalam batas waktu

tertentu, namun jika tempo pembayarannya diberikan maka akan lebih baik,

karena lebih memudahkannya lagi; 4) Jika dalam bentuk barang asli yang

dipinjamkan masih ada seperti semula maka harus dikembalikan dan jika
telah berubah maka dikembalikan semisalnya atau seharganya; 5) Jika dalam

bentuk uang maka nominal pengembalian sama dengan nominal pinjaman.73

Anda mungkin juga menyukai