Proposal PKM Turbin Angin
Proposal PKM Turbin Angin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini
merupakan sumber energi utama ketersediaannya sangat terbatas dan terus menipis.
Proses alam memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat kembali menyediakan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan
minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun
waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas
diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun, seperti
Banyak sumber daya alam terbarukan yang ada di Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara optimal seperti energi angin, energi air, energi surya dan lainnya.
global. Pada sebuah surat kabar The Atjeh Post pada Rabu 1 Juni 2011,
karbondioksida CO2 pada tahun 2010 sebesar 1.6 gigaton (Gt), saat diakumulasikan
kenaikan karbondioksida di tahun 2010 menjadi 30.6 Gt, Nicholas Stern dari
London School of Economics bahkan mengklaim, jika hal ini terus berlangsung
para peneliti di berbagai negara untuk mencari energi lain yang dikenal dengan istilah
energi terbarukan. Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang secara
cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Beberapa kelebihan energi
terbarukan antara lain: sumbernya relatif mudah didapat, dapat diperoleh dengan
gratis, minim limbah, tidak mempengaruhi suhu bumi secara global, dan tidak
Penggunaan tenaga angin hanya 1% dari total produksi listrik dunia (2005).
Jerman merupakan produsen terbesar tenaga angin dengan 32% dari total kapasitas
dunia pada 2005; targetnya pada 2010, energi terbarui akan memenuhi 12,5%
kebutuhan listrik Jerman. Jerman memiliki 16.000 turbin angin, kebanyakan terletak
di utara negara tersebut - termasuk tiga terbesar dunia, dibuat oleh perusahaan
Enercon (4,5 MW), Multibrid (5 MW) dan Repower (5 MW). Provinsi Schleswig-
Kapasitas (MW)
03 AS 9.149 6.725
(sumber: wikipedia.com)
dengan menggunakan foil jenis NACA 0018 tanpa puntiran (twist) mengindikasikan
adanya fluktuasi gaya yang harmonik selama turbin berotasi penuh 360 derajat,
terdapat fenomena munculnya dua pola fluktuasi dari resultan gaya yang dihasilkan.
perbandingan nilai koefisien gaya seret (Cd) dan Koefisien gaya angkat (Cl)
dilakukan pada sudut serang 0-90 derajat dan memberikan nilai kesalahan maksimum
interval 5 derajat dan menggunakan variasi kecepatan upstream dengan nilai 1 m/s, 2
vertical axis. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa semakin panjang lengan
turbin maka semakin semakin kecil putarannya namun nilai torsinya semakin besar
angin dari segala arah, konstruksi sederhana, dan tidak memerlukan tempat
pemasangan yang begitu luas serta menghasilkan momen yang besar merupakan
suatu pertimbangan penulis dalam memilih jenis turbin angin ini. Hal inilah
yang membuat penulis ingin melakukan analisa pada turbin angin yang dapat
Vertical Axis.
B. Rumusan Masalah
karakteristik daya dan efisiensi turbin angin Vertical Axis dua tingkat dengan jumlah
C. Batasan Masalah
1. Turbin angin sumbu vertical yang digunakan mengadopsi turbin angin vertical
2. Jenis Blade
3. Perhitungan kekuatan material turbin, seperti kekuatan rangka, rotor, dan bearing
diabaikan.
4. Variasi sudut pitch blade yang digunakan adalah 0,15o, 20o, 25o, 30o.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik daya dan
efisiensi turbin angin vertical axis dengan jumlah tiga blade dengan optimum.
Penelitian yang penulis lakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, bagi para pembaca atau pihak – pihak yang berkepentingan. Manfaat
2. Teknologi tepat guna turbin angin dari penelitian dapat digunakan sebagai alat
KAJIAN PUSTAKA
A. Energi Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke
tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan
suhu udara akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena
bergerak angin memiliki energi kinetik. Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer
ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir
atau turbin angin. Oleh karena itu, kincir atau turbin angin sering disebut sebagai
Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini adalah
energi angin. Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat fleksibel.
Energi angin dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya pemompaan air
untuk irigasi, pembangkit listrik, pengering atau pencacah hasil panen, aerasi tambak
ikan/udang, pendingin ikan pada perahu-perahu nelayan dan lain-lain. Selain itu,
maupun dataran tinggi, bahkan dapat di terapkan di laut, berbeda halnya dengan
B. Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomopdasi kebutuhan para
petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin terdahulu
banyak dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya dan lebih
Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara dan diarahkan
menuju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan energi angin. Rotor
turbin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya angin dengan pengaturan
menggunakan sensor angin dan motor yang mengubah rotor turbin mengarah pada
mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya
drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift, seperti
Gambar 2.2 Gaya Aerodinamis rotor turbin angin ketika dilalui aliran udara.
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
Single bladed, two bladed, three bladed and multi bladed turbines
Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin angin sumbu horizontal
1) Upwind
2) Downwind
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya
Rotor pada turbin upwind terletak di depan turbin, posisinya mirip dengan
pesawat terbang yang didorong baling – baling. Untuk menjaga turbin tetap menghadap
naungan menara berkurang. Udara akan mulai menekuk di sekitar menara sebelum
berlalu begitu sehingga ada kehilangan daya dari gangguan yang terjadi, hanya
Turbin angin downwind memiliki rotor di sisi bagian belakang turbin. Bentuk
nacelle didesain untuk menyesuaikan dengan arah angin . Keunggulannya yaitu sudu
rotor dapat lebih fleksibel karena tidak ada bahaya tabrakan dengan menara. Sudu
fleksibel memiliki keuntungan, biaya pembuatan sudu lebih murah dan mengurangi
tegangan pada tower selama keadaan angin dengan kecepatan tinggi karena
daripada ke menara. Sudu yang fleksibel dapat juga sebagai kekurangan dimana
Turbin angin sumbu vertikal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
rotor tegak lurus terhadap permukaan tanah. Jika dilihat dari efisiensi turbin, turbin
angin sumbu horizontal lebih efektif dalam mengekstrak energi angin dibanding
a. Turbin angin vertikal tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah, tidak
d. Turbin angin sumbu vertikal dapat didirikan dekat permukaan tanah, sehingga
Jika dilihat dari prinsip aerodinamik rotor yang digunakan, turbin angin sumbu
Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus pada tahun
1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang menggunakan prinsip
aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada airfoil dalam mengekstrak energi
angin.
Turbin Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi
menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan energi awal untuk mulai
berputar. Rotor turbin angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua
atau tiga sudu. Modifikasi rotor turbin angin Darrieus disebut dengan turbin angin H.
Keterangan gambar:
β = sudut “pitch”
α = Sudut Serang
𝑚 .𝑔 .ℎ
𝑃= .......................................................(2.1)
𝑡
dimana:
P = daya (watt)
h = tinggi (m)
t = waktu (det)
Sedangkan untuk menghitung daya yang dihasilkan turbin adalah (Fiedler Tullis, 2009)
𝑃
𝐶𝑃 = 0,5 𝜌𝑈 2 𝑆 .......................................................(2.2)
∞
dimana:
Span area adalah luasan area sapuan turbin angin, yang dihitung dengan rumus (Fiedler
Tullis, 2009):
𝑆=𝐿𝑥𝐷 .......................................................(2.3)
Dimana L adalah panjang Blade dan D adalah diameter turbin angin, dengan
1
𝐹𝐿 = 𝑥 𝐶𝐿 𝑥 𝜌 𝑥 𝑈 2 𝑥 𝐴 ........................................(2.4)
2
Tip Speed Ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan blade turbin
𝜔𝑟
𝜆= .......................................................(2.5)
𝑈∞
Dimana 𝜔 adalah kecepatan angular daripada turbin (rpm), dan 𝑟 adalah jari-
Efisiensi turbin angin adalah perbandingan antara daya yang diserap turbin
angin terhadap daya angin yang tersedia. Untuk menghitung efisiensi dari turbin
𝑃
𝜂=1 𝑥 100 % .........................................(2.5)
𝜌 𝐴′ 𝑈 2
2
J. Savonius pada tahun 1922. Turbin angin sumbu vertikal yang terdiri dari dua
sudu berbentuk setengah silinder (atau elips) yang dirangkai sehingga membentuk ‘S’,
satu sisi setengah silinder berbentuk cembung dan sisi lain berbentuk cekung yang
dilalui angin seperti pada gambar 2.14. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor
turbin ini memanfaatkan gaya hambat (drag) saat mengekstrak energi angin dari
aliran angin yang melalui sudu turbin. Koefisien hambat permukaan cekung lebih
besar daripada permukaan cembung. Oleh sebab itu, sisi permukaan cekung
setengah silinder yang dilalui angin akan memberikan gaya hambat yang lebih
besar daripada sisi lain sehingga rotor berputar. Setiap turbin angin yang
memanfaatkan potensi angin dengan gaya hambat memiliki efisiensi yang terbatasi
karena kecepatan sudu tidak dapat melebihi kecepatan angin yang melaluinya.
putaran dan daya yang rendah dibandingkan dengan turbin angin Darrieus.
Meskipun demikian turbin Savonius tidak memerlukan energi awal memulai rotor
untuk berputar yang merupakan keunggulan turbin ini dibanding turbin Darrieus.
Daya dan putaran yang dihasilkan turbin Savonius relatif rendah, sehingga
pada penerapannya digunakan untuk keperluan yang membutuhkan daya kecil dan
sederhana seperti memompa air. Turbin ini kurang sesuai digunakan untuk pembangkit
listrik dikarenakan tip speed ratio dan daya yang relatif rendah.
C. Airfoil
sudu ini terbuat dari plat lengkung atau sudu layar yang merupakan
perancangan suatu airfoil. Perancangan airfoil pada dasarnya bersifat khusus dan dibuat
menurut selera serta sesuai dengan kebutuhan dari pesawat yang akan dibuat. Akan
tetapi NACA menggunakan bentuk airfoil yang disusun secara sistematis dan rasional.
NACA mengidentifikasi bentuk airfoil dengan menggunakan kode angka seperti seri “
satu “, seri “ enam ”, seri “ empat angka “, dan seri “ lima angka “.
1. Seri “ Satu “
b) Angka kedua menunjukkan letak tekanan minimum dalam persepuluh chord dari trailing
edge.
c) Angka ketiga menunjukkan koefisien gaya angkat (cl) rancangan dalam persepuluh chord.
d) Dua angka terakhir menunjukkan maximum thicknes atau ketebalan maksimum dalam
perseratus chord.
Contoh airfoil dengan NACA 16-123, angka 1 adalah serinya (seri satu angka),
memiliki letak tekanan minimum 60 % chord dari trailing edge, memiliki koefisien gaya
2. Seri “ Enam “
b) Angka kedua menunjukkan letak tekanan minimum dalam sepersepuluh chord dari trailing
edge.
c) Angka ketiga menunjukan koefisien gaya angkat (cl) rancangan dalam sepersepuluh chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA 65-218, angka 6 adalah serinya (seri enam
angka), tekanan minimum terjadi pada 0.5c untuk distribusi tebal simetrik/dasar pada
gaya angkat nol, memiliki koefisien gaya angkat rancangan cl 0.2c, dan tebal maksimum
18% chord. Airfoil jenis ini dirancang sebagai airfoil laminar untuk kecepatan tinggi,
dirancang untuk menghasilkan clmax yang tinggi dan cd yang lebih rendah pada cl yang
tinggi.
Gambar 2.12 airfoil NACA seri ” enam “
Sumber: http://panggih15.wordpress.com/2010/02/03/naca-airfoil/
3. Airfoil simetris
Dibawah ini adalah airfoil yang akan penulis pergunakan pada peneltitan ini,
Airfoil dengan NACA 0018, angka 0 adalah serinya, memiliki chamber dengan
3. Chord (c) adalah jarak antara leading edge dengan trailing edge
4. Chord line adalah garis lurus yang meng-hubungkan leading edge dengan trailing
edge
5. Chamber line adalah garis yang membagi sama besar antara permukaan atas dan
6. Maksimum chamber (zc ) adalah jarak mak-simum antara mean chamber line dan
chord line. Posisi maksimum chamber diukur dari leading edge dalam bentuk
persentase chord.
7. Maksimum thickness (tmax) adalah jarak maksimum antara permukaan atas dan
permukaan bawah airfoil yang juga diukur tegak lurus terhadap chord line.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini akan dibahas mengenai langkah-langkah atau prosedur ilmiah.
Berikut ini akan dibahas tentang metodologi yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti
1. Tempat
2. Waktu
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 hingga Oktober
2015.
B. Jenis Penelitian
research). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik turbin angin vertical
axis.
C. Rancangan Penelitian
dilakukan oleh peneliti dalam upaya mengumpulkan dan menganalisa data. Skema
Pelaksanaan pengujian
Variabel Penelitian
Penghitungan data:
1. Daya
2. Efisiensi
Analisa data penelitian
Simpulan
Pengurusan
perijinan
Pembuatan Prototipe Turbin Angin Pembuatan Kontruksi Turbin Angin Rakit Sistem Pembangkit Listrik
Uji Lapangan
1. Dimensi Turbin
2. Kecepatan Angin.
3. Daya yang dihasilkan.
4. Effisiensi Turbin Angin
End
Prosedur Penelitian
1. Ukur Kecepatan Angin.
2. Ukur putaran turbin.
3. Ukur temperature udara.
4. Ukur tegangan yang dihasilkan oleh generator.
5. Ukur arus yang dihasilkan oleh generator.
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 tiap 30 menit.
Model Turbin :
Sudut Pitch :
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data pada penelitian ini
adalah statistika deskriptif. Sehingga analisis data dilakukan dengan cara menelaah data
yang diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data kuantitatif dalam bentuk
tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan
atau menggambarkan data tersebut sebagaimana adanya dalam kalimat yang mudah
dibaca, dipahami, dan dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai upaya
DAFTAR PUSTAKA
Beri, Habtanu and Yingxue Yao. 2011. “Effect of Chamber Airfoil on Self Starting of
Vertical Axis Wind Turbine”. Journal of environmental Science and Technology 4 (3):
302-312. Harbin Institute of atechnology, China.
Cooper, Paul and Oliver Kennedy. 2002. ”Development and Analysis of a Novel Vertical Axis
Wind Turbine”. University of Wollongong, Wollongong, Australia.
Daryanto, 2007, “Kajian Potensi angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu”. Balai
PPTAGG-UPT-LAGG, Yogyakarta, 5 April
Fiedler, Andrzej J. & Stephen Tullis. “Blade Offset and Pitch Effects on a High
SolidityVertical Axis Wind Turbine”. 2009. Department of Mechanical Engineering,
McMaster University
Hermawan. 2010. “Unjuk Kerja Model Turbin Angin Poros Vertikal Tipe Savonius Dengan
Variasi Jumlah Sudu Dan Variasi Posisi Sudut Turbin”. Univesitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Dalam pengajuan anggaran kamu buat