Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA

1. ALFIN DEA ZULMI 25.0433


2. I PUTU ANGGA WAHYUDI 25.0956
3. LENI KATRIN SITOMPUL 25.0103
4. M. ANDY PERDANA 25.0864
5. MARCHYE PATRICYA WAANG 25.1043

JURUSAN PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerah dan kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila dengan
tema judul “Pancasila sebagai Falsafah Kehidupan Bangsa Indonesia”. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila, yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga saya dapat lebih memahami apa yang telah
diajarkan dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila khususnya Pancasila sebagai Falsafah
Kehidupan Bangsa Indonesia.

Makalah ini disusun sebagai tugas dan secara garis besar memuat tentang peranan
pancasila sebagai sistem filsafat.

Demikian makalah ini saya susun, terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam proses pengumpulan bahan-bahan atau referensi yang terkait sehingga membantu
penyelesaian makalah ini. Disamping itu, saya juga menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, bahkan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan. Terima kasih.

Denpasar, Desember 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penulisan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Falsafah dan Falsafah Pancasila ............................................................ 4
2.2. Pancasila sebagai Falsafah Kehidupan Bangsa Indonesia ..................................... 11
2.3. Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Berbangsa ................. 13
2.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ................................. 15
2.5. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia ........................................................................................................................ 17
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 19
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 19
2.3. Saran ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa
dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-
masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa,
serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-
sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar
berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan
Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat
bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati,
menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh
para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun
tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya
keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.

1
Sebagai dasar Negara Indonesia, Pancasila menjadi landasan
fundamental dalam kehidupan berbangsa. Pancasila telah ada dalam segala
bentuk kehidupan rakyat Indonesia terkecuali bagi mereka yang tidak
pancasilais. Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral
pancasila menjadi cita-cita dan merupakan inti semangat bersama dari
berbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia. Ini berarti bahwa
wawasan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila secara kultural
diinginkan agar tertanam di kehidupan masyarakat. Sehingga pancasila juga
sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari. Dengan
demikian bahwa pancasila sebagai falsafah hidup bangsa harus diketahui
oleh seluruh warga Negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh pendiri bangsa
tanpa adanya keraguan guna memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa
dan Negara Indonesia.

1.3. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana pengertian falsafah dan falsafah Pancasila?
1.2.2. Bagaimana fungsi falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia ?
1.2.3. Bagaimana relevansi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa ?
1.2.4. Bagaimana kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat ?
1.2.5. Bagaimana peranan pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi
bangsa dan Negara Republik Indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut.

1.3.1. Mengetahui pengertian falsafah dan falsafah Pancasila.


1.3.2. Mengetahui fungsi falsafah Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia.
1.3.3. Mengetahui relevansi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa.

2
1.3.4. Mengetahui kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat.
1.3.5. Mengetahui peranan pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi
bangsa dan Negara Republik Indonesia.

1.5. Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini memberikan manfaat bagi semua kalangan, terutama
bagi para pelajar dan mahasiswa untuk mendalami dan memahami nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila dimana pancasila sebagai falsafah
kehidupan bangsa Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Falsafah dan Falsafah Pancasila


2.1.1. Pengertian Falsafah
Pengertian menurut arti katanya, kata falsafah = filsafat dalam
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari
kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat
berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya
Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti
hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
 Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang
adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara
obyektif.
 Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).
Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang
abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan
pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang
seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai
filsafat spekulatif.
 Aristoteles (384 – 322 SM)
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas

4
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat
dengan ilmu.
 Cicero (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the
arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan)
 Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu
umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu
bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang
dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
 Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir
yang sama, yang memikul sekaliannya .
 Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal
dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
 Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
 Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan
yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
 Sidi Gazalba

5
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan
berfikir radikal, sistematik dan universal.
 Harold H. Titus (1979)
(1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
(2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan;
(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang
arti kata dan pengertian (konsep);
(4) Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
 Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.
 Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal
dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis
sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan,
dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi
dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-
pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif

6
tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun,
seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada
otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu


pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk
memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya
maka timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang
mempunyai kekhususannya masing-masing, antara lain:
 Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
 Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
 Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
 Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata
heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong
untuk menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia
yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna
untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan
lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul
kesadaran akan keterbatasan bahwadiluar yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tdak terbatas.

2.1.1. Falsafah Pancasila

Falsafah Pancasila memiliki beberapa arti dan fungsinya


masing-masing, yaitu :
5. Falsafah dalam arti produk : pancasila sebagai pandangan hidup.

7
6. Falsafah dalam arti praktis : pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah
laku, perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan
bermasyarakat. Berbangsa dan bernegara dimanapun mereka
berada.
7. Falsafah sebagai suatu Proses : dalam hal ini Pancasila diartikan
dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan
suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Pancasila sebagai falsafah hidup Bangsa Indonesia tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa
Indonesia.
Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam UUD 1945, dundangkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila
adalah landasan filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling
benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk Filsafat
Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :
 Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan
kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui
keterbatasan kemampuan manusia.
 Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya tidak
sekedar mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin
tahu, tapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut
dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life /
weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin
(Pancasilais).

8
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni
(tidak terikat langsung dengan suatu obyek), yang mendalam dan daya
pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari
kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan
fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran
yang sedalam-dalamnya tentangkesemestaan, secara mendasar
(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir
(filsuf) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud
pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang
dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian,
telah tumbuh danberkembang menjadi suatu tata nilai yang
melembaga sebagai suatu paham(isme) seperti kapitalisme,
komunisme, fasisme dan sebagainya yang cukupmempengaruhi
kehidupan bangsa dan negara modern. Filsafat sebagai kegiatan olah
pikir manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari
dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :
a. Obyek Material Filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang
mencakupsegala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti
manusia, alam, benda, binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang
bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral,
pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. Obyek Formal Filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap
objekmaterial tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam
sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di
balik fisis yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat
dasar dan ragam (kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang
teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi.
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan
ataukebenaran.

9
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
dapat mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia tentang baik-burukf. Estetika, membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan hakikatkeindahan kejelekan.
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga
sekarang adalah sebagai berikut :
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat
realitas kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah
materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda
ekonomi, makanan) danterikat pada hukum alam, yaitu hukum
sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan
spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia.
Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena
ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau
mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas
kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah
akal budi (ide dan spirit)
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran
diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak
realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan
bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak
pada tumbuh-tumbuhan,hewan, dan manusia mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah
realitasdemikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya,
realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang
non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia
tampakdalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran
ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi
dan nonmateri.

10
2.2. Pancasila sebagai Falsafah Kehidupan Bangsa Indonesia
Filsafat pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang di anggap,
dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia. Bentuk filsafat Pancasila digolongkan menjadi :

1. Falsafah Pancasila bersifat religius, ini berarti bahwa filsafat pancasila


dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran
mutlak yang berasal dari tuhan yang maha esa dan sekaligus mengakui
keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikir.
2. Falsafah pancasila dalam arti praktis, ini berarti bahwa filsafat pancasila di
dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekadar untuk
memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya,
tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari, agar hidupnya
dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun akhirat.

Fungsi pokok filsafat Pancasila:

1. Falsafah pancasila sebagai pandangan hidup


Falsafah pancasila sebagai pandangan hidup adalah filsafat yang
digunakan sebagai pegangan, pedoman atau petunjuk oleh bangsa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian ini falsafah
pancasila adalah falsafah untuk di amalkan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam segala bidang kehidupan dan penghidupannya. Falsafah pancasila
yang berasal dari kepribadian bangsa Indonesia sama halnya dengan
falsafah pancasila sebagai pandangan hidup, karena merupakan cirri-ciri
khas dari bangsa Indonesia. Falsafah pancasila merupakan hakikat
pencerminan budaya bangsa Indonesia, yaitu hakikat pencerminan dari
peradaban, keadaban kebudayaan, cermin keluhuran budi dan
kepribadian yang berasal dari sejarah sejarah pertumbuhan dan
perkembangan sendiri. Pencerminan kehidupan yang dialami bangsa
Indonesia yang bersuku-suku dan mempunyai tradisi yang berbeda-beda.

11
Semua dari perbedaan itu terdapat persamaan yaitu budi dan
kepribadian.
2. Falsafat pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK (Badan
Penyelidikan Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 1 Juni 1945
menjadikan dasar bagi Negara Indonesia merdeka. Landasan atau dasar
itu haruslah kuat dan kokoh agar Indonesia tetap berdiri tegak sentosa
selama-lamanya. Landasan itu harus pula tahan uji terhadap serangan-
serangan baik secara internal maupun eksternal. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita
bangsa dan Negara Indonesia yang merdeka. Di atas dasar itulah
didirikan Negara Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan
politik ini yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
kebudayaan.Oleh Karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan
bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi
sebagai dasar Negara, maka semua peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Negara dan pemerintah
Republik Indonesia haruslah sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dalam
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu
adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum formal,
undang-undang, kebiasaan, traktat, yurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum)
3. Falsafat pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksud dengan
kepribadian Indonesia ialah: keseluruhan cirri-ciri khas bangsa Indonesia,
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya.
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang
masa.Garis petumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang
ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh
tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun
bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban
kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda,
dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
12
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-
unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam
kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan
dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu
adalah pencerminan dari bangsa kita.

2.3. Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Berbangsa


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bangsa yang merupakan
sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral,
maupun norma kenegaraan. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.Pancasila sebagai dasar kehidupan bangsa
Indonesia mempunyai lima sila yang menjadi pedoman hidup. Sila-sila yang
dicetuskan oleh pendiri bangsa atas dasar tujuan yang sama.

Terdapat butir-butir pancasila yang masih digunakan sampai saat ini :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila sebagai dasar filsafah Negara Indonesia, merupakan
sumber nilai bagi segala penyelenggaraan Negara baik yang bersifat
kejasmanian maupun kerohanian. Hal ini berarti bahwa dalam segala
aspek penyelenggaraan Negara baik yang materi maupun yang spiritual
harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila pancasila
secara bulat dan utuh.Dalam kaitannya dengan sila ketuhanan yang maha
esa mempunyai makna bahwa segala aspek penyelenggaraan Negara
harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Bilamana dirinci
masalah-masalah yang menyangkut penyelenggaraan Negara antara lain
meliputi penyelenggaraan Negara yang bersifat material maupun yang
bersifat spiritual. Yang bersifat material diantaranya berbentuk Negara,
tujuan Negara, tertib hukum, system Negara; adapun yang bersifat spiritual
misalnya moral Negara, moral para penyelenggara Negara, dan lain
sebagainya.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna, bahwa
Negara dengan segala aspek pelaksanaannya harus sesuai dengan

13
hakikat Tuhan dalam arti kesesuaian Negara dengan nilai-nilai yang datang
dari Tuhan sebagai kausa prima. Negara memiliki hubungan yang
langsung dengan manusia sebagai pendukung pokoknya; adapun manusia
mempunyai hubungan yang langsung dengan Tuhan (sebagai kausa
prima). Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara mempunyai hubungan
sebab akibat yang tidak langsung dengan Tuhan lewat manusia.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Perkataan “kemanusiaan” dalam sila kedua ini, berarti: sifat-sifat
manusia yang menunjukkan cirri-ciri khas atau identitasnya manusia itu
sendiri. Maka “kemanusiaan Indonesia”, seperti yang dimaksud sila kedua
secara keseluruhan mempunyai arti: bahwa sifat manusia adalah
memperlakukan manusia lain secara adil, tidak sewenang-wenang,
perlakuan hanya bisa dilaksanakan karena telah mencapai peradaban
yang telah tinggi nilainya. Itulah sebabnya mengapa sila kemanusiaan yang
adil dan beradab mewajibkan kepada manusia untuk senantiasa
menjunjung tinggi norma-norma hukum dan moral hingga memperlakukan
sesama manusia, bahkan makhluk-makhluk hewani secara adil dan
beradab.
3. Persatuan Indonesia
Pengertian persatuan Indonesia terutama dalam proses mencapai
Indonesia merdeka, sebagai faktor kunci, sumber semangat dan sumber
motivasi, sampai tercapainya Indonesia merdeka. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa sila ini tidak menghendaki perpecahan baik sebagai
bangsa, maupun sebagai Negara. Karena itu, walaupun bangsa Indonesia
terdiri atas bermacam-macam suku dan keturunan berdiam diatas suatu
wilayah luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau, tetapi karena sifat kesatuan
ini maka tidak dapat dibagi-bagi, jadi utuh, satu dan tidak terpecah-pecah
untuk menyeluruh
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila kerakyatan ini merupakan ciri penting daripada asa
kekeluargaan, karena pancasila sendiri tidaklah lahir dari sumber asing,
tetapi digali dari kepribadian Indonesia, yaitu kekeluargaan yang harmonis,
dimana terdapat adanya keseimbangan antara kepentingan individu
14
dengan kepentingan keseluruhan atau masyarakat. Sila keempat ini
menjadi asas atau prinsip daripada demokrasi pancasila, yang
digambarkan sebagai suatu paham demokrasi yang bersumber atau
berasal pandangan bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian bangsa
Indonesia sendiri.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial beratri bahwa keadilan tersebut berlaku disegala
bidang kehidupan masyarakat, baik mareriil maupun spiritual. Maksudnya,
bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan adil, baik dibidang
hukum, politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang lain.
Adapun perwujudan dan pelaksanaan keadilan sosial tidak bias dilepaskan
dari tujuan dan cara-cara mencapai tujuan tersebut. Salah satu jalan yang
dipandang paling ampuh dalam pelaksanaan sila kelima ini ialah, jalan
melalui asas kekeluargaan yang selaras (harmonis) sebab kekeluargaan
merupakan suatu asas yang digali dari sifat-sifat kepribadian bangsa
Indonesia sendiri. Maka untuk mencapai keadilan sosial ini, kita harus
menempuh cara-cara kekeluargaan dibidang materiil (kebendaan) maupun
di bidang sepirituil (kerohanian).

2.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu
pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi
lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifatformal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila
Pancasila. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan
menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari
hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan

15
mengamatigejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu).
Dengan demikian, filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-
konsep kebenaran yang bukan saja ditujukanpada bangsa Indonesia,
melainkan bagi manusia pada umumnya.
2.4.1. Aspek Ontologis
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan
ataueksistensi. Sementara Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Jadi ontologi adalahbidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau
kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlakmonopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia, yakni : yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia.
Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia,
Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok Negara adalah
rakyat (manusia).
2.4.2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran,
membentuk budaya. Bagaimanamanusia mengetahui bahwa ia tahu
atau mengetahui bahwa sesuatu itupengetahuan menjadi penyelidikan
epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang
menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-
syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika,
matematika dan teori ilmu. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakikatnya adalah suatusistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-
hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
16
manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapidalam
hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu
telahmenjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (believe
system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga
unsur yaitu :
1. logos (rasionalitas atau penalaran)
2. pathos (penghayatan), dan
3. ethos (kesusilaan).
2.3.3. Aspek Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.
Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. sosio politik yang berwujud ideologi.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta
dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan
melaksanakan(menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani
jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang filsafat
yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai
dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan
agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula
bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material
saja tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai
material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun
alat pengukur lainnya, sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah
hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa
serta keyakinan manusia.

2.5. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat
merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna
bagi kehidupan masyarakat. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan
manusia akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi

17
antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa.

Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan


terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan
antara hak dankewajiban antar hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Hubungan Vertikal
Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa
sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan/menghentikan larangan-Nya,
sedangkan hak-hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak
terhingga yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.
2. Hubungan Horisontal
Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya
sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun warga negara.
Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang.
3. Hubungan Alamiah
Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi
hewan,tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh
alam dengansegala isinya adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia
berkewajiban untukmelestarikan karena alam mengalami penyusutan
sedangkan manusia terus bertambah. Oleh karena itu, memelihara
kelestrian alam merupakan kewajibanmanusia, sedangkan hak yang
diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya.

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari filsafat Pancasila adalah


Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas
masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Falsafah
Pancasila merupakan hasil pemikiran dari bangsa Indonesia yang dianggap
sebagai norma dan nilai yang dijadikan sebagai pandangan hidup yang
bijaksana, dan baik bagi bangsa Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa - Hubungan manusia dengan tuhan bersifat


langsung, sedangkan hubungan Negara dengan tuhan bersifat tidak
langsung.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap - Memanusiakan manusia
3. Persatuan Indonesia - Walaupun bangsa Indonesia berbeda-beda tetapi
tetap satu dan tidak terpecah-pecah untuk menyeluruh.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan - Rakyat dalam menjalankan kedaulatan
atau kekuasaanya melalui system perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia - setiap orang Indonesia
mendapat perlakuan adil, baik dibidang hukum, politik, sosial, ekonomi,
kebudayaan dan bidang-bidang lain.

2.3. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari
tentang pancasila sebagai falsafah kehidupan bangsa Indonesia. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan.

19
DAFTAR PUSTAKA

K.Wantjik, Saleh. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI, Jakarta: PT.
Gramedia.
Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT. Gramedia.
Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan.
Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa. Yogyakarta: Paradigma.
Kodhi, S.A., dan Soejadi, R. 1994. Filsafat, Ideologi,dan Wawasan Bangsa
Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya..
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta: Cetakan Ke-4,
Pantjuran
Tudjuh.
Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia

20

Anda mungkin juga menyukai