Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 3

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

DISUSUN OLEH :
MELIANA NUR SAVITRI (105117008)

LABORATORIUM KIMIA TERINTEGRASI


PROGRAM STUDI KIMIA
UNIVERSITAS PERTAMINA
9 SEPTEMBER 2019
1. TUJUAN
- Menentukan nilai kelarutan (S) asam oksalat jenuh dalam percobaan kelarutan
sebagai fungsi temperatur
- Menentukan nilai entalpi (ΔH) dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi temperatur
2. DASAR TEORI
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan
berubah. Ada tiga jenis larutan berdasarkan kelarutannya yaitu Larutan jenuh, tidak jenuh
dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat
melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh
disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut
larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut,
temperatur dan tekanan. (Estime, et al., 2010)
Kelarutan sebagian besar zat padat meningkat dengan meningkatnya suhu. Namun,
efeknya sulit untuk diprediksi dan sangat bervariasi dari satu zat terlarut ke yang lain.
hubungan suhu kelarutan dapat divisualisasikan dengan bantuan kurva kelarutan, melalui
grafik kelarutan vs suhu (CK-12 Foundation, 2019).

https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_Introductory_Chemistry_(CK-
12)/16%3A_Solutions/16.04%3A_How_Temperature_Influences_Solubility

Gambar 2.1 grafik hubungan kelarutan terhadap suhu berbagai komponen


Hubungan tetapan kesetimbangan suatu proses dengan suhu, diberikan oleh Van’t Hoff:
𝑑 ln 𝑆 ∆𝐻
=
𝑑𝑡 𝑅𝑇 2
∆𝐻 1
ln 𝑠 = − +𝐶
𝑅 𝑇
𝑠2 ∆𝐻 𝑇2 − 𝑇1
ln = − ( )
𝑠1 𝑅 𝑇2 𝑇1
Pada umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut Van’t Hoff kenaikan suhu
akan meningkatkan jumlah zat terlarut (∆𝐻 (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat yang
∆𝐻 (-) adalah eksotermis. Kenaikan suhu akan menaikkan jumlah zat yang larut. Jika suhu
dinaikkan, maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini, pembentukan larutan lebih
disukai. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada
suhu tinggi (Bennet, 2015).

3. METODOLOGI
3.1 ALAT
- Termometer 0 - 150oC
- Buret 50 mL IWAKI CTE 33
- Erlenmeyer 250 mL IWAKI CTE 33
- Erlenmeyer 100 mL IWAKI CTE 33
- Gelas kimia 1000 mL IWAKI CTE 33
- Pipet volumetrik 5 mL IWAKI CTE 33
- Batang pengaduk
- Penangas es
3.2 BAHAN
- Larutan asam oksalat jenuh
- Larutan NaOH 0,5 M
- Indikator PP
- Es batu
- Garam dapur
3.3 PROSEDUR
- Pembakuan NaOH

Asam Oksalat 0,316 gram

- Dilarutkan dengan aqua DM


- Ditambah indikator pp

Larutan Asam Oksalat

NaOH XM

- Dititrasikan pada asam oksalat


- Dilakukan duplo

NaOH 0.5 M

- Titrasi kelarutan asam oksalat

mulai

Larutan Asam Oksalat jenuh

- Dimasukkan 100 mL ke
dalam erlenmeyer 250mL
- Dimasukkan ke penangas es
- Ditambahkan garam 2-3
sendok ke penangas
- Ditunggu hingga suhu 0oC

Larutan Asam Oksalat dingin


stabil
- Diambil 2 x 5 mL pada suhu
5-25oC dan 25-5oC
- Dititrasikan dengan NaoH
0,5 M

selesai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 DATA PENGAMATAN

Tabel 4.1.1 data titrasi pembakuan NaOH

Nama I II
Massa H2C2O4 (g) 0,316 0,3164
V NaOH (mL) 9,9 10,1

Tabel 4.1.2 data titrasi kelarutan asam oksalat saat suhu naik

V H2C2O4 Volume NaOH (mL)


no. T (°C)
(mL) I II rata-rata
1 5 8,90 9,20 9,05
2 10 12,70 12,10 12,40
3 15 5 14,60 14,40 14,50
4 20 14,30 15,30 14,80
5 25 18,60 19,00 18,80

Tabel 4.1.3 data titrasi kelarutan asam oksalat saat suhu turun

V H2C2O4 Volume NaOH (mL)


no. T (°C)
(mL) I II rata-rata
1 25 19,60 19,80 19,70
2 20 17,00 16,10 16,55
3 15 5 14,20 14,00 14,10
4 10 11,50 11,40 11,45
5 5 10,20 9,80 10,00
4.2 PERHITUNGAN
- Pembakuan NaOH
Dari reaksi
2 NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + H2O
Maka terdapat perbandingan bahwa mol NaOH = 2 x mol H2C2O4
n NaOH = n H2C2O4
𝑚
MxV = 2 x 𝑀𝑚

Sesuai data pada tabel 4.1.1 M NaOH dapat dihitung sebagai berikut :

(1) n NaOH = n H2C2O4


𝑚
MxV = 2 x 𝑀𝑚
0,316 𝑔
M x 9,9 mL = 2 x 126 𝑔/𝑚𝑜𝑙

M1 = 0,5066 M
(2) n NaOH = n H2C2O4
𝑚
MxV = 2 x 𝑀𝑚
0,3164 𝑔
M x 10,1 mL = 2 x 126 𝑔/𝑚𝑜𝑙

M2 = 0,4972 M

∴ Maka rata-rata M NaOH adalah

𝑀1+𝑀2 0,5066 𝑀+0,4972 𝑀


𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 0,5019 𝑀
2 2

- Perhitungan nilai S
Dengan menggunakan persamaan

𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛


𝑆=
𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑥 V H2C2O4
9.05 𝑚𝐿 𝑥 0,5019 𝑀 𝑚𝑜𝑙
𝑆1 = 𝑔 = 0,9084 𝑔
1 𝑚𝐿 𝑥 5 𝑚𝐿 1000

Dengan menggunakan perhitungan yang sama maka nilai S1-5 pada suhu naik dan
suhu turun dapat dihitung dan nilainya seperti pada tabel 4.2.1 dan 4.2.2.
Tabel 4.2.1 data perhitungan nilai S pada suhu naik
Volume NaOH (mL)
ρ V H2C2O4 S (mol /
no. T (°C) rata-
(g/mL) (mL) I II 1000g)
rata
1 5 8,90 9,20 9,05 0,9084
2 10 12,70 12,10 12,40 1,2447
3 15 1 5 14,60 14,40 14,50 1,4555
4 20 14,30 15,30 14,80 1,4856
5 25 18,60 19,00 18,80 1,8871
rata- rata S (mol / 1000g) 1,3963

Tabel 4.2.2 data perhitungan nilai S pada suhu turun


Volume NaOH (mL)
ρ V H2C2O4 S (mol /
no. T (°C) rata-
(g/mL) (mL) I II 1000g)
rata
1 25 19,60 19,80 19,70 1,9775
2 20 17,00 16,10 16,55 1,6613
3 15 1 5 14,20 14,00 14,10 1,4154
4 10 11,50 11,40 11,45 1,1494
5 5 10,20 9,80 10,00 1,0038
rata- rata S (mol / 1000g) 1,4415

- Pembuatan grafik 1/T vs ln S


Tabel 4.2.3 data perhitungan 1/T vs ln S pada suhu naik
S (mol /
No. T (°C) T (K) 1/T (K-1) ln S
1000g)
1 5 278 0,00360 0,9084 -0,0961
2 10 283 0,00353 1,2447 0,2189
3 15 288 0,00347 1,4555 0,3753
4 20 293 0,00341 1,4856 0,3958
5 25 298 0,00336 1,8871 0,6350
Grafik 4.2.1 kelarutan sebagai fungsi temperatur
(kenaikan suhu)
0,8000

0,6000
y = -2723,7x + 9,7688
ln S 0,4000 R² = 0,9306

0,2000

0,0000
0,00330 0,00335 0,00340 0,00345 0,00350 0,00355 0,00360 0,00365
-0,2000
1 / T (K-1)

Tabel 4.2.4 data perhitungan 1/T vs ln S pada suhu turun


S (mol /
No. T (°C) T (K) 1/T (k-1) ln S
1000g)
1 25 298 0,00336 1,9775 0,6818
2 20 293 0,00341 1,6613 0,5076
3 15 288 0,00347 1,4154 0,3474
4 10 283 0,00353 1,1494 0,1392
5 5 278 0,00360 1,0038 0,0038

Grafik 4.2.2 kelarutan sebagai fungsi temperatur


(penurunan suhu)
0,8000
0,7000
0,6000 y = -2855,6x + 10,257
0,5000 R² = 0,996
0,4000
ln S

0,3000
0,2000
0,1000
0,0000
0,00330 0,00335 0,00340 0,00345 0,00350 0,00355 0,00360 0,00365
-0,1000
1 / T (K-1)
- Perhitungan nilai ΔH
ΔH 1
Persamaan garis pada grafik 4.2.1 dan 4.2.2 yaitu ln 𝑆 = − + 𝐶, yang
R 𝑇

berpola 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏, maka nilai ΔH dapat dihitung dengan :


ΔH
𝑎= −
R
ΔH = −𝑎 𝑥 𝑅
J
Dengan R = 8,314 mol K dan a = slope pada persamaan 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

Maka ,
(1) Perhitungan ΔH saat suhu naik
𝑦 = −2723,7 𝑥 + 9,7688
ΔH =-axR
J
= -(-2723,7) x 8,314 mol K

= 22644,8418 Joule
= 22,6448 KJ
(2) Perhitungan ΔH saat suhu turun
𝑦 = −2855,6 𝑥 + 10,257
ΔH =-axR
J
= -(-2855,6) x 8,314 mol K

= 23741,4584 Joule
= 23,7414 KJ
4.3 PEMBAHASAN

Percobaan ini tentang kelarutan dalam fungsi temperatur, percobaan ini dilakukan
untuk melihat pengaruh perubahan temperatur terhadap nilai kelarutan suatu larutan
kimia. Dalam percobaan ini menggunakan asam oksalat yang diamati pengaruh
perubahan temperaturnya terhadap kelarutannya. Dan juga menggunakan NaOH
sebagai titrat, karena perhitungan nilai kelarutan menggunakan metode titrasi. Karena
NaOH merupakan larutan baku sekunder, maka dilakukan pembakuan terlebih dahulu
untuk mengetahui konsentrasi NaOH secara pasti. Zat yang digunakan pada percobaan
adalah asam oksalat, karena kelarutan asam oksalat sangat sensitif terhadap suhu.
Sehingga dengan berubahnya suhu, kelarutannya juga akan berubah. Selain itu asam
oksalat memiliki kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air

Asam oksalat yang dihitung nilai kelarutan (S) dan nilai panas kalor (ΔH) nya
merupakan asam oksalat jenuh. Larutan jenuh adalah saat larutan tidak bisa lagi
melarutkan zat apapun. Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut
dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Dalam keseimbangan ini kecepatan melarut
sama dengan kecepatan mengendap, artinya konsentrasi zat dalam larutan
akan selalu tetap. Pengubahan temperatur dapat mengganggu keseimbangan
pada larutan jenuh sehingga konsentrasi larutan berubah. Bila larutan dibuat tidak
jenuh, saat temperatur diturunkan larutan akan mengkristal, namun pengkristalan tidak
berlangsung lama karena pada larutan tidak jenuh tidak terjadi kesetimbangan antara
zat terlarut dan tidak terlarut. Akibatnya zat yang mengkristal dapat dilarutkan kembali
sehingga pengubahan temperatur tidak memberikan pengaruh signifikan kepada
kelarutan (Cahyani & Rahayu, 2011).

Asam oksalat dimasukkan dalam penangas es hingga mencapai suhu 0°C lalu
didiamkan selama 5 menit agar stabil. Dalam suhu rendah seperti ini, asam oksalat yang
semula tak berwarna dan tanpa endapan perlahan mulai membentuk endapan putih
didalamnya, semakin suhu turun maka makin banyak pula endapan pada asam oksalat.
Asam oksalat ini dititrasi dengan NaOH 0,5 M pada suhu 5°C hingga 25 °C dan pada
suhu 25°C hingga 5°C dengan interval masing-masing 5°C.
Dilakukan titrasi secara duplo pada setiap kenaikan atau penurunan suhu 5°C, saat suhu
naik maka volume NaOH meningkat juga begitu pula saat penurunan suhu. Dengan
volume titrasi ini, nilai kelarutan (S) dapat ditentukan. Nilai S meningkat seiring
meningkatnya suhu. Hal ini berarti suhu mempengaruhi kelarutan asam oksalat. Hal ini
dapat diamati juga saat larutan jenuh asam oksalat dimasukkan dalam penangas es.
Lama-lama muncul endapan dan makin banyak saat suhu makin rendah. Sehingga
benar temperatur mempengaruhi kelarutan asam oksalat.
Laalu saat nilai S diketahui, nilai ΔH dapat diketahui lewat bantuan grafik 1/T vs ln S.
Dimana sesuai perhitungan diatas ΔH bernilai positif (+) pada kenaikan atau penurunan
suhu asam oksalat. ΔH positif merupakan tanda bahwa reaksi berjalan secara
endotermis, dimana saat suhu naik maka semakin banyak zat yang larut, dan juga reaksi
ini menyerap kalor dari lingkungan ke sistem yang mengakibatkan suhu sistem
meningkat.
5. KESIMPULAN
- Dari hasil percobaan didapat nilai kelarutan asam oksalat saat kenaikan
dan penurunan suhu berturut-turut adalah sebesar 1,3963 mol/1000g
dan 1,4415 mol/1000g. Nilai kelarutan meningkat seiring
meningkatnya suhu.
- ΔH hasil percobaan saat kenaikan dan penurunan suhu secara berturut-turut adalah
22,6448 KJ dan 23,7414 KJ. Keduanya bernilai + yang menandakan bahwa
reaksi berjalan secara endotermis atau menyerap kalor saat reaksi
berlangsung.
6. DAFTAR PUSTAKA

Bennet, P., 2015. Chemical Thermodnamics. [Online]


Available at: http://www.geo.utexas.edu/courses/376m/leturenotes/thermo.pdf
[Accessed 7 September 2019].

Cahyani, P. & Rahayu, T., 2011. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
CK-12 Foundation, 2019. How Temperature Influences Solubility. [Online]
Available at:
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_Chemistry/Book%3A_Introductor
y_Chemistry_(CK-
12)/16%3A_Solutions/16.04%3A_How_Temperature_Influences_Solubility
[Accessed 7 September 2019].

Estime, N., Teychené, S., Autret, J.-M. & Biscans, B., 2010. Influence of pH,
Temperature and Impurities on the Solubility of an Active Pharmaceutical Ingredient
(API). International Journal of Chemical Reactor Engineering, 8(1).

Anda mungkin juga menyukai