Fraktur Tibia
Fraktur Tibia
Fraktur Tibia
KEPERAWATAN DEWASA I
HOME GROUP 1
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa I semester gasal tahun
akademik 2016/2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
kekuatan, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penanganan dan Pemulihan Klien Fraktur Tibia Dextra”, ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai hasil studi pustaka serta diskusi home group 1 untuk menyelesaikan tugas
Mata Kuliah Keperawatan Dewasa I.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada ibu Yulia, S.Kp., M.N. Selaku fasilitator
Keperawatan Dewasa I kelas B. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang
tua dan teman-teman yang telah mendukung hingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu pembenahan dan perbaikan karena
keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk pengembangan makalah ini. Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Home Group 1
ii
ABSTRAK
Cedera diakibatkan karena kecerobohan manusia atau berlangsung tanpa adanya rencana.
Cedera yang dialami individu dapat memicu penyakit atau tidak berfungsinya suatu bagian
tubuh individu. Cedera yang berlangsung tanpa adanya rencana yaitu kecelakaan. Akibat dari
cedera ini yaitu munculnya luka. Luka yang dialami oleh individu beragam ukuran,
kedalaman, serta rasa nyeri yang dirasakan. Timbulnya luka menandakan terjadinya
kerusakan jaringan di dalam tubuh individu. Berdasarkan letak luka, luka terbagi menjadi luka
dalam dan luka luar. Luka dalam yaitu luka yang kerusakan jaringannya terjadi pada organ
dalam tubuh manusia. Luka luar yaitu luka yang kerusakan jaringannya mengacu pada
gangguan integritas kulit. Pada saat luka, kulit menjadi rusak dan jaringan di bawah kulit
mempunyai kontak langsung dengan lingkungan luar. Lingkungan luar ini misalnya udara
yang membawa berbagai macam bakteri dan mikroorganisme. Agar kontak antara luka dan
mikroorganisme tidak terjadi, maka luka harus steril dan terawat untuk memudahkan proses
penyembuhan. Dalam hal ini perawat berperan untuk melakukan perawatan luka agar proses
penyembuhan luka yang dialami klien tidak terhambat.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv
BAB I.......................................................................................................................................... 5
1.1 Latar belakang................................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 6
1.4 Metode Penulisan .............................................................................................................. 6
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................................ 7
2.1 Konsep Fraktur ................................................................................................................. 7
2.2 Anatomi Sistem Integumen .............................................................................................. 7
2.3 Integritas Kulit ................................................................................................................. 7
2.4 Jenis-jenis Luka ................................................................................................................ 7
2.5 Proses Terjadinya Luka (Contohnya luka memar) ........................................................... 8
2.6 Perbaikan Cedera di Integumen ........................................................................................ 8
2.7 Proses Penyembuhan Luka ............................................................................................... 9
2.8 Konsep Kebersihan Diri.................................................................................................... 9
2.9 Konsep Pemberian Cairan Infus ..................................................................................... 10
2.10 Dasar Penanganan dan Mekanisme Penanganan Fraktur ............................................. 12
BAB III ..................................................................................................................................... 14
3.1 Kasus ............................................................................................................................... 14
3.2 Analisis Data ................................................................................................................... 15
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Kerusakan Integritas Kulit dan Defisit Perawatan Diri)
.............................................................................................................................................. 17
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik ............................................. 22
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Nyeri Akut .................................................................... 23
BAB IV ..................................................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 25
4.2 Saran ............................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan terkait gangguan integritas kulit dan defisit perawatan diri
yang tepat perlu menegakkan prinsip perawatan diri dan perawatan luka guna
memfasilitasi kenyamanan, keamanan, dan proses penyembuhan pasien, sehingga
mendukung peningkatan derajat kesehatannya. Hal tersebut berkaitan karena apabila
pasien dengan keterbatasan fisik yang biasanya tidak memiliki energi serta
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri akibat intoleransi aktivitas dan
gangguan mobilitas. Misalnya, pasien dengan fraktur tibia kanan dan nyeri tentunya akan
membatasi kemampuan dan rentang gerak pasien dalam melakukan aktivitas, salah
satunya perawatan diri (Potter & Perry, 2010).
Perawat perlu membuat rencana perawatan dalam praktik perawatan diri yang
kompeten, kritis dan berprinsip pada dasar pengetahuan keperawatan, seperti
memperhatikan faktor sosial, pilihan pribadi, citra tubuh, status sosial ekonomi, budaya,
fisik, kepercayaan, dan motivasi kesehatan. Hal ini penting bagi pasien untuk
meningkatkan kenyamanan, kesegaran, serta menghindari risiko infeksi karena
melibatkan perawatan diri berupa bathing (higiene/mandi), toileting (proses eliminasi),
feeding (makan), dan dressing (berpakaian dan perawatan luka) (Potter & Perry, 2010;
Berman & Snyder, 2012).
Peran perawat dalam melakukan manajemen perawatan diri dan perawatan luka
akan berpengaruh pada kondisi pasien menuju derajat kesehatan yang meningkat.
Pengkajian yang akurat dan holistik mengenai kondisi pasien, lukanya, dan kebutuhan
perawatan merupakan titik awal yang akan membantu perawat dalam memberikan
intervensi yang tepat (Harvey, 2005).
5
9. Bagaimanakah peran perawat dalam mengatasi permasalah perawatan diri?
10. Apa hubungan perawatan diri dengan integritas kulit?
11. Bagaimanakah analisa permasalahan dari kasus?
12. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat terkait dengan kasus?
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur dari
berbagai sumber buku yang berkaitan dan penelusuran pustaka yang terpercaya dari
internet.
Makalah ini terdiri dari bab I, bab II, bab III, dan bab IV. Bab I merupakan
pendahuluan, yang terdiri dari paragraf yang menjabarkan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II
merupakan tinjauan pustaka. Bab III berisi analisis kasus terkait yang didapatkan. Bab IV
berisi kesimpulan dan saran yang tepat untuk makalah ini. Makalah diakhiri dengan
halaman daftar pustaka di mana referensi materi diperoleh.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
c. Luka tusuk : luka yang sangat dalam yang mengakibatkan banyak jaringan yang
ada di dalamnya rusak.
d. Luka penetrasi : terjadi jika suatu benda (contohnya peluru) masuk ke dalam tubuh
8
2.7 Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain (Berman & Synder, 2015):
1. Pertimbangan Usia Perkembangan
Usia perkembangan sangat berpengaruh pada waktu penyembuhan luka. Proses
penyembuhan luka pada anak-anak akan berlangsung lebih cepat daripada orang
dewasa. Pada lansia, perubahan fisiologis tubuh seperti perubahan pembuluh darah
dapat mengganggu aliran darah ke area luka. Hal tersebut disebabkan pembuluh darah
mengalami ateroskleorosis dan atrofi pembuluh darah di kulit sehingga proses
penyembuhan lebih lama. Jaringan kolagen dan parut mengalami penurunan
kelenturan sehingga meningkatkan risiko kerusakan. Sistem kekebalan tubuh juga
mengalami perubahan sehingga dapat mengurangi pembetukan antibodi.
2. Nutrisi
Nutrisi sangat dibutuhkan dalam penyembuhan luka karena proses
penyembuhan luka membutuhkan energi yang tinggi. Pada lansia, defisiensi asupan
nutrisi dapat menyebabkan eritrosit dan leukosit mengalami penurunan jumlah
sehingga traspor oksigen dan respon inflamasi menjadi terhambat.
3. Gaya Hidup
Gaya hidupyang sehat seperti rutin berolahraga mempercepat penyebuhan luka.
Hal ini disebabkan karena olahraga melancarkan sirkulasi darag sehingga oksigen dan
nutrisi yang dibutuhkan selama proses penyembuhan luka dapat dihantarkan dengan
baik.
4. Pengobatan
Obat anti inflamasi seperti steroid dan aspirin serta agen antinoeplastik
mempegaruhi proses penyembuhan. Penggunaan antibiotik yang diperpanjang dapat
memuat klien mengalami resistensi organisme sehinga infeksi luka menjadi sulit
sembuh.
Konsep kebersihan pada diri klien berhubungan dengan tampilan fisik tubuh
seorang individu, salah satunya adalah kebersihan “kulit” yang merupakan pertahanan
pertama terhadap suatu penyakit. Dengan menjaga kulit yang bersih dapat mengurangi
jumlah mikroorganisme yang mengganggu tubuh, misalnya bakteri yang dapat
menyebabkan penyebaran infeksi pada seseorang (Horton & Parker, 2002) dalam
(Dingwall, 2010).
Kebersihan dan perawatan diri seorang pasien harus benar-benar dipertimbangkan,
diantarnya pasien harus tetap terlihat bersih dan akhirnya pasien akan merasa lebih baik
dan berada pada kepercayaan diri yang tinggi untuk berinteraksi sosial. Ketika pasien
tidak lagi mampu melakukan perawatan diri kita sendiri otomatis saat memilih
seseorang yang disukai malah akan menimbulkan berkurangnya rasa sosial dan
psikologis seseorang untuk tertarik pada lawan jenisnya (Switzer, 2001) dalam
(Dingwall, 2010)
Ada beberapa orang yang harus membutuhkan motivasi tersediri dalam memenuhi
kebutuhan dan kebersihan mereka. Alasannya mungkin karena berbagai hal, diantaranya
dampak penyakit, kesulitan mobilitas, nyeri, tekanan psikologis atau malu yang
membutuhkan perawatan lebih intim dari orang terdekat (Dingwall, 2010). Perlu
9
diperhatikan pula setiap perubahan kondisi fisik, kemampuan, beserta suasana hati
pasien harus ada pencatatatan tersendiri untuk ditindaklanjuti.
Selain itu perawat juga harus memenuhi semua kebutuhan kebersihan setiap
pasiennya mengenai hal kulit, rambut dan perawatan kuku dengan catatan pula
memperhatikan rasa hormat dan bermartabat dalam mempromosikan perawatan
terhadap mereka. Berikut beberapa kriteria yang sering dialami pasien terkait masalah
perawatan dirinya menurut (Keliat B. A, dkk, 2011) :
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri, ditandai dengan
defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihakn diri dengan baik
setelah
5. defekasi/berkemih.
Alat-alat
Seperangkat infus set steril Salep antiseptik, seperti providone-iodine
(pilihan)
Wadah larutan parenteral steril Kateter intravena
Cairan yang diperlukan Gunting verband
Tiang IV Bengkok (neirbekken)
Kain kasa steril atau balutan oklusif Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)
transparan dalam tempatnya kapas alkohol
dalam tempatnya
10
Bebat tangan, jika dibutuhkan Perlak kecil dan alas
Plester perekat atau plester nonalergenik Tali pembendung (Tourniquet)
Sarung tangan bersih Spalk dalam keadaan siap pakai jika diperlukan
Rumus Contoh
Total Volume infus x Faktor tetes 1000 mL x 20 = 41 tetes/ mnt
Total waktu infus dalam menit 8x60 mnt (480 mnt)
11
2) Tetes per menit
Cara menghitungnya yaitu :
Rumus Contoh
12
menjaga posisi untuk fraktur-fraktur yang tidak stabil dan untuk otot-otot yang melemah,
dan alat ini pun dapat menyangga area-area dengan infeksi jaringan atau tulang,
contohnya ialah penggunaan gips. 3) Traksi, merupakan pemberian gaya tarik terhadap
bagian tubuh yang mengalami cedera atau kepada tungkai, sementara kontratraksi akan
menarik ke arah yang berlawanan.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus:
“Nn D. 29 tahun, seorang pedagang. Masuk ke rumah sakit (Ruang IGD), setelah
kecelakaan motor 2 jam yang lalu. Nn D dalam keadaan sadar mengeluh pusing dan rasa
sakit pada kaki kanan bagian bawah dan juga pada kedua siku (laserasi). Di ruang UGD
dilakukan x-ray, dan pengambilan darah. Medical diagnosis: fracture tibia kanan.
Cairan infus dipasang, obat-obatan diberikan untuk mengatasi nyeri dan Nn D
diinstruksikan untuk tetap bedrest. Data yang telah dikumpulkan oleh perawat IGD
sebagai berikut: badan tampak kotor terutama bagian ekstermitas, pasien mengeluh
lemas, kebutuhan pasien seperti: bathing/ hygiene, dressing dan toileting dibantu oleh
perawat.”
Pada kasus terlihat bahwa klien mengalami fraktur yang menyebabkan klien tidak
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, dikarenakan fraktur yang terjadi dapat
mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang, bahkan kulit sehingga
merangsang nocireseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin, dan
prostaglandin yang akan merangsang serabut α-delta untuk menghantarkan rangsangan
nyeri ke sumsum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-serabut saraf
aferen yang masuk ke spinal melalui “dorsal root” dan sinaps pada dorsal horn. Impuls-
impuls nyeri menyeberangi sumsum belakang pada interneuron-interneuron dan
bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu spinothalamic tract (STT) dan
spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem yang diskriminatif dan membawa
informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus kepada thalamus kemudian ke korteks
untuk diinterpretasikan sebagai nyeri. Rasa nyeri yang ditimbulkan menyebabkan
keterbatasan gerak atau imobilisasi sehingga dapat menyebabkan klien menjadi enggan
untuk bergerak termasuk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu bathing/ hygiene,
dressing dan toileting.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa fraktur tibia kanan dan juga laserasi pada
kedua siku yang dialami oleh Nn. D mengalami fraktur tibia kanan. Hal ini membuat
kondisi fisik Nn.D tidak memungkinkan untuk memenuhi kebersihan dirinya sendiri
salah satunya bathing/hygiene dikarenakan keterbatasan gerak akibat luka yang
dialaminya. Dalam hal ini, complete bed bath dapat diterapkan pada Nn.D kecuali pada
bagian siku dan kaki kanan. Sehingga pada kasus Nn.D perawat sangat berperan dalam
menjaga kebersihan diri Nn.D , dan karena adanya laserasi inilah complete bed bath
yang dilakukan harus hati-hati agar laserasi tidak mengalami infeksi atau semakin parah.
Pemberian terapi intravena juga harus diberikan kepada Nn D yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan cairan karena Nn D tidak mampu mengonsumsi cairan oral
secara adekuat, memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit, menyediakan glukosa untuk energi dalam proses metabolisme, memberikan
vitamin yang larut dalam air, dan membuat saluran atau aliran dalam memasukkan obat-
obatan melalui vena. Cairan yang diberikan dalam infus ini adalah larutan elektrolit
seperti linger laktat untuk mengembalikan volume vaskular dan menggantikan cairan
dan elektrolit pada tubuh Nn D. Kemudian larutan nutrisi yang terdiri dari karbohidrat
(misal dekstrosa, glukosa, levulosa) dan air (disuplai untuk kebutuhan cairan dan
karbohidrat) juga dapat diberikan kepada Nn Duntuk mencegah dehidrasi dan ketosis.
Contoh larutan nutrisi yang dapat digunakan yaitu 5% Dextose in water (D5W), 5%
14
dekstrosa dalam 0,45% NaCl (dekstrosa dalam ½ NS). Setiap 1 liter cairan Dextrose 5%
mengandung 170-200 kalori.
Selain itu Nn D terpasang cairan infus, Nn D juga diberikan obat-obatan analgesik
sebagai penghilang rasa nyeri. Tujuan dari pemberian analgesik ini adalah untuk
meredakan atau menurunkan rasa nyeri sementara tetap mempertahankan kemampuan
klien untuk mengontrol lingkungannya, dan supaya Nn D tetap dapat berpartisipasi
dalam upaya keperawatan.Obat-obatan yang dapat diberikan yaitu
Analgesik Nonopioid/
Analgesik Opioid Anagesik Penyerta
NSAIDs
Butarfanol (stadol) Asetaminofen Amitriptilin (elavil)
Fentanil sitrat (Tylenol, datril) Klarpromazin (Thorazine)
(Sublimaze) Asam asetilsalisilat Diazepam (valium)
Hidrokodon (lartab, (aspirin) Hidroksizin (Vistaril)
vicodin) Kolin magnesium
Hidromorfon trisalisilat (trilisate)
hidroklorida (dilaudid) Natrium diklofenak
Meperidin hidroklorida (Voltaren)
(demerol) Ibuprofen (Motrin,
Kodein (tylenol 3, Advil)
empirin 3) Indometasin natrium
Morfin sulfat (morfin) trihidrat (indocin)
Propoksifen napsilat Naproksen (naprosyn)
(Darvan N, Darvocet-N) Natrium naproksen
(anaprox)
Piroksikam (feldene)
Natrium tolmetin
(tolectin)
Namun saat memberikan analgesik kepada Nn D, perawat harus meninjau kembali efek
samping. Semua jenis opioid menyebabkan rasa ngantuk ketika pertama kali diberikan, tetapi
dengan pemberian teratur, efek samping ini cenderung berkurang. Opioid dapat menyebabkan
mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan sehingga diharapkan diberikan dalam
jumlah yang sedikit untuk Nn D. Melihat keadaan Nn D yang sedang mengalami nyeri yang
hebat, pemberian obat dapat diberikan secara intravena yaitu melalui infus,dan jika keadaan
Nn D sudah semakin membaik dan rasa nyeri sudah berkurang, selanjutnya pemberian obat
dapat dilakukan secara oral.
Nn D didiagnosis nyeri akut, kerusakan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit, dan
defisit perawatan diri. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, serta intervensi yang sesuai dengan kasus yang
dialami oleh Nn. D :
16
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Kerusakan Integritas Kulit dan Defisit
Perawatan Diri)
Dx: Domain 11 Kelas 2 00046 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (gesekan) ditandai dengan adanya nyeri dan laserasi pada
kedua siku
Definisi: Perubahan pada epidermis dan/atau dermis
NOC NIC Rational
Integritas Jaringan: Membran Mukosa dan Perawatan Luka
Kulit Mandiri - Memantau adanya komplikasi lebih lanjut
Setelah 3x24 jam intervensi, pasien dapat menunjukkan - Kaji luka setiap mengganti balutan: akibat infeksi
kembali keutuhan struktural dan fungsi fisiologis - Lokasi, luas, dan kedalaman
integritas kulit dan membran mukosa dengan Kriteria - Ada atau tidak karakter eksudat dan jarigan
Evaluasi: nekrotik (kekentalan, warna, dan bau)
1. Pasien mencapai penyembuhan luka tepat waktu - Ada atau tidak infeksi (nyeri, edema, dan bau)
2. Suhu, elastisitis, hidrasi, dan sensasi pada kulit - Ada atau tidak perluasan luka ke jaringan kulit di - Menyediakan daerah yang bersih dan kering
yang terindikasi normal kembali bawahnya dan pembentukan saluran sinus pada saat pengaplikasian balutan
3. Keutuhan kulit mulai tercapai - Pengaplikasian balutan dengan cara:
4. Pasien mampu mendemonstrasikan teknik dalam - Gunakan sarung tangan sekali pakai - Mencegah infeksi nosokomial
mencegah kerusakan kulit lebih lanjut dan - Membersihkan kulit dengan air, gosok lembut - Melindungi kulit dari komplikasi infeksi
membantu penyembuhan dengan alkohol atau sedikit zink atau bubuk stearat - Mencegah adanya lekukan yang akan
Penyembuhan Luka: Sekunder (bubuk tidak berlebih) menyebabkan trauma jaringan lebih parah
Setelah 3x24 jam intervensi, pasien dapat menunjukkan - Potong perban untuk menutupi daerah yang luka
penyembuhan luka sekunder dengan Kriteria Evaluasi: - Gunakan telapak tangan pada saat
1. Terbentuknya granulasi mengaplikasikan (hindari menggunakan ujung jari)
2. Pembentukan jaringan parut - Lakukan perawatan luka secara rutin meliputi:
3. Penyusutan luka - Pertahankan jaringan bebas dari keadaan lembab - Mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi
4. Luka tidak mengalami perluasan ke jaringan di - Lindungi pasien dari kontaminasi feses/urin
bawahnya - Lakukan masase di area sekitar luka - Merangsang sirkulasi darah pada area luka
Penyembuhan Luka: Primer Kolaboratif sehingga mempercepat penyembuhan luka
Setelah 3x24 jam intervensi, pasien dapat menunjukkan - Konsultasi pada ahli gizi mengenai pemberian - Nutrisi dapat membantu membantu proses
penyembuhan luka sekunder dengan Kriteria Evaluasi: makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin penyembuhan dan meningkatkan sistem imun
1. Penyatuan kulit sehingga terhindar dari infeksi
2. Pembentukan jaringan parut - Menggunakan unit TENS (transcutaneous electrical - Merangsang sistem saraf untuk menghilangkan
3. Tidak terdapat bau luka nerve stimulation) rasa nyeri
17
Dx: Domain 4 Aktivitas Kelas 5 00108 Defisit Perawatan Diri Mandi atau Kebersihan berhubungan dengan kerusakan pada musculoskeletal, kelemahan,
dan nyeri ditandai dengan badan tampak kotor terutama esktermitas atas, kebutuhan bathing pasien yang dilakukan oleh perawat, adanya fraktur tibia
kanan, pasien mengeluh sakit, dan lemas.
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau memenuhi aktivitas mandi
NOC NIC Rational
Setelah 2x24 jam Mandiri (independen)
intervensi, pasien Pengkajian - Menentukan kemampuan klien dalam merawat diri, sejauh mana
mampu - Kaji toleransi kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri tingkat bantuan yang dapat diberikan, dan menyesuaikan jenis
menunjukkan (menggunakan skala 0-4) mandi yang akan diberikan (di tempat tidur lengkap/parsial, di
perawatan diri bak dengan spons, di bak rendam, pancuran, atau bag bath)
pada aktivitas - Kaji keinginan klien untuk mandi (frekeunsi, waktu, tipe produk - Klien dapat berpartisipasi dan meningkatkan kenyamana klien
kehidupan sehari- higiene) terhadap higiene
hari dan mandi - Kaji kondisi kulit saat mandi (adanya ruam, kering, cairan dari lesi, - Menyediakan informasi untuk mengarahkan pemeirksaan fisik
dengan Kriteria atau kelembaban yang berlebih) kulit terutama luka
Evaluasi: - Kaji kondisi gigi pasien (warna dan debris) - Mencegah cedera kecelakaan dan menentukan tingkat bantuan
1. Pasien dan - Pantau adana perubahan kemampuan fungsi untuk aktivitas mandi selanjutnya
perawat - Menanyakan klien mengenai tingkat kelelahan setelah mandi - Menentukan frekuensi dan jenis mandi selanjutnya
memiliki Bantuan Perawatan Diri: Mandi/Higiene
hubungan saling - Melakukan higiene tangan sebelum menyentuh pasien - Mencegah transmisi mikroorganisme
percaya untuk - Memandikan klien di tempat tidur parsial - Klien belum mampu menjangkau bagian tertentu, namun masih
melakukan - Memastikan tempat tidur terkunci dapat mengurus diri sendiri
aktivitas - Menaikkan tempat tidur sesuai kenyamanan pasien dan menurunkan - Mencegah tempat tidur bergerak
perawatan tepi pembatas tempat tidur - Perawat tidak perlu menjangkau terlalu jauh sehingga
mandi menghindari ketegangan otot serta meninggikan tempat tidur
2. Pasien dapat - Letakkan selimut mandi di atas seprai,lalu lipat dan lepaskan seprai akan memfasilitasi mekanika tubuh yang tepat
mengungkapkan atas dan selimut di bawahnya. - Melepaskan seprai bagian atas untuk mencegah seprai jadi kotor
secara verbal atau basah dan selimut akan memberikan rasa privasi dan hangat
mengenai - Lepaskan pakaian klien dengan cara: pada pasien
kepuasan - Lepaskan kancing tanpa menarik selang infus dan selang IV, jika - Melepaskan pakaian dari sisi tidak sakit akan memungkinkan
tentang gaun dengan kancing. Jika pakaian biasa, melepaskan pakaian dan melepas pakaian lebih mudah dan tanpa merasa sakit pada
kebersihan infus dari sisi yang tidak sakit (turunkan botol infus dan lepaskan pergelangan tangan yang diinfus
tubuh pakainnya. Gantung kembali infus dan periksa aliran)
18
3. Pasien mampu - Klien menggunakan selang IV. Matikan pompa, jepit dengan - Regulasi supaya cairan yang masuk tidak salah dan adekuat pada
membersihkan klem, lepaskan selang dari pompa, lalu lepaskan pakaian. pasien
tubuh baik Masukkan kembali selang ke pompa, lepas klem, dan hidupkan
secara mandiri pompa. Atur aliran slang
maupun - Tutupi klien dengan selimut - Melindung privasi klien
menerima - Tinggikan pembatas tepi - Menjaga klien saat perawat tidak disisi klien
bantuan jika - Isi bak cuci dengan air hangat 2/3 volume maksimal bak (meminta - Air hangat dapat merelaksasikan otot
diperlukan klien untuk memeriksa suhu air dengan jari) - Memeriksa suhu untuk mencegah luka bakar dan meningkatkan
- Pindahkan bantal jika diperbolehkan, lalu naikkan kepala tempat kenyamanan klien
tidur 30-45 derajat - Memudahkan membersihkan bagian telinga dan leher
- Letakkan handuk dibawah kepala klien dan di atas dada klien - Mencegah seprai basah atau kotor
- Rendam kain permbersih dalam air dan peras - Membilas tubuh pasien
- Letakkan peralatan mandi yang dibutuhkan di samping tempat tidur - Memudahkan dalam mengambil peralatan
- Dukung kemandirian pasien dalam melakukan mandi pada - Melatih kemandirian dan ekstremitas atas yang masih dapat
ekstremitas atas dan higiene oral, bantu pasien jika diperlukan mobilisasi
- Instruksikan pasien untuk membersihkan bagian yang dapat diraih - Memandirikan klien dalam perawatan diri dan mencegah
dan pada bagian yang sakit agar berhati-hati perluasan luka akibat gesekan kain dan luka
- Membersihkan area yang tidak dapat dijangkau pasien dan berisiko - Mencegah komplikasi luka seperti infeksi dan perluasan luka
cedera lebih lanjut (trauma dan laserasi)
- Setelah dikeringkan, pakaikan pakaian yang bersih - Mempertahankan kebersihan tubuh dan kenyamanan klien
- Kenakan pakaian dimulai dari sisi yang sakit dahulu - Pakaian lebih mudah dimanipulasi jika dikenakan pada sisi
dengan ROM yang berkurang
- Beri pujian pada hasil tindakan pasien saat melakukan perawatan diri - Untuk membuat pasien merasa puas dan senang, dan
meningkatkan rasa percaya pasien kepada perawat
Pemeliharaan Kesehatan Mulut - Pasien dapat merasa nyaman saat berkomunikasi dan menjaga
- Anjurkan dan bantu pasien untuk membersihkan mulut setelah kesehatan gigi dan mulut
makan dan sesuai kebutuhan pasien
19
Dx: Domain 4 Aktivitas Kelas 5 Perawatan Diri 00108 Defisit Perawatan Diri Berpakaian berhubungan dengan kerusakan pada musculoskeletal,
kelemahan, dan nyeri ditandai dengan kebutuhan dressing pasien yang dilakukan oleh perawat, adanya fraktur tibia kanan, pasien mengeluh sakit, dan
lemas.
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau memenuhi aktivitas berpakaian secara mandiri
NOC NIC Rational
Setelah 2x24 jam, pasien mampu Pengkajian
menunjukkan perawatan diri dalam aktivitas - Kaji kemampuan pasien untuk berpakaian dan berhias - Untuk mengetahui tingkat bantuan yang
kehidupan sehari-hari dengan Kriteria - Kaji toleransi dan kemampuan pasien dalam melakukan dibutuhkan pasien
Evaluasi: aktivitas dressing
1. Mampu mendemonstrasikan perawatan - Kaji apakah ada perubahan kemampuan saat melakukan - Untuk mengurangi risiko cedera lebih lanjut
dari pemberi asuhan secara mandiri aktivitas dressing
2. Mengungkapkan kepuasan ketika mampu - Kaji mengenai defisit sensori, kognitif, atau fisik yang dapat
melakukan dressing menghambat aktivitas dressing pada pasien
3. Mampu mengenakan pakaian dan dressing
dengan rapi Bantuan Perawatan Diri: Berpakaian & Berhias
4. Mampu melepas pakaian - Anjurkan dan dukung pasien untuk memilih, mengenakan, dan - Untuk memandirikan pasien dalam melakukan
5. Mampu menunjukkan rambut yang rapi melepaskan pakaian secara mandiri, bantu jika diperlukan aktivitas dressing
dan bersih - Latih pasien untuk mendemonstrasikan cara berpakaian dan
berhias secara mandiri (mengancing/merisleting pakaian,
menggunakan bedak atau alat rias lainnya) - Memudahkan pasien dalam berpakaian dan
- Berikan pakaian pasien di tempat yang mudah dijangkau dan mengurangi risiko jatuh skibat defisit fisik
diurutkan berdasarkan urutan saat berpakaian pada pasien
- Menjaga privasi dan meningkatkan rasa
- Pertahankan privasi pada saat pasien berpakaian percaya pasien
- Berikan pujian pada setiap hasil tindakan pasien - Meningkatkan rasa percaya diri pasien dan
kepuasannya sehingga mau melakukan
dressing di kemudian hari
20
Dx: Domain 4 Aktivitas Kelas 5 Perawatan Diri 00108 Defisit Perawatan Diri Eliminasi berhubungan dengan gangguan mobilitas, kerusakan pada
musculoskeletal, kelemahan, dan nyeri ditandai dengan kebutuhan toileting pasien yang dilakukan oleh perawat, adanya fraktur tibia kanan, pasien
mengeluh sakit, dan lemas.
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas eliminasi secara mandiri
NOC NIC Rational
Setelah 2x24 jam, pasien Mandiri
mampu melakukan Pengkajian
eliminasi, baik - Kaji kemampuan ambulansi dan tingkat toleransi aktivitas pasien - Untuk mengetahui tingkat bantuan yang
BAB/BAK, secara - Kaji perubahan kemampuan pasien untuk ke toilet sendiri dibutuhkan pasien
mandiri dan optimal - Kaji defisit sensori, kognitif, atau fisik yang membatasi kemampuan eliminasi secara - Untuk mengurangi risiko cedera lebih
dengan Kriteria mandiri lanjut
Evaluasi: - Kaji kebutuhan dan kemampuan pasien dalam menggunakan alat bantu (seperti tongkat, - Mengetahui kemampuan mobilisasi
1. Pasien mampu walker) pasien dan bantuan yang sesuai untuk
menyelesaikan diberikan
eliminasi dengan Manajemen Defekasi
optimal, baik secara - Anjurkan pasien untuk melakukan pola eliminasi secara teratur - Menghindari risiko konstipasi, gagal
dibantu ataupun - Jika pasien mengalami konstipasi, lakukan terapi abdomen (dengan cara massage ginjal. atau risiko lain akibat sulit
secara bertahap abdomen searah jalur usus besar menuju anus) BAB/BAK
melakukannya dengan - Membiasakan pasien melakukan pola
mandiri Manajemen Lingkungan eliminasi
2. Pasien mampu - Modifikasi lingkungan sekitar pasien terutama toilet, seperti memastikan kondisi lantai - Menghindari risiko jatuh maupun cidera
melakukan higiene tidak licin, menyingkirkan hambatan/gangguan fisik yang menghambat akses ke toilet, pada pasien
setelah eliminasi menyediakan pencahayaan yang cukup
3. Pasien mampu - Modifikasi lingkungan sekitar pasien agar dapat dengan mudah memanggil perawat pada
memposisikan tubuh saat yang dibutuhkan, seperti menggunakan bel
dengan baik, baik
duduk maupun ketika Bantuan Perawatan Diri: Eliminasi
turun saat - Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian yang mudah dipakai dan dilepas, bantu jika - Memudahkan pasien dalam eliminasi dan
menggunakan perlu menghindari risiko jatuh pada pasien
kloset/psipot/fracture - Latih pasien cara melepas dan memakai kembali pakaian saat eliminasi - Membantu pasien menyelesaikan
pan/urinal - Letakkan pispot atau urinal di tempat yang mudah dijangkau pasien eliminasi secara optimal dan mengajarkan
- Bantu pasien saat menggunakan pispot/kloset/fracture pan/urinal pada saat dibutuhkan pasien untuk mandiri ke depannya
21
- Latih pasien menggunakan pispot/kloset/fracture pan/urinal secara mandiri
- Mengurangi risiko infeksi pada laserasi di
- Dorong dan latih pasien dalam melakukan higiene setelah eliminasi dengan cara kedua siku pasien
mencuci tangan dengan benar - Meningkatkan kepercayaan pasien
- Jaga privasi pasien pada saat eliminasi kepada perawat dan menjaga privasi
pasien
22
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Nyeri Akut
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luka merupakan kerusakan integritas kulit yang terjadi karena trauma yang
dialami kulit sedangkan fraktur merupakan keadaan terputusnya keutuhan tulang
diakibatkan oleh trauma. Pada kasus klien mengalami lecet pada kulit serta fraktur tibia
dextra yang berasal dari trauma langsung akibat kecelakaan motor sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan keterbatasan gerak. Hal ini akan menyulitkan klien dalam
melakukan kebersihan diri, sehingga perawat sangat berperan untuk membantu klien
dalam melakukan kebersihan diri atau pun perawatan diri klien mulai dari toileting
hingga bathing yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit . perawat
juga membantu mengatasi rasa nyeri yang dialami klien salah satunya dengan pemberian
analgesik.
4.2 Saran
1) Perawat harus mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem integumen
2) Perawat harus memahami jenis-jenis luka dan proses penyembuhan luka
3) Perawat harus mengetahui konsep fraktur
4) Perawat harus mengetahui dan menguasai cara melakukan perawatan diri atau
kebersihan diri untuk membantu klien menjaga kebersihan diri selama perawatan
5) Perawat harus mengetahui pemberian obat pengurang rasa nyeri serta meninjau efek
samping dari obat yang diberikan pada klien
6) Perawat harus mampu menyusun asuhan keperawatan yang tepat berdasarkan kondisi
klien yang luka dan fraktur
25
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasa
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Black, Joyce M., Hawks, Jane H. (2009). Medical Surgical Nursing. Singapore vol.1 ed.8:
Elsevier. Gruendemann, B. J. (2005). Buku ajar keperawatan perioperatif. Jakarta: EGC
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for
Positive Outcomes, 8th Ed. Singapore: Elsevier.
Dingwall, L. (2010). Personal Hygiene Care (Essential Clinical Skills for Nurses) (1st ed.).
Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Murr, A.C. (2006). Nursing Care Plans 8th Ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Doengoes, M., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing Care Plans: Guidelines for
Individualizing Client Care Aoss the Life Span (8th ed.). Philadephia: F. A. Davis
Company.
Grace, P. A., & Borley, N. R. (2007). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Herlambang, Penggalih M. (2008). Mekanisme Biomolekular Luka Memar. Kepaniteraan
Klinik Forensik dan Medikolegal FK UNS Dr. Moewardi: Surakarta
Keliat, Budi Anna. Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Kozier, B., Erb., Berman, A.J. (2009). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. Ninth Edition. New Jersey: Pearson
Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental keperawatan vol.2 ed.7. Alih bahasa
Pamilih Eko Karyuni, Dwi Widiarti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A. J., & Snyder. (2012). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice. 9th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc
Kozier, B., Erb., G., Berman, A., Synder, S. J., & Frandsen, G. (2016). Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice, Tenth Edition. Canda: Pearson Education.
Mader, Sylvia S. n.d. Understanding Human Anatomy & Physiology. 5th Ed.
Martini, Frederic H., Nath, L Judith., & Bartholomew, Edwin F. (2012). Fundamentals of
Anatmoy & Physiology. 9th Ed. United States of America: Pearson Education
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta:
EGC
NANDA. (2014). NANDA International, Inc. Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2015-2017. (10th ed.). UK: John Wiley & Sons, Ltd.
Potter,P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktek edisi ke 4. Singapura: Elsevier.
Potter, P.A., Perry, A.G. (2010). Fundamental of Nursing 7th edition. Singapura:
ElsevierPotter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals
of Nursing, Eight Edition. St. Louis: Elsevier Mosby.
Rejo (2009). Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit. From:
http://jurnal.akpermus.ac.id/index.php/jkemu/article/view/2
Smeltzer, S. C. O., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2012). Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Stevens, P.J.M., Bordui, F., dan Van Der Weyde, J.A.G. (1999). Ilmu Keperawatan. Edisi 2.
Jilid 2. Jakarta: EGC
Suratun., et al. (2008). Klien gangguan sistem muskuloskeletal: Seri asuhan keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tortora, Gerard & Derrickson, Bryan. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
26
Wilkinson, J. M., Ahern, N. R. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook: NANDA
Diagnoses, NIC Interventions, NOC Outcomes (9th ed.). New Jersey: Pearson Education
Berman, A., & Snyder, S. (2012). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing. New jersey:
Pearson.
Erfurt-Berge, C., & Renner, R. (2014). Recent developments in topical wound therapy:
impact of antimicrobiological changes and rebalancing the wound milieu. BioMed
Research International, 1-8.
Johnson, S. (2015). Five steps to successful wound healing in the community. Journal of
Community Nursing, 29(4), 30,32,34-36,38-39.
Jones, M., Davey, J., & Champion, A. (2013). Dressing wounds. Nursing Standard, 12(39),
47-52.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan Volume 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Wynne, R., Botti, M., Stedman, H., & Holsworth, L. (2004). Effect of wound dressings on
infection, healing comfort, and cost in patients: a randomized trial. Chest, 125(1), 9-43.
27