ABSTRAK
Sistem Akuntansi perusahaan yang baik, merupakan faktor penunjang yang penting
dalam sistem perpajakan. Akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang
berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan kepada
fikus (otoritas perpajakan). Paper ini ditulis bertujuan menggambarkan betapa
pentingnya pembukuan dan pencatatan untuk menghasilkan laporan keuangan, dalam
menentukan pajak sebagai sumber keuangan negara. Sebagai bagian dari akuntansi
terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan. Perbedaan yang utama antara keduanya dalam hal timing dan permanent
ent difference. Perkembangan akuntansi perpajakan tidak lepas dari perkembangan
akuntansi komersial dengan banyak diwarnai oleh kebijakan, serta politik perpajakan
baik secara nasional, regional, maupun global).
1. PENDAHULUAN
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa (servisce activities) yang berfungsi menyajikan
informasi kuantitatif (dalam satua uang) mengenai suatu entitas ekonomi sebagai bahan
pengambilan keputusan ekonomi terhadap beberapa alternatif (AICPA 1970).
Menurut difinisi tersebut, akuntansi dipandang dari sudut kegiatan jasa, akuntansi dapat
pula dipandang sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif / analisisi dan sebagai suatu sistem
informasi (Kieso Weygandt 1993). Melalui accounting cycle, bukti transaksi (Business
Paper) baik yang bersifat intern diproses menjadi informasi dalam bentuk laporan
keuangan yang akan dipakai sebagai pengambilan keputusan oleh stakeholder. Laporan
Keuangan tersebut seringkali disebut dengan Laporan Keuangan Komersial.
*) Dra. Endang Dwi Retnani, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya.
70 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
Bilamana laporan keuangan keuangan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan
dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan, maka laporan keuangan tersebut
adalah laporan keuangan fiskal, sehingga timbullah akuntansi Perpajakan karena setiap
orang yang menjalankan usaha, transaksinya biasanya selalu berurusan dengan
perpajakan. Walter o’ Connor (1996) menyebutkan bahwa akuntansi dan perpajakan
mempengaruhi hampir semua dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Untuk menjadi laporan fiskal, maka Laporan Keuangan Komersial harus diadjust (diko-
reksi) sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyajian
informasi yang berdasarkan undang – undang perpajakan. Perkembangan akuntansi
perpajakan sesuai dengan perkembangan ekonomi aka berjalan parallel dengan
perkembangan akuntansi komersial. Pemerintah sebagai otoritas pajak berusaha dapat
memasukkan dana yang cukup dari masyarakat melalui sistem perpajakan, dengan tetap
berpegang dan memperhatikan perungdang-undangan perpajakan, keadaan perekono-
mian, sosial dan budaya, keadaan wajib pajak, sistem administrasi dan aparat pajak,
sistem akuntansi perusahaan yang baik, sistem etika business di masyarakat, serta sistem
hukum yang menjamin kepastian transaksi.
Seperti telah diutarakan di muka bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian dari
akuntansi yang berhubungan dengan informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan teru-
tama kepada otoritas pajak. Dalam perpajakan ditentukan bahwa wajib pajak berkewa-
jiban menyampaikan Surat Pemberi Tahuan (SPT) yang dilampiri dengan laporan
keuangan . Pasal 4 Undang – Undang No : 6 tahun 1993 mensyaratkan bahwa SPT yang
dilampiri Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Sophan Lumbantoruan (1993) menyebutkan bahwa dalam menyusun
Laporan Keuangn Pajak (Fiskal) memuat unsur – unsur berikut : a.
Neraca Fiskal b.
Perhitungan Laba Rugi dan perubahan laba yang ditahan c.
Penjelasan Laporan keuangan fiskal
d. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, serta
e. Ikhtisar kewajiban pajak
Neraca Fiskal pada prinsipnya sama dengan neraca komersial yang berisi Harta, Utang
dan Modal perusahaan pada akhir periode akuntansi, dengan klasifikasi menurut
likuiditas dan kewajiban yang sudah ditentukan. Perbedaannya hanya terletak pada keha-
rusan pada neraca fiskal untuk mengungkpkan adanya hubungan istimewa dalam reke-
ning utang piutang.
Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 71
Sedangkan perhitungan Laba Rugi Fiskal dilaporkan tidak jauh berbeda dengan
perhitungan Laba Rugi Komersial, yaitu sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan
(SAK) dan ketentuan serta peraturan perundang - ndangan perpajakan. Perbedaanya
adalah bahwa laporan Laba Rugi Fiskal harus menyesuaikan dengan ketentuan
perpajakan. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal khususnya Laporan Laba Rugi fiskal
menurut Sophan Lumbantoruan (1993) dapat diperinci sebagai berikut :
a. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha dengan
penghasilan dan biaya di luar usaha.
b. Harus memuat rincian unsur-unsur penghasilan dan biaya Wajib Pajak.
c. Rincian penghasilan dilakukan menurut sifat atau jenis penghasilan. Rincian biaya
dilakukan menurut sifat atau tujuan biaya.
d. Disusun dalam bentuk urutan ke bawah (Staffel)
e. Laba Bersih mencerminkan seluruh post Laba Rugi selama satu tahun
f. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun sebelumnya di-
sajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan sehingga tidak memerlukan per-
baikan SPT yang lalu.
Dalam rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal, terjadi
karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Adanya perbedaan
tersebut mengakibatkan pergeseran pengakuan penghasilan dan beban. Hal ini dise-
babkan adanya pos – pos antisipasi. Perbedaan pembebanan sebagai akibat perbedaan
metode antara Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal mengakibatkan perbedaan
Laporan Perhitungan Laba Rugi. Perbedaan Penyusutan atas harta yang sama misalnya
akan menghasilkan Laba Rugi yang tidak sama. Misalkan suatu perusahaan membeli
truck sebagai aktiva Tetap tahun 1993 seharga Rp. 40.000.000,- disusutkan dengan
metode garis lurus selama 5 tahun tanpa nilai residue, sehingga besarnya penyusutan
setiap tahun Rp. 8.000.000,-.
Menurut peraturan perpajakan aktiva tersebut di atas masuk golongan I yang akan
disusutkan dengan menggunakan metode persentase penyusutan saldo menurun (Double
Declining Balance method). Dalam metode ini beban penyusutan tiap tahunnya menurun;
persentase penyusutan saldo menurun, pengertiannya adalah bahwa persentase tersebut
dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan nilai buku aktiva tetap (Zaki Baridwan;
1992). Sehingga dengan contoh di atas besarnya beda penyusutan antara penyusutan
menurut Laporan Komersial dan Fiskal dapat digambarkan seperti pada tabel berikut :
Tabel 1
Perbandingan Beda Penyusutan antara komersial dan fiskal
72 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
Tahun PENYUSUTAN Beda
Penyusutan Waktu
Komersial FIskal
1.993 Rp. 8.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp (12.000.000)
1.994 Rp. 8.000.000,- Rp. 10.000.000,- Rp ( 2.000.000)
1.995 Rp. 8.000.000,- Rp. 5.000.000,- Rp ( 3.000.000)
1.996 RP. 8.000.000,- Rp. 2.500.000,- Rp (5.500.000)
1.997 RP. 8.000.000,- Rp. 1.250.000,- Rp (6.750.000)
Tabel di ats menggambarkan, pada tahun 1993 dan 1994 jumlah penyusutan fiskal lebih
besar daripada penyusutan komersial, yaitu : masing – masing Rp.12.000.000,- dan Rp.
2.000.000,- Mulai tahun 1995 dan seterusnya jumlah penyusutan komersial lebih besar
daripada penyusutan fiskal. Menurut ketentuan perpajakan jumlah penyusutan lebih besar
pada tahun – tahun pertama, sedangkan menurut ketentuan komersial besarnya
penyusutan sama setiap tahun. Dengan demikian terdapat pergeseran biaya (waktu) dari
tahun-tahun pertama, tetapi sifatnya sementara yang pada akhirnya menjadi nol, akibat
perbedaan metode penyusutan pada gilirannya menimbulkan perbedaan pula dalam
Laporan Laba Rugi.
Rekening-rekening lain yang dapat menimbulkan perbedaan perbedaan laba rugi karena
penyajian laporan keuangan komersial dan fiskal antara lain pengakuan piutang usaha,
penilaian persediaan, transaksi dalam valuta asing, aktiva berwujud dantiva tidak
berwujud, pengakuan pendapatan dan biaya atas proyek jangka panjang.
Akuntansi perpajakan seperti diutrakan di atas pada perkembangannya tidak bisa dilepas-
kan dari perkembangan akuntansi komersial. Gunadi (1996) mengutip buku teori
akuntansi Sofyan Syafii menguraikan secara singkat perkembangan akuntansi Leo
Herbert sebagai berikut :
A. Tahun 1975 dalam transaksi sudah dikenal sistem pembukuan secara ”sing-
le”maupun”double entry”. Gunadi (1996) mengatip pernyataan Mattessiick bahwa
teknik single atau double entry accounting adalah Lucas Paciali yang pada tahun
1994 telah menerbitkan buku “Summa d” Arithmetion Geometrica, Proportioni et
Proportionalita”
Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 73
D. Tahun 1850, Persepsi masyarakat terhadap Laporan keuangan bergeser dari neraca
ke Laba Rugi, timbul ilmu auditing
E. Tahun 1875, Akuntansi Biaya dan akuntansi untuk tujuan perpajakan mulai
diperkenalkan
F. Tahun 1900, SSertifikasi Profesi (CPA) mulai diperkenalkan di Amerika dengan
Ujian Nasional. Di Indonesia, ujian Sertifikasi Akuntasi Publik (CPA) baru
dilaksakan tahun 1997 diikuti oleh para akuntan yang hendak berprofesi sebagai
akuntan publik.
Dalam menjelang era globalisasi mulai timbul beberapa masalah yang menjadi kajian dan
penelitian serta obyek pengembangan akuntansi (Gunadi, 1996) menyebutkan : (1).
Akuntansi Sumber Daya Manusia; (2). Pelaporan Karyawan; (3). Cross Culture (sebagai
akibat globalisasi); (4). Pancadigna Multi Disiplin; (5). Akuntansi dan Pembangunan
Berkelanjutan ; (6).Akuntansi Internasional (termasuk pemeriksaan untuk internasional);
(7). Harmonisasi dan audit.
Seperti yang sudah digambarkan oleh Leo Herbert dalam Growth Of Accountability
Knowledge sejak tahun 1875, akuntansi untuk tujuan perpajakan sudah mulai
diperkenalkan dan lebih interis sejak 1925, Dalam kaitannya dengan perpajakan, Laporan
Keuangan sangat penting bagi wajib pajak, karena laporan keuangan tersebut dapat
dipakai sebagai dasar untuk perhitungan pajak secara self assement (menghitung besarnya
pajak sendiri). Adapun bentuk akuntansi dari self assesment menurut Fuad Bawazier
(1994) adalah penyampaian SPT, yang harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas. SPT
yang disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak harus dilengkapi dengan Laporan
Keuangan bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan. Laporan Keuangan
tersebut untuk perhitungan Pajak Penghasilan baik untuk wajib pajak Badan. Pajak
Penghasilan (PPh) adalah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau yang terhutang
dengan nama dan dalam bentuk apapun oleh badan pemerintah. badan usaha milik negara
74 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
dan daerah atau wajib pajak dalam negeri lainnya kepada wajib pajak Luar Negeri
(Mardiasmo; 1994).
Dari pengertian PPh serta bila dikaitkan dengan akuntansinya, terdapat beberapa unsur
dalam pos-pos PPh, yaitu :
1. Beban Pajak atau Penghasilan Pajak
2. Kewajiban pajak tangguhan serta
3. Aktiva pajak tangguhan (OSMAN SITORUS; 1998)
Laporan Keuangan sangat penting bagi perhitungan (akuntansi) perpajakan UU PPh 1984
mewajibkan kepada orang atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
usaha atau pekerjaan bebas untuk menyelenggarakan pembukuan. Demikian pula UUPN
1984 mewajibkan kepada Pengusaha Kena Pajak untuk mencatat harga perolehan dan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam pencatatan
akuntansinya. Tujuan akuntansi perpajakan adalah untuk menyajikan informasi
perpajakan kepada administrasi pajak. Karena menyangkut dengan fiskus, maka
akuntansi perpajakan, baik metode, produre, dan teknik pencatatan dan penilaiannya
harus selalu berkaitan dengan hukum pajak. Hukum pajak secara utuh akan selalu
berkaitan dengan undang–undang pajak, peraturan pemerintah keputusan presiden,
keputusan menteri, keputusan/Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Akuntansi Perpajakan
selain bersumber pada laporan keuangan dan hukum pajak, dalam pelaksanaannya harus
mengacu juga pada tax treaty, keputusan pengadilan pajak, baik Majelis Perkembangan
Pajak (MPP), maupun peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 75
1. Kapitalisasi, Pembukuan Fixed Assed akan dikapitalisasi, baik untuk akuntansi komer-
sial maupun akuntansi perpajakan. Bagi kedua jenis akuntansi tersebut pembelian
Fixed asset merupakan capital expenditure dan bukan Revenue Expenditure. Dengan
demikian ada kesamaan pandangan antara akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan mengenai perlakuan pembelian Fixed Asset.
4. Persediaan; bagi kedua akuntansi komersial atau perpajakan, tujuan penyajian rekening
persediaan (inventory) adalah untu matching antara harga pokok barang dan
penghasilan. Dalam proses cost karena tidak mungkin mengikuti individu barang
produk, maka dipakai metode arus biaya (cost flow). Metode-metode penilaian
inventory tersebut dapat diterapkan pada akuntansi komersial maupun akuntansi
perpajakan.
5. Utang Piutang; baik akuntansi komersial maupun akuntansi pajak, untuk post utang
piutang termasuk bunganya memperlakukan metode yang sama yaitu : tidak ada
perubahan net wealth dan ability to pay netto . Kecuali dalam piutang ragu-ragu
ketentuan pajak tidak sama dengan ketentuan akuntansi komersial . Antara kedua
akuntansi tersebut terdapat pandangan yang berbeda terhadap penghapus bukan piu-
tang ragu-ragu, penghasilan non perfonning credit, serta masalah concel lation of
uudoubtness income.
76 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
6. Metode kas dan akrnal. Dalam menentukan / matching antara revenue dan expence
dengan tepat, akuntansi pajak mengikuti akuntansi komersial; ketentuan dan penyajian
dalam akuntansi perpajakan lebih bersifat mandatory dan central dalam menentukan
penghasilan untuk tujuan pajak.
5. SIMPULAN
Sebagai fungsi pengambilan keputusan bagi stakeholder terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan, terutama dalam praktek
metode dan prosedure akuntansinya.
6. DAFTAR PUSTAKA
Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 77
American Intitute of Certified Public Accountants, Statement of The Accounting
Principles Board, 4 th volume, New York 1970.
Dodge, Joseph. M, The Logic of Tax; Federal Incame Tax Theory & Policy, West
Publishing & Co, ST Paul Minn, 1989.
O’ Connor, Walter. F, Accounting and Taxation, Barran’s Business Library New York
1996.
78 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78