Anda di halaman 1dari 9

ISSN 0000-0000

PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN


DI INDONESIA

Endang Dwi Retnani*)

ABSTRAK

Sistem Akuntansi perusahaan yang baik, merupakan faktor penunjang yang penting
dalam sistem perpajakan. Akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang
berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan kepada
fikus (otoritas perpajakan). Paper ini ditulis bertujuan menggambarkan betapa
pentingnya pembukuan dan pencatatan untuk menghasilkan laporan keuangan, dalam
menentukan pajak sebagai sumber keuangan negara. Sebagai bagian dari akuntansi
terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan. Perbedaan yang utama antara keduanya dalam hal timing dan permanent
ent difference. Perkembangan akuntansi perpajakan tidak lepas dari perkembangan
akuntansi komersial dengan banyak diwarnai oleh kebijakan, serta politik perpajakan
baik secara nasional, regional, maupun global).

Kata kunci : Akuntansi Perpajakan

1. PENDAHULUAN

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa (servisce activities) yang berfungsi menyajikan
informasi kuantitatif (dalam satua uang) mengenai suatu entitas ekonomi sebagai bahan
pengambilan keputusan ekonomi terhadap beberapa alternatif (AICPA 1970).

Menurut difinisi tersebut, akuntansi dipandang dari sudut kegiatan jasa, akuntansi dapat
pula dipandang sebagai suatu disiplin ilmu deskriptif / analisisi dan sebagai suatu sistem
informasi (Kieso Weygandt 1993). Melalui accounting cycle, bukti transaksi (Business
Paper) baik yang bersifat intern diproses menjadi informasi dalam bentuk laporan
keuangan yang akan dipakai sebagai pengambilan keputusan oleh stakeholder. Laporan
Keuangan tersebut seringkali disebut dengan Laporan Keuangan Komersial.
*) Dra. Endang Dwi Retnani, Ak., adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya.


70 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
Bilamana laporan keuangan keuangan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan
dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan, maka laporan keuangan tersebut
adalah laporan keuangan fiskal, sehingga timbullah akuntansi Perpajakan karena setiap
orang yang menjalankan usaha, transaksinya biasanya selalu berurusan dengan
perpajakan. Walter o’ Connor (1996) menyebutkan bahwa akuntansi dan perpajakan
mempengaruhi hampir semua dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Untuk menjadi laporan fiskal, maka Laporan Keuangan Komersial harus diadjust (diko-
reksi) sesuai dengan peraturan perpajakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
akuntansi perpajakan merupakan bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyajian
informasi yang berdasarkan undang – undang perpajakan. Perkembangan akuntansi
perpajakan sesuai dengan perkembangan ekonomi aka berjalan parallel dengan
perkembangan akuntansi komersial. Pemerintah sebagai otoritas pajak berusaha dapat
memasukkan dana yang cukup dari masyarakat melalui sistem perpajakan, dengan tetap
berpegang dan memperhatikan perungdang-undangan perpajakan, keadaan perekono-
mian, sosial dan budaya, keadaan wajib pajak, sistem administrasi dan aparat pajak,
sistem akuntansi perusahaan yang baik, sistem etika business di masyarakat, serta sistem
hukum yang menjamin kepastian transaksi.

2. TIMBULNYA AKUNTANSI PERPAJAKAN

Seperti telah diutarakan di muka bahwa akuntansi perpajakan merupakan bagian dari
akuntansi yang berhubungan dengan informasi sesuai dengan ketentuan perpajakan teru-
tama kepada otoritas pajak. Dalam perpajakan ditentukan bahwa wajib pajak berkewa-
jiban menyampaikan Surat Pemberi Tahuan (SPT) yang dilampiri dengan laporan
keuangan . Pasal 4 Undang – Undang No : 6 tahun 1993 mensyaratkan bahwa SPT yang
dilampiri Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Sophan Lumbantoruan (1993) menyebutkan bahwa dalam menyusun
Laporan Keuangn Pajak (Fiskal) memuat unsur – unsur berikut : a.
Neraca Fiskal b.
Perhitungan Laba Rugi dan perubahan laba yang ditahan c.
Penjelasan Laporan keuangan fiskal
d. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, serta
e. Ikhtisar kewajiban pajak

Neraca Fiskal pada prinsipnya sama dengan neraca komersial yang berisi Harta, Utang
dan Modal perusahaan pada akhir periode akuntansi, dengan klasifikasi menurut
likuiditas dan kewajiban yang sudah ditentukan. Perbedaannya hanya terletak pada keha-
rusan pada neraca fiskal untuk mengungkpkan adanya hubungan istimewa dalam reke-
ning utang piutang.


Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 71
Sedangkan perhitungan Laba Rugi Fiskal dilaporkan tidak jauh berbeda dengan
perhitungan Laba Rugi Komersial, yaitu sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan
(SAK) dan ketentuan serta peraturan perundang - ndangan perpajakan. Perbedaanya
adalah bahwa laporan Laba Rugi Fiskal harus menyesuaikan dengan ketentuan
perpajakan. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal khususnya Laporan Laba Rugi fiskal
menurut Sophan Lumbantoruan (1993) dapat diperinci sebagai berikut :

a. Harus dipisahkan antara penghasilan dan biaya dalam rangka usaha dengan
penghasilan dan biaya di luar usaha.
b. Harus memuat rincian unsur-unsur penghasilan dan biaya Wajib Pajak.
c. Rincian penghasilan dilakukan menurut sifat atau jenis penghasilan. Rincian biaya
dilakukan menurut sifat atau tujuan biaya.
d. Disusun dalam bentuk urutan ke bawah (Staffel)
e. Laba Bersih mencerminkan seluruh post Laba Rugi selama satu tahun
f. Koreksi masa lalu yang tidak mempengaruhi perhitungan pajak tahun sebelumnya di-
sajikan sebagai penyesuaian atas saldo laba ditahan sehingga tidak memerlukan per-
baikan SPT yang lalu.

Dalam rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal, terjadi
karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Adanya perbedaan
tersebut mengakibatkan pergeseran pengakuan penghasilan dan beban. Hal ini dise-
babkan adanya pos – pos antisipasi. Perbedaan pembebanan sebagai akibat perbedaan
metode antara Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal mengakibatkan perbedaan
Laporan Perhitungan Laba Rugi. Perbedaan Penyusutan atas harta yang sama misalnya
akan menghasilkan Laba Rugi yang tidak sama. Misalkan suatu perusahaan membeli
truck sebagai aktiva Tetap tahun 1993 seharga Rp. 40.000.000,- disusutkan dengan
metode garis lurus selama 5 tahun tanpa nilai residue, sehingga besarnya penyusutan
setiap tahun Rp. 8.000.000,-.

Menurut peraturan perpajakan aktiva tersebut di atas masuk golongan I yang akan
disusutkan dengan menggunakan metode persentase penyusutan saldo menurun (Double
Declining Balance method). Dalam metode ini beban penyusutan tiap tahunnya menurun;
persentase penyusutan saldo menurun, pengertiannya adalah bahwa persentase tersebut
dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan nilai buku aktiva tetap (Zaki Baridwan;
1992). Sehingga dengan contoh di atas besarnya beda penyusutan antara penyusutan
menurut Laporan Komersial dan Fiskal dapat digambarkan seperti pada tabel berikut :

Tabel 1
Perbandingan Beda Penyusutan antara komersial dan fiskal


72 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
Tahun PENYUSUTAN Beda
Penyusutan Waktu
Komersial FIskal
1.993 Rp. 8.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp (12.000.000)
1.994 Rp. 8.000.000,- Rp. 10.000.000,- Rp ( 2.000.000)
1.995 Rp. 8.000.000,- Rp. 5.000.000,- Rp ( 3.000.000)
1.996 RP. 8.000.000,- Rp. 2.500.000,- Rp (5.500.000)
1.997 RP. 8.000.000,- Rp. 1.250.000,- Rp (6.750.000)

Sumber : Ilustrasi Penulis

Tabel di ats menggambarkan, pada tahun 1993 dan 1994 jumlah penyusutan fiskal lebih
besar daripada penyusutan komersial, yaitu : masing – masing Rp.12.000.000,- dan Rp.
2.000.000,- Mulai tahun 1995 dan seterusnya jumlah penyusutan komersial lebih besar
daripada penyusutan fiskal. Menurut ketentuan perpajakan jumlah penyusutan lebih besar
pada tahun – tahun pertama, sedangkan menurut ketentuan komersial besarnya
penyusutan sama setiap tahun. Dengan demikian terdapat pergeseran biaya (waktu) dari
tahun-tahun pertama, tetapi sifatnya sementara yang pada akhirnya menjadi nol, akibat
perbedaan metode penyusutan pada gilirannya menimbulkan perbedaan pula dalam
Laporan Laba Rugi.

Rekening-rekening lain yang dapat menimbulkan perbedaan perbedaan laba rugi karena
penyajian laporan keuangan komersial dan fiskal antara lain pengakuan piutang usaha,
penilaian persediaan, transaksi dalam valuta asing, aktiva berwujud dantiva tidak
berwujud, pengakuan pendapatan dan biaya atas proyek jangka panjang.

Akuntansi perpajakan seperti diutrakan di atas pada perkembangannya tidak bisa dilepas-
kan dari perkembangan akuntansi komersial. Gunadi (1996) mengutip buku teori
akuntansi Sofyan Syafii menguraikan secara singkat perkembangan akuntansi Leo
Herbert sebagai berikut :

A. Tahun 1975 dalam transaksi sudah dikenal sistem pembukuan secara ”sing-
le”maupun”double entry”. Gunadi (1996) mengatip pernyataan Mattessiick bahwa
teknik single atau double entry accounting adalah Lucas Paciali yang pada tahun
1994 telah menerbitkan buku “Summa d” Arithmetion Geometrica, Proportioni et
Proportionalita”

B. Tahun 1800 masyarakat mengutamakan neraca sebagai laporan keuangan instrument


penilai keadaan perusahaan.

C. Tahun 1825, mulai diperkenalkan pemeriksaan keuangan (financial auditing).


Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 73
D. Tahun 1850, Persepsi masyarakat terhadap Laporan keuangan bergeser dari neraca
ke Laba Rugi, timbul ilmu auditing
E. Tahun 1875, Akuntansi Biaya dan akuntansi untuk tujuan perpajakan mulai
diperkenalkan
F. Tahun 1900, SSertifikasi Profesi (CPA) mulai diperkenalkan di Amerika dengan
Ujian Nasional. Di Indonesia, ujian Sertifikasi Akuntasi Publik (CPA) baru
dilaksakan tahun 1997 diikuti oleh para akuntan yang hendak berprofesi sebagai
akuntan publik.

G. Tahun 1950, mulai diperkenalkan beberapa perkembangan baru seperti : (1).


Akuntansi Pemerintah dan Pengawasan Dana Pemerintah; (2). Teknik Analisis Biaya
(3). Penyeragam Laporan Keuangan (4). Perumusan Norma Pemeriksaan Akuntan
(NPA); (5). Peralian Sistem Manual ke EDP dengan”Panch card Record”; (6).
Akuntansi Perpajakan.

H. Tahun 1975, timbulnya bidang akuntansi dengan perkembangan sebagai bidang


seperti : (1). Timbulnya Management Science; (2). Semakin canggihnya sistem
informasi akuntansi (3). Munculnya issue pentingnya nilai Sumber Daya Manusia
(SDM) dan hubungan atau lembaga pemerintah.

Dalam menjelang era globalisasi mulai timbul beberapa masalah yang menjadi kajian dan
penelitian serta obyek pengembangan akuntansi (Gunadi, 1996) menyebutkan : (1).
Akuntansi Sumber Daya Manusia; (2). Pelaporan Karyawan; (3). Cross Culture (sebagai
akibat globalisasi); (4). Pancadigna Multi Disiplin; (5). Akuntansi dan Pembangunan
Berkelanjutan ; (6).Akuntansi Internasional (termasuk pemeriksaan untuk internasional);
(7). Harmonisasi dan audit.

3. PENTINGNYA AKUNTANSI PERPAJAKAN

Seperti yang sudah digambarkan oleh Leo Herbert dalam Growth Of Accountability
Knowledge sejak tahun 1875, akuntansi untuk tujuan perpajakan sudah mulai
diperkenalkan dan lebih interis sejak 1925, Dalam kaitannya dengan perpajakan, Laporan
Keuangan sangat penting bagi wajib pajak, karena laporan keuangan tersebut dapat
dipakai sebagai dasar untuk perhitungan pajak secara self assement (menghitung besarnya
pajak sendiri). Adapun bentuk akuntansi dari self assesment menurut Fuad Bawazier
(1994) adalah penyampaian SPT, yang harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas. SPT
yang disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak harus dilengkapi dengan Laporan
Keuangan bagi wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan. Laporan Keuangan
tersebut untuk perhitungan Pajak Penghasilan baik untuk wajib pajak Badan. Pajak
Penghasilan (PPh) adalah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau yang terhutang
dengan nama dan dalam bentuk apapun oleh badan pemerintah. badan usaha milik negara


74 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
dan daerah atau wajib pajak dalam negeri lainnya kepada wajib pajak Luar Negeri
(Mardiasmo; 1994).

Dari pengertian PPh serta bila dikaitkan dengan akuntansinya, terdapat beberapa unsur
dalam pos-pos PPh, yaitu :
1. Beban Pajak atau Penghasilan Pajak
2. Kewajiban pajak tangguhan serta
3. Aktiva pajak tangguhan (OSMAN SITORUS; 1998)

Laporan Keuangan sangat penting bagi perhitungan (akuntansi) perpajakan UU PPh 1984
mewajibkan kepada orang atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
usaha atau pekerjaan bebas untuk menyelenggarakan pembukuan. Demikian pula UUPN
1984 mewajibkan kepada Pengusaha Kena Pajak untuk mencatat harga perolehan dan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam pencatatan
akuntansinya. Tujuan akuntansi perpajakan adalah untuk menyajikan informasi
perpajakan kepada administrasi pajak. Karena menyangkut dengan fiskus, maka
akuntansi perpajakan, baik metode, produre, dan teknik pencatatan dan penilaiannya
harus selalu berkaitan dengan hukum pajak. Hukum pajak secara utuh akan selalu
berkaitan dengan undang–undang pajak, peraturan pemerintah keputusan presiden,
keputusan menteri, keputusan/Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Akuntansi Perpajakan
selain bersumber pada laporan keuangan dan hukum pajak, dalam pelaksanaannya harus
mengacu juga pada tax treaty, keputusan pengadilan pajak, baik Majelis Perkembangan
Pajak (MPP), maupun peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

4. AKUNTANSI KOMERSIAL DAN AKUNTANSI PERPAJAKAN

Akuntansi Komersial dan akuntansi perpajakan mempunyai persamaan tujuan yaitu


menentukan hasil operasi perusahaan dengan cara pengukuran dan pengakuan
penghasilan serta biaya, Perbedaan pada umumnya terjadi seperti yang telah diutarakan di
muka, yaitu : bahwa hukum pajak dapat mempengaruhi perilaku pengusaha. Fuad
Bawazier (1994) menyebutkan perbedaan kedua akuntansi tersebut adalah adanya timing
differerence yaitu (perbedaan tetap). Perbedaan permanen terjadi disebabkan fiskus dalam
menentukan laba fiskal berbeda dengan laba akuntansi (komersial) tanpa koreksi di
kemudian hari. Fuad Bawazier (1994 menyebutkan adanya perbedaan permanen
disebabkan karena ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban, berdasarkan
standard akuntansi keuangan (SAK) dan berdasarkan ketentuan perpajakan . Misalnya
perbedaan karena metode penyusutan aktiva Tetap; amortisasi prepaid expense,
penghapusan piutang, penilaian persedaan dan surat berharga.

Josep M. Dodge (1989) menyebutkan beberapa persamaan dan perbedaan antara


akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan sebagai berikut :


Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 75
1. Kapitalisasi, Pembukuan Fixed Assed akan dikapitalisasi, baik untuk akuntansi komer-
sial maupun akuntansi perpajakan. Bagi kedua jenis akuntansi tersebut pembelian
Fixed asset merupakan capital expenditure dan bukan Revenue Expenditure. Dengan
demikian ada kesamaan pandangan antara akuntansi komersial dan akuntansi
perpajakan mengenai perlakuan pembelian Fixed Asset.

2. Realisasi : Pembelian asset yang dikapitalisasi, penyajianya memakai historical cost


baik untuk akuntansi komersial atau untuk akuntansi perpajakan Perbedaanya
akuntansi komersial memakai prinsip konservatisme (ada cadangan kerugian piutang.
cadangan beban (kerugian), tetapi untuk akuntansi perpajakan prinsip konservatisme
tidak diakui. Demikian pula penilaian harga pasar terhadap aktiva persediaan dan
sekuritas dapat dikombinasikan dengan prinsip konservatisme. Metode penilaian
tersebut diatas tidak dapat diterima oleh akuntansi perpajakan.

3. Depresiasi; Akuntansi komersial penyajian rekening depresiasi dimaksudkan untuk


alokasi biaya aktiva Tetap atribusi dari capital Expenditure ke revenue Expenditure.
Akuntansi perpajakan selain untuk memudahkan sebagian capital expenditure
kerevenue expenditure , dapat juga untuk tujuan / kebijaksanaan ekonomi tertentu.
Perbedaan yang cukup dominan adalah metode depresiasi aktiva tetap; untuk
keperluan perpajakan, pembagian aktiva Tetap menjadi golongan I, II, dan III.
Misalkan golongan I untuk alat pengangkutan, penyusutan memakai metode double
declining balance, tetapi untuk aktiva yang sama, akuntansi komersial bisa memakai
metode garis lurus (straight line); atau metode Depresiasi lainnya Akibatnya adalah
adanya perbedaan perhitungan laporan Laba Rugi untuk periode akuntansinya.

4. Persediaan; bagi kedua akuntansi komersial atau perpajakan, tujuan penyajian rekening
persediaan (inventory) adalah untu matching antara harga pokok barang dan
penghasilan. Dalam proses cost karena tidak mungkin mengikuti individu barang
produk, maka dipakai metode arus biaya (cost flow). Metode-metode penilaian
inventory tersebut dapat diterapkan pada akuntansi komersial maupun akuntansi
perpajakan.

5. Utang Piutang; baik akuntansi komersial maupun akuntansi pajak, untuk post utang
piutang termasuk bunganya memperlakukan metode yang sama yaitu : tidak ada
perubahan net wealth dan ability to pay netto . Kecuali dalam piutang ragu-ragu
ketentuan pajak tidak sama dengan ketentuan akuntansi komersial . Antara kedua
akuntansi tersebut terdapat pandangan yang berbeda terhadap penghapus bukan piu-
tang ragu-ragu, penghasilan non perfonning credit, serta masalah concel lation of
uudoubtness income.


76 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78
6. Metode kas dan akrnal. Dalam menentukan / matching antara revenue dan expence
dengan tepat, akuntansi pajak mengikuti akuntansi komersial; ketentuan dan penyajian
dalam akuntansi perpajakan lebih bersifat mandatory dan central dalam menentukan
penghasilan untuk tujuan pajak.

Akuntansi Komersial bertujuan untuk memberikan pertanggungan jawaban kepada


stakeholder, sehingga pengukuran kinerja perusahaan cenderung understatement dari
pada averstatement, Sedangkan tujuan akuntansi perpajakan adalah pertanggungan
jawaban dari fikus (administrasi pajak) untuk melindungi keuangan negara . Dengan
demikian andurstatement dan net asset tidak berdasarkan understatement. Dalam hal
perbedaan, kadang akuntansi perpajakan sering menyimpang dari akuntansi komersial
seperti depresiasi yang dipercepat, revaluasi asset, pencatatan akuntansi dengan bahasa
dan mata uang asing.

5. SIMPULAN

Sistem akuntansi keuangan sangat berhubungan dengan sistem akuntansi perpajakan,


karena akuntansi (laporan) keuangan menyediakan informasi kuantitatif, yang dapat
diukur dengan uang (monetory unit) dari suatu perusahaan atau entitas ekonomi, untuk
disajikan pihak-pihak yang memerlukan seperti manajemen, calon pemegang saham,
investor, kreditur, karyawan protesional (stakeholder) termasuk fiskus (administrasi
Pajak). Informasi kuantitatif yang dimaksud adalah keadaan fimancial dan kinerja dari
perusahaan atau entitas ekonomi yang bersangkutan.

Sebagai fungsi pengambilan keputusan bagi stakeholder terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan, terutama dalam praktek
metode dan prosedure akuntansinya.

Akuntansi perpajakan dimaksudkan untuk menyajikan informasi perpajakan kepada


fiskus (administrasi perpajakan). Perbedaan persepsi antara kedua Laporan tersebut
mengakibatkan timbulnya perbedaan laporan perhitungan Laba – Rugi yang pada
gilirannya menimbulkan perbedaan perhitungan penghasilan kena pajak perbedaan
permanen terjadi karena fiskus menghitung laba fiskal berbeda dengan laba komersial
tanpa koreksi dikemudian hari. Perbedaan waktu terjadi apabila perusahaan menyusun
Laporan Laba – Rugi berdasarkan konsep all inchusive, di mana dalam laporan ini
termasuk pos – pos koreksi terhadap laba – rugi tahun yang lalu, karena untuk keperluan
pajak langsung dikoreksikan pada tahun tahun yang bersangkutan.

Perkembangan akuntansi perpajakan selalu parallel dengan perkembangan akuntansi


komersial, bahkan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijaksanaan dan praktek perpajakan.

6. DAFTAR PUSTAKA


Penerapan Akuntansi Perpajakan Di Indonesia (Endang Dwi Retnani) 77
American Intitute of Certified Public Accountants, Statement of The Accounting
Principles Board, 4 th volume, New York 1970.

Dodge, Joseph. M, The Logic of Tax; Federal Incame Tax Theory & Policy, West
Publishing & Co, ST Paul Minn, 1989.

Fuad Bawazier, Akuntansi Dan Perkembangan Terakhir Undang – Undang Perpajakan,


Paper pada Konggres ke VII I.A.I. di Bandung 1994.

Gunadi, Perkembangan Terakhir Akuntansi Perpajakan, Paper pada Konvensi Nasional


Akuntansi III I.A.I. di Semarang Tanggal 11 – 14 September 1996.

Mardiasmo, Perpajakan Edisi 2, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1992.

O’ Connor, Walter. F, Accounting and Taxation, Barran’s Business Library New York
1996.

Sophan Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, Grasindo, Jakarta 1993.




78 Ekuitas Vol.1 No.2 September 1997 : 70-78

Anda mungkin juga menyukai