Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“ TEKNIK ANALISIS LINGKUNGAN (LAPANGAN)”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS C
ISRA NUR A 251 16 079
GITA GAYATRI A 251 16 044
AVE MARIA MARINGKA A 251 16 025
NURSAFITRI A 251 16 130
APRIANTI TJAURA A 251 16 096
AGUNG WIRAYUDHA A 251 16 066
MOH. RIO AFDAL A 251 16 021
IQBAL IRNANDI A 251 14 064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nya kita bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun judul makalah yang kami buat adalah “Teknik Analisis
Lingkungan (Lapangan)”.
Kami berterima kasih kepada orang tua dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun melalui
sumber-sumbernya yang berupa buku, artikel dan tulisan yang telah kami
referensi guna menyempurnakan makalah ini. Kami juga tak lupa berterima kasih
kepada dosen yang memberikan tugas ini kepada kami sehingga wawasan kami
bertambah.
Makalah ini disusun guna mengetahui tentang teknik analisis kimia
lingungan terutama teknik lapangannya untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia
lingkungan. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembacanya terutama dalam bidang pendidikan khususnya dalam mata kuliah
Kimia Lingkungan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran dari para pembaca kami harapkan demi menyempurnakan
makalah ini.

Palu, 12 Desember 2018


Tim penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu
cepat, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecendrungan pencemaran terutama
sejak perang dunia kedua mengarah kepada dua hal yaitu pembuangan senyawa
kimia tertentu yang makin meningkat terutama akibat kegiatan industri dan
transportasi. Yang lainnya akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan
bahan-bahan berbahaya aktivitas manusia.
Sebelum adanya kegiatan industri dan transportasi yang banyak
mengeluarkan bahan pencemar ke lingkungan air yang disebabkan oleh limbah
domestik akibat kegiatan manusia telah merupakan faktor yang penting yang
menentukan kesejahteraan/kesehatan manusia. Pencemaran fecal terhadap sumber
air minum telah sering menyebabkan penyakit-penyakit dengan perantara air
(waterborne deseases) yang telah membinasakan pensusuk di sejumlah kota.
Banyak persediaan air perkotaan masih mempunyai bakteri-bakteri patogen
dengan konsentrasi tinggi terutama di pemukiman penduduk yang sangat padat
dan kumuh serta pemukiman yang dekat dengan bantara sungai.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat
dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia yang kadang kala
sangat berbahaya dan beracun meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah
seperti bahan pencemar logam-logam berat: Hg, Pb, Cd, As, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan sudah terjadi pula di lingkungan udara dan tanah
dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Penyebab pencemaran ini selain
disebabkan oleh aktivitas manusia (antropogemik) juga dapat ditimbulkan oleh
kegiatan alami, seperti kebakaran hutan karena kemarau panjang, letusan gunung
berapi, dan sebagainya.
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah
lingkungan ini baik secara internasional, regional, atau lokal. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia sudah mulai sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dari
kerusakan lingkungan akibat pencemaran yang semakin parah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah bagaimana
teknik analisis lingkungan, terutama teknik analisis lapangannya?

1.3 Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu untuk mendeskripsikan
bagaimana teknik analisis lingkungan, terutama teknik analisis lapangannya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Kualitas Lingkungan

Di dalam menganalisis kualitas lingkungan , terdapat beberapa


istilah diantaranya ,yaitu parameter/variable lingkungan, variable polutan,
kualitas lingkungan, indicator lingkungan, indeks lingkungan, profil
kualitas lingkungan, dan data monitoring lingkungan.

2.1.1 Parameter / Variabel Lingkungan

Parameter menurut KBBI adalah ukuran seluruh populasi dalam


suatu penelitian yang harus diperkirakan. Parameter memiliki arti yang
sama dengan variable yang memiliki nilai yang beragam. Parameter yang
digunakan dalam profesi lingkungan, yaitu environmental variable.
Parameter ini digunakan untuk menyatakan kualitas lingkungan yang
diukur dalam bentuk kuantitatif, biasanya dalam kaitan dengan
pencemaran lingkungan.

Parameter pencemaran lingkungan terbagi 4, yatu :

1. Parameter Kimia
Parameter kimia meliputi CO2, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-
logam berat.
2. Parameter Biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD ( biochemical Orxygen Deman),
yaitu jumlah oksigen yang terkandung atau terlalur di air. Cara
pengukuran BOD adalah dengan menyimpan sampel air yang telah
diketahui kandungan oksigennnya selama 5 hari dan kemudian diukur
kembali kadungan oksigennya, BOD digunakan untuk mengukur
banyaknya pencemaran organik. Di air yang normal dan alami, kadar
pH adalah 6,5 – 8,5. Keasaman air dapat iukur dengan kertas lakmus.
Contoh lain adalah kandungan oksifen d dalam air minum tidak boleh
kurang dari 3 ppm.
3. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kejernihan dan
kandungan bahan radiokatif.
4. Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme,
misalnya, bakteri coli, virus, dan plankton.
Contoh : Parameter Kualitas Limbah Pencemaran Lingkungan
a. Pengukuran fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan
warna, bau, dan rasa air sungai, kecepatan laju air dengan bola
pingpong, penetrasi cahaya, dalam dan lebar sungai dan
lainnya.
b. Parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain
adalah pH, BOD, COD, dan DO
c. Pengukuran biologi dilakukan dengan menghitung indeks
keanekaragaman dan kelimpahan organisme air seperti
plankton, benthos, bakteri patogen, serangga air, moluska, ikan
dan lainnya.
2.1.2 Variabel Polutan

Kuantitas fisik, kimia, atau biologi sebagai ukuran polusi


lingkungan. Contoh: konsentrasi SO2 di atmosfer, pH sungai.

2.1.3 Kualitas Lingkungan

Variabel-variabel yang menggambarkan bagian dari lingkungan.

2.1.4 Indikator Lingkungan

Kuantitas tunggal yang berasal dari satu variabel polutan dan


digunakan untuk menggambarkan beberapa atribut lingkungan.
2.1.5 Indeks Lingkungan

Angka tunggal yang berasal dari dua atau lebih indikator.

2.1.6 Profil Kualitas Lingkungan

Jumlah indikator yang ada pada saat yang sama untuk


menghasilkan gambaran kondisi lingkungan (tetapi tidak digabungkan).

2.1.7 Data Monitoring Lingkungan

Pengukuran-pengukuran rutin variabel-variabel fisik, kimia dan


biologi yang dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi-kondisi
lingkungan.

2.2 Analisis Kualitas Air

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi


air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air
juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air
dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap
kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air
minum. Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah
dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang
diizinkan untuk keperluan tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan
kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang
sangat kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industry seperti
manufaktur, pertambangan, konstruksi, dantransportasi merupakan
penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian
dan perkotaan.
Analisis diperlukan untuk mengetahui kualitas air baku yang akan
digunakan sebagai sumber air untuk air minum. Hal ini menjadi sangat
penting karena kualitas air yang tidak sesuaidengan persyaratan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Selain itu, dengan menganalisis kualitas air baku maka dapat
ditentukan rangkaian jenis pengolahan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan keluaran air sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil
analisis yang digunakan adalah pada saat keadaan maksimum, karena
biasanya keadaan sungai sepanjang tahun berbeda-beda sehingga untuk
memaksimalkan pengolahan agar air hasil pengolahan tetap dapat
memenuhi syarat berlaku maka perlu dilakukan pengolahan dengan beban
maksimum sehingga pada saat keadaan rata-rata dan minimum tidak perlu
peningkatan efisiensi lagi. Pada saat ini dikenal beberapa jenis standar
kualitas air minum, baik bersifat nasional maupun internasional. Standar
kualitas air minum yang bersifat nasional hanya berlaku bagi negara yang
menetapkan standar tersebut. Sedangkan yang bersifat internasional
berlaku pada negara yang belum memiliki atau menetapkan standar
kualitas air secara tersendiri .
Dalam menganalisis kualitas air baku sungai dapat digunakan
beberapa standar sebagai pedoman parameter air minum. Tujuan dari
penggunaan standar ini adalah untuk mengetahui parameter yang harus
diperbaiki ataupun dikurangi konsentrasinya.
2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Baku

Air mempunyai persyaratan kualitas tertentu, tergantung pada


peruntukan air yang akan digunakan. Persyaratan kualitas air industri
berbeda dengan persyaratan kualitas air untuk keperluan pertanian.
Demikian pula dengan keperluan minum, perikanan dan sebagainya.
Penyimpangan terhadap kualitas yang telah ditentukan akan menyebabkan
gangguan pada berbagai keperluan tersebut di atas. Untuk air yang
diperuntukkan bagi keperluan minum, mempunyai persyaratan fisis, kimia,
radioaktif dan mikroorganisme yang mempunyai besaran (konsentrasi)
tertentu. Beberapa persyaratan dari kualitas air minum dipaparkan sebagai
berikut:
 Persyaratan fisik meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur
dan daya hantar listrik.
 Persyaratan kimia meliputi kesadahan, pH dan kadar logam (Fe,
Mn, Cr, Cd, Zn), nitrat, flour, sulfat, klorida, dsb.
 Persyaratan bakteriologis meliputi bebas total koliform, koli
tinja.
 Persyaratan radioaktif meliputi sinar α, β, ɣ dan lain-lain.
1. Persyaratan Fisika
a. Tidak Berbau: Air yang berbau dapat disebabkan proses
penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air.
b. Jernih: Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi
yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.
Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba
pathogen dapat terlindung oleh partikel tersebut .
c. Tidak Berasa: Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-
zat tertentu di dalam air tersebut.
d. Suhu: Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang
mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu
air minum idealnya ± 3 °C dari suhu udara di atas atau di bawah
suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol
yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang
mengeluarkan atau menyerap energi air
e. TDS: Total Dissolved Solid/TDS, adalah bahan-bahan terlarut
(diameter < 10 -6 -10 -3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia
dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan
naik. Kesadahan mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada
sistem perpipaan.
2. Persyaratan Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun
yang umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan
sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang
dinamis dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua
reaksi kimiawi yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana
sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya merupakan
unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa
lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan ada
sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion
hidrogen bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut
bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang,
menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut bersifat basa. pH yang
ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8 sampai 8,5. pH yang
sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin
besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang
tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga
bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan
langsung di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan
kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk
proses respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
secara alamiah banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen
terlarut. Adanya oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari
proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air,
tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral
dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C
yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka
konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang
umum digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan
metode titrasi cara Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-
meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang
mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang
sebenarnya terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk menguraikan
hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk
mendesain sistim pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Penguraian zat organik adalah proses alamiah, yang kalau suatu badan
air dicemari oleh zat organik maka selama proses penguraiannya
mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air.
Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi
anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan
proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik.
Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan organik terurai,
diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada
temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan
mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka
timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan mencari selisih
antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik
baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat
diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa
BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 –
0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
3. Nilai Ambang Batas
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi
dimana manusia mampu menahannya tanpa menumbulkan gangguan
kesehatan selama 40 jam atau 5 hari dalam seminggu. Mungkin seperti
itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.
Untuk zat-zat yang memiliki standar NAB, Udara, air, tanah, dan
yang sebenernya Nilai ambang batas ini lebih terkhusus pada zat-zat
kimia berbahaya, karena pertimbangan risiko, tingkat frekuensi dan
tingkat kefatalan yang ditimbulkan oleh zat kimia tersebut maka perlu
diupayakan adanya pengendalian. Penetapan nilai ambang ini
merupakan.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta
penjelasannya:
a. DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam
air. semakin tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada
suhu 20C. tingkat DO maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan
untuk menunjukkan kadar atau satuan. ppm ialah singkatan dari
part per million atau sama dengan mg/L.
b. BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan
oksigen oleh makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi
nilainya maka semakin banyak mikrobanya dan membuat nilai DO
turun. Semakin tinggi nilai BOD maka akan semakin rendah
kualitas air.
c. COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya
disini ialah tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen.
bisa jadi dipakai untuk mengurai dan sebagainya. nilai COD juga
berbanding terbalik dengn DO.
d. TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut
didalam air. semakin rendah TDS maka akan semakin bagus
kualitas air. banyak tds meter yang mudah untuk didapatkan dan
bisa digunakan hanya dengan mencelupkan ujung alat tersebut
kedalam air.
2.2.2 Metode Pengambilan Sampel
Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian
material bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan
yang akan diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan
diperiksa di laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi
relatif yang tepat dari semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam
material yang disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang
berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil
sampel yang dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan
sampel dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang
dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan
kandungan pada sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika
prosedur pengambilan dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan
benar.
Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air
yang harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika,
pH, sisa Chlor. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia
air.Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan
sumber air.
2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam
penampung sementara hingga merata.
4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang
diambil dari setiap titik harus sama.
2.3 Analisis Kualitas Udara
Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan
bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang
membentuk atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada
permukaan bumi. Komposisi Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar
yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas methane, ammonia,
hydrogen sulfide, karbon monoksida dan nitroksida mempunyai kadar
yang berbeda-beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya konsentrasi
methane, ammonia, hydrogen sulfide, Karbon monoksida dan nitroksida
sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industry kimia. Hal tersebut bisa
terjadi karena ada polusi udara.
2.3.1 Sampling Senyawa dan Pencemar Udara
Menurut (Soedomo, M., 2001) penerapan metoda dan teknik
pengukuran akan ditentukan secara langsung oleh tujuan dan maksudnya.
Dalam hubungannya dengan program pengendalian pencemaran udara,
metoda sampling yang dilakukan dapat dibagi dalam dua jenis:
a. Sampling udara ambien
Sampling udara ambient dilakukan dengan tujuan-tujuan khusus
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada disuatu
daerah, dengan mengacukannya kepada ketentuan dan peraturan
mengenai kualitas udara yang berlaku dan baku mutu udara yang
berlaku.
2. Untuk menyediakan pengumpulan data (data base) yang
diperlukan dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan pertimbangan
perancangan, seperti : pengembangan kota dan tata guna lahan,
transportasi, evaluasi penerapan strategi pengendalian pencemaran
yang telah dilakukan, validasi pengembangan model dilusi dan
disperse pencemaran udara yang ada, evaluasi dan peramalan
tingkat tingkat pencemaran episodic, jangka panjang dan jangka
pendek.
3. Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran yang ada di
daerah pengendalian pencemaran udara tertentu, termasuk daerah
perkotaan.
4. Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian
darurat guna mencegah timbulnya episode pencemaran udara.
Sampling udara ambient dilakukan dengan beberapa cara :
1. Sampling menerus (kontinu) pada interval waktu yang regular
dan kecil.
2. Sampling setengah kontinu, regular misalnya mingguan,
bulanan, tahunan, dst.
3. Sampling sesaat tidak kontinu, hanya dilakukan pada saat saat
tertentu saja.
b. Sampling Sumber
Maksud dan tujuan sampling sumber :
1. Untuk mengetahui dipenuhi atau tidaknya peraturan emisi
pencemar udara yang ada oleh suatu sumber stationer tertentu.
2. Untuk mengukur tingkat emisi berdasarkan laju produksi
industri yang ada ( kesetimbangan proses dan emisi), sebagai
data yang diperlukan oleh industri sendiri dalam mengevaluasi
jalannya proses industri.
3. Untuk mengevaluasi keefektifan metoda pengendalian dan
peralatan pengendali pencemar yang dipasang.
Sampling hanya merupakan langkah pertama dalam pengukuran,
karena sampel selanjutnya memerlukan analisis laboratorium dimana
metode pengukuran analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan.
2.3.2 Metode Analisis
Analisa gas biasanya dilakukan dengan analisis gasometric
(volumetri) atau dengan analisis chromatographic, kecuali untuk
pengukuran hidrogen sulfida yang terlalu kecil untuk diukur melalui dua
metode tersebut. Umumnya, analisis gasometric lebih akurat dan sesuai
untuk penentuan oksigen, methana, hidrogen dan karbon dioksida.
Nitrogen biasanya ditentukan dalam analisis secara tidak langsung.
Analisis gasometric sangat memakan waktu. Meskipun demikian,
peralatan yang dibutuhkan relatif sederhana, tidak membutuhkan kalibrasi
sebelum digunakan, dan oleh karena itu sangat tepat untuk analisa yang
jarang dilaksanakan (Sawyer, 1978).
a. Metode Analisis gas
 Analisis Gasometric
Metode awal analisis gasometric digunakan pengukuran
terpisah karbon dioksida dan oksigen, diikuti dengan pembakaran
perlahan-lahan hidrogen dan methana. Analisa diselesaikan dengan
mengukur jumlah karbon dioksida yang dihasilkan selama
pembakaran methana dan kemudian dilakukan perhitungan dengan
Hukum Gay Lussac penggabungan volume untuk menentukan
jumlah methana dan hidrogen yang terdapat dalam campuran.
Penggunaan peralatan unit pembakaran lambat, seperti
Orsat kadang digunakan dalam analisa gas. Namun, operasi dalam
penentuan hidrogen dan metana agak berbahaya karena
kemungkinan ledakan, dan oleh karena itu tidak dianjurkan.
Perangkat lain, seperti Burrel, mengoksidasi terpisah hidrogen dan
metana. Hidrogen teroksidasi dengan melewatkan gas melalui unit
pemanas yang diisi dengan oksida tembaga, dan metana teroksidasi
dalam unit pemisah dengan membawa campuran dan oksigen
dalam kontak dengan katalis pada suhu relatif rendah. Bahaya
ledakan benar-benar ditiadakan.
 Analisis Chromatographic
Chromatographic gas, merupakan metode sederhana untuk
analisa gas yang cepat dan digunakan untuk penggunaan rutin.
b. Metode Analisis Pencemaran Udara
Dalam pemilihan metode analisis pencemaran udara perlu
dipertimbangkan mengenai presisi dan akurasi metode yang
digunakan, karena konsentrasi pencemaran udara diambil dalam μg/m3
atau ppb (Soedomo,2001).
Beberapa metode analisis yang umum digunakan untuk
pengukuran pencemaran antara lain:
1. Colorimetric Analyzers (Spektrofotometri)
Spektrofotometri menggunakan prinsip kolorimetri yaitu
gas yang dilarutkan di dalam larutan reagan sehingga terjadi
perubahan warna larutan.
Keuntungan dari penggunaan alat ini adalah tidak
memerlukan perawatan yang teliti dan reagan dapat diregenerasi.
Beberapa contoh spektrofotometri misalnya :
 Galvanic colometric analyzers
 Amperometric colorimetric analyzers
 (Brorno) colorimetric analyzers
2. Conductimetric Analyzers
Alat mengukur ini menggunakan prinsip berdasarkan sifat
larutan dengan kekuatan ion-ion sehingga akan memiliki tahan
listrik tertentu ( konduktifitas). Conductimetric Analyzer (
pengukuran konduktifitas) banyak digunakan untuk pengambilan
contoh gas SO2 dengan menggunakan absorban H2SO4 encer atau
air suling.
3. Chemiluminescent Analyzers
Alat ini banyak digunakan untuk O3, NOx, dan Oksidan,
dengan cara mengukur energy cahaya yang dihasilkan oleh reaksi
gas pencemar yang akan diukur dengan gas reagan, energy cahaya
ditangkap oleh tabung photomultiplier, diperkuat dan dipancarkan
ke pembaca. Energy cahaya yang diukur tersebut sebanding dengan
kuantitas pencemar rekatif.
Beberapa persyaratan untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang dapat diandalkan (valid) pada metode ini adalah :
 Laju aliran udara konstan
 Gas Reagan cukup
 Reactor memadai
 Tabung multipler stabil dan sensitive
 Perlu kalibrasi dinamis
 Digunakan untuk O3, NOx, dan oksidan
4. Non Dispersive Infra Red Analyzers (NDIR)
Metode ini digunakan untuk CO dan zat zat lain yang dapat
menyerap cahaya sinar infra merah. Gas didalam alat penganalisis
akan menyerap energy infra merah sebanding dengan
konsentrasinya .

5. Gas Chromatography fid


Metode ini digunakan pada kolom dengan absorbent padat
berlapis senyawa cair pada tekanan uap rendah. Data konsentrasi
HC (Hidrokarbon) diperoleh setelah terjadi pemisahan, sedangkan
untuk CO data konsentrasi diperoleh setelah mengubahnya terlebih
dahulu menjadi CH4.

6. Ultra Violet Absorption


Metode ini digunakan pengukuran O3 dengan menggunakan
prinssip penyerapan energy ultra violet .

7. Flame Photometric Detector


Metode ini digunakan untuk pengukuran senyawa senyawa
mengandung sulfur tanpa dapat membedakan spesiesnya. Alat ini
menggunakan detector pembakar gas H2 dan tabung multipler.
Kuantitas pencemar sebanding dengan energy sinar elemen
terbakar di dalam bahan bakar yang kaya akan nyala H2
(Soedomo,2001).
8. Continous Analyzers untuk partikulat
Beberapa jenis penganalisis partikulat misalnya :
 Piezoelectric Particle Analyzer dengan osilasi kristal kuarsa.
Partikel yang mengendap pada kristal akan menyebabkan
turunnya frekuensi resonansi sebanding dengan massa.
 Nephelometry dengan metode optikal
 Beta Radiator Detector
9. Gravimetric
PM10 (partikel <10) dapat diukur dengan menggunakan
alat High Volume Air Sampler (HVAS) yaitu merupakan peralatan
yang digunakan untuk pengumpulan kandungan partikel melalui
filtrasi, sejumlah besar volum udara di atmosfer dengan memakai
pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter dan
alat control laju alir. Prinsip kerja dari high volume air
sampler dengan metode gravimetri adalah menentukan konsentrasi
debu yang ada di udara dengan menggunakan pompa isap. Udara
yang terhidap disaring denga filter, sehingga debu yang ada di
udara akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah
udara yang terhisap dan berat debu yang menempel pada filter,
akan diketahui konsentrasi debu yang ada di udara (Aprianti, 2010)
10. Sallzman
Pada Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, untuk
menganalisa NO2 di udara dapat dilakukan dengan mereaksikan
NO2 dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk
senyawa yang berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Prinsip
Dasar adalah Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber
dengan desain khusus dan porositas frittednya berukuran 60 μm.
Untuk pengukuran NO, sample gas harus dilewatkan ke dalam
oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3) (Muhammad
Arief).
11. Pararosaniline
Prinsip Dasar SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan
kalium tetra kloromercurate (absorbent) dengan laju flowrate 1
liter/menit. SO2bereaksi dengan kalium tetra kloromercurate
membentuk komplek diklorosulfitomercurate . Dengan
penambahan pararosaniline dan formaldehide akan membentuk
senyawa pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu
kemerahan. Intensitas warna diukur dengan spectrofotometer pada
panjang gelombang 560 nm (James, 1989).
12. Chemiluminescence
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk
nitrogen dioksida tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali
pada posisi ground state dengan melepaskan energi berupa cahaya
pada panjang gelombang 600 - 875 nm. Intensitas cahaya yang
diemisikan diukur dengan photomulltifier , Intensitas yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di udara. Sedangkan
gas NO2 sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih dahulu
direduksi dengan katalitik konventor
Prinsip kerja chemiluminescent analyzers dengan cara
mengukur energi cahaya yang dihasilkan oleh reaksi gas pencemar
yang akan diukur dengan gas reagen, energi cahaya ditangkap oleh
tabung photomultiplier, diperkuat dan dipancarkan ke pembaca.
Energi cahaya yang diukur sebanding dengan kuantitas pencemar
reaktif. (Muhammad Arief).
13. Flame Ionization
Metode ini menggunakan alat Flame Ionization Detector
atau FID. Deteksi FID berdasarkan pengukuran jumlah atom
karbon, dimana aliran gas yang keluar dari kolom akan melewati
nyala yang berupa pembakar kecil. Senyawa organik akan terurai
menjadi pecahan sederhana bermuatan positif. Pecahan ini
meningkatkan daya hantar di sekitar nyala, tempat yang dipasang
elektroda, dan peningkatan daya hantar ini dapat diukur dengan
mudah dan direkam (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.4 Analisis Kualitas Tanah


2.4.1 Kualitas Tanah
Kualitas tanah merupakan kapasitas dari suatu tanah dalam suatu
lahan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau
ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi tersebut merupakan
kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
tumbuhan serta hewan, mempertahankan kualitas udara dan air atau
mempertahankan kualitas lingkungan. Tanah berkualitas membantu hutan
untuk tetap sehat dan menumbuhkan tanaman yang baik .
Kualitas tanah memadukan unsur fisik, kimia serta biologi tanah
dan interaksinya. Agar tanah dapat berfungsi efektif, ketiga komponen
tersebut harus disertakan. Hasil akhir dari proses-proses degradasi dan
konservasi yang berlangsung pada suatu tanah akan berpengaruh terhadap
kualitas tanah. Oleh karena itu, kualitas tanah tidak hanya mencakup
produktivitas dan perlindungan lingkungan, tetapi juga keamanan pangan
serta kesehatan manusia dan hewan .
Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi
fungsinya adalah terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan
bertambah luasnya lahan kritis, menurunnya produktivitas tanah dan
pencemaran lingkungan. Adanya dampak tersebut dapat digunakan untuk
memonitor perubahan kualitas tanah agar tetap memenuhi fungsinya.
Penurunan kualitas tanah memberikan kontribusi yang besar akan
bertambah buruknya kualitas lingkungan secara umum.
Kualitas tanah lebih ditekankan pada pemenuhan kebutuhan
manusia, meliputi sifat-sifat inherent yang digunakan sebagai pendukung
atau kendala kemampuan tanah untuk memenuhi pencapaian tujuan
manusia. Sifat-sifat inherent tersebut terbentuk melalui proses
pembentukan tanah dan dapat disamakan dengan potensi genetik.
Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan, maka perlindungan kualitas
tanah sebagaimana perlindungan kualitas udara dan kualitas air merupakan
sasaran pokok dari kebijakan lingkungan nasional.
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis
indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah
menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan
indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas
tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang
menunjukkan kapasitas fungsi tanah. Berdasarkan fungsi tanah yang
hendak dinilai kemudian dipilih beberapa indikator yang sesuai.
Menurut Mausbach dan Seybold (1998) pemilihan indikator
berdasarkan pada konsep minimum data set (MDS), yaitu sedikit mungkin
tetapi dapat memenuhi kebutuhan. Penilaian Indeks Kualitas Tanah dapat
melalui penggunaan sifat tanah kunci atau indikator yang menggambarkan
proses penting tanah, yaitu dengan menggunakan metode indeks
penjumlahan. Selain itu, penilaiannya juga dapat dilakukan dengan
mengukur suatu perubahan fungsi tanah sebagai tanggapan atas
pengelolaan dalam konteks peruntukan tanah, sifat bawaan tanah, dan
pengaruh lingkungan misalnya hujan dan suhu.
Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta
proses dan karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai
perubahan dalam tanah. Secara lebih spesifik Doran dan Parkin (1994)
menyatakan bahwa indikator kualitas tanah harus memenuhi kriteria: a.
Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi
modeling. b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan
biologi tanah. c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan
dapat diakses oleh para pengguna. d. Peka terhadap variasi pengelolaan
dan iklim (terutama untuk menilai kualitas tanah yang bersifat dinamis). e.
Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah. Selama ini evaluasi
terhadap kualitas tanah lebih difokuskan terhadap sifat fisika dan kimia
tanah karena metode pengukuran yang sederhana dari parameter tersebut
relatif tersedia.
2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Kualitas Tanah

Tanaman memberikan masukan bahan organik melalui daun,


cabang dan rantingnya yang gugur yang selanjutnya berperan penting
dalam perbaikan kualitas tanah baik sifat kimia, fisika maupun biologi
tanah. Seresah yang jatuh di permukaan tanah dapat melindungi
permukaan tanah dari pukulan air hujan dan mengurangi penguapan,
mampu mengikat air dalam jumlah besar sehingga dapat mengurangi
jumlah air yang hilang. Dari segi kimia, seresah berperan dalam
menambah unsur hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation.
Meningkatnya Kapasitas Tukar Kation ini dapat mengurangi kehilangan
unsur hara yang ditambahkan melalui pemupukan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan. Dari segi biologi, seresah dapat
memberikan manfaat biologi melalui penyediaan energi bagi
berlangsungnya aktivitas organisme sehingga meningkatkan kegiatan
mikro maupun makro di dalam tanah.
Menurut Gonggo, B.M dkk. (2005) penurunan kemantapan struktur
dan kadar bahan organik tanah dapat menimbulkan perubahan sifat-sifat
tanah lain seperti menurunnya porositas tanah, permeabilitas tanah, dan
biologi tanah. Perubahan ini merupakan masalah yang disebabkan oleh
perubahan tata guna tanah, jika dibiarkan dapat menyebabkan penurunan
kualitas tanah. Pohon memberikan pengaruh terbaik terhadap perbaikan
kualitas tanah karena dapat menghasilkan seresah yang cukup tinggi, yang
mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Tebalnya lapisan seresah juga memberikan manfaat biologi melalui
penyediaan energi bagi berlangsungnya aktivitas organisme dalam
merombak perakaran pohon yang mati, sehingga meningkatkan kegiatan
organisme mikro maupun makro di dalam tanah. Sangat disadari akan
kompleksnya berbagai proses dan faktor yang mengendalikan kualitas
tanah, sehingga sangat sulit untuk menyatukan berbagai interaksi antara
faktor-faktor tersebut menjadi suatu indikator.
Kandungan bahan organik tanah merupakan salah satu faktor
penentu kualitas tanah untuk tanah mineral. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah maka kualitas tanah mineral semakin baik. Walaupun
kandungan bahan organik tanah sangat sedikit yaitu 1 – 5% dari berat total
tanah mineral, namun pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
tanah sangat besar. Manfaat bahan organik sudah teruji kehdanalannya
dalam memperbaiki kualitas tanah.
2.4.3 Teknik Pengambilan Sampling Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil
diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan
dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara
efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti
apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan
rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah.

Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat
sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah
pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan
kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang
yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang
pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.

Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah


1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung
dr badan tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya
menggmbarkan karakteritik tanah pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari
beberapa waktu pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat
dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dgn menggunakan
peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu
tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis hanya dilakukan jika ingi
mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas tanah secara terus-
menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan
yang diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang
sama. Selain itu ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam
pengammbilan sampel penelitian yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini
dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel
secara penyeluruh. Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan
penampungan dan pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh
otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

 Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah


terganggu (disturb soil samples)
 Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb
soil samples).
 Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat
fisik tanah (bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah),
sedangkan contoh tanah terganggu diperlukan untuk analisis
sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur, kadar air
tanah/pF).
 Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah
terganggu dapat diambil dengan menggunakan alat cangkul,
sekop, atau auger (bor tanah).
 Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya
contoh yang diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh
tanah campuran dari contoh-contoh tanah individu (sub
amples).
 Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan
yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan
pertanian.
 Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang
homogen (10 – 15 Ha).
 Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit
dapat mewakili tidak kurang dari 5 hektar.
 Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah
individu (sub samples).

2.4.4 Parameter Sifat Tanah

Parameter Sifat Tanah berdasar uraian di atas, maka sebagai dasar


evaluasi tingkat kesuburan, secara umum adalah:
1. Parameter sifat Kimia tanah:
a. pH
b. Bahan organic
c. N-total (%)
d. C-organik (%)
e. P-tersedia (ppm)
f. Basa-basa Na-, K-, Ca-, Mg-dapat dipertukarkan
(exchangeable bases, Cmol.Kg-1)
g. Kapasitas Tukar Kation (KTK, Cmol.Kg-1)
h. Kejenuhan Basa (%)
i. Tekstur (pasir, debu, liat, kelas)
2. Parameter sifat Fisika tanah:
a. Porositas
b. Berat Isi
c. Berat Jenis
d. Permeabilitas
e. Kemantapan agregat
f. Daya Pegang Air (water holding capacity)
3. Parameter sifat Biologi tanah:
a. Biomas Mikroba (microbial biomas)
b. Berat molekul bahan organic
c. Biodiversitas
d. Populasi makro- dan mikro-organisme
4. Parameter sifat Lingkungan tanah:
a. Panas (warmth)
b. Suhu (temperature)
c. Kelembaban (moisture)
d. Erosi (erosion)
e. Pencemaran (pollution)
Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press., Bogor

https://vinafadhillah.blogspot.com/2016/10/analisa-udara-dan-metode-
sampling.html

Ikhtiar, M. 2017. Analisis Kualitas Lingkungan.Makassar : CV. Social Politic


Genius

TAMBAH SENDIRI DAPUS APA KEK

Anda mungkin juga menyukai