Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling utama bagi seluruh umat
muslim seluruh dunia. Kitab yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun ajarannya
berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah, mengamalkannya berujung
kebahagiaan.
Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil lil’alamin, mereka
memiliki kitab yang suci yaitu Al-Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang
masa, ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk segala waktu dan
tempat (shalihun li kulli makanin wa zamanin). Diturunkan kepada makhluk yang
sempurna perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh alam jagad raya.
Oleh karena dalam makalah ini kami akan menguraikan definisi Al-Qur’an dan
Hadits secara rinci, apakah Al-Qur’an mengalami menambahan dan pengurangan.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa Definisi Al-Qur’an, Perbedaannya dengan Hadits Nabawi dan
Qudsi?
 Apakah Al-Qur’an itu Terbukti Keotentitasannya?
 Apakah Al-Qur’an Bersifat Konfrehensif dan sesuai untuk Segala
Waktu dan Tempat?

1.3 Batasan Masalah

Dalam ruang lingkup masalah ini saya berusaha menjelaskan atau


memaparkan materi yang terdapat dirumusan masalah saja.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1
1. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah mengenai “Al-Qur’an sebagai Sumber
Hukum Islam” ini, penulis memiliki beberapa tujuan yang penulis
kelompokkan ke dalam tujuan khusus dan tujuan umum, yaitu:
 Tujuan Khusus: Sebagai tugas kelompok dalam mata Ushul Fiqh di
Sekolah Tinggi Filsafat Islam SADRA (STFI Sadra), Semester 3
Tahun Akademik 2014/2015.
 Tujuan Umum: Mengetahui lebih dalam dan spesifik tentang definisi
Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam, Perbedaannya dengan
hadits, keontetikannya dan sifatnya.
2. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini bisa memberikan kontribusi dalam
perkembangan pendidikan kita. Khususnya agar dapat terus menunjang
pendidikan terutama mata kuliah ushul fiqh., yang. mana menjadi syarat
untuk melanjutkan mata kuliah (semester) selanjutnya.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penelitian yang penulis gunakan untuk menyusun makalah ini


adalah metode “studi pustaka”, yakni metode dengan cara mengumpulkan
informasi ataupun data-data yang berkaitan dengan tema makalah penulis, baik
yang bersumber dari buku-buku maupun internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu;

 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, rumusan masalah, batasan
masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

2
 BAB II PEMBAHASAN

Pada Bab ini yang akan membahas berbagai macam bahasan dimulai dari definisi,
perbedaan, keotentikan, dan lain sebagainya.

 BAB III PENUTUP

Bab ini terdapat kesimpulan dari keseluruhan isi makalah ini serta kritik dan saran
bagi penulis untuk pembaca.

 DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi sumber-sumber materi yang di ambil untuk membuat makalah
ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Al-Qur’an

Secara etimologi menurut Al-lihyani, salah seorang ahli Bahasa (Wafat 215)
berpendapat bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja
(fi’il) ‫قرأنا‬-‫قرأة‬-‫يقرأ‬-‫ قرأ‬yang berarti membaca atau bacaan. Kata ‫ قرأنا‬yang berwazan
‫ فعالن‬bermakna ‫ مفعول‬yakni ‫ مقروء‬yang berarti yang dibaca. Sedangkan menurut Az-
zajjaj, kata al-qur’an berasal dari kata ‫ القرأ‬yang memiliki arti himpunan. Asy’ari al-
qur’an berasal dari ‫ قرن‬yang berarti menggabungkan.

Menurut Subhi As-salih, dari berbagai pendapat di atas, pendapat Al-Lihyani


lah yang didukung oleh jumhur ulama karena dipandang paling kuat. Dengan dasar
bahwa al-qur’an sendiri juga menggunakan kata ‫ قرأن‬tanpa ‫ ال‬dengan arti bacaan.
Misalnya firman Allah SWT di dalam QS. Al-Walqiah: 77

ٍ ‫( ِفي ِكتَا‬77) ,‫ِإنَّهُ لَقُ ْرآنٌ ك َِري ٌم‬


ٍ ُ‫ب َم ْكن‬
(78)‫ون‬

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang
terpelihara (LauhilMahfudz)”.1

Sedangkan secara terminologis, para ulama memberi rumusan definisi yang


beragam:

1. Menurut As-shabuni adalah:

1
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Al-Qur’an, Hal.1-2

4
“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul
terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kaepada
kita dengan jalan tawattur (mutawattir), membacanya merupakan ibadah yang di
awali dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas”.

2. Menurut Al-Zarqoni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mu’jizat yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad saw. Tertulis dalam mushaf, dinukil dengan cara mutawattir, dan
membacanya bernilai ibadah”.2

Berdasarkan ulasan dan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an
adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah Taurat,
Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan sebutan Al-Qur’an. Kitab
Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Diturunkan
kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk yang memiliki
kesempurnaan, ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril.
Membacanya tentu bernilai ibadah dan mengamalkan isinya berhujung kepada
kebahagiaan zahir dan batin. Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki asupan
gizi yang sangat tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat muslim
sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi siapa orang
yang terus membaca, mendalami, memahami, dan mengamalkan isi kandungannya
maka jumlah protein yang masuk akan semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan
menyehatkan anggota badan yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an juga
merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,
keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif dan
universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli makanin wa
zamanin).

2
Ibid, hal-3

5
2.2 Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi

Definisi Al-Qur’an telah dikemukakan di halaman sebelumnya. Untuk


mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an, hadits Nabawi dan hadits Qudsi, maka
terlebih dahulu kami akan mendefinisikan hadits Nabawi dan Qudsi.

A. Hadits Nabawi

Secara bahasa bermakna “dhiddu al-qadim”(lawan dari lama atau baru).


Yang dimaksud dari hadits secara umum adalah setiap kata-kata yang diucapkan
dan dinukil serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu diperoleh melalui
pendengaran atau wahyu ketika dalam keadaan terjaga ataupun tidur. Dalam
pengertian ini Al-Qur’an juga bisa disebut hadits, seperti yang terdapat dalam QS.
An-nisa:87.

“Dan siapakah pula yang lebih benar perkataan (hadits)nya dari pada
Allah?’’.

Demikian juga apa yang terjadi ketika seseorang ketika tidurnya, seperti yang
termktub dalam QS.Yusuf:101

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku


sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi.
(Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di
akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan
orang-orang yang saleh”.

Adapun secara istilah, hadits adalah apa saja yang disandarkan kepada nabi baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.3

3
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.23-24

6
Sementara para ahli ushul memberikan definisi hadits yang lebih terbatas
dari rumusan diatas, mereka berpendapat bahwa hadits adalah”

“Segala perkataan Nabi saw yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum
syariat”.

Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal Nabi saw yang tidak
mengandung misi kerur, makan, minum,asulannya, seperti tentang berpakaian,
berbicara, tidur, makan, minum, atau segala yang menyangkut hal ihwal Nabi, tidak
termasuk hadits.4

B. Hadits Qudsi

Kata qudsi dinisbahkan kepada quds (kesucian). Nisbah ini menunjukkan


rasa ta’zhim (hormat akan kebesaran dan kesuciannya), oleh karenanya kata itu
sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara bahasa. Hadits qudsi adalah
hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha Suci, yaitu Allah swt. Secara
terminologis pengertian hadis qudsi terdapat dua versi.

1) Hadits qudsi merupakan kalam Allah Swt (baik dalam substansi maupun
struktur bahasanya), dan Nabi hanya sebagai orang yang menyampaikan.
2) Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan isi dari perkataan
tersebut berasal dari Allah SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai
kalimat (‫)قال هللا تعالى‬, seperti contoh Hadits Qudsi yang diriwayat oleh Abu
Hurairah:
‫ يقول هللا تعالى أنا عند ظن‬، ‫روى أبو هريرة رضي هللا عنه قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫عبدي بي وأنا معه حين يذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في مأل ذكرته في‬
‫مأل خير منه‬

5
)‫(أخرجه البخاري ومسلم في صحيحيهما‬

4
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Hadits, Hal.2-3
5
http://wildanesia.blogspot.com/

7
C. Perbedaan ( Al-Qur’an, Hadits Nabawi, dan Qudsi)

Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan hadits qudsi sebagai


berikut:

 Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada


Rasulullah dengan lafadznya, dan dengannya orang arab ditantang untuk
membuat ayat seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an
merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat. Sedangkan hadits qudsi
tidak untuk menantang dan tidak pula sebagai berfunsi sebagai mukjizat.
 Al-Qur’an Al-karim dari Allah baik lafadz maupun maknanya. Itulah
wahyu. Adapun hadits qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafadz
(redaksi)nya dari Rasulullah saw. Hadits qudsi itu wahyu dalam makna,
bukan dalam lafadz.
 Membaca Al-Qur’an Al-karim merupakan ibadah, karena itu dibaca dalam
shalat.
“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”. (QS.Al-
Muzammil:20). Untuk hadits qudsi tidak disuruh membacanya di dalam
shalat. Allah memberikan pahala membaca hadits qudsi umum saja.6
Sedangkan hadits nabawi ada dua macam:
1. Tauqifi. Kandungannya diterima oleh Rasulull ah dari wahyu, lalu
dijelaskan kepada manusia dengan kata-katanya.
2. Taufiqi. Yang bersifat tauqifi adalah disimpulkan oleh Rasulullah saw,
menurut pemahamannya dalam Al-Qur’an atau mengambil dengan
istimbat dengan perenungan dan ijtihad. Wahyu akan mendiamkannya
jika simpulan itu benar.

6
Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.26-27

8
2.3 Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau Pengurangan

Dalam KBBI autentik bermakna dapat dipercaya, asli. Sedangkan Al-


Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantaraan Malaikat Jibril. Jadi autentik Al-Qur’an ialah semuanya adalah betul-
betul dari Allah SWT murni dan tidak ada keraguan didalamnya sesuai Firman
Allah SWT didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat dua;

) 2 : ‫ذلك الكثب الريب فيه هدى للمتقين ( البقره‬

Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (Al-Baqarah: 2)

Al-Qur’an merupakan perkataan Allah swt yang diturunkan kepada nabi


Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril, ke Autentitasan Al-Qur’an ini
sudah terbukti dari dahulu hingga sekarang, dan Allah telah berjanji akan menjaga
keasliannya Al-Qur’an ini sesuai dengan firman allah swt dalam surah Al-Hijr ayat
sembilan;

) 9 : ‫نزلنا الذّ كروإنّا له لحا فظون ( الحجر‬


ّ ‫إنّا نحن‬

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Ummat islam semua sepakat bahwa kumpulan wahyu Allah SWT yang di
turunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang disebut Al-Qur’an dan yang termuat
dalam mushaf yang sering kita lihat dan baca baik yang terjemahan ataupun bukan,
kesemuanya itu adalah autentik (semuanya adalah betul-betul dari Allah SWT.),
dan semua wahyu yang telah diturunkan dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
dari Allah melalui Malaikat Jibril telah termuat dalam Al-Qur’an. Keautenikan ini
dapat kita buktikan dari kehati-hatian para sahabat-sahabat Nabi SAW dalam
memeliharanya sebelum ia dibukukan dan dikumpulkan satu persatu dari para
sahabat-sahabat Nabi, dari dedaunan, tulang belulang, pelapa kurma dan lain-lain.
ini terdapat dalam buku-buku sejarah Islam. Sebelum Al-Qur’an ini di bukukan dan

9
terkumpul menjadi sebuah mushaf baik yang terjemahan ataupun bukan
terjemahan. Dan kehati-hatian para sahabat juga ketika mengumpulkannya menjadi
mushaf.

Al-Qur’an ini, 7”ia disampaikan dan disebarluaskan secara periwayatan oleh


orang banyak yang tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta. Bentuk
periwayatan seperti itu dinamai periwayatan secara mutawatir yang menghasilkan
suatu kebenaran yang tidak meragukan. Oleh karena itu, Al-Qur’an itu bersifat
autentik”.

Dalam pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifa Abu Bakar, pembukuan


ini dilakukan secara teliti dan sangat hati-hati, dan mencocokkan tulisan yang sudah
ada dengan Hafalan para penghafal, dan mengumpulkan para penghafal-penghafal
Al-Qur’an yang terpercaya yang ada pada masa itu, dimana orang arab terkenal
dengan hafalan Al-Qur’an mereka yang kuat dan sangat luar biasa, jadi wajar kalau
misalkan di bumi Arab banyak para hafiz Al-Qur’an baik anak-anak, dewasa dan
orang tua. Dan menurut sejarah, setelah pembukuan Al-Qur’an tersebut lalu
disimpan secara aman oleh Khalifah Abu Bakar, Lalu pindah ke Tangan Umar ibn
Khattab dan setelah beliau wafat, pindah ketangan Hafsah binti ‘Umar (istri Nabi).
Terakir diadakan pentashihan pada masa khalifah ‘Usman sehingga menghasilkan
satu naskah yang autentik yang disebut mushaf Imam. Salinan dari naskah (mushaf)
itu dikirimkan ke kota-kota besar lain, sedangkan yang selain dari itu, dibakar.
Mushaf Imam yang dijadikan standar itu dijadikan rujukan bagi perbanyakan dan
pentashihan berikutnya, sehingga berkembang dalam bentuk aslinya sampai waktu
ini.

Dengan demikian, dapat kita pastikan dengan seyakin yakinnya bahwa seluruh
ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an baik dari segi lafaz dan wurud-nya adalah
qath’i (meyakinkan) serta tidak diragukan lagi.

7
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqhi, hal 58

10
2.4 Al-Qur’an Kitab Suci yang Konprehensif

Al-Quran merupakan kitab yang memang sudah tak asing lagi bagi kalangan
muslimin yang selalu mencari dan menggali isi kandungan –Nya yang tak
terhingga. Bahkan tak sedikit non-muslim juga yang ikut andil dalam mempelajari
pengenalan Al-Quran secara lebih dalam. Sehingga, mereka mampu menerima
karunia dan rahmat tuhan dengan mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Semuanya
itu karena keagungan Al-Quran yang tak ternilai dan terhingga akan kekuasaan
ilmu didalamnya.
Ada suatu perumpamaan yang menggambarkan bahwa “Seandainya lautan
dijadikan cairan tinta untuk menuliskan isi kandungan ayat-ayat dalam Al-Quran
maka air laut itu pun tak akan pernah cukup untuk menuliskannya”. Itulah alasan,
mengapa al-quran dijadikan sumber utama untuk mendapatkan petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan pedoman yang berkompetensi untuk
menanamkan keimanan serta memudahkan setiap halnya dalam melakukan amar
ma’ruf Nahi mungkar dan hal-hal yang berkenaan dengan amal sholeh. Dengan
begitu selama kita mampu dan berkeinginan untuk selalu berpegang teguh pada
ajaran al-quran yang haqiqi.
Al-quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan segala sesuatu
yang diberikan semaksimal mungkin tanpa harus menyia-nyiakannya, bahkan umat
manusia dituntun untuk mengisi seluruh waktunya untuk mempelajari,
mentadabburi, dan mentafakkuri isi kandungan ayat al-quran sehingga
menimbulkan keinginan berintrospeksi diri untuk selalu mendekatkan diri kepada
sang maha pencipta dengan melakukan berbagai amal kebaikan dan menjauhi
segala bentuk kemungkaran.
Sebelum kita menginjak pada pembahasan tentang pentingnya al-quran
menjadi sumber komprehensif sepanjang masa dan tak kenal tempat dimana al-
quran didakwahkan atau diserukan, kemanapun al-quran didakwahkan oleh setiap
orangnya, setidaknya ada hal yang perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya kita
memahami pentingnya waktu untuk digunakan dalam memperbanyak amal ibadah,
karena inilah kesempatan setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

11
Sebagaimana yang telah dijanjikaan oleh Allah bahwa barang siapa yanag berbuat
kebaikan dengan mendekatkan diri kepada Allah maka layaklah untuknya ridho-
Nya dan memberi kewenangan kepada orang tersebut untuk berbuat apa
saja sepanjang ia berdzikir kepada Allah dan masih mampu menjauhi kema’siatan,
karena tuahan selalu mengawasi kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada.
Sungguh, ridho Allah atas amal sholeh yang telah dilakuakan merupakan
sesuatu yang paling berharga yang dapaat diberikan kepada seluruh manusia yanag
taat. Begitu juga dengan ilmu pengethuan dalam al-quran yang telah disediakan
bagi kalangan umat yang mau berfikir itu dirancang oleh al-quran dengan
melibatkan akal dan qolbu. Oleh karena itu, Al-quran sebagai kitab terpadu,
mengahadapi dan memperlakukan manusia dengan memperhatikan seluruh unsur
manusiawi, jiwa, akal dan jasmaninya.
Disisi lain agar manusia tidak larut dalam alam material, Al-quran
menggunakan benda alam sebagai tali penghubung untuk mengingatkan manussia
akan kehadiran Allah SWT dan bahwa segala sesuatu yang terjadi sekecil apapun
adalah dibwah kekusaan, pengetahuan dan pengaturan yang maha kuasa.
Al-Quran menempuh berbagai cara untuk mengantarkan manusia kepda
kesempurnaan kemanusiaanya antara lain dengan mengemukakan kisah afaktual
dan simbolik. Ada beberapa tujuan diturunkannnya Al-Quran adalah sebagai
berikut :

1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa manusia dari segala bentuk
kemungkaran serta memntapakan keyakianan tentang keesaan yang
sempurna Tuhaan semesta alam.
2. Untuk mengajarkan kemnusiaan yang adil dan beradab, yakni manusia
meruoakan suatu umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam
pengbdian kepada Allah dan tugas pengkholifahan.
3. Untuk menciptakaan persatuan dan kesatuan, bukan hanya antara suku
bangsa, tettapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan
akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman dan rasio, kebenaran,

12
kepribadian manusiaa, kemerdekaan dan determinisme, sosial, politik dan
ekonomi, semuanya itu berada dalam kekuasaan Allah SWT.
4. Untuk mengajaka maanuisa berfikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara melalui musyawarah dan mufakat
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan.
5. Untuk mebasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodhan, penyakit, dan
penderitaan hidup, serta pemerasan manusia dalam bidang politik,
ekonomi, dan juga agama.
6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dn kasih sayaang
dengaan menjadikan keaadlian sosial sebaagai landasan pokok kehidupaan
masyarakat maanusia.
7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme dengan
falsfah kolektif komunisme, mserta menciptakan manusia yanag ingin
menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
8. Untuknmenekankan peranan ilmu dan tekonologi, demi menciptakan satu
peradaban yanag sejalan dengan jati dir manusia dengan panduan dan
paduaan Nur Ilahi.8

8
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Qur’an adalah sumber semua aspek kehidupan. Berdasarkan


pembahasan dan berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an
adalah merupakan surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah Taurat,
Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan sebutan Al-Qur’an. Kitab
Penutup dan sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Diturunkan
kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk yang memiliki
kesempurnaan, ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril.
Membacanya tentu bernilai ibadah dan mengamalkan isinya berhujung kepada
kebahagiaan zahir dan batin. Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki asupan
gizi yang sangat tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat muslim
sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi siapa orang
yang terus membaca, mendalami, memahami, dan mengamalkan isi kandungannya
maka jumlah protein yang masuk akan semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan
menyehatkan anggota badan yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an juga
merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,
keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif dan
universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat, apapun aspek atau permasalahan
yang kita dapat di alam dunia ini resep penyembuhan dan sekaligus
penyelesaiannya ada dalam Al-Qur’an Al-karim.

14
3.2 Kritik dan Saran

Penulis bukan yang selalu benar, maka oleh karena itu penulis haus sekali
dengan kritik dan saran yang dapat membangun karakter penulis untuk lebih baik
lagi dalam menulis. Jika pembaca menemukan kesalahan dalam penulisan atau
pengetikan dan lain sebagainya, penulis berharap kepada pembaca agar tidak
sungkan-sungkan untuk mengkritik sekaligus memberikan saran.

Penulis dapat dihubungi melalui email: Yamansyahroni@gmail.com,


Abdkaharlatif@gmail.com, Jamaluddien24@gmail.com.

DAFTAR PUSTAKA

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Al-Qur’an”. Surabaya: IAIN


Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 1-3.

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Hadits”. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press, 2011, hlm. 3-4.

Al-Qatthan, Syaikh Manna. “ Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an”. Jakarta: Al-


kaustar, 2006 hal. 23-24.

Web, Hadits. “Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits”.


http://wildanesia.blogspot.com/

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.


Jakarta: Lentera Hati. 1998. Hal.-(ebook).

Syarifuddin, Amir. “Ushul Fiqhi”. Jakarta: Kencana, 2009 hal. 58

15

Anda mungkin juga menyukai