Energi Nuklir
Energi Nuklir
PENDAHULUAN
1
Nuklir adalah sebutan untuk bentuk energi yang dihasilkan melalui reaksi inti,
baik itu reaksi fisi (pemisahan) maupun reaksi fusi (penggabungan). Sumber energi
nuklir yang paling sering digunakan untuk PLTN adalah sebuah unsur radioaktif yang
bernama Uranium. Bagaimana caranya sebuah unsur radioaktif mampu menghasilkan
panas yang besar? Tentu saja bukan dengan dibakar. Namun melalui reaksi pemisahan
inti (reaksi fisi). Biar tidak terlalu rumit penjelasannya, perhatikan gambar berikut :
2
Indonesia memiliki cadangan uranium 53 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yakni sebanyak 29 ribu ton di
Kalimantan Barat dan 24 ribu ton sisanya ada di Bangka Belitung. Selain itu Papua juga
diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Perkiraan bahwa Pulau
Papua menyimpan cadangan uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar
didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah
diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia, ujarnya. Jika suatu PLTN
seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton Uranium per tahun, maka dengan cadangan
di Kalimantan Barat saja yang mencapai 29 ribu ton Uranium bisa memasok Uranium
selama 145 tahun. Data ini dipaparkan oleh Deputi Pengembangan Teknologi Daur
Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Dr. Djarot S
Wisnubroto.
3
BAB II
TENAGA NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI
4
e. Angin
Kelebihan : Angin mudah untuk didapatkan dan gratis. Biaya perawatan dan
meregenerasi energinya semakin murah dari waktu ke waktu. Sumber energi ini baik
digunakan di daerah pedesaan terutama pada daerah pertanian.
Kelemahan : Membutuhkan banyak pembangkit untuk menghasilkan energi yang
besar. Terbatas untuk area yang berangin saja, membutuhkan sistem penyimpanan
energi yang mahal. Pada saat musim badai, angin dapat merusak instalasi pembangkit
listrik.
f. Biomassa
Kelebihan : Masih dalam tahap pengembangan, membutuhkan instalasi pembangkit
yang tidak terlalu besar.
Kelemahan : Tidak efisien jika hanya sedikit instalasi pembangkit yang dibangun,
berkontribusi terhadap pemanasan global.
Dengan berdasarkan fakta di atas, dapat dilihat sumber energi dari nuklir sangat
dibutuhkan, karena terdapat beberapa sumber energi (seperti bensin dan batu bara) yang
ketersediaannya di alam semakin sedikit, sehingga dibutuhkan sumber energi yang
baru.
Bahan bakar nuklir adalah semua jenis material yang dapat digunakan untuk
menghasilkan energi nuklir, demikian bila dianalogikan dengan bahan bakar kimia yang
dibakar untuk menghasilkan energi. Hingga saat ini, bahan bakar nuklir yang umum
dipakai adalah unsur berat fissil yang dapat menghasilkan reaksi nuklir berantai di
235 239
dalam reaktor nuklir. Bahan bakar fissil yang sering digunakan adalah U dan Pu,
dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan, dan
pembuangan dari material-material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir.
5
Tabel 2.1. Status PLTN di Dunia
6
Gambar 3. Salah satu desain PLTN
Air yang bersuhu tinggi dan yang bersentuhan langsung dengan bahan bakar Uranuim
(warna merah) selalu berada di dalam containment, containment dibuat dengan bahan
struktur yang tidak mampu ditembus oleh radiasi yang dipancarkan saat terjadi reaksi
inti. Di dalam reactor vessel juga terdapat control rod yang berfungsi sebagai batang
pengendali reaksi inti.
7
BAB III
PENGGUNAAN NUKLIR UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK
8
reaksi yang terjadi sendirinya. Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih
besar dari reaksi kimia, karena energi pengikat yang mengelem kedua inti atom
jauh lebih besar dari energi yang menahan elektron ke inti atom. Contoh: energi
ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6
elektron volt lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh reaksi
Deuterium Tritium (D-T) fusion seperti gambar di bawah ini.
9
nuklir tersebut dapat dimanfaatkan, maka manusia berusaha untuk membuat suatu
sarana reaksi yang dikenal sebagai reaktor nuklir. Jadi reaktor nuklir sebetulnya
hanyalah tempat dimana reaksi nuklir berantai terkendali dapat dilangsungkan.
Reaksi berantai di dalam reaktor nuklir ini tentu sangat berbeda dengan reaksi
berantai pada ledakan bom nuklir.
Untuk mendapatkan gambaran tentang besarnya energi yang dapat dilepaskan
oleh reaksi nuklir, berikut ini diberikan contoh perhitungan sederhana.
Ambil 1 g (0,001 kg) bahan bakar nuklir U235. Jumlah atom di dalam bahan bakar ini
adalah :
N = (1/235) x 6,02 x 1023 = 25,6 x 1020 atom U235.
Karena setiap proses fisi bahan bakar nuklir U235 disertai dengan pelepasan energi
sebesar 200 MeV, maka 1 g U235 yang melakukan reaksi fisi sempurna dapat
melepaskan energi sebesar :
E = 25,6 x 1020 (atom) x 200 (MeV/atom) = 51,2 x 1022 MeV
Jika energi tersebut dinyatakan dengan satuan Joule (J), di mana
1 MeV = 1.6 x
10-13 J, maka energi yang dilepaskan menjadi :
E = 51,2 x 1022 (MeV) x 1,6 x 10-13 (J/MeV) = 81,92 x 109 J
Dengan menganggap hanya 30 % dari energi itu dapat diubah menjadi energi
listrik, maka energi listrik yang dapat diperoleh dari 1 g U235 adalah :
E listrik = (30/100) x 81,92 x 109 J = 24,58 x 109 J
Karena 1J = 1 W.s ( E = P.t), maka peralatan elektronik seperti pesawat TV.
Dengan daya (P) 100 W dapat dipenuhi kebutuhan listriknya oleh 1 g U235 selama : t =
E listrik / P = 24,58 x 109 (J) / 100 (W) = 24,58 x 107 s
Angka 24,58 x 107 sekon (detik) sama lamanya dengan 7,78 tahun terus-menerus
tanpa dimatikan. Jika diasumsikan pesawat TV tersebut hanya dinyalakan selama
12 jam/hari, maka energi listrik dari 1 g U235 bisa dipakai untuk mensuplai
kebutuhan listrik pesawat TV selama lebih dari 15 tahun.
10
yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang membedakan antara dua jenis
pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang digunakan. PLTN mendapatkan
suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU mendapatkan suplai panas dari
pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor
daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang
kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap
menggunakan batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka
reaktor daya dirancang berdaya thermal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan
MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di
dalam PLTN adalah sebagai berikut :
1. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energi dalam
bentuk panas yang sangat besar.
2. Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan air
pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe reaktor
nuklir yang digunakan.
3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi
gerak (kinetik).
4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga
dihasilkan arus listrik.
Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling
water reactor bisa mewakili PLTN pada umumnya, yakni setelah ada reaksi
nuklir fisi, secara bertubi-tubi, di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga
lalu dialirkanlah air di dalamnya. Kemudian uap panas masuk ke turbin dan turbin
berputar poros turbin dihubungkan dengan generator yang menghasilkan
listrik.
Reaktor Nuklir adalah suatu alat dimana reaksi berantai dapat dilaksanakan
berkelanjutan dan dikendalikan. Atau dengan kata lain reaktor nuklir merupakan suatu
wadah bahan-bahan fisi dimana proses reaksi berantai terjadi terus menerus tanpa
berhenti atau tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir). Bagian utama
dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar (batang-batang bahan bakar), perisai (perisai
11
termal), moderator dan elemen kendali.
Bahan bakar yang digunakan didalam reaktor nuklir ada tiga jenis antara lain :
- Uranium-235 (U235),
- Uranium-233 (U233),
- Plutonium-239 (Pu239).
Dari ketiga jenis bahan bakar diatas, yang paling sering digunakan sebagai bahan
bakar reaktor adalah Uranium-235 (U235).
Reaksi fisi berantai terjadi apabila inti dari suatu unsur dapat belah (Uranium-
235, Uranium-233) bereaksi dengan neutron termal/lambat yang akan menghasilkan
unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan neutron-neutron
baru. Untuk mengendalikan reaksi berantai dalam reaktor nuklir maka digunakanlah
bahan yang dapat menyerap neutron, misalnya Boron dan Cadmium. Yang
bertujuan untuk mengatur kerapatan dari neutron. Dengan mengatur kerapatan
neutron ini maka tingkat daya raktor nuklir dapat ditentukan, bahkan reaksi dapat
dihentikan sama sekali (sampai 0) pada saat semua neutron terserap oleh bahan
penyerap. Perangkat pengatur kerapatan neutron pada reaktor nuklir ini disebut
dengan elemen kendali. Jika elemen kendali disisipkan penuh diantara elemen
bakar, maka elemen kendali akan menyerap neutron secara maksimum sehingga
reaksi berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan berkurang bila
12
batang kendali ditarik menjauhi elemen bakar. Di sini pengendalian dilakukan
terhadap pelepasan dan penyerapan neutron selama berlangsungnya reaksi
berantai.
Neutron yang dilepaskan dalam suatu reaksi berantai dapat dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu :
1. Meninggalkan material fisi.
2. Tidak berfisi, ditangkap oleh U238 membentuk Pu239.
3. Tidak berfisi, ditangkap oleh material batang kendali (control-rod).
4. Berfisi, ditangkap oleh U239 dan U233.
Apabila jumlah nutron yang dilepaskan oleh proses fisi sama dengan
jumlah empat bagian nutron diatas, maka energi panas yang dihasilkan adalah
konstan. Atau sebaliknya jika jumlah nutron yang dihasilkan lebih kecil, maka
reaksi berantai akan berhenti. Apabila lebih besar, maka laju fisinya naik dan
menjadi tidak terkendali. Gambar dibawah menunjukkan skema sebuah reaktor
nuklir.
13
1. Inti reaktor : Dibuat dari batang-batang bahan bakar yang berisi uranium alam,
uranium yang dipercaya, plutoium, atau U-233. Batang-batang bahan bakar tersebut
dapat dicampur dengan material-material tidakberfisi.
2.Moderator : Berfungsi untuk memperlambat kecepatan nutron sehingga
berkecepatan termal. Biasanya dibuat dari granit yang membungkus bahan bakar, tetapi
mungkin juga air berat, air ringan (normal), atau berilium. Moderator dapat juga
dicampur dengan bahan bakar.
3. Perisai Termal : Berfungsi menyerap radiasi (parikelb , nutron yang Makalah
PLTN2005 12 terlepas, dan sinar gamma) yang terjadi karena proses fisi. Karena itu
perisai menyelubungi inti reaktor, biasanya dibuat dari besi, menyerap energi dan
menjadi panas.
4. Reflektor : Berfungsi untuk memantulkan kembali nutron yang meninggalkan
inti bahan bakar. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa tepi moderator juga berfungsi
sebagai reflektor, selain reflektor yang diletakkan di dalam perisai termal dan
menyelubungi inti reaktor.
5. Tangki Reaktor : Berfungsi untuk membungkus seluruh inti reaktor, reflektor dan
perisai termal. Dengan demikian tangki reaktor membentuk pula saluran untuk
mengatur aliran pendingin melalui dan mengelilingi inti reaktor.
6. Fluida Pendingin: Membawa panas yang dihasilkan dari proses fisi untuk berbagai
keperluan, antara lain sebagai pemanas air ketel pada pusat tenaga uap. Menjaga agar
bahan bakar reaktor dan perlengkapannya ada pada temperature yang diperbolehkan
(aman dan tidak rusak).
7. Perisai Biologi : Membungkus reaktor untuk menahan dan melemahkan semua
radiasi yang mematikan sebagai akibat dari proses fisi. Perisai biologi dapat dibuat dari
besi, timah hitam atau beton tebal dicampur oksida besi.
8. Batang-batang kendali: Berfungsi mengendalikan proses fisi (pembangkitan panas) di
dalam reaktor, yaitu dengan menyerap nutron berlebihan yang terjadi dari proses fisi.
Batang-batang kendali biasanya terbuat dari boron atau hafnium yang dapat menyerap
nutron.
14
Gambar 8: Bentuk nyata dari inti reaktor
Teknologi PLTN dirancang agar energi nuklir yang terlepas dari proses fisi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. PLTN
merupakan sebuah sistim yang dalam operasinya menggunakan reaktor daya yang
berperan sebagai tungku penghasil panas. Dewasa ini ada berbagai jenis PLTN
yang beroperasi. Perbedaan tersebut ditandai dengan perbedaan tipe reaktor daya
yang digunakannya. Masing-masing jenis PLTN / tipe reaktor daya umumnya
dikembangkan oleh negara-negara tertentu, sehingga seringkali suatu jenis PLTN
sangat menonjol dalam suatu negara, tetapi tidak dioperasikan oleh negara lain.
Perbedaan berbagai tipe reaktor daya itu bisa terletak pada penggunaan
bahan bakar, moderator, jenis pendinging serta perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan jenis reaktor daya yang dikembangkan antara satu negara dengan
negara lain juga dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi yang terkait
dengan nuklir oleh masing-masing negara. Pada awal pengembangan PLTN pada
tahun 1950-an, pengayaan uranium baru bisa dilakukan oleh Amerika Serikat dan
Rusia, sehingga kedua negara tersebut pada saat itu sudah mulai mengembangkan
15
reaktor daya berbahan bakar uranium diperkaya. Sementara itu di Kanada,
Perancis dan Inggris pada saat itu dipusatkan pada program pengembangan
reaktor daya berbahan bakar uranium alam. Oleh sebab itu, PLTN yang pertama kali
beroperasi di ketiga negara tersebut menggunakan reaktor berbahan bakar
uranium alam. Namun dalam perkembangan berikutnya, terutama Inggris dan
Perancis juga mengoperasikan PLTN berbahan bakar uranium diperkaya.
Macam-Macam Reaktor Nuklir :
a. LWR : Light Water Reactor / Reaktor air Ringan.
b.PWR : Presured Water Reactor / Reaktor Air Tekan.
c.BWR : Boiling Water Reactor / Reaktor Air Mendidih.
d. HWR : Heavy Water Reactor / Reaktor Air Berat.
e. HTGR : High Temperatur Gas Reactor / Reaktor Gas Suhu Tinggi.
f. LMFBR : Liquit Metal Fast Breder Reactor / Reaktor Pembiak Cepat Logam Cair.
Berikut ini adalah beberapa keterangan yang akan menjelaskan tentang jenis-jenis
dari reaktor nuklir, antara lain :
A. LWR (Light Water Reactor) / Reaktor air Ringan
Sebagian besar reaktor daya yang beroperasi dewasa ini adalah jenis Reaktor
Air Ringan atau LWR (Light Water Reactor) yang mula-mula
dikembangkan di AS dan Rusia. Disebut Reaktor Air Ringan karena H2O
kemurnian tinggi sebagai bahan moderator sekaligus pendingin reaktor.
Reaktor ini terdiri atas Reaktor Air tekan atau PWR (Pressurized Water
Reactor) dan Reaktor Air Didih atau BWR (Boiling Water Reactor) dengan jumlah
yang dioperasikan masing-masing mencapai 52 % dan 21,5 % dari total reaktor
daya yang beroperasi. Sedang sisanya sebesar 26,5 % terdiri atas berbagai type
reaktor daya lainnya.
b. PWR (Presured Water Reactor) / Reaktor Air Tekan
Reaktor Air Tekan juga menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus
moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih adalah penggunaan dua macam
pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder. Panas yang dihasilkan dari
reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin primer. Dalam reaktor ini
dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan (pessurizer) yang dipakai untuk
mempertahankan tekanan sistim pendingin primer. Pada pendigin primer memakai
16
air dan dipanaskan inti sampai 600˚F tetapi air ini tidak mendidih karena berada
didalam bejana yang bertekanan tinggi (sebesar 2250 psi). Air in dimasukkan
kedalam pembangkit uap (satu atau dua) dengan tekanan 1000 psi, dan suhu 500˚F.
Setelah melalui turbin uap dikembalikan ke kondensor.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas
listrik dan penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang,
pemanas listrik akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer
sehingga terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim
pendingin primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim pendingin primer
bertambah, maka sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap
sehingga tekanan uap berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke
keadaan semula. Tekanan pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi
150 Atm untuk mencegah agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu
sekitar 300 ºC. Pada tekanan udara normal, air akan mendidih dan menguap pada
suhu 100 ºC.
Dalam proses kerjanya, air pendingin primer dialirkan ke sistim pembangkit uap
sehingga terjadi pertukaran panas antara sistim pendingin primer dan sistim
pendingin sekunder. Dalam hal ini antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi
pertukaran panas tanpa terjadi kontak atau percampuran, karena antara kedua
pendingin itu dipisahkan oleh sistim pipa. Terjadinya pertukaran panas
menyebabkan air pendingin sekunder menguap. Tekanan pada sistim pendingin
sekunder dipertahankan pada tekanan udara normal sehingga air dapat menguap
pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di dalam sistim pembangkit uap ini
selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Pada Reaktor Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-
betul tertutup, sehingga apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras
reaktor tidak akan menyebabkan kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga
mempunyai keandalan operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor
penunjangnya adalah karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif.
Apabila terjadi kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya
reaktor akan segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua
sistim pendingin, maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
17
Reaktor Air Didih.
G
a
m
b
a
r
1
0
,
D
i
a
g
r
a
m
Alir Reaktor Air Tekan
18
Gambar 10, Diagram Alir Reaktor Air Tekan
19
Gambar 11, Diagram Alir Reaktor Air Didih
20
penampang lintang serapannya terhadap neutron sangat kecil. Seperti halnya
Reaktor Air tekan, Reaktor Candu juga mempunyai sistim pendingin primer dan
sekunder, pembangkit uap dan pengontrol tekanan untuk mempertahankan tekanan
tinggi pada sistim pendingin primer. D2O dalam reaktor candu hanya dimanfaatkan
sebagai sistim pendingin primer, sedang sistim pendingin sekundernya
menggunakan H2O.
Dalam pengoperasian reaktor Candu, kemurnian D2O harus dijaga pada
tingkat 95-99,8 %. Air berat merupakan bahan yang harganya sangat mahal dan
secara fisik maupun kimia tidak dapat dibedakan secara langsung dengan H2O.
Oleh sebab itu, perlu adanya usaha penanggulangan kebocoran D2O baik dalam
bentuk uap maupun cairan. Aliran ventilasi dari ruangan dilakukan secara tertutup
dan selalu dipantau tingkat kebasahannya, sehingga kemungkinan adanya kebocoran
D2O dapat diketahui secara dini.
21
menghasilkan panas hingga 750 ºC dengan efisiensi thermalnya sekitar 40 %.
Panas yang dibangkitkan dalam teras reaktor dipindahkan menggunakan
pendingin He (sistim primer) ke pembangkit uap. Dalam pembangkit uap ini
panas akan diserap oleh sistim uap air umpan (sistim sekunder) dan uap yang
dihasilkannya dialirkan ke turbin. Dalam reaktor ini juga ada sistim pemisah
antara sistim pendingin primer yang radioaktif dan sistim pendingin sekunder
yang tidak radioaktif. Elemen bahan bakar yang digunakan dalam Reaktor Gas
Suhu Tinggi berbentuk bola, tiap elemen mengandung 192 gram carbon, 0,96 gram
U235 dan 10,2 gram Th232 yang dapat dibiakkan menjadi bahan bakar baru U233.
Proses fisi dalam teras reaktor mampu memanaskan gas He hingga mencapai suhu
750 ˚C. Setelah terjadi pertukaran panas dengan sistim sekunder, suhu gas He akan
turun menjadi 250 ºC. Gas He selanjutnya dipompakan lagi ke teras reaktor
untuk mengambil panas fisi, demikian seterusnya. Dalam operasi normal, reaktor
ini membutuhkan bahan bakar bola berdiameter 60 mm sebanyak ± 675.000 butir
yang diletakkan di dalam teras reaktor. Rata-rata setiap butir bahan bakar tinggal di
dalam teras selama enam bulan pada operasi beban penuh.
F. LMFBR (Liquit Metal Fast Breder Reactor) / Reaktor Pembiak Cepat Logam
Cair.
Selain yang telah dipaparkan diatas reaktor juga ada yang berupa reaktor pembiak
cepat logam cair (LMFBR). Sistem dari reaktor ini adalah sejenis reaktor cepat
pendingin sodium dan programnya disempurnakan beberapa kali. Reaktor ini
adalah prototip daya 975-MWth (375 MWe) dan berguna untuk persediaan listrik
22
bagi kisi TVA. Dalam sistem ini, seperti halnya dalam setiap reaktor daya
pendingin-sodium, energi fisi di transfer ke sodium primer, dari sodium primer
kesodium di dalam loop sekunder didalam penukar gas menengah (IHX), dan
akhirnya ke sistem uap air.
23
Masalah lain juga ditimbulkan oleh limbah/sampah nuklir
terhadap tingkat kesuburan tanah limbah/sampah nuklir merupakan semua sisa
bahan (padat atau cair) yang dihasilkan dari proses pengolahan uranium, misalnya
sisa bahan bakar nuklir yang tidak digunakan lagi, dan bersifat radioaktif, tidak bisa
dibuang atau dihilangkan seperti jenis sampah domestik lainnya (sampah organik dan
lain-lain.) Sampah nuklir ini harus ditimbun dengan cara yang paling aman. Hal
yang saat ini dapat dilakukan oleh manusia hanyalah menunggu sampai sampah
nuklir tersebut tidak lagi bersifat radioaktif, dan itu memerlukan waktu ribuan
tahun.
Selain itu ada 3 metode lain yang dapat digunakan untuk membuang
limbah radioaktif yaitu:
1. Pengenceran dan penyebaran (Dilute and Disprese): Limbah dengan
konsentrasi rendah dilepas ke udara, air atau tanah untuk diencerkan atau
dilarutkan sampai ke tingkat yang aman.
2. Penundaan dan Perusakan (Delay and Decay): Dapat digunakan untuk limbah
radioaktif dengan waktu paro (half-lives) relatif singkat. Zat-zat tersebut
disimpan dalam bentuk cair atau lumpur di dalam tangki. Setelah 10-20 kali
waktu paronya, zat-zat tersebut mengalami perusakan atau pmbusukan ke
tingkat yang tidak berbahaya atau kemudian dapat diencerkan dan
disebarkan ke lingkungan.
3. Konsentrasi dan Pengepakan (Concentration and Containment):
digunakan untuk limbah radioaktif yang sangat toksik dengan dengan waktu
yang panjang. Limbah tersebut harus disimpan dalam puluhan, ratusan
bahkan ribuan tahun, tergantung dari komposisinya. Zat-zatnya tidak hanya
sangat radioaktif tapi juga bersuhu yang sangat panas.
24