Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS September, 2019

NEURODERMATITIS

Disusun Oleh:

DITA ARIDHATAMY
N111 18 042

Pembimbing Klinik
dr. Nur Hidayat, Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

0
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. AM
2) Umur : 77 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) Alamat : Taweli
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Pensium
7) Tanggal pemeriksaan : 11 September 2019

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Gatal pada punggung kaki kiri.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien berumur 77 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Undata dengan keluhan gatal pada punggung kaki kiri sejak 3 minggu
yang lalu. Awalnya muncul kemerahan pada kulit dibagian punggung
kaki dan disertai dengan kulit terasa tebal. Gatal dirasakan semakin
bertambah sehingga pasien seringkali tidak tahan dan akhirnya
menggaruk-garuk daerah yang gatal. Pasien merasakan daerah yang
gatal lama-kelamaan menjadi terasa tebal dan bersisik akibat pasien
sering menggaruknya. Pasien merasakan gatal bertambah apabila pasien
tidak melakukan aktivitas pada malam hari.
Pasien menyangkal keluhan gatal menjadi semakin bertambah
apabila pasien sedang berkeringat ataupun bertambah berat apabila
pasien menggunakan detergen untuk mencuci.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, pasien
merupakan pasien konsul kejiwaan, riwayat alergi makanan (-),
hipertensi (-), DM (disangkal), riwayat merokok (-).
4) Riwayat penyakit keluarga:

1
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Selangkangan : tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas Atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas bawah : Terdapat plak yang hiperpigmentasi, eritema,
Skuama halus dengan serta likenifikasi.

IV. GAMBAR

2
Gambar 1: Lesi berupa plak yang tampak hiperpigmentasi, eritema,
skuama halus serta likenifikasi dan fisura.

Gambar 2: Lesi berupa plak yang tampak hiperpigmentasi, dan


likenifikasi.

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 77 tahun datang dengan keluhan pruritus (+) pada
bagian punggung kaki kiri yang dirasakan sejak kurang lebih 3 minggu yang

3
lalu. Awalnya bagian gatal, lalu menjadi hiperpigmentasi, eritema dengan
skuama halus dan fisura, Likenifikasi (+).
Pada hasil pemeriksaan dermatologi terdapat plak yang tampak
hiperpigmentasi, eritema, skuama halus serta likenifikasi.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VII. DIAGNOSIS KERJA


Neurodermatitis

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Atopik
2. Psoariasis
3. Liken planus

IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
1. Mencegah garukan pada daerah yang gatal
2. Hindari stress psikologis
3. Istirahat yang cukup
4. Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit tidak
kering.
Medikamentosa:
 Topikal:
Desoxymethasone oint 0,25% (2 kali sehari oles tipis-tipis)
 Sistemik :
Antihistamin : Cetirizine tab 10 mg (1x1)
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad cosmetikam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

4
PEMBAHASAN

Seorang laki-laki berumur 77 tahun datang ke poli kulit dan kelamin


RSUD Undata dengan keluhan gatal pada punggung kaki kiri sejak 3 minggu
yang lalu. Awalnya muncul kemerahan pada kulit dibagia punggung kaki kiri
dekat ibu jari lalu menjalar ke area samping kaki dan disertai dengan kulit terasa
tebal. Gatal dirasakan semakin bertambah sehingga pasien seringkali tidak tahan
dan akhirnya menggaruk-garuk daerah yang gatal sehingga daerah yang gatal.
Pasien merasakan daerah yang gatal lama-kelamaan menjadi terasa tebal dan
bersisik akibat pasien sering menggaruknya. Pasien merasakan gatal bertambah
apabila pasien sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien belum pernah berobat
keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien, riwayat alergi makanan (-),
hipertensi (-), DM (disangkal), riwayat merokok (-). Tidak ada keluarga pasien
yang mengalami penyakit serupa dengan pasien.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan ujud
kelainan kulit berupa plak yang tampak hiperpigmentasi, skuama halus serta
likenifikasi pada dorsum pedis. Luka pada bagian bekas garukan (+). Dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien didiagnosis Neurodermatitis.
Nama lain Neurodermatitis sirkumskripta adalah liken simpleks kronikus,
istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut lien
Vidal.1
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal sebagai lichen simpleks
chronic adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai
dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan
kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit yang terkena sehingga tampak
seperti kulit batang kayu. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam hitungan
minggu bahkan hingga bertahun-tahun.2

5
Semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa dapat terkena
penyakit ini. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami
keluhan neurodermatitis. Secara umum neurodermatitis dapat terjadi pada laki-
laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita pada umur
pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena
neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa,
Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan
karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa
lainnya.1
Penyebab liken simpleks kronikus belum diketahui secara pasti. Namun
ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor
penyebab dari liken simpleks kronikus dapat dibagi menjadi dua yaitu:3
1. Faktor Eksterna
a. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahkan seseorang berkertingat sehingga dapat mencetuskan
gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken simpleks kronikus pada
anogenital.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.
2. Faktor Interna
a. Dermatitis atopik
Asosiasi antara liken simpleks kronikus dan ganguan atopik telah banyak
dilaporkan, sekitar 26 % sampai 75 % pasien dengan dermatitis atopik
terkena liken simpleks kronikus.
b. Psikologis
Pada saat stres, respon imun mengalami penghambatan yang dikompensasi
oleh Hypothalamus Pituitary Adrenal (HPA) atau dengan cara melalui
Corticotropik Relapsing Factor (CRF)kemudian mengeluarkan
norepineprin dan terjadi peningkatan aktivitas imun dan pelepasan sitokin
IL-1 dan IL-6.4

6
Patofisiologi pasti neurodermatitis tidak diketahui. Menggosok dan
menggaruk kulit dalam waktu yang lama menyebabkan penebalan epidermis dan
fibrosis dermis. Stimulasi saraf kulit kronis diduga mengakibatkan disfungsi saraf;
sebuah siklus "gatal-awal" terjadi kemudian menyebabkan kebutuhan untuk
menggarukdaerah yang terkena goresan.5

Gejala klinis neurodermatitis : pasien mengeluh gatal sekali, bila timbul


malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk., bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaru.
Penderita merasa enak bila di garuk; setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Lesi biasanya tunggal, pada
awalnya berupa plak eritomatosa, sedikit edematosa, lambat laun edema dan
eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan
eskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi.2

Neurodermatitis ditemukan pada kulit di area yang dapat diakses untuk


menggaruk. Pruritus memprovokasi menggaruk yang menghasilkan lesi klinis,
namun patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit lebih
rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung ke arah kondisi
ekzematosa (yaitu, dermatitis atopik, diatesis atopik). Suatu hubungan mungkin
ada antara jaringan saraf pusat dan perifer dengan produk inflamasi sel dalam
persepsi gatal dan perubahan berikutnya pada neurodermatitis. Ketegangan
emosional pada subyek cenderung memainkan peran kunci dalam mendorong
sensasi pruritus, mengarah ke menggaruk yang dapat menjadi kebiasaan.
Kemungkinan interaksi antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus
mempengaruhi luas dan keparahan neurodermatitis.6
Penatalaksaan dapat dilakukan dengan mengedukasi pasien untuk tidak
menggaruk lesi karena dapat memperburuk penyakitnya dan berisiko untuk
terjadinya infeksi sekunder. Terapi medikamentosa yang dapat diberikan ialah
dengan pemberian obat sesuai gejala. Untuk mengurangi rasa gatal dapat
diberikan antipruritus dan kortikosteroid topikal atau intralesi. Antipruritus dapat

7
berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin,
difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang
dipakai biasanya berpotensi kuat, Ada pula yang mengobati dengan UVB dan
PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang
ada harus juga diobati.1
Keluhan gatal pasien dapat diberikan anti-pruritus sistemik yaitu antihistamin
H1. Pada pasien ini diberikan Cetirizine 10 mg per hari jika gatal. Cetirizine
masuk ke dalam golongan piperidin generasi kedua. Golongan ini sangat selektif
untuk reseptor H1, kerja antikolinergik tidak signifikan, dan penetrasinya buruk ke
dalam SSP. Semua sifat ini tampaknya membuat antihistamin piperidin memiliki
angka kejadian efek samping yang rendah.7,8
Pada neurodermatitis, antipruritus yang dapat diberikan dapat berupa
antihistamin yang mempunyai efek sedatif misalnya hidroksizin. Hidroksizin
merupakan antihistamin H1 generasi pertama golongan piperazin. Hidroksizin
adalah senyawa kerja-panjang (durasi kerja 6-24 jam) yang dipakai secara luas
untuk alergi kulit; aktivitas antidepresan-SSP hidroksizin yang kuat kemungkinan
ikut menyebabkan kerja antipruritus yang menonjol. Dosis dewasa dapat
diberikan 25-100 mg per hari dengan sediaan tablet 25 mg dapat dikonsumsi tiga
kali sekari jika gatal dirasakan sangat mengganggu. Efek sampingnya mengantuk
dan gangguan saluran pencernaan ringan. Antipruritus topikal ini hanya digunakan
jika antipruritus sistemik tidak mempunyai efek pada pasien.2,3,7,8
Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal
dan status psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna
jika diperoleh dasar penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit
yang mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan
pengobatan biasanya residif.1
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control
dari kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa
perubahan warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat
garukan sampai terjadinya ulkus karena seringnya pasien menggaruk.2

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5 th.ed. Penerbit
FKUI, Jakarta 2015. p. 183-185.

9
2. Sagar Vidya Vadla, Chaitanya Borra, Surakasula Aruna. Lichen Simplex
Chronicus. Internasional Journal of Research in Medical Sciences. Vol 5, Issue
7, 2017.
3. Damayanti Trisna Idhar. Neurodermatitits Sirkumskripta Pada Wanita Dengan
Hipertensi Grade I Terkontrol. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Vol
2, No 3, 2014.
4. Lufita, Lita, Hubungan Tingkat Stres Terhadap Peningkatan Risiko Terjadinya
Dermatitis Atopik Pada Remaja Di SMP Negeri 8 Surakarta. 2015. Diakses
pada 11 September 2019 di http://eprints.ums.ac.id/
5. Zaidi Zohra, Lanigan SW. Dermatology in Clinical Practice; Lichen Simpleks
Chronicus. United Kingdom: Springer Wien New York. 2010.
6. Hogan. J. Daniel. Dkk. Lichen Simplex Chronicus. 2015 Medscape (Serial
online). Diakses pada 11 September 2019 di http://emedicine.medscape.com
7. Katzung B et al. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2010.
8. Brunton et al. Goodman & Gilman Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.

10

Anda mungkin juga menyukai