DISUSUN OLEH :
Kebakaran hutan sepertinya sudah menjadi agenda tahunan bencana yang melanda
Indonesia. Banyak yang beranggapan bahwa kebakaran hutan adalah karena kemarau yang
panjang. Padahal, usaha manusia untuk membuka lahan pertanian baru untuk meraup
keuntunganlah yang menjadi penyebab utamanya.
Kabut asap telah menjadi musibah yang menimpa masyarakat dalam cakupan yang
sangat luas. Cakupan musibah kabut asap kali ini paling luas; meliputi wilayah di 12 provinsi,
dengan luas jutaan kilometer persegi. Kabut asap pekat terutama menyelimuti wilayah Sumatera
Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di
Sumatera, kabut asap menyelimuti 80 persen wilayahnya (Kompas, 5/9).
Kabut asap itu disebabkan oleh kebakaran yang menghanguskan puluhan ribu hektar
hutan dan lahan. Kebakaran menghanguskan lebih dari 40.000 hektar lahan di Jambi. Sebanyak
33.000 hektar yang terbakar adalah lahan gambut. (Kompas, 9/9).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, luas area yang
mengalami kebakaran di Kalimantan Tengah (Kalteng) mencapai 26.664 hektar (Kontan.co.id,
27/9).
Total nilai kerugian akibat bencana asap pada tahun 2015 belum bisa dihitung. Namun,
berdasarkan data BNPB, kerugian pada tahun 1997 saja, yaitu mencapai 2,45 miliar dolar AS.
Menurut Kepala BNPB Willem Rampangilei, kerugian akibat kebakaran lahan dan hutan serta
bencana asap di Riau tahun 2014 lalu, berdasarkan kajian Bank Dunia, mencapai Rp 20 triliun.
Saat ini, di Jambi saja—akibat pencemaran udara yang timbul oleh kabut asap, dampak
ekologis,ekonomi, kerusakan tidak ternilai dan biaya pemulihan lingkungan—kerugian
diperkirakan Rp 2,6 triliun. Nilai kerugian itu belum termasuk kerugian sektor ekonomi,
pariwisata dan potensi yang hilang dari lumpuhnya penerbangan.
Bencana kabut asap juga telah menyebabkan bencana kesehatan massal. Sebanyak 25,6
juta jiwa terpapar asap, yaitu 22,6 juta jiwa di Sumatera dan 3 juta jiwa di Kalimantan. Puluhan
ribu orang menderita sakit. Hingga 28/9, di Riau saja tercatat 44.871 jiwa terjangkit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut/ISPA (Riau Online, 28/9). Jumlah itu masih mungkin akan bertambah.
Jumlah itu belum ditambah total puluhan ribu kasus ISPA di Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Tengah dan daerah lainnya.
Untuk melindungi diri dari risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap, Prof Tjandra
menganjurkan agar kita mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung, terutama bagi mereka
yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Kalaupun terpaksa pergi ke luar
rumah atau gedung maka sebaiknya menggunakan masker. Minum air putih lebih banyak dan
lebih sering. Usahakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah atau sekolah atau kantor
dan ruang tertutup lainnya.