Anda di halaman 1dari 8

Obat-Obat yang mempengaruhi Darah :

Obat-obat yang berguna untuk mengobati tiga kelainan darah yang penting : thrombosis,
perdarahan dan anemia. Thrombosis adalah pembentukan bekuan yang tidak diharapkan dalam
pembuluh darah atau jantung- merupakan gangguan hemostasis yang paling banyak dijumpai. Gangguan
perdarahan yang termasuk kegagalan hemostasis kurang sering dibandingkan penyakit tromboembolitik
dan termasuk hemophilia dan defisiensi vitamin K. Anemia disebabkan defisiensi nutrisional dapat diobati
dengan diet atau suplemen obat-obatan. Hidroksiurea ditemukan berguna dalam pengobatan anemia sel
sabit. Lihat Gambar 20.1 untuk kesimpulan obat-obat yang berpengaruh pada darah .

II. Respons Normal Terhadap Trauma Vaskular

Trauma fisik pada system pembuluh seperti tusukan atau luka, akan menimbulkan
sejumlah interaksi antara trombosit , sel endotel , dan urutan reaksi koagulasi. Ini menimbulkan
pembentukan bekuan fibrin-trombosit . Pembentukan thrombus yang tidak di diinginkan menyangkut
banyak tahapan yang sama, kecuali stimulus pemicu yaitu kondisi patologik dalam system vascular bukan
suatu trauma fisik.

A. Pembentukan Bekuan memerlukan aktivasi trombosit dan agregasi, yang di ikuti pembentukan
thrombin . Protease serum ini mengkatalisis produksi fibrin yang jika berekatan silang akan
mempertahankan bekuan.

1.Peranan thrombosit : Trombosit memberikan respons pada trauma vascular karena proses “
aktivasi” , yang menyangkut 3 tahap : adhesi pada sisi luka, pelepasan granul intraseluler , dan agregesi
trombosit . Secara normal , trombosit beredar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi menjadi aktif
karena berbagai rangsangan. Trombosit yang aktif ini mengalami modifikasi yang berakhir dalam
perubahan morfologik dan dalam ekspresi protein dan reseptor sel. Sebagai contoh , setelah menempel
pada kolagen yang terbuka dalam lapisan subendotel dari pembuluh darah yang luka, trombosit akan
melepaskan granul yang mengandung mediator kimia. Ini akan memacu agregesi trombosit dan
pembentukan bekuan, terdiri atas viskus trombosit yang hancur, neutrophil dan monosit, yang
menghentikan perdarahan secara cepat.

2. Peranan fibrin : Stimulasi local dari proses koagulasi oleh factor-faktor yang dilepaskan dari
jaringan dan trombosit yang luka menghasilkan pembentukan thrombin (factor II). Sebaliknya , Trombin,
suatu protease serin, mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi fibrin yang dimasukkan ke dalam bekuan.
Fibrin yang berikatan silang itu kemudian memantapkan bekuan dan membentuk suatu sumbatan
hemostatic .

3. Trombus versus embolus : Satu bekuan yang menempel pada dinding pembuluh disebut
thrombus, sedangkan bekuan intravascular yang melayang dalam darah disebut embolus. Dengan
demikian, thrombus yang lepas menjadi suatu embolus. Kedua trombi dan emboli ini berbahaya karena
dapat menyumbat pembuluh dan jaringan akan mengalami kekurangan oksigen dan makanan. Trombosis
arteri sering menyerang pembuluh berukuran sedang membentuk trombogenik karena lesi permukaan
sel endotel yang disebabkan aterosklerosis. Sebaliknya, thrombosis vena dipacu oleh stasis darah atau
aktivasi urutan koagulasi yang tidak sesuai, sering akibat kerusakan dalam mekanisme hemostatic
pertahanan yang normal.
B. Fibrinolisis

Selama pembentukan bekuan trombosit , reaksi fibrinolitik secara local dirangsang. Plasminogen
dibuat oleh suatu enzim menjadi plasmin (fibrinolysin) dengan pengaruh plasminogen activator yang
terdapat dalam jaringan. Plasmin akan mengganggu terbentuknya bekuan dan mencairkan jaringan fibrin
sementara luka membaik. Pada waktu ini, sejumlah enzim fibrinolitik telah ada untuk pengobatan infark
miokard atau emboli paru.

III. Aktivasi Trombosit

Membran luar trombosit mengandung berbagai reseptor yang berfungsi sebagai sensor peka atas
sinyal-sinyal fisiologik yang ada dalam plasma . Stimuli kimia ini digolongkan sebagai aktivasi trombosit
jika memacu agregasi trombosit dan seterusnya melepaskan granul yang disimpan dalam trombosit.
Sebaliknya, sinyal kimia lain digolongkan sebagai penghambat trombosit , jika menghambat aktivasi
trombosit dan pelepasan granul dalam trombosit . Apakah trombosit tetap dalam keadaan tenang atau
menjadi aktif ditentukan oleh keseimbangan sinyal-sinyal kimia yang mengaktifkan atau menghambatnya.

A. Sinyal kimia yang melawan aktivasi trombosit

1. Peningkatan kadar prostasiklin : Dalam pembuluh yang normal dan tidak rusak, trombosit
bergerak bebas , karena keseimbangan sinyal kimiawi menunjukkan system vascular tidak
mengalami kerusakan. Sebagai contoh , prostasiklin , dibentuk oleh sel endotel yang intak dan
dilepaskan ke dalam plasma, terikat pada reseptor membrane spesifik trombosit yang bergabung
dengan sintesis siklik adenosin monofosfat (cAMP) sebagai mesenjer intraseluler. Peningkatan
kadar cAMP intraselular menghambat aktivitas trombosit dan pelepasan Zat agregasi trombosit.

2. Penurunan kadar thrombin dan tromboksan plasma : Membran trombosit juga mengandung
reseptor yang dapat mengikat thrombin, tromboksan dan kolagen lepas. Jika terisi , tiap jenis
reseptor ini akan muncul sejumlah reaksi yang menyebabkan lepasnya granula intraseluler ke
dalam sirkulasi dan akhirnya terjadi agregasi trombosit. Namun, pada pembuluh normal yang
intak, kadar thrombin dan tromboksan yang beredar rendah dan endotel yang intak menutup
kolagen yang ada dalam lapisan subendotel. Reseptor trombosit yang bersangkutan akan kosong
dan tetap tidak aktif. Dengan demikian, aktivasi trombosit dan agregasi trombosit tidak terjadi.

B. Sinyal kimiawi yang memacu agregasi trombosit

1. Peningkatan kadar prostasiklin : Dalam pembuluh yang normal dan tidak rusak, trombosit
bergerak bebas, karena keseimbangan sinyal kimiawi menunjukkan system vaskuler tidak mengalami
kerusakan. Sebagai contoh , prostasiklin dibentuk oleh sel endotel yang intak dan dilepaskan ke dalam
plasma, terikat pada reseptor membrane spesifik trombosit yang bergabung dengan sintesis siklik
adenosin monofosfat (cAMP) sebagai mesenjer intraselular. Peningkatan kadar cAMP intraselular
menghambat aktivitas trombosit dan pelepasan zat agregasi trombosit.

2. kolagen terekspos : Dalam beberapa detik setelah kerusakan vascular , trombosit melengket
dan menutupi kolagen subendotel . Reseptor pada permukaan trombosit diaktifkan oleh kolagen jaringan
ikat yang mendasari , yang memacu pelepasan granula trombosit berisi ADP dan Serotonin. Proses ini
kadang-kadang disebut sebagai “ reaksi pelepasan trombosit” dan trombosit tersebut selanjutnya
diaktifkan. Reseptor fibrinogen terdapat pada permukaan trombosit dan kemudian fibrinogen akan
bekerja sebagai jembatan antara kedua trombosit .

3. Peningkatan sintesis tromboksan : Stimulasi trombosit oleh thrombin, kolagen dan ADP
menyebabkan aktivasi enzim fosfolipase membrane trombosit, yang menyebabkan aktivasi enzim
fosfolipase membrane trombosit, yang membebaskan asam arakidonat dari fosfolipid membrane. Asam
arakidonat pertama diubah menjadi prostaglandin H2 oleh siklooksigenase, suatu enzim yang
dinonaktifkan oleh aspirin secara ireversibel. Prostaglandin H2 dimetabolisme menjadi tromboksan A2,
yang dilepaskan ke dalam plasma. Tromboksan A2 di hasilkan oleh agregasi trombosit, yang selanjutnya
memacu proses penyumbatan dan penting untuk pembentukan sumbatan hemostatic secara cepat.

IV. Koagulasi Darah

Proses koagulasi yang membentuk thrombin terdiri atas dua jalur yang saling berhubungan
system ekstrinsik dan instrinsik . Sistem ekstrinsik , yang barangkali lebih penting in vivo, diawali oleh
aktivasi Faktor pembekuan VII oleh suatu factor jaringan, tromboplastin-campuran fosfolipid dan protein.
Sistem intrinsic dipicu oleh aktivasi Faktor pembekuan XII, setelah kontak invitro dengan gelas atau
permukaan yang bermuatan tinggi . Kedua system akan menimbulkan urutan reaksi enzimatik yang
mengubah berbagai factor plasma (proenzim) menjadi bentuk aktif (enzimatik) , menghasilkan thrombin
. Trombin mempunyai peranan penting dalam koagulasi karena membentuk fibrin , suatu glikoprotein
yang membentuk matriks seperti jala dalam bekuan darah. Trombin juga mengaktifkan Faktor pembekuan
XIII (penting untuk menstabilkan dan membuat ikatan silang molekul fibrin menjadi bekuan yang tidak
larut) serta mengaktifkan factor pembekuan darah lainnya dan agregasi trombosit . Jika thrombin tidak
terbentuk, atau fungsinya terganggu, misalnya dengan antithrombin III, koagulasi tidak dihambat.

V. Penghambat Agregasi Trombosit

Penghambatan agregasi trombosit mengurangi pembentukan atau kerja sinyal kimiawi yang
memacu agregasi trombosit. Zat-zat ini terbukti berguna dalam mencegah dan mengobati penyakit
kardiovaskular oklusif, mempertahankan cangkok vascular dan keutuhan arteri, dan sebagai tambahan
untuk terapi trombolitik dalam infark miokard.

A. Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 dari asam arakidonat dalam trombosit oleh asetilasi
ireversibel dan inhibisi siklooksigenasi, suatu enzim pokok dalam sintesis prostaglandin dan
Tromboksan A2. Efek inhibisi ini cepat, terjadi dalam sirkulasi portal. Supresi sintetase
tromboksan A2 akibat aspirin dan supresi agregasi trombosit yang diakibatkannya berlangsung
selama kehidupan trombosit sekitar 7-10 hari. Aspirin sekarang digunakan untuk pengobatan
profilaksis iskemia serebral transien, mengurangi terjadinya infark miokard berulang dan
menurunkan mortalitas pada pasien infark postmikard . Dosis aspirin awal tunggal 200 sampai
300 mg dan dianjurkan diikuti dosis harian 75 sampai 100 mg. Waktu perdarahan diperpanjang,
menyebabkan komplikasi yang termasuk peningkatan terjadinya stroke hemoragik dan juga
perdarahan gastrointestinal, terutama pada obat dosis tinggi.

B. Tiklopidin

Bekerja sebagai inhibitor agregasi trombosit tetapi mekanismenya berbeda dengan aspirin. Obat
ini menghambat jalan ADP yang ikut dalam pengikatan trombosit menjadi fibrinogen dan
terhadap lainnya. Tiklopidin telah menunjukkan penurunan terjadinya stroke trombotik. Setelah
dosis oral obat ini terikat kuat pada protein plasma dan mengalami metabolism hepatic. Obat
dapat menyebabkan perdarahan lama; efek samping yang paling serius adalah neutropenia.
Karenanya obat ini diberikan sebagai obat terakhir untuk pasien yang tidak tahan aspirin.

C. Dipiridamol
Suatu vasodilator coroner diberikan untuk pengobatan pencegahan angina pektoris . biasa
diberikan untuk pengobatan pencegahan angina pektoris. Biasa diberikan kombinasi dengan
aspirin. Dipiridamol meningkatkan kadar cAMP intraselular dengan menghambat
fosfodiesterase nukleotida siklik. Ini menghambat sintesis tromboksan A2 dan dapat
memperkuat efek prostasiklin (PGI2) untuk melawan perlengketan trombosit pada permukaan
trombogenik. Dari sedikit data yang diperoleh , dipiridamol hanya memberikan kontribusi
marginal terhadap kerja antitrombotik aspirin, Namun Bersama dengan warfarin, dipiridamol
efektif menghambat embolisasi dari katup jantung prostetik.

VI. Antikogulan

Dua jenis obat yang digunakan dalam mencegah koagulasi darah, heparin dan antagonis vitamin K.
Mekanisme kerja berbeda demikian pula penggunaan kliniknya.

A. Heparin
Merupakan antikoagulan suntikan , kerja cepat dan sering digunakan untuk kasus darurat
penghambat pembentukan thrombus. Heparin dalam keadaan normal terdapat sebagai kompleks
makromolekul Bersama histamin dalam sel mast dengan peran fisiologisnya tidak diketahui. Zat
ini diekstrak dari usus babi atau paru-paru sapi. Heparin merupakan campuran glikosaminoglikan
anionic rantai lurus dengan berat molekul rata-rata 15000. Bersifat asam kuat karena adanya
group sulfat dan asam karboksilat. Mengingat bahwa bentuk heparin dengan berat molekul
rendah yang juga dapat bekerja sebagai antikoagulan menyebabkan isolasi enoksaprin, suatu
heparin dengan berat molekul rendah (<6000) pertama yang terdapat di AS.
1. Mekanisme kerja : Heparin bekerja tidak langsung dengan terikat pada antithrombin III
menyebabkan efek antikoagulan yang cepat. Antikoagulasi maksimal terjadi dalam beberapa
menit setelah suntikan heparin intravena (berbeda dengan antikoagulan antagonis vitamin K,
seperti warfarin, aktivitas maksimumnya memerlukan sampai 8-12 jam. Antitrombin III,
kadang-kadang disebut sebagai kofaktor heparin, adalah a-globulin yang menghambat
protease serin, termasuk beberapa factor pembekuan, misalnya thrombin Faktor II. Tanpa
heparin , antithrombin III berinteraksi dengan thrombin sangat lambat. Pengikatan heparin
pada antithrombin III menyebabkan perubahan bentuk yang memudahkan antithrombin
menyatu dan menghambat thrombin kecuali yang sudah terikat pada fibrin. ( Catatan :
Sementara kompleks heparin-antitrombin III mudah melumpuhkan thrombin, kompleks
heparin bermolekul rendah Bersama antithrombin lebih spesifik melawan Factor Xa).
Pemberian Jangka Panjang heparin akan menyebabkan penurunan aktivitas antithrombin III
sehingga meningkatkan resiko thrombosis. Untuk mengurangi ini, biasanya dilakukan terapi
dengan heparin dosis rendah .
2. Penggunaan dalam terapi : Heparin membatasi ekspansi thrombus dengan menghambat
pembentukan fibrin. Heparin merupakan obat antitrombotik utama untuk pengobatan
thrombosis vena profunda dan embolisme paru. Zat ini akan menurunkan episode berulang .
Dalam klinik, heparin digunakan sebagai pencegah thrombosis vena pasca bedah pada pasien
yang menjalani pembedahan elektif, dan penderita infark miokard fase akut. Pengulangan
thrombosis arteri koronaria setelah pengobatan trombolitik berkurang dengan heparin. Juga
digunakan pada alat ekstrakorporeal (misalnya mesin dialysis) untuk mencegah thrombosis.
Merupakan antikoagulan pilihan untuk mengobati perempuan hamil dengan katup jantung
prostetik atau tromboembolisme vena, karena tidak melewati plasenta. Heparin bekerja lebih
cepat yang juga berakhir cepat pada penghentian terapi . Enoksaprin telah disetujui
digunakan untuk mencegah thrombosis vena profunda akibat operasi penggantian panggul.
3. Farmakokinetik
a. Absorpsi : Heparin harus diberikan parenteral dengan suntikan subkutan atau
intravena karena obat ini tidak mudah melewati membrane. Enoksaprin hanya
diberikan melalui subkutan. (Catatan : pemberian intramuscular heparin merupakan
kontraindikasi karena terbentuk hematoma). Heparin sering diberikan intravena
sebagai bolus untuk mendapatkan antikoagulan cepat diikuti oleh dosis yang lebih
rendah atau infus. Yang terakhir dipertahankan selama 7-10 hari , mentritasi dosis
heparin sehingga waktu tromboplastin (PTT) parsial adalah 1,5-2,5 kali dari control
yang normal .
b. Nasib : Dalam darah , heparin terikat pada banyak protein yang menetralkan
aktivitasnya dan dapat menyebabkan resistensi pada obat tersebut. Meskipun
umumnya terbatas dalam sirkulasi, heparin diambil oleh system retikuloendotelial
dan mengalami depolimerisasi menjadi produk yang tidak aktif.
4. Efek Samping
Meskipun harapan awal efek samping lebih sedikit dengan enoksaprin, komplikasi
ternyata sama dengan heparin .
a. Komplikasi perdarahan : Komplikasi utama dalam terapi heparin adalah perdarahan.
Monitoring waktu perdarahan yang teliti diperlukan untuk mengurangi masalah
tersebut. Perdarahan yang berlebihan ditanggulangi dengan penghentian obat atau
pemberian protamin sulfat, dengan infus lambat obat terakhir akan terikat secara
ionic dengan heparin membentuk kompleks tak aktif yang stabil.
b. Reaksi hipertensitif : Menggigil , demam, biduran ,atau syok anafilaktik dapat terjadi
karena preparat heparin diperoleh dari sumber hewani dan karena itu bersifat
antigenic.
c. Trombositopenia : Penurunan jumlah trombosit yang beredar dapat terjadi setelah 8
hari pengobatan. Pada beberapa pasien , agregasi trombosit akibat heparin diikuti
oleh pembentukan antibody anti-trombosit . Penghentian obat amat perlu.
Seandainya terjadi tromboembolisme akibat heparin, terapi dengan obat yang
menghambat agregasi trombosit atau antikoagulan oral diberikan untuk
menggantikan heparin .
d. Kontraindikasi : Heparin tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif atau
mempunyai gangguan (penyakit) perdarahan , pecandu alcohol, dan pasien bedah
otak , mata atau medulla spinalis.

B. Warfarin
Antikoagulan termasuk warfarin dan dicumarol bekerja karena kemampuannya mengantagonisir
fungsi kofaktor vitamin K. Warfarin semula digunakan sebagai rodentisid, sekarang banyak
digunakan di klinik sebagai antikoagulan oral. Masih terdapat beberapa pendapat yang
bertentangan tentang penggunaan obat ini dalam situasi klinik seperti infark miokard dan
artoplasti panggul. Diperlukan cara mengetahui pasien yang benar-benar mempunyai risiko
thrombosis. Meskipun usaha membuat waktu prothrombin 1,5-2,5 kali lebih lama dari angka
normal komplikasi perdarahan tidak terjadi pada sekitar 20% pasien .
1. Mekanisme kerja :
Beberapa factor protein (termasuk factor II,VII, IX dan X ikut dalam reaksi koagulasi yang
bergantung pada vitamin K sebagai kofaktor dalam sintesisnya di hati. Faktor-faktor ini
mengalami modifikasi pasca translasi yang tergantung vitamin K, dan sejumlah residu asam
y-karboksiglutamat. Dalam reaksi ini, karboksilase yang bergantung Vitamin K mengikat CO2
untuk membentuk group COOH baru pada asam glutamate dan penurunan kofaktor vitamin
K diubah menjadi epoksid vitamin K. Vitamin K dibentuk kembali dari epoksid oleh vitamin K
epoksid reductase. Enzim mini dihambat oleh warfarin. Sisa y-karboksiglutamil mengikat ion
kalsium dan penting untuk mengadakan interaksi dengan membrane sel. Penggunaan
warfarin atau dicumarol menghasilkan factor pembekuan yang tidak aktif , karena tidak
mempunyai rantai samping y-karboksiglutamat. Berbeda dengan heparin, efek antikoagulan
warfarin tidak terlihat sampai 8-12 jam setelah pemberian obat. Efek antikoagulan warfarin
dapat diatasi dengan pemberian vitamin K. Tetapi, perubahan oleh vitamin K ini memerlukan
waktu sekitar 24 jam .
2. Farmakokinetik :
a. Absorpsi : Garam natrium warfarin mudah diabsorbsi sempurna setelah pemberian oral.
Meskipun makanan memperlambat absorpsi, namun tidak mempengaruhi lama absorpsi
obat. Warfarin 99% terikat pada albumin plasma yang menghambat difusinya ke dalam
cairan serebrospinal, urin dan air susu ibu. Tetapi, obat-obat yang mempunyai afinitas
lebih besar untuk sisi pengikatan seperti sulfonamide, akan dapat menggusur
antikoagulan dan menyebabkan peningkatan aktivitas sementara . obat mudah melewati
sawar plasenta.
b. Nasib : Hasil metabolism warfarin bersifat tidak aktif dan setelah konjugasi dengan asam
glukuronat, dikeluarkan dalam urin dan feses.
3. Efek Samping :
a. Gangguan perdarahan : reaksi yang paling tidak diharapkan adalah perdarahan. Karenanya,
penting memonitor dan menyesuaikan efek antikoagulan. Perdarahan kecil dapat diobati
dengan penghentian obat dan memberikan vitamin K, oral; perdarahan berat memerlukan
dosis vitamin lebih besar yang diberikan secara intravena. Darah lengkap, plasma beku, atau
konsentrat factor darah dalam plasma dapat diberikan untuk menghentikan perdarahan .
b. Interaksi obat : Sejumlah interaksi obat yang memperkuat atau melemahkan efek
antikoagulan warfarin telah diketahui. Kesimpulan interaksi paling penting ini didapat dilihat
dalam gambar 20.7 .
c. Penyakit : Keadaan ini dapat mempengaruhi keadaan hipoprotrombinemia pasien dan
responnya terhadap antikoagulan . Sebagai contoh , defisiensi vitamin K , penyakit hati yang
mengganggu sintesis factor pembekuan dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan
katabolisme factor pembekuan yang bergantung vitamin K, semuanya dapat meningkatkan
respons terhadap antikoagulan oral.
d. Kontraindikasi : Obat ini jangan digunakan pada orang hamil karena bersifat teratogenic dan
dapat menyebabkan abortus.

VIII. Obat-obat trombolitik

Penyakit tromboembolik akut pada pasien-pasien tertentu dapat diobati dengan pemberian obat-
obat yang mengaktifkan konversi plasminogen menjadi plasmin, suatu protease serin yang menghidrolisis
fibrin dan melarutkan bekuan. Obat pertama jenis ini disetujui, streptokinase dan urokinase,
menyebabkan masalah perdarahan . Alteplase , juga dikenal sebagai activator plasminogen jenis jaringan
(tPA), bekerja local pada fibrin trombolitik menyebabkan fibrinolysis dan dapat menjadi obat penting
dalam pengobatan penyakit tromboembolik. Pengalaman klinik menunjukkan efisiensi yang sama antara
streptokinase dan tPA. Disayangkan, terapi trombolitik tidak berhasil pada sekitar 20% arteri yang terkena
infark arteri dan 15% pada penutupan kembali (reclose) yang terbuka.

A. Sifat-sifat umum obat trombolitik


1. Kerja : obat-obat trombolitik mempunyai sifat-sifat yang sama. Semua bekerja langsung atau
tidak mengubah plasminogen menjadi plasmin yang selanjutnya mencairkan fibrin sehingga
melarutkan thrombus. Dalam tiap kasus, pelarutan dan reperfusi bekuan sering terjadi jika
terapi dimulai lebih awal setelah pembentukan bekuan, karena bekuan akan menjadi lebih
resisten untuk lisis jika semakin lama. Sayang, thrombin local yang meningkat dapat terjadi
dengan melarutnya bekuan, menyebabkan agregasi trombosit meningkat dan terjadi
thrombosis. Strategi untuk mencegah ini termasuk pemberian obat antitrombosit seperti
aspirin atau antitrombotika, seperti heparin.
2. Pemberian obat : Untuk infark miokard, pemberian obat intrakoroner paling dipercaya untuk
mencapai rekanalisasi. Namun, kateterisasi jantung mungkin tidak dapat dilakukan dalam 2-
6 jam “ jendela terapi” , dan jika melewati waktu tersebut pertolongan miokard yang penting
tidak mungkin lagi. Sebab itu, obat trombolitik biasanya diberikan intravena, karena cara ini
cepat, tidak mahal dan tidak mempunyai risiko kateterisasi.
3. Penggunaan dalam terapi : Semula digunakan untuk pengobatan thrombosis vena profunda
dan embolisme paru berat, obat trombolitik sekarang digunakan lebih sering untuk
mengobati infark miokard akut dan thrombosis arteri perifer dan emboli dan untuk
menghindari pembekuan dalam kateter dan pintas.
4. Efek samping : Obat-obat trombolitik tidak membedakan fibrin thrombus yang tidak
diinginkan dan fibrin sumbatan hemostatic yang menguntungkan . Karena itu, perdarahan
merupakan efek samping utama. Misalnya suatu lesi yang semula tidak berbahaya, seperti
ulkus peptikum , dapat mengalami perdarahan setelah suntikan obat trombolitik. Obat-obat
ini merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan luka yang sembuh, kehamilan, riwayat
cedera serebrovaskular atau metastasis kanker. Adanya stimuli trombogenik jangka Panjang
akan menyebabkan thrombosis setelah lisis bekuan pertama.
B. Alteplase (tPA)

Anda mungkin juga menyukai