PENDAHULUAN
A. Keadaan Geografis
Kecamatan Kelapa Gading dengan luas 1.633 Ha terdiri atas tiga
kelurahan, yaitu Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan
Dua. Populasi warga Kelapa Gading sekitar 5% dari jumlah penduduk Jakarta dan
20% penduduk Jakarta Utara. Hampir 65 % penduduknya adalah warga keturunan
Tionghoa.
Luas wilayah Kecamatan Gading terbagi menjadi 3 kelurahan yaitu :
a) Kelurahan Kelapa Gading Timur
b) Kelurahan Kelapa Gading Barat
c) Kelurahan Pegangsaan Dua
Batas wilayah Kecamatan Kelapa Gading :
Sebelah utara : Kali Bendungan Batik, Kel. Tugu Selatan dan Rawa Badak,
Kec. Koja, JakartaUtara.
Sebelah selatan : Jl. Raya Bekasi, Kec. Cakung, Jakarta Timur.
Sebelah timur : Kali Cakung dan Kali Petukangan, Kec. Cakung, Jakarta
Timur.
Sebelah barat : Jl. Raya Yos Sudarso Kec. Tanjung Priok, Jakarta Utara.
B. Keadaan Demografi
Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Utara periode Januari –
November 2011, Kecamatan Kelapa Gading mempunyai jumlah penduduk
sebanyak 110.011 jiwa, dengan kepadatan penduduk 67 jiwa/km 2. Berikut rincian
jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Kelapa Gading periode Januari -
November 2011.
1
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di
Wilayah Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari - November 2011
Luas Jumlah Kepadatan
No. Kelurahan Wilayah Penduduk Penduduk
(km2) (jiwa) (jiwa per km2)
1. Kelapa Gading Timur 355,13 38.322 107,909
2. Kelapa Gading Barat 650,12 32.645 50,213
3. Pegangsaan Dua 628,45 39.044 62,127
Jumlah 1.633,70 110.011 67,338
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari - November 2011
2
KELURAHAN
Penggolongan
Kelapa Gading Kelapa Gading Pegangsaan Jumlah
Umur
Timur Barat Dua
3
2 Tidak tamat sekolah 6.869 6.055
3 Tamat SD 10.695 14.093
4 Tamat SLTP 10.714 12.021
5 Tamat SLTA 18.189 16.347
6 Tamat Akademi / Perguruan tinggi 15.623 14.259
Sumber : Laporan Bulan Statistik Kependudukandan Catatan Sipil Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari - November 2011
Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa :
Tingkat pendidikan paling banyak adalah tamat Sekolah Dasar.
Tingkat pendidikan paling sedikit adalah tidak tamat sekolah.
4
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat bahwa :
Sarana kesehatan paling banyak adalah praktek dokter spesialis.
Sarana kesehatan paling sedikit adalah Ruang Bersalin Puskesmas.
5
Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Kelapa Gading adalah 110.011
orang
Jumlah kader aktif Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading adalah 23.696
orang.
A. Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi :
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
6
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan
oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu
terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma
Sehat”. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif,
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated),
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari
masyarakat,
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula
fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
e. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtif
menjadi investasi,
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah,
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra”
pemerintah (partnership),
g. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization),
h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
B. Wilayah Kerja
7
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik,
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
Walikota/Bupati, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah
sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan ”Puskesmas
Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi.
D. Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
8
E. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Berikut ini ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel, yaitu :
RW siaga sehat
2. Cakupan air bersih
Cakupan jamban
Penyehatan keluarga
Kesehatan Lingkungan
pemukiman Cakupan SPAL
Cakupan rumah
sehat
3. Kesejahteraan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4
9
Pertolongan
Cakupan Linakes
persalinan
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
Pelayanan
4. Keluarga Berencana Cakupan MKET
Keluarga Berencana
No. Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
10
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Mata
7. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
8. Upaya Pengobatan Akupuntur
11
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
puskesmas kecamatan Kelapa Gading periode Januari - Oktober 2011 adalah :
G. Azas Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
12
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan
sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
3. Azas Keterpaduan
13
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
14
4) Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha dan organisasi kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
2. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan
ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal
dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal).
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan
medis (contoh : operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas
15
dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di
puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke
periode dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
16
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.
Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat
dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan
kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur
melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa
diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah
b. Tatanan tempat kerja
c. Tatanan tempat-tempat umum
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas
sektoral maupun LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM
(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun
Puskesmas).
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam
IPMS (Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan
kualitas program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator
cakupan upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan
kesehatan.
17
1.1.3. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Keterangan :
1. Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading beralamat di Jl.Pelepah Elok blok
HF No.7 berlokasi padaKelurahan Kelapa Gading Barat.
2. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Barat beralamat di Jl.Merah jambu
no.20 berlokasi pada Kelurahan Kelapa Gading Barat.
3. Puskesmas Kelurahan pegangsaan dua A beralamat di Jl.Kepu no.32
berlokasi pada Kelurahan Pegangsaan Dua.
4. Puskesmas kelurahan Pegangsaan dua B beralamat di Jl.Gamelan no.23
berlokasi pada Kelurahan Pegangsaan Dua.
5. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur beralamat di Jl.Puskesmas
no.50 berlokasi pada Kelurahan Kelapa Gading Timur.
18
Gambar1.3 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2011
STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS KECAMATAN KELAPA GADING
UNIT PENUNJANG
Unit Farmasi
UNIT PELAYANAN
Unit Gizi
Unit Kesehatan Umum Unit Laboratorium
Unit Kesehatan Gigi & Mulut Unit Radiologi
Unit Kesehatan Ibu & Anak Unit PemeliharaanPeralatan
Unit Kesehatan Spesialis Kesehatan
Unit Rumah Bersalin Kesehatan Masyarakat
Unit Pelayanan 24 Jam & Ambulan Penyakit Menular
Unit Pelayanan Keluarga Berencana Penyakit Tidak Menular
Unit Kamar OperASI Penyehatan Lingkungan &
Kesehatan Kerja
Gizi & PPSM
Kesehatan Jiwa & NAPZA
Sumber : Laporan Hasil Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2011
19
A. Visi
a) Terwujudnya masyarakat yang sejahtera, mandiri melalui
penyelenggara pemeliharaan pelayanan kesehatan prima yang
profesional dan manusiawi sejajar dengan kota besar lainnya di dunia.
b) Dalam kaitannya dengan peran puskesmas sebagai suatu unit organisasi
kesehatan yang merupakan pusat pengembangan yamg melaksanakan,
pembinaan dan juga memberikan pelayanan para kesehatan upaya
kesehatan secara menyuluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
B. Misi
a) Membina komitmen dan profesionalisme tenaga kesehatan.
b) Mengembangkan upaya sistem pelayanan kesehatan paripurna yang
bermutu prima dan kompetitif sesuai dengan kebutuhan kemampuan
masyarakat DKI Jakarta.
c) Memberdayakan masyarakat menuju kemandirian dan berprilaku hidup
bersih dan sehat.
d) Menjalin kerukunan dengan organisasi kesehatan yang lain dan non
kesehatan, serta masyarakat.
C. Tugas
Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dengan mengutamakan
upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan
secara terpadu dengan upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan
(promotif) serta melaksanakan pemberdayaan puskesmas keluruhan.
D. Fungsi
1. Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.
2. Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.
4. Penyelenggaraan pelayanan medis umum.
5. Penyelenggaraan asuhan keperawatan.
20
6. Penyelenggaraan pelayanan persalinan.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan,
kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan
tenggorokan.
9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi,
gizi, farmasi dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran,
peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis
lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan
kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pemeriksaan Jenazah.
25. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas
kecamatan.
27. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
21
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku
Kepala Dinas Kesehatan.
22
10. Alat-alat penyuluhan 17. Optotip snellen/snellen chart
11. Perangkat peralatan gigi. 18. Optik kaca mata
12. Perlengkapan/alat 19. Alat-alat KB
-alat pertolongan 20. Bangku ginekologi
persalinan 21. Rontgen
13. USG 22. Klinik jiwa
14. EKG 23. Test Ishihara
15. Treadmill 24. Akupunktur
16. Slitlam 25. Inkubator neonatus
23
1.1.4 PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG (P2ML)
Ada beberapa kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung di
puskesmas kecamatan Kelapa Gading, yaitu :
A. Pengendalian penyakit TB paru
Penyakit Tuberculosis paru masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tujuan P2M di
Puskesmas kecamatan Kelapa Gading pada kasus TB paru adalah untuk
mengetahui jumlah penderita TB paru yang berobat ke puskesmas yang
berada di wilayah kecamatan Kelapa Gading dan agar semua penderita TB
yang berobat mendapat obat TB paru secara lengkap (mendapatkan dan
meminum obat TB paru selama 6 bulan tanpa terputus). Sasaran dari
program P2M di Puskesmas kecamatan Kelapa Gading pada kasus TB
paru adalah seluruh penderita TB paru yang datang ke poli TB paru.
Rumus perhitungan Perkiraan BTA (+) 1 Tahun, CDR, Angka Konversi dan
Angka Kesembuhan :
- Rumus Perkiraan BTA (+) 1 tahun= 130/100.000 x Jumlah Penduduk
- CDR (Case Detection Rate) adalah penemuan pasien baru TB BTA
positif pada penduduk suatu wilayah
24
- CR (Cure Rate) adalah Angka kesembuhan adalah BTA positif menjadi
BTA negatif setelah pengobatan selesai
Keterangan :
25
Dari tabel 1.11 didapatkan angka penemuan penderita (CDR) di Kecamatan
Kelapa Gading sebesar 18,64% kurang dari target yaitu > 70%.
Keterangan :
Dari tabel 1.12 didapatkan angka konversi TB di Kecamatan Kelapa Gading
sebesar 27,27% ,lebih dari target yaitu > 80%.
Angka
Penemuan Penemuan
kesembuhan
No Kelurahan penderitaBTA (+) penderita
TB (>85%)
(a) sembuh (b)
(b/a x 100%)
Kelapa Gading
1 9 2 22,22%
barat
Kelapa Gading
2 3 0 0%
timur
3 Pegangsaan Dua 10 0 0%
Jumlah 22 2 9,09%
26
(Sumber: Laporan bulanan hasil pemeriksaan dahak akhir tahap intensif pasien baru BTA
Positif P2M Puskesmas Kecamtan Kelapa Gading Periode Januari-November 2011)
Keterangan :
Dari tabel 1.13 didapatkan angka kesembuhan TB di Kecamatan Kelapa
Gading sebesar 9,09%, kurang dari target yaitu > 85%. Error rate tidak
dapat dihitung karena tidak terdapatnya data mengenai hasil false positive
dan false negative.
27
(Sumber: Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari-November 2011)
Keterangan :
Dari tabel 1.14 Persentase kasus ISPA pada balita di wilayah kecamatan Kelapa
Gading sebesar 33,06%, melebihi target yaitu <10%.
C. Pengendalian Penyakit Diare
Tujuan kegiatan ini adalah menurunkan angka kematian akibat diare,
tatalaksana diare standar dan meningkatkan penggunaan oralit di tingkat rumah
tangga.
Indikator kinerja dan pemberantasan penyakit diare di wilayah Puskesmas
kecamatan Kelapa Gading periode bulan Januari - November 2011 adalah angka
kesakitan < 5 %.
Tabel 1.15 Incidence Rate Kasus Diare Pada Bayi dan Balita
(a) (b) a
(Sumber : Laporan Bulanan P2M Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari – November 2011)
Keterangan :
Dari tabel 1.15 dapat dilihat bahwa angka Incidence Rate kasus diare di wilayah
Puskesmas kecamatan Kelapa Gading periode Januari - November 2011 sebesar
28
4,07 % mencapai target,dengan target yaitu <5%.
29
4. Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading Periode Januari-November 2011 sebesar 33,06%.
30
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
DAN PENYEBAB MASALAH
31
1. Angka Penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas
Kecamatan Kelaapa Gading periode Januari – November 2011
sebesar 18,64% dibawah target, dari target >70 %.
2. Angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode
Januari - November 2011 sebesar 27,27% dibawah target, dari target
>80 %.
3. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - November 2011 sebesar 9,09% dibawah target, dari
target >85 %.
4. Jumlah Penderita ISPA pada Balita di wilayah Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading Periode Januari-November 2011 sebesar 33,06% lebih
dari target, dari target <10%
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi
diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.
32
Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
- Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
- Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah
dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
- Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber
daya
- Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
Kesehatan tersebut
33
Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing- masing penyakit.
Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif
untuk mengatasi masalah tersebut.
Community and political concern : Menunjukkan sejauh mana masalah
tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi
Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia
C. Metode MCUA
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang
digunakan sebagai parameter adalah angka kematian ibu, dan lain sebagainya.
2. Greetest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan
untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih
antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target
yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor
lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa
luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
34
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin
masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan
sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan
kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk
kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan
pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih
obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima,
dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
1. Emergency
35
ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.
Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan
parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang
digunakan sebagai parameter adalah Angka Kematian Ibu, dan lain sebagainya.
Tabel 2.1 Skoring terhadap CFR (Case Fatality Rate) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang berkaitan dengan program
P2ML Periode Januari–November 2011
1. TB Paru 10
2. Diare 5
Tabel 2.2 Penentuan score emergency terhadap masalah P2ML yang terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari–November 2011
36
Kecamatan Kelapa Gading, angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading dan angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.
2. Greetest Member
37
20 21,3 – 22,3 44 47,7 – 48,7 68 74,3 – 75,3
21 22,4 – 23,4 45 48,8 – 49,8 69 75,4 – 76,4
22 23,5 – 24,5 46 49,9 – 50,9 70 76,5 – 77,5
23 24,6 – 25,6 47 51 – 52 71 77,6 – 78,6
24 25,7 – 26,7 48 52,3 – 53,3 72 78,7 – 79,7
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan
score dari satu sampai 72 dengan jarak tiap range sebesar satu agar mendapatkan
nilai greetest member yang bervariasi.
38
3. Expanding Scope
Untuk luas wilayah diurut dari luas wilayah terluas sampai terkecil dimulai
dari kelurahan Kelapa Gading barat yang luas wilayahnya 650,12 km2, kelurahan
Pegangsaan Dua yang luas wilayahnya 628,45 km2 dan kelurahan Kelapa Gading
Timur yang luas wilayahnya 355,13 km2, jika ditotal kecamatan Kelapa Gading
memiliki luas wilayah 1.633,70 km2 . Maka diputuskan dari urutan dari wilayah
yang paling luas adalah kecamatan Kelapa Gading,kelurahan Kelapa Gading
Barat,kelurahan Pegangsaan dua, dan kelurahan Kelapa Gading Timur diberi nilai
masing masing 20, 15, 10 dan 5.
39
Jumlah Penduduk Nilai
Kelurahan Pegangsaan Dua : 39.044 15
Kelurahan Kelapa Gading Timur : 38.322 10
Kelurahan Kelapa Gading Barat : 32.645 5
Total Kecamatan Kelapa Gading : 110.011 20
40
Tabel 2.8 Penentuan Score Expanding Scope program pengendalian penyakit
menular langsung di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - November 2011
41
4. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa
mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah
dapat diselesaikan meliputi:
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin
banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka
kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh
karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap
Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran
program kesehatan di masing – masing wilayah Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah
penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
Jumlah
Scor
Puskesmas Tenaga Jumlah Perbandingan
e
Kesehatan Penduduk
Kelapa Gading Timur 7 38.322 1 : 5474 5
Kelapa Gading Barat 53 32.645 1 : 616 15
Pegangsaan Dua 14 39.044 1 : 2788 10
42
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu
masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan
oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori
untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.
Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan
alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah
mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali.
Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada
masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila
tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun
tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia
dan diberi nilai nol.
43
Dana Score
Cukup 2
Kurang 1
SDM Fasilitas
NO DAFTAR MASALAH Dana Jumlah
Alat/Obat Tempat
Angka Penemuan kasus baru
1. (CDR) TB Paru di Puskesmas 2 2 2 2 8
Kecamatan Kelapa Gading
Angka konversi TB di
2. Puskesmas Kecamatan Kelapa 2 2 2 2 8
Gading
Angka kesembuhan TB di
3. Puskesmas Kecamatan Kelapa 2 2 2 2 8
Gading
Jumlah Penderita ISPA pada
4. Balita di wilayah Puskesmas 4 1 2 1 8
Kecamatan Kelapa Gading
5. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari
suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap
masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern
44
pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan
tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
untuk penyuluhan diberikan 1, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan
nilai 5. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih
luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah
kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 10.
Parameter Score
Penyuluhan 1
Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 5
Media Elektronik (TV, radio, internet) 10
45
Kebijakan Media Media
No Masalah Penyuluhan Jumlah
Pemerintah Cetak Elektronik
Angka penemuan kasus baru
1. (CDR) TB Paru di Puskesmas 1 1 5 10 17
Kecamatan Kelapa Gading
Angka konversi TB di
2. Puskesmas Kecamatan 1 1 5 10 17
Kelapa Gading
Angka kesembuhan TB di
3. Puskesmas Kecamatan 1 1 5 10 17
Kelapa Gading
Jumlah Penderita ISPA pada
4. Balita di wilayah Puskesmas 1 1 5 10 17
Kecamatan Kelapa Gading
Skor policy untuk semua masalah dari TB dan ISPA didapatkan hasil
dengan nilai sama yaitu sebesar 17 untuk setiap masalah.
46
1 Greates Member 5 47 235 48 240 69 345 22 110
2 Emergency 4
10 40 10 40 10 40 5 20
3 Expanding Scope 3
50 150 50 150 50 150 50 150
4 Feasibility 2
8 16 8 16 8 16 8 16
5 Policy 1 17 17 17 17 17 17 17 17
47
2. Angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - November 2011 sebesar 27,27% dibawah target, dari target
>80 %.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input
yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber daya
sistem adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk
mencapainya.
48
Organizing (pengorganisasian):
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber
daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
49
50
2.3 MENCARI PENYEBAB MASALAH YANG DOMINAN
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan. Dari
dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau
lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi
dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari
akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling
dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang
apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang
lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling
dominan dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program
yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program
di wilayah kerja Puskesmas Kelapa Gading:
51
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
1. Kurangnya partisipasi semua petugas kesehatan dalam upaya
meningkatkan kesembuhan pasien TB (Planning)
2. Pembagian tugas yang tidak proporsional antar petugas puskesmas
(Organizing)
3. Petugas kesehatan yang kurang memberikan edukasi kepada pasien TB
(Actuating)
4. Kurangnya kesadaran pasien untuk meminum OAT secara teratur
(Controlling)
Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:
1. Pasien merasa penyakitnya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
(Environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar
penyebab masalah yang paling dominan berdasarkan diskusi dan hasil
justifikasi. Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut
adalah :
1. Jumlah petugas kesehatan yang khusus menangani pasien TB masih
kurang di puskesmas (Man)
2. Kurangnya kesadaran pasien untuk meminum OAT secara teratur
(Controlling)
52
3. Manajemen yang kurang baik dalam persediaan obat oleh petugas
kesehatan (Material)
4. Kurang fokusnya pelatihan kader oleh petugas kesehatan(Method)
Dari 9 akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi.
Kedua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah :
1. Petugas kesehatan yang kurang memerhatikan perkembangan penyakit
pasien TB dari waktu ke waktu (Man)
2. Kurangnya pemberitahuan kepada keluarga penderita TB mengenai
PMO (environment)
53
BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
54
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling murah biaya
pelaksanaannya dan nilai 1 adalah masalah yang paling mahal
pelaksanaannya.
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.
Diberi nilai 1 – 3, di mana nilai 3 adalah masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan nilai 1 merupakan masalah yang memerlukan
waktu paling lama dalam penyelesaiannya.
Dari dua akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif
masalah sebagai berikut :
1. Jumlah petugas kesehatan yang khusus
menangani pasien TB masih kurang di puskesmas (Man).
Alternatif Pemecahan Masalah : Disarankan kepada setiap Puskesmas
untuk membuka penerimaan pegawai atau petugas kesehatan yang baru
untuk di tempatkan pada posisi khusus untuk menangani kasus TBC.
2. Kurangnya kesadaran pasien untuk meminum
OAT secara teratur (Controlling)
Alternatif Pemecahan Masalah :Memberikan penyuluhan akan pentingnya
meminum obat TBC secara teratur dan disiplin.
55
Tabel 3.1 MCUA angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading periode Januari-November 2011 sebesar 9,09%
dibawah target, dari target 85 %.
AL – 1 AL – 2
No Parameter Bobot
N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 1 4 1 4
2 Murah biayanya 3 1 3 1 3
Waktu penerapannya sampai
3 masalah terpecahkan tidak 2 2 4 2 4
terlalu lama
Dapat menyelesaikan dengan
4 1 3 3 2 2
sempurna
Jumlah 14 13
Keterangan :
AL – 1 : Disarankan kepada setiap Puskesmas untuk membuka penerimaan
pegawai atau petugas kesehatan yang baru untuk di tempatkan pada
posisi khusus untuk menangani kasus TBC.
AL – 2 : memberikan penyuluhan akan pentingnya meminum obat TBC
secara teratur dan disiplin.
Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Disarankan kepada setiap Puskesmas untuk
membuka penerimaan pegawai atau petugas kesehatan yang baru untuk di
tempatkan pada posisi khusus untuk menangani kasus TBC.
2. Memberikan penyuluhan akan pentingnya
meminum obat TBC secara teratur dan disiplin.
56
3.1.2 Alternatif pemecahan masalah angka konversi TB di Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading periode Januari - November 2011 sebesar 27,27%
dibawah target, dari target >80 %.
Dari dua akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif
masalah sebagai berikut :
1. Petugas kesehatan yang kurang memerhatikan perkembangan penyakit
pasien TB dari waktu ke waktu (Man).
Alternatif pemecahan masalah : Memberikan dukungan dan dorongan
kepada petugas untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya dan
lebih disiplin dalam menjalankan target target yang telah di tetapkan.
2. Kurangnya pemberitahuan kepada keluarga penderita TB mengenai
PMO (Environment).
Alternatif pemecahan masalah : Memberikan penyuluhan kepada
keluarga pasien agar dapat menjadi pengawas minum obat dan
memberikan pengetahuan akan pentingnya meminum obat secara
teratur dan disisplin.
Keterangan :
AL – 1 : Memberikan dukungan dan dorongan kepada petugas untuk lebih
57
bertanggung jawab terhadap tugasnya dan lebih disiplin dalam
menjalankan target target yang telah di tetapkan.
AL – 2 : Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien agar dapat
menjadi pengawas minum obat dan memberikan pengetahuan akan
pentingnya meminum obat secara teratur dan disisplin.
BAB IV
58
RENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAAN
KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH
59
1 Menambah petugas 1.Mengajukan 1. Proposal untuk 1x/ tahun @Rp.200.000,-
dengan cara permohonan tenaga mengajukan →Rp.200.000,-/
membuka kesehatan baru untuk permohonan tahun
penerimaan pegawai program TBC ke penambahan
atau petugas kepala Puskesmas petugas kesehatan
kesehatan yang baru baru di ajukan
untuk di tempatkan kepada kepala
pada posisi khusus puskesmas dan
untuk menangani diharapkan di
kasus TBC. teruskan ke suku
dinas kesehatan.
2.menyeleggarakan 2.Mendapatkan 1x/tahun @Rp.450.000,-
rapat untuk kriteria dan →Rp.
menentukan kriteria anggaran untuk 450.000,-/tahun
penerimaan calon tenaga kontrak
peugas kesehatan dan yang dibutuhkan
menentukan anggaran
yang di butuhkan
untuk gaji tenaga
kesehatan.
Volume
No Keputusan Rencana Kegiatan Target Biaya
Kegiatan
3.Mengajukan 3. Proposal untuk 1x/tahun @Rp.250.000,-
proposal ke kepala perekrutan tenaga →Rp.250.000,-/
puskesmas untuk kesehatan baru tahun
perekrutan tenaga sampai ke kepala
kesehatan yang akan Puskesmas da isi
60
di tempatkan pada proposal
bagian khusus tersampaikan
penanganan TBC. dengan baik
4.Membuka lowongan 4.Memperoleh 2x/tahun @Rp.750.000,-
pekerjaan dan peserta calon →Rp.1.500.000,
melakukan seleksi tenaga kesehatan -/ tahun
dengan tes tertulis dan yang ememnuhi
psikotes syarat dan kriteria
sebagai calon
pegawai
5. Penilaian hasil tes 5.mendapatkan 2x/tahun @Rp.75.000,-
tenaga kesehatan →Rp.150.000,-/
yang lulus seleksi tahun
dan sesuai dengan
kriteria dan syarat
yang telah di
tetapkan
6. Pengumuman hasil 6.Pengumuman 2x/tahun @Rp.100.000,-
dilakukan dengan →Rp.200.000,-/
mengirimkan tahun
informasi berupa
surat ke alamat
peserta yang lulus
Volume
No Keputusan Rencana Kegiatan Target Biaya
Kegiatan
7.Pengangkatan 7.Mendapatkan 2x/tahun @Rp.200.000,-
pegawai baru tenaga kerja baru →Rp.400.000,-/
yang siap kerja tahun
dan kompeten
61
meminum obat yang di derita pasien penyuluhan yang
TBC secara teratur jika tidak memimum di sampaikan oleh
dan disiplin obatnya secara teratur. petugas.
2.memberikan leaflet 1.leaflet di terima 1x/ tahun Rp.500.000
mengenai informasi pasien dan dapat
tentang penyakit TBC dibaca dan di
mengerti serta di
pahami
Total biaya Rp. 3.650.000,-/tahun
Rencana Volume
No Keputusan Target Biaya
Kegiatan Kegiatan
1 Memberikan 1.Membangun 1. Petugas lebih 1x/ tahun @Rp.200.000,-
dukungan dan kesadaran akan sadar akan →Rp.200.000,-/
dorongan kepada pentingnya tanggungjawab tahun
petugas untuk tanggung nya sebagai
lebih jawab sebagai petugas
bertanggung petugas kesehatan.
jawab terhadap kesehatan yang
tugasnya dan menangani
62
lebih disiplin masalah TBC
dalam dengan cara
menjalankan berdiksusi dan
target target yang sharing antara
telah di tetapkan pimpinan dan
petugas
kesehatan agar
tercipta jalan
keluar dari
setiap keluhan
yang di alami
petugas.
Rencana Volume
No Keputusan Target Biaya
Kegiatan Kegiatan
2.Mengajukan 2. Petugas lebih 1x/tahun @Rp.1.000.000
pembiayaan
baik kinerjanya
untuk
memenuhi dengan fasilitas
sarana dan
yang lebih baik
prasarana
untuk
memudahkan
petugas dalam
melakukan
tugasnya
63
2. Memberikan 1.Menjelaskan 1.Keluarga pasien 1x/ tahun gratis
penyuluhan kepada keluarga mengerti dan
kepada keluarga pasien mengenai memahami
pasien agar dapat bahaya dari dengan baik dari
menjadi penyakit yang di penyuluhan yang
pengawas minum derita pasien jika di sampaikan oleh
obat dan tidak memimum petugas dan
memberikan obatnya secara bertanggung
pengetahuan akan teratur. jawab untuk
pentingnya mengawasi pasien
meminum obat minum obat
2.Memberikan 1.Leaflet di 1x/tahun @Rp.500.000,-
secara teratur dan
leaflet mengenai terima pasien →Rp.500.000,-/ta
disiplin.
informasi keluarganya dan hun
tentang penyakit dapat dibaca dan
TBC di mengerti serta
di pahami
Total Biaya Rp.1.700.000 ,-
1 2 3 4
64
1. Menambah petugas 1.Mengajukan permohonan tenaga x
dengan cara membuka kesehatan baru untuk program TBC ke
penerimaan pegawai kepala Puskesmas.
2.Menyeleggarakan rapat untuk x
atau petugas kesehatan
menentukan kriteria penerimaan calon
yang baru untuk di
peugas kesehatan dan menentukan
tempatkan pada posisi
anggaran yang di butuhkan untuk gaji
khusus untuk
tenaga kesehatan.
menangani kasus
3.Mengajukan proposal ke kepala x
TBC.
puskesmas untuk perekrutan tenaga
kesehatan yang akan di tempatkan
pada bagian khusus penanganan TBC.
4.Membuka lowongan pekerjaan dan x
melakukan seleksi dengan tes tertulis
dan psikotes
5.Mendapatkan tenaga kesehatan yang x
lulus seleksi dan sesuai dengan kriteria
dan syarat yang telah di tetapkan
Bulan
KEPUTUSAN KEGIATAN Desember
NO.
1 2 3 4
6.Pengumuman dilakukan dengan x
mengirimkan informasi berupa surat
ke alamat peserta yang lulus
7.Mendapatkan tenaga kerja baru yang X
siap kerja dan kompeten
2. Memberikan 1.Menjelaskan kepada pasien x x x X
penyuluhan akan mengenai bahaya dari penyakit yang
pentingnya meminum di derita pasien jika tidak memimum
obatnya secara teratur.
65
obat TBC secara 2.Memberikan leaflet mengenai x x x X
teratur dan disiplin informasi tentang penyakit TBC
Evaluasi Kegiatan X
66
2.Mengajukan pembiayaan untuk x
memenuhi sarana dan prasarana
untuk memudahkan petugas
dalam melakukan tugasnya
2 Memberikan penyuluhan 1.Menjelaskan kepada keluarga x x x X
kepada keluarga pasien agar pasien mengenai bahaya dari
dapat menjadi pengawas penyakit yang di derita pasien jika
minum obat dan tidak memimum obatnya secara
memberikan pengetahuan teratur.
akan pentingnya meminum
obat secara teratur dan
disiplin.
2.Memberikan leaflet mengenai x x x X
informasi tentang penyakit TBC
Evaluasi Kegiatan X
BAB V
5.1. HASIL
67
dievaluasi seperti yang terdapat pada identifikasi masalah dan dari empat masalah
tersebut ditetapkan dua prioritas masalah pada periode bulan Januari hingga bulan
November 2011 dengan menerapkan metode MCUA sehingga didapatkan
prioritas masalah yang harus dipecahkan seperti :
68
5.1.2 Akar penyebab masalah dominan dari Angka konversi TB di
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode Januari - November 2011
sebesar 27,27% dibawah target, dari target >80 %.
69
kedudukan-kedudukan tertentu dengan berdasarkan bobot dari nilai parameter
tersebut dan memberikan hasil final score yang objektif, di mana score yang
diberikan pada tiap-tiap parameter tersebut dikalikan berdasarkan bobot yang
telah ditentukan berdasarkan hasil diskusi dan kemudian dijumlahkan, selain itu
teknik ini juga sederhana dan mudah dalam penggunaannya. Kedua masalah
tersebut terpilih sebagai masalah yang diprioritaskan untuk dicari pemecahannya,
karena memenuhi syarat dengan nilai tertinggi berdasarkan kriteria kegawatan
yang menimbulkan kesakitan/kematian (emergency), menimpa orang banyak
(greatest member), mempunyai ruang lingkup besar yang menyangkut di luar
kesehatan (expanding scope), kemungkinan dapat atau tidaknya dilaksanakan
(feasibility), dan kebijakan pemerintah/nasional (policy).
Dari hasil metode MCUA diperoleh dua prioritas masalah yang harus
dicari pemecahannya. Prioritas masalah yang sudah ditentukan adalah :
70
Diantara parameter tersebut yang merupakan parameter dengan bobot
tertinggi adalah parameter mudah dilaksanakan, dengan tujuan jika alternatif yang
diajukan mudah dilaksanakan maka petugas puskesmas ataupun bagian terkait
mampu melaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga masalah dapat teratasi
dengan baik. Parameter kedua tertinggi adalah biaya murah, disebabkan faktor
uang adalah faktor yang mendukung kemudahan terlaksananya program.
Parameter ketiga adalah waktu penerapan yang lebih sedikit dapat memecahkan
masalah. Parameter keempat adalah dapat memecahkan masalah dengan
sempurna, parameter ini mendapat bobot yang lebih rendah karena kurangnya
kemampuan dari banyak faktor yang mengakibatkan masalah ini dapat dipecahkan
secara sempurna dan kesempurnaan terlaksananya program belum tentu dapat
menyelesaikan masalah dengan baik tanpa mementingkan faktor yang lain.
Adapun rincian pembahasan dari masing-masing program dibahas seperti di
bawah ini.
Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor
manusia (man). Man merupakan sumber daya yang menunjang tercapainya tujuan
program. SDM tidak hanya staf Puskesmas, kader, ataupun pemuka masyarakat,
tetapi juga termasuk kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan sasaran.
Akar masalah pada program ini yaitu Jumlah petugas kesehatan yang khusus
menangani pasien TB masih kurang di puskesmas. Dengan kurangnya tenaga
kesehatan yang menangani TB, menyebabkan jauhnya perbandingan jumlah
antara petugas kesehatan yang menangani TB dengan pasien yang berobat TB.
Hal tersebut mengakibatkan waktu yang diberikan kepada tiap pasien TB yang
71
berobat ke puskesmas hanya sedikit sehingga pelayanan yang diberikan kurang
optimal.
Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah pada dana (money).
Dana atau lebih tepatnya uang menjadi salah satu faktor penting dalam
terlaksannya suatu program. Akar masalah pada dana tersebut yaitu kurangnya
pemerataan penyaluran dana kesehatan di tiap program. Hal tersebut
mengakibatkan kurangnya anggaran dalam pelaksanaan program TB karena
anggaran kesehatan banyak terpakai untuk program lain.
Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material.
Akar penyebab masalah yang terdapat pada faktor material adalah terlambatnya
petugas kesehatan di puskesmas kelurahan melaporkan ketersediaan OAT. Hal ini
menyebabkan pasokan obat dari puskesmas kecamatan sangat terlambat sehingga
persedian obat pukesmas kelurahan yang sudah habis tidak dapat diantisipasi
dengan cepat.
Akar penyebab masalah selain input adalah pada proses. Pada bagian
proses didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan (planning)
adalah kurangnya partisipasi semua petugas kesehatan dalam upaya meningkatkan
kesembuhan pasien TB. Hal ini disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar
petugas kesehatan yang disebabkan karena petugas kesehatan hanya terfokus pada
program masing-masing sehingga menyebabkan kurang berjalannya program
dengan baik.
72
terhadap pasien TB kurang tepat. Hal ini menyebabkan angka kesembuhan yang
rendah sehingga pasien TB hanya sedikit yang datang ke puskesmas.
Akar penyebab masalah pada proses yang ketiga adalah faktor penggerak
pelaksanaan (Actuating). Akar penyebab masalah dari penggerak pelaksanaan
adalah petugas kesehatan yang kurang memberikan edukasi kepada pasien TB.
Hal ini menyebakan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
TB masih kurang sehingga motivasi mereka untuk berobat sangat kurang.
Akar penyebab masalah pada proses yang terakhir yaitu pada faktor
lingkungan (envinronment). Akar penyebab masalah dari lingkungan adalah
pasien merasa penyakitnya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, dikarenakan
pasien tidak mengerti pentingnya kesembuhan bagi pasien TB. Hal ini
menyebabkan pasien tidak peduli terhadap pengaruh lingkungan yang buruk
terhadap TB.
Dari akar penyebab masalah yang telah disebutkan di atas, setelah dilakukan
diskusi dan justifikasi dengan dasar pemahaman akan program yang cukup, serta
apabila masalah tersebut dapat dipecahkan maka sebagian besar yang ada dapat
terselesaikan sehingga didapatkan beberapa akar penyebab masalah yang paling
dominan pada masalah angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading periode Januari - November 2011 sebesar 9,09% dibawah target, dari
target >85 %, yaitu jumlah petugas kesehatan yang khusus menangani pasien TB
masih kurang di puskesmas (Man), kurangnya kesadaran pasien untuk meminum
OAT secara teratur (Controlling)
73
Pertama adalah kurangnya jumlah petugas kesehatan yang menangani
pasien TB. Dengan tidak adanya tenaga kesehatan yang sesuai dengan bidangnya,
maka tenaga kesehatan yang ada diharapkan dapat melakukan tugas yang tidak
dikuasai dan seharusnya bukan menjadi bidangnya sehingga hasil yang
didapatkan tidak memuaskan katena tidak sesuai dengan kompetensinya.
Misalkan saja dalam hal ini pelayanan kepada masyarakat kurang optimal karena
jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga kesehatan yang
berkompeten untuk memberikan pelayanan. Maka solusi yang dilakukan adalah
menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas. Sesuai dengan hasil MCUA
alternatif pemecahan masalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan di
puskesmas merupakan urutan pertama yang dilakukan pada bulan Desember 2011.
74
Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor
manusia (man). Akar penyebab masalah pada faktor manusia (man) adalah
petugas kesehatan yang kurang memerhatikan perkembangan penyakit pasien TB
dari waktu ke waktu. Sehingga petugas kurang peduli akan pemantauan penderita
TB dari awal pengobatan sampai benar-benar sembuh, yang pada akhirnya
menyebabkan petugas kesehatan itu menjadi kurang aktif dalam rangka upaya
kesembuhan pasien.
Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah dari faktor dana
(money). Akar penyebab masalah pada dana adalah Penggunaan anggaran dana
untuk program TB tidak maksimal. Penggunaan dana yang tidak maksimal itu
menyebabkan dana yang dialokasikan tidak dapat digunakan dengan baik dan
merata sehingga menyebabkan penyaluran dana tidak menyeluruh untuk program
TB pada akhirnya menyebabkan kurangnya dana untuk pemeriksaan sputum dan
rontgen bagi pasien BTA (+).
Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material.
Akar penyebab masalah yang terdapat pada faktor material adalah manajemen
yang kurang baik dalam persediaan obat oleh petugas kesehatan. Faktor ini
penting dalam usaha pengobatan pasien TB, karena masalah tadi menyebabkan
terlambatnya pengadaan atau permintaan obat yang berujung kurangnya
ketersediaan obat bagi penderita TB.
Akar penyebab masalah dari input yang selanjutnya adalah faktor metoda
(method). Akar penyebab masalah pada metoda adalah kurang terfokusnya
petugas kesehatan terhadap pelatihan kader. Hal ini menyebabkan kurangnya
pembinaan dan penyuluhan terhadap kader oleh petugas kesehatan. Permasalahan
ini juga mengakibatkan kurangnya pemahaman dan pengertian kader terhadap
materi penyuluhan. Kurangnya pengertian kader terhadap materi penyuluhan yang
diberikan oleh petugas kesehatan menandakan petugas kesehatan masih belum
memberdayakan kader secara maksimal.
75
Akar penyebab masalah selain input adalah pada proses. Pada bagian
proses didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan (planning)
adalah perencanaan program pengobatan lebih diutamakan dari pada program
pencegahan. Perencanaan untuk program TB seharusnya lebih dititikberatkan
pada program pencegahannya. Karena hal tersebut program pencegahan belum
diperbaharui sesuai target yang ingin dicapai karena dianggap program tersebut
sudah cukup baik hal ini menyebabkan kurang baiknya program pencegahan TB.
76
menyebabkan pasien kurang menyadari akan pentingnya kesembuhan bagi
penyakitnya. Karena ketidaksadaran itu membuat kurangnya kedisiplinan pasien
dalam minum obat dengan teratur.
77
mengingat anggota keluarga itu lebih dekat hubungannya dengan pasien
dibandingkan dengan petugas kesehatan. Maka solusi yang dilakukan adalah
memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien agar dapat menjadi pengawas
minum obat dan memberikan pengetahuan akan pentingnya meminum obat secara
teratur dan disiplin. Sesuai dengan hasil MCUA alternative pemecahan masalah
yaitu memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien agar dapat menjadi
pengawas minum obat dan memberikan pengetahuan akan pentingnya meminum
obat secara teratur dan disiplin merupakan urutan kedua yang dilakukan pada
bulan Februari 2012.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Setelah melewati berbagai proses maka didapatkan satu program kesehatan
dasar Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang dievaluasi yaitu program P2ML
(Pemberantasan Penyakit Menular Langsung), didapatkan 4 masalah yang
teridentifikasi melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan dua prioritas
masalah selama bulan Januari - November 2011, yaitu :
1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode
Januari - November 2011 sebesar 9,09% dibawah target, dari target >85 %.
2. Angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode
Januari - November 2011 sebesar 27,27% dibawah target,dari target >80%.
78
1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading periode Januari - November 2011 sebesar 9,09% dibawah target,
dari target >85 %.
Akar penyebab masalah dominan :
a) Jumlah petugas kesehatan yang khusus menangani pasien TB masih
kurang di puskesmas (Man)
b) Kurangnya kesadaran pasien untuk meminum OAT secara teratur
(Controlling)
2. Angka konversi TB di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading periode
Januari - November 2011 sebesar 27,27% dibawah target, dari target >80 %.
Akar penyebab masalah dominan :
6.2 SARAN
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut disarankan
atau direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading sebagai berikut :
79
3. Mengajukan proposal ke kepala puskesmas untuk perekrutan tenaga
kesehatan yang akan di tempatkan pada bagian khusus penanganan
TBC.
4. Membuka lowongan pekerjaan dan melakukan seleksi dengan tes
tertulis dan psikotes.
5. Mendapatkan tenaga kesehatan yang lulus seleksi dan sesuai dengan
kriteria dan syarat yang telah di tetapkan.
6. Pengumuman dilakukan dengan mengirimkan informasi berupa surat
ke alamat peserta yang lulus.
7. Mendapatkan tenaga kerja baru yang siap kerja dan kompeten.
80