Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan/ menyusun makalah

mengenai Akhlaq Kepada Allah.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

penyusun mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Penyusun

menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak

kekurangannya karena keterbatasan penyusun.Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan

pembaca.

Pringsewu, September 2013

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI…… ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan……………………………………………………………. 2
D. Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II AKHLAQ KEPADA ALLAH


A. Tawakal ................................................................................ ........ 3
B. Syukur ......................................................... ................................. 4
C. Muraqabah .............................................................................. ...... 5
D. Taubat .............................................................................. ............. 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 10
B. Saran… ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak

dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam,

akhlak ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri

sendiri dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta

petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berarti akhlak

merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada berbentuk lahiriah

maupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadah, percakapan,

perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.

Dalam makalah ini yang di bahas adalah akhlak kepada Allah

SWT. Yaitu tentang Tawakal, syukur, muhasabah dan taubat. Sehingga

nantinya seorang muslim akan menjadi seorang yang berakhlak mulia

khususnya akhlak Kepada Allah SWT. Dan adapun akhlak kepada Allah

yaitu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan

oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu

beriman dan taqwa kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat ?

b. Ruang lingkup Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat ?

c. Ciri-ciri Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat ?

1
C. Tujuan

a. Mengetahui pengertian Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat

b. Mengetahui Ruang lingkup Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat

c. Mengetahui Ciri-ciri Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat

D. Manfaat

a. Dapat mengetahui mengenai pengertian Tawakal,Syukur,Muhasabah

dan Taubat

b. Dapat memahami Ruang lingkup Tawakal,Syukur,Muhasabah dan

Taubat

c. Dapat memahami Ciri-ciri Tawakal,Syukur,Muhasabah dan Taubat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAWAKAL

a. Pengertian Tawakal

Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan

kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya

kepada- Nya.

b. Ruang Lingkup Tawakal

Tawakkal terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

1) Tingkat Bidayah (pemula): tawakkal dalam tingkat hati yang selalu

merasa tentram terhadap apa yang sudah dijanjikan Allah.

2) Tingkat Mutawassittah (pertengahan): tawakal pada tingkat hati yang

merasa cukup menyerahkan segala urusan kepada Allah karena yakin

bahwa Allah mengetahui keadaan dirinya.

3) Tingkat nihayah (terakhir): pada tingkat ini terjadi penyerahan diri

seorang pada rida atau merasa lapang menerima segala ketentuan

Allah

c. Ciri – Ciri Tawakal

Adapun ciri-ciri orang tawakal adalah sebagai berikut

1) Selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan hari akhir

3
2) Selalu melaksanakan perintah Allah dan menjahui larangannya

3) Berbaik sangka kepada Allah

4) Bekerja,ibadah,dan belajar yang selalu didasari dengan keikhlasan

5) Memiliki kesadaran “ bahwa manusia hanya bias merencanakan dan

berusaha, tetapi Allah yang memegang keputusan hasil akhir sebuah

usaha

B. SYUKUR

a. Pengertian Syukur

Syukur adalah memuji yang memberikan nikmat atas kebaikan yang

telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar tiga hal, yang

apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur,

yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir dan

menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur

berkaitan dengan hati (untuk ma’rifah dan mahabbah), lisan untuk

memuja dan menyebut nama Allah, dan anggota badan untuk

menggunakan nikmat yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan

ketaatan kepada Allah dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.

b. Ruang Lingkup syukur

Bersyukur dibagi 3 bagian, yaitu :

1) Bersyukur dengan lisan (mengucap “Alhamdulillah”)

4
2) Bersyukur dengan hati (menggunakan segala ni’mat di jalan Allah

Swt)

3) Bersyukur dengan badan mengabdi kepada Allah)

c. Ciri – Ciri syukur

1) Orang yang bersyukur tidak meremehkan apapun pemberian Allah

SWT, dan tidak menyombongkan harta, benda, jabatan, kecantikan,

ketampanan dan nikmat lainnya karena ia menyadari bahwa Allah-lah

yang telah memberikan nikmat.

2) Tidak minder atas kekurangan fisik.

3) Dermawan dan tidak pelit atas apa yang ia punya, karena ia meyakini

semua karunia adalah pemberian dan amant Allah SWT.

4) Rajin beribadah dan takut bermaksiat.

5) Berhati-hati dalam berprilaku menggunakan angauta badannya karena

menimbangnya dengan aturan Allah SWT.

6) Pandai berterima kasih kepada sesama-manusia dan sebagainya

C. MUHASABAH

a) Pegertian Muhasabah

Muhasabah ialah introspeksi, mawas, atau meneliti diri. Yakni

menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari,

bahkan setiap saat. Oleh karena itu muhasabah tidak harus dilakukan

5
pada akhir tahun atau akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap

hari, bahkan setiap saat

b) Ruang Lingkup Muhasabah

Muhasabah sesudah amal ada tiga macam :


1) Muhasabah hak Allah SWT yaitu keikhlasan beramal karena allah,
kesesuaian amalnya dengan petunjuk rasul, sikap ihsannya dalam
beramal dll.
2) Muhasabah amalan yang akan lebih baik tidak dilakukan dari pada
melakukannya.
3) Muhasabah amalan mubah atau kebiasaannya yaitu kenapa dia
melakukannya?Apakah ia melakukannya karena mengingin ridha
Allah dan akhirat. Jika memang mencari ridha Allah tentu dia
beruntung, jika tidak dia akan merugi.
c) Ciri-ciri Muhasabah

1) Mengoreksi diri dalam hal wajib, apakah punya kekurangan ataukah


tidak.

2) Mengoreksi diri dalam hal yang haram, apakah masih dilakukan


ataukah tidak

3) Mengoreksi diri atas kelalaian yang telah dilakukan

4) Mengoreksi diri dengan apa yang dilakukan oleh anggota badan, apa
yang telah dilakukan oleh kaki, tangan, pendengaran, penglihatan dan
lisan

5) Mengoreksi diri dalam niat, yaitu bagaimana niat kita dalam beramal,
apakah lillah ataukah lighairillah (niat ikhlas karena Allah ataukah
tidak).

D. TAUBAT

a) Pegertian Taubat

Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi orang yang

bertaubat kepada Allah SWT berarti orang yang kembali dari sesuatu

6
menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang

terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari

maksiat menuju taat. Selain itu searti dengan taba adalah anaba dan aba.

Orang yang takut azab Allah disebut taib (isim fa’il dari taba), bila

karena malu disebut munib (isim fa’il anaba) dan bila dikarenakan

menganggungkan Allah SWT disebut awwab.

b) Ruang Lingkup Taubat

Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi yaitu :

1) Menyadari kesalahan

Seseorang tidak akan bertaubat kalau dia tidak menyadari


kesalahannya. Di sinilah perlunya seorang muslim mempelajari ajaran
Islam, terutama tentang perintah-perintah yang wajib diikuti dan
larangan-larangan yang wajib ditinggalkannya.Dan disinilah pentingnya
saling mengingatkan antar muslim. (wa tawashau bi al-haq)

2) Menyesali kesalahan

Sekalipun orang tahu dia bersalah tetapi tidak menyesal telah


melakukannya maka orang tadi belumlah dikatakan bertaubat. Rasullah
saw bersabda : “ Menyesal itu adalah taubat. ” (HR. Abu Daud dan
Hakim)

3) Memohon ampun kepada Allah SWT (istighfar)

Dengan keyakinan atau husn azh-zhan bahwa Allah SWT akan


mengampuninya. Semakin banyak dan sering orang mengucapkan
istighfar kepada Allah SWT semakin baik.

7
4) Berjanji tidak akan mengulanginya

Janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya
dimulut, sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk kembali
mengerjakannya. Taubat inilah yang dinamakan taubat sambal, waktu
kepedesan menyatakan “kapok”, tapi besok-besoknya dimakan lagi.

5) Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh

Untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertaubat, Allah SWT


berfirman :“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, kemudian tetap di
jalan yang benar. “ (QS. Thaha 20:82)

c) Ciri-ciri taubat

1) Menyesal.
Adanya penyesalan setelah menjerumuskan diri dengan dosa dan

kenistaan; adanya penyesalan setelah bercakap kotor; penyesalan ketika

mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika menyakiti orang, adalah

sikap-sikap yang menunjukkan adanya kecenderungan untuk bertaubat

nasuha. Orang yang tidak menyesal, tidak termasuk taubat. Orang yang

bangga dengan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, menunjukkan

bahawa dia belum sungguh-sungguh untuk bertaubat.

2) Memohon ampun kepada Allah.

Memohon ampun kepada Allah boleh dilakukan dengan cara

mengucapkan istigfar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Adam as

dan Nabi Yunus as di dalam Al-Quran. Di samping itu, memohon ampun

seharusnya dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang paling

8
dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-sungguh dalam

taubatnya. Begitu pula dengan ungkapan sedih, menitiskan air mata, dan

menggigilnya perasaan adalah ekspresi dari penyesalan yang mendalam.

3) Bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi

Bukan sekadar tidak melakukan dosa, berfikir ke arah sana sahaja tidak

boleh. Memang, kita dikurniakan kecenderungan untuk berbuat hal-hal

yang negatif. Akan tetapi, bukan bererti harus dituruti. Namun, untuk

dihindari, kerana itulah yang akan membuatkan kita mendapatkan

ganjaran dari Allah SWT.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada


selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada- Nya.

Syukur adalah memuji yang memberikan nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar tiga hal, yang apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu
mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir dan
menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur
berkaitan dengan hati (untuk ma’rifah dan mahabbah), lisan untuk memuja
dan menyebut nama Allah, dan anggota badan untuk menggunakan nikmat
yang diterima sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dan
menahan diri dari maksiat kepada-Nya

Muhasabah ialah introspeksi, mawas, atau meneliti diri. Yakni


menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari, bahkan
setiap saat. Oleh karena itu muhasabah tidak harus dilakukan pada akhir
tahun atau akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap hari, bahkan
setiap saat

Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi orang yang
bertaubat kepada Allah SWT berarti orang yang kembali dari sesuatu
menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang
terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari
maksiat menuju taat. Selain itu searti dengan taba adalah anaba dan aba.
Orang yang takut azab Allah disebut taib (isim fa’il dari taba), bila karena
malu disebut munib (isim fa’il anaba) dan bila dikarenakan
menganggungkan Allah SWT disebut awwab.

10
B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini
dapat dijadikan pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak
terhadap Alla SWT. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini,
kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia

Yunahar Ilyas. 2000. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta : LPPI UMY

http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allah-
swt.html, diunduh tanggal 22/9/2013, pukul 19:12

http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/2012/09/makalah-akhlak-tugas-
kemuhammadiyahan.html, diunduh tanggal 22/9/2013, pukul 21:42

http://siskanggrni.blogspot.com/2016/12/makalah-akhlak-kepada-allah.html

https://ms.wikipedia.org/wiki/Taubat_nasuha

https://rumaysho.com/16979-khutbah-jumat-cara-muhasabah-diri.html

12

Anda mungkin juga menyukai