discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/261995147
CITATIONS READS
0 3,415
4 authors, including:
Rizky Abdulah
Universitas Padjadjaran
71 PUBLICATIONS 435 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rizky Abdulah on 01 May 2014.
Abstrak
Terapi antibiotik empirik merupakan salah satu komponen penunjang keberhasilan terapi sepsis, khu-
susnya sepsis sumber infeksi pernapasan. Ketidaktepatan pemilihan terapi antibiotik empirik akan me-
nimbulkan dampak buruk berupa munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik, perawatan pasien
menjadi lebih lama, kematian, biaya pengobatan menjadi lebih mahal dan bagi rumah sakit akan menu-
runkan kualitas pelayanan rumah sakit bersangkutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelompok kombinasi antibiotik empirik yang paling efisien secara biaya yang digunakan pada pasien
sepsis sumber infeksi pernapasan yang dirawat di salah satu rumah sakit di Kota Bandung periode ta-
hun 2010–2012. Penelitian ini merupakan studi observasional analisis dengan pengumpulan data secara
retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien rawat inap sepsis sumber infeksi pernapasan dan
mendapat terapi antibiotik empirik seftazidim-levofloksasin atau sefotaksim-eritromisin. Komponen bi-
aya yang dikumpulkan meliputi biaya antibiotik empirik, biaya tindakan, biaya penunjang, biaya rawat
inap, dan biaya administrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya perawatan kombinasi
antibiotik seftazidim-levofloksasin sebesar Rp 12.751.082,49 dan kombinasi sefotaksim-eritromisin
sebesar Rp 21.641.678,02. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi antibiotik
seftazidim-levofloksasin lebih efisien dibanding kombinasi sefotaksim-eritromisin.
Kata kunci: Antibiotik empirik, infeksi pernapasan, minimalisasi biaya, farmakoekonomi, sepsis
Key words: Empirical antibiotics, respiratory infection, cost minimization, pharmacoeconomy, sepsis
Korespondensi: Okky S. Purwanti, S.Farm, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sume-
dang, Indonesia, email: okkysri@gmail.com
18
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
19
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
20
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
Pasien
Pasien Rawat Inapdengan
Rawat Inap denganDiagnosa
Diagnosa
Sepsis
Sepsis 2010-2012
2010-2012(n(n= =408)
408)
Pasien Rawat Inap dengan Rekam Eksklusi pasien dengan sumber infeksi non
Medis yang dapat ditelusuri Pernapasan (n=72), terdiri dari :
(n=211)
• Infeksi Intra-abdominal (n=34)
• Infeksi Kulit dan Jaringan lunak
(n=11)
• Infeksi Saluran Kemih (n=11)
Pasien Rawat Inap Sepsis Sumber • Unknown Source ( n=16)
Infeksi Pernapasan
(n=139)
Eksklusi
Kriteria Inklusi
• Kelompok kombinasi
Seftazidim-Levofloksasin (n=7)
• Kelompok kombinasi
Sefotaksim-Eritromisin (n=5)
21
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
Populasi pasien sepsis dengan sumber in- taksim diberikan 3 g/hari (dosis maksimal
feksi pernapasan didominasi oleh perempuan 12 g/hari) secara parenteral dan seftazidim
(51%) sedangkan insidensi sepsis sumber in- diberikan 3 g/hari (dosis maksimal 6 g/hari)
feksi pernapasan didominasi oleh usia dewasa secara parenteral sedangkan levofloksasin
akhir (54%). diberikan 750 mg/hari secara peroral atau
parenteral dan eritromisin 2 g/hari secara
peroral. Peresepan dosis yang masih berada
dalam rentang dibawah dosis maksimal ma-
sih diperbolehkan dan tidak termasuk ka-
tegori off-labeling drugs pada terapi sepsis.
22
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
Sefotaksim-Eritromisin – Metronidazol
Tanpa Antibiotik Empirik
Metronidazol – Seftazidim
Meropenem – Doripenem
Meropenem – Amikasin
Meropenem
Levofloksasin – Meropenem
Levofloksasin – Seftriakson
Levofloksasin-Seftazidim - Metronidazol
Levofloksasin - Seftazidim - Sefoperazon…
Levofloksasin – Seftazidim
Levofloksasin- Sefotaksim - Metronidazol –…
Levofloksasin - Sefotaksim - Eritromisin
Siprofloksasin – Seftazidim
Siprofloksasin
Seftriakson – Flukonazol
Seftriakson - Klaritromisin
Seftriakson - Azitromisin
Seftriakson
Seftazidim-Metronidazol- Eritromisin HIDUP
Seftazidim - Siprofloksasin
Seftazidim - Azitromisin
Seftazidim MENINGAL
Seftriakson – Metronidazol
Sefotaksim – Metronidazol
Sefotaksim- Eritromisin - Siprofloksasin
Sefotaksim – Eritromisin
Sefotaksim – Siprofloksasin
Sefotaksim – Azitromisin
Sefotaksim
Sefoperazon Sulbaktam
Sefiksim
Sefepim-Fosfomisin- Levofloksasin
Sefazolin – Sefotaksim
Benzil Penisilin
Ampisilin- Siprofloksasin – Metronidazol
Ampisilin – Siprofloksasin
0 10 20 30 40 50 60
Gambar 5 Distribusi antibiotik empirik pasien sepsis sumber infeksi pernapasan di rumah
sakit tempat penelitian
23
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
Tabel 2 Perhitungan analisis minimalisasi biaya kelompok kombinasi antibiotik empirik sefo-
taksim-eritromisin
No LOS Variable Cost (Rp) Fixed Cost Biaya Total
(Rp) (Rp)
Biaya Biaya Biaya Biaya Rawat
Antibiotik Penunjang Tindakan Inap dan Ad-
Empirik ministrasi
1 14 444.410,00 54.334.198,50 1.080.000,00 5.388.500,00 61.247.108,50
2 12 157.240,00 7.473.671,00 105.000,00 4.620.500,00 12.356.411,00
3 13 117.930,00 7.731.252,24 2.320.000,00 5.004.500,00 15.173.682,24
4 8 314.480,00 6.471.336,15 1.880.000,00 3.084.500,00 11.750.316,15
5 10 353.790,00 3.394.582,20 80.000,00 3.852.500,00 7.680.872,20
x̄ 11 277.570,00 15.881.008,02 1.093.000,00 4.390.100,00 21.641.678,02
Keterangan: LOS: Length of Stay/Lama rawat
minasi tingkat kejadian sepsis dengan sumber min yang memengaruhi respon imun terhadap
infeksi pernapasan. Pengaruh jenis kelamin sepsis terjadi pada pasien usia 50 tahun keatas,
terhadap perkembangan sepsis masih belum tetapi pada usia 50 tahun ke bawah tidak ada
diketahui secara pasti. Dalam studi yang di- perbedaan respon imun secara signifikan an-
lakukan oleh Adrie et al., perbedaan jenis kela- tara laki-laki dan perempuan.3,18 Sedangkan
24
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
tingginya insidensi sepsis pada pasien dewasa Hal ini dikarenakan pada kelompok kombi-
akhir yang berumur 45–59 tahun dikarenakan nasi sefotaksim-eritromisin, 60% pasien men-
faktor penuaan menjadi salah satu prognosis galami trombositopenia yaitu jumlah trom-
yang berpengaruh pada perkembangan sepsis. bosit kurang dari 100000 per μL22, dengan
Hal ini disebabkan karena fungsi fisiologis tu- 20% pasien memerlukan transfusi trombosit
buh serta sistem imun cenderung menurun dan karena jumlah trombosit kurang dari 50000
munculnya berbagai komplikasi penyakit ser- per μL dan jika tidak dilakukan transfusi trom-
ta kerusakan organ yang meningkatkan risiko bosit maka risiko pendarahan spontan akan
keterjadian sepsis lebih tinggi bahkan hingga meningkat.23 Kelompok kombinasi antibiotik
kematian.19,20 ini merupakan obat penginduksi trombosito-
Berdasarkan gambaran penggunaan an- penia. Eritromisin dan hampir semua generasi
tibiotik empirik pada kejadian sepsis sum- ketiga sefalosporin merupakan obat pengin-
ber infeksi pernapasan, tingkat kesembuhan duksi trombositopenia dengan mekanisme
sepsis dan penggunaan antibiotik empirik hapten-dependent antibody. Antibiotik terse-
sefotaksim-eritromisin dan seftazidim-levo- but akan berikatan secara kovalen pada trom-
floksasin lebih tinggi dibanding kelompok an- bosit dan menginduksi drug specific immune
tibiotik yang lain. Kedua kelompok terapi ini response sehingga kompleks tadi akan dihan-
juga mendominasi dalam terapi empirik sep- curkan oleh sistem imun yang menyebabkan
sis sumber infeksi pernapasan. Hal ini dise- terjadinya trombositopenia.24,25 Selain itu, sep-
babkan karena kedua kombinasi antibiotik sis pada umumnya berkaitan dengan kejadian
tersebut bekerja secara sinergis serta memi- trombositopenia.26 Oleh karena itu, penurunan
liki spektrum antibakteri yang luas. Antibio- kadar trombosit pada pasien kelompok kom-
tik levofloksasin, sefotaksim dan seftazidim binasi antibiotik sefotaksim-eritromisin lebih
diberikan melalui rute parenteral sedangkan signifikan dibandingkan dengan kelompok
eritromisin diberikan per oral karena pada rute kombinasi seftazidim-levofloksasin.
pemberian tersebut antibiotik ini memiliki on- Pasien dengan kelompok kombinasi antibi-
set cepat menuju sistemik.21 otik empirik sefotaksim-eritromisin, penggu-
Berdasarkan hasil penghitungan analisis naan alat CVP untuk monitor tekanan sentral
minimalisasi biaya, diperoleh bahwa rata- lebih lama dibandingkan kelompok terapi an-
rata total biaya perawatan per pasien kelom- tibiotik empirik seftazidim-levofloksasin. Hal
pok kombinasi antibiotik empirik seftazidim- ini dikarenakan perlunya dilakukan peman-
levofloksasin lebih rendah dibandingkan tauan hemodinamik yang kontinu karena efek
dengan kombinasi sefotaksim-eritromisin. trombositopenia dari kombinasi antibiotik
Rata-rata total biaya perawatan kombinasi sefotaksim-eritromisin sehingga tingkat mor-
seftazidim-levofloksasin per pasien sebesar talitas pasien dapat dikurangi dibandingkan
Rp 12.751.108,50 sedangkan sefotaksim-er- pasien tanpa pemantauan hemodinamik.
itromisin sebesar Rp 21.641.678,02. Perbe-
daan rata-rata total biaya perawatan tersebut Simpulan
dikarenakan adanya perbedaan terapi penun-
jang dan tindakan yang dibutuhkan oleh ke- Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat
lompok kombinasi sefotaksim-eritromisin disimpulkan bahwa rata-rata total biaya pe-
yaitu transfusi trombosit dan tindakan Central rawatan kombinasi antibiotik empirik seftazi-
Venous Pressure (CVP) yang frekuensinya dim-levofloksasin sebesar Rp 12.751.082,49
lebih banyak dibandingkan pada pasien ke- sedangkan rata-rata total biaya perawatan
lompok kombinasi seftazidim-levoloksasin.
25
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
26
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 1, Maret 2013
pneumonia. Chest, 2005, 128(2): 940–946. makologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
16. Restrepo MI, Mortensen EM, Waterer Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Ke-
GW, Wunderink RG, Anzueto A, Coalson dokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
JJ. Impact of macrolide therapy on mortal- 2008.
ity for patients with severe sepsis due to 22. Hui P, Cook JD, Lim W, Fraser G, Arnold
pneumonia. European Respiratory Jour- D. The frequency and clinical significance
nal, 2009, 33: 153–159. of thrombocytopenia complicating critical
17. Lorgelly PK, Atkinson M, Lakhanpaul M illness: a systematic review. Chest, 2011,
et al. Oral versus i.v. antibiotics for com- 139: 271–278.
munity-acquired pneumonia in children: a 23. British Committee for Standards in Hae-
cost minimisation analysis. European Re- matolog. Guidelines for the use of plate-
spiratory Journal, 2009, 35: 858–64. let transfusions 2003. British Journal of
18. Adrie C, Azoulay E, Francais A, Clec’h C, Haematology, 2003, 122: 10–23.
Darques L, Schwebel C et al. Influence of 24. Price SA, Lorraine M. Patofisiologi kon-
gender on the outcome of severe sepsis: a sep klinis proses-proses penyakit. Volume
reappraisal. Chest, 2007, 132: 1766–179. 2 Edisi 6. EGC: Jakarta. 2006.
19. Iwashyna TJ, Netzer G, Langa KM, 25. Aster RH, Curtis RB, McFarland JG, Bou-
Cigolle C. Spurious inferences about long gie DW. Drug-induced immune thrombo-
-term outcomes: the case of severe sepsis cytopenia: pathogenesis, diagnosis, and
and geriatric condition. American Journal management. Journal of Thrombosis and
of Respiratory Critical Care Medicines, Haemostasis, 2009, 7: 911–918.
2012, 185(8): 835–841. 26. Rousan T, Ibrahim A, Benjamin D, Cow-
20. Harbath S, Garbino J, Puqin, Romand JA, ley Jr, Brian R, Daniel W, Ridhard A, and
Lew D, Pitter D. Inappropriate initial an- James G. Recurrent acute thrombocytope-
timicrobial therapy and its effect on sur- nia in the hospitalized patient: sepsis, DIC,
vival in a clinical trial of immunomodu- HIT, or antibiotic-induced thrombocyto-
lating therapy for severe sepsis. American penia. American Journal of Hematology,
Journal of Medicine, 2003, 115: 529–534. 2009, 65: 71–74.
21. Gunawan GS, Nafrialdi R, Elysabeth. Far-
27