Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah

membentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali

potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.Pemerintah

daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan di daerah, khususnya

untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di

daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).1Oleh karena itu tuntutan

peningkatan PAD semakin besar seiring semakin banyaknya kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah tingkat II disertai pengalihan

personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah.

Sejak diberlakukannya sistem otonomi, daerah diupayakan dapat menjadi

penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di wilayahnya.

Sumber Pendapatan Asli Daerah antara lain adalah pajak dan retribusi di mana

daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pungutan pajak daerah dan

retribusi daerah yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dan pembangunan di daerah.


1
Sidik, Machfud. 2002. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Makalah Orasi Ilmiah, dengan Tema “Strategi
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah Melalui Penggalian Potensi Daerah Dalam Rangka
Otonomi Daerah.” Acara Wisuda XXI STIA LAN, Bandung 2002, hlm 1.
2

Sleman adalah salah satu wilayah Tingkat II (Kabupaten) yang tergabung

dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara Geologis, bentang

wilayah Kabupaten Sleman memang Bagian utara kabupaten ini merupakan

pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapiyang langsung berbatasan

dengan propinsi Jawa Tengah, sedangkan bagian selatannya relatif datar. Ada

beberapa sungai besar yang melintasi kabupaten ini, yaitu: Kali Progo (yang

membatasi antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo), Kali Code,

Kali Kuning, Kali Opak, dan Kali Tapus.

Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan

110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan.Wilayah

Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali,

Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten,

Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo,

Propinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah

selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten

Gunung Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta.2

Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 atau

sekitar 18% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80

,dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat 35 Km. Secara

administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun.

2
http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/letak-dan-luas-wilayah (Diunduh
1/2/2015).
3

Berdasarkan data BPS Kabupaten Sleman tahun 2011, penduduk

Kabupaten Sleman tercatat sebanyak 1.125.369 jiwa. Penduduk laki-laki

berjumlah 559.302 jiwa (49,70%), perempuan 566.067 jiwa (50,30%) dengan

pertumbuhan penduduk sebesar 0,73% dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak

305.376, dan Penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar berada pada rentang

usia produktif 15-60 tahun.

Berdasarkan jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman

dilewati jalur lintas propinsi (jalan negara) yang merupakan jalur ekonomi yang

menghubungkan Sleman dengan kota pelabuhan (Semarang, Surabaya, Jakarta).

Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, dan

Gamping.Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping juga dilalui

jalan lingkar yang merupakan jalan arteri primer.Untuk wilayah-wilayah

kecamatan merupakan wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian

menjadi industri, lalu perdagangan dan jasa.

Pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah

hulu Kota Yogyakarta. Mengacu pada letak kota dan mobilitas kegiatan

masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut:

1) Wilayah aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu).

Karena perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan

dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta

sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah

aglomerasi kota Yogyakarta.


4

2) Wilayah sub-urban (wilayah perbatasan antar desa dan kota).

KotaKecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari

kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan/arah kegiatan

masyarakat di wilayah Kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat

pertumbuhan dan merupakan wilayah sub-urban.

3) Wilayah fungsi khusus /wilayah penyangga (buffer zone). Kota

Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan merupakan kota pusat

pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan

batas perkembangan kota ditinjau dari kota Yogyakarta.3

Adapun badan/lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas

pendapatan daerah, adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sleman.Tata

kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sleman mengacu pada Peraturan

Bupati (Perbup) Sleman No 50 Tahun 2011 tentang uraian tugas, fungsi, dan tata

kerja dinas pendapatan daerah. Di mana secara khusus tertuang pada Bab II,

yakni pasal 2 tentang rincian tugas, dan pasal 3 tentang susunan organisasi.4Pasal

2 ayat 1 menyatakan: Dinas Pendapatan Daerah merupakan unsur pelaksana

pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kemudian

3
http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/karakteristik-wilayah.(Diunduh
4/1/2015).
4
http://jdih.slemankab.go.id/file/perbup_2011_50.pdf..pdf (diunduh 27/12/2014).
5

Pasal 2 ayat 2 menyatakan: Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas

melaksanakan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, membawa implikasi yang mendasar terhadap penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Esensi dari undang-undang tersebut sebetulnya mengacu

pada pemberian otonomi daerah dalam rangka membantu penyelenggaraan

pemerintah pusat terutama dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat dan

pelaksanaan program-program pembangunan. Untuk merealisasikan pelaksanaan

otonomi daerah, maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada

peran Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana salah satunya adalah pajak dan

retribusi daerah secara optimal, sehingga akan tersedianya keuangan daerah yang

dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan.

Oleh karena itu, upaya dalam peningkatan pendapatan oleh setiap

pemerintah daerah pada level baik propinsi maupun kabupaten/kota haruslah

didukung dengan berbagai kebijaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi

daerah masing-masing. Seperti halnya dengan daerah-daerah lain, Kabupaten

Sleman sebagai salah satu daerah otonom di Propinsi DIY memiliki potensi yang

sangat besar untuk tumbuh dan berkembang. Adapun data mengenai laju

pertumbuhan dari tahun 2007 sd 2011 dapat di lihat dalam tabel 1.1. di bawah

ini:
6

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota Prov DIY Tahun 2007 – 2011

(%)

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011

Kulon Progo 4,12 4,71 3,97 3,06 4,95

Bantul 4,52 4,90 4,47 4,97 5,27

Gunung Kidul 3,91 4,39 4,14 4,14 4,33

Sleman 4,61 5,13 4,48 4,49 5,19

Kota Yogyakarta 4,46 5,12 4,46 4,98 5,64

Sumber: BPS Provinsi DIY 2014/Diakses pada tanggal 29/12/2014

Berdasarkan tabel laju pertumbuhan di atas, dapatlah diketahui bahwa

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman cenderung stabil pada angka 4,48 -

5,19 %. Itu artinya pertumbuhan perekonomian cukup besar, sehingga

seharusnya memiliki hubungan yang signifikan terhadap kenaikan pendapatan

dari sektor retribusi dan pajak daerah. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi

suatu daerah akan membawa implikasi terhadap derajat hidup masyarakat, dan

berbagai pelayanan publik pun semakin kompleks.

Retribusi daerah merupakan suatu pembayaran atau pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.5Retribusi berbeda dengan sumbangan.Retribusi parkir artinya

5
Lubis, Irwansyah.2010. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis denga Pelaksanaan
Hukum,Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hlm, 84.
7

adalah pembayaran pengguna jasa parkir terhadap pemerintah daerah

setempat.Dalam retribusi hubungan antara pembayaran dan prestasi kembali

bersifat langsung.6

Parkir adalah masalah serius dan merupakan sumber pendapatan yang

cukup besar bagi daerah.Meskipun bukan penerimaan retribusi yang utama,

namun pelayanan retribusi parkir ini memiliki peran tinggi dalam menyokong

Pendapatan Asli Daerah.Adapun berbagai sumber Pendapatan Asli Daerah yang

cukup potensial, sebagaimana telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Prinsip Otonomi Daerah. Dalam

artian tersebut, maka pemerintah daerah memiliki hak otonom dalam mengelola

dan mengatur urusan pemerintahan, di luar yang menjadi urusan yang ditetapkan

dalam undang-undang.

Kabupaten Sleman sebagai daerah otonom harus benar-benar mampu

mengelola sumber penerimaan daerah terutama pendapatan asli daerahnya

khusunya retrebusi dan pajak daerah karena peranan pendapatan asli daerah di

Kabupaten Sleman memang sangat besar dalam kontribusinya terhadap

pelaksanaan otonomi daerah penarikan pajak, retribusi, dan peranan BUMD

harus benar-benar memberikan kontra prestasi langsung kepada masyarakat

pengguna jasa.

Potensi penerimaan daerah di Kabupaten Sleman sebenarnya sangatlah

banyak, wilayah di kabupaten sleman terdapat banyak perguruan tinggi baik


6
Soemarsono.2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. hlm, 3.
8

negeri maupun swasta, antara lain adalah UGM, UNY, UIN yang merupakan

perguruan tinggi negeri yang jumlah mahasiswanya sangat banyak, belum lagi

dengan kampus-kampus swasta yang ada.Belum lagi di tambah dengan pusat-

pusat perbelanjaan dan daerah wisata, maka sasaran retribusi parkir pun sangat

banyak dan beragam.

Pengelolaan lahan parkir dalam suatu wilayah administratif pun berbeda-

beda tarifnya menyesuaikan lokasi atau kawasan parkir.Misalnya tarif parkir di

daerah tepi jalan yang relatif macet dan padat kendaraan diberlakukan lebih

mahal daripada tarif di daerah yang tidak macet dan sepi kendaraan.Tarif parkir

di kawasan hiburan lebih mahal dari tarif parkir di kawasan fasilitas

umum.Perbedaan tarif tersebut diberlakukan atas dasar asas keadilan yang juga

diatur dalam Peraturan Pemerintah No 66 tahun 2001.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah retribusi parkir di tepi

jalan yang tercakup dalam wilayah administatif Pemerintah Kabupaten Sleman

yang pengaturannya mengacu pada ketetapan dan perda yang berlaku di

Kabupaten Sleman, yakni Perda No 15 Tahun 2013. Sebagaimana yang tertuang

dalam pasal 8 perda tersebut, bahwa prinsip dalam penetapan tarif retribusi

ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa pelayanan parkir di tepi

jalan umum, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas

pengendalian atas pelayanan parkir di tepi jalan umum. 7 Selain itu, pihak ketiga

(pengelola parkir) tentunya harus mengacu pada ketentuan yang berlaku di Dinas
7
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_SLEMAN_1_2012.pdf (diunduh 2/1/2015).
9

Perizinan sebagai lembaga pemerintah yang berwenang memberikan izin

pengelolaan parkir di suatu wilayah/tempat yang akan dikelola.Dalam Keputusan

Menteri Perhubungan Nomor 66 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Fasilitas

Parkir untuk Umum disebutkan 3 hal yang wajib diperhatikan dalam

menyelenggarakan parkir yang telah memperoleh izin resmi, yaitu:

1. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin penyelenggaraan

fasilitas parkir untuk umum;

2. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam kawasan fasilitas

parkir untuk umum;

3. Melaporkan kepada pemberi izin apabila dilakukan perubahan

penanggungjawab.

Oleh karena kawasan Kabupaten Sleman terdiri dari ragam kawasan yang

berbeda, mencakup kawasan wisata, sentral bisnis perdagangan, dan kawasan

dengan fasilitas umum, makaperbedaan tarif parkir di tepi jalan pun menjadi

sorotan yang menarik untuk diangkat. Adapun lokasi-lokasi yang diangkat dalam

penelitian ini dan tergolong kawasan padat lalu lintas yaitu: JL. Affandi Gejayan,

JL. Colombo, JL. Cik Ditiro, dan JL. Simanjuntak.Kemudian lokasi yang

tidak/kurang padat lalu-lintas yang diangkat dalam penelitian ini adalah

JL.Kaliurang KM 13, JL Magelang km 14 (Kawasan Pasar Kab.Sleman), JL

Maguwoharjo (Kawasan Stadion Maguwohardjo). Selain lokasi-lokasi yang tidak

disebutkan, maka diharapkan akan mewakili kondisi dari lokasi yang telah

peneliti tentukan, yakni dengan mengacu pada terjadinya perbedaan tarif parkir.
10

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh retribusi parkir di tepi jalan dan tempat khusus parkir

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman?

2. Apa saja permasalahan yang ditimbulkan dengan adanya perbedaan tarif

parkir di Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui pengaruh retribusi parkir di tepi jalan umum dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sleman.

b) Untuk mengetahui permasalahan yang ditimbulkan dengan adanya

perbedaan tarif parkir di tepi jalan umum di Kabupaten Sleman.

2. Tujuan Subjektif

Sebagaisyarat memenuhi kelulusan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah

Mada.

D. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran penulis, terdapat beberapa penelitian dan judul yang

hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Penulisan hukum

ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi lain, dan berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis

lakukan di berbagai media dan terutama di Perpustakaan Hukum Universitas


11

Gadjah Mada, terdapat penulisan hukum yang terkait dengan retribusi parkir di

Indonesia dengan judul “Analsis Pengelolaan Retribusi Parkir Di Kota

Makasar” yang disusun oleh Ismai Dwi Saputra pada tahun 2013 dan penulisan

hukum dengan judul “Pengaruh Retribusi Parkir Terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Sidoarjo” yang disusun oleh Murlan Suyanto pada tahun

2010.

Penulisan hukum tersebut meneliti dan membahas mengenai fungsi dan

tujuan retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah yang terdapat pada

daerah domisili masing-masing dari penulis hukum tersebut. Berbeda dengan

pembahasan yang akan penulis angkat, dalam penulisan ini penulis akan terfokus

terhadap perbedaan tarif parkir yang ada di beberapa tempat yang memiliki

kawasan parkir dan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah yang

sebelumnya telah mengatur masalah perbedaan retribusi parkir, berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 15 Tahun 2013 dan beberapa sudut

pandang dan ketentuan-ketentuan retribusi dan pajak daerah dalam Undang-

Undang Perpajakan, dan penulis memilih kota Sleman sebagai lokasi penelitian.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan berguna baik secara akademis maupun secara

aplikatif (terapan). Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:


12

1. Untuk mengembangkan daya pikir dan analisis yang akan membentuk pola

pikir dinamis, sekaligus untuk mencocokkan bidang keilmuan yang

diperoleh dalam teori dan praktik.

2. Dapat memberikan jawaban yang relevan dan objektif terhadap masalah

yang sedang diteliti.

F. Batasan Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 sd Januari 2015.

2. Lokasi/Titik Parkir

a. JL. Affandi Gejayan

b. JL. Colombo

c. JL. Cik Ditiro

d. JL. Simanjuntak

e. JL. Kaliurang KM 13

f. JL Magelang km 14 (Kawasan Pasar Kab. Sleman)

g. JL Maguwoharjo (Kawasan Stadion Maguwohardjo).

Anda mungkin juga menyukai