Bab I Bab II Update 1.0.2315.
Bab I Bab II Update 1.0.2315.
PENDAHULUAN
Lanjut usia atau lebih umum dikenal dengan istilah lansia adalah salah satu
tahap dalam proses kehidupan yang mana setia manusia akan menghadapinya dan
itu tejadi secara alamiah. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya
fungsi normal secara perlahan- lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sunaryo et al. 2016). Hal ini
Selian itu lansia juga mengalami proses pemendekan terhadap waktu tidur efektif,
hal ini dapat memicu buruknya kualitas tidur yang dimiliki oleh lansia. Kualitas
tidur yang tidak baik akan memudahkan lansia mengalami kekambuhan penyakit
satu PTM (Penyakit Tidak Menular) yang meliliki prevalensi yang tinggi terutama
dikutip dalam (Marifatul Azizah 2011) adalah hipertensi dengan nilai sebesar
15,7% diperingkat pertama dan penyakit muskuloskeletal dengan nilai sebesar 14,5
populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050
diperkirakanpopulasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi,sedangkan pada tahun
2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020
23,66 juta jiwa penduduk lansia yaitu 9,03 % dari jumlah keseluruhan penduduk
dari total keseluruhan lansia di Indonesia pada tahun 2017 (Kemenkes RI 2017).
Berdasarkan hasil riskesdas 2013 PTM terbanyak pada komunitas lansia antara lain
Hipertensi, Artritis, Stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes
Perubahan fisiologis pada lansia yang terjadi pada sistem kerdiovaskuler dan
pembuluh darah menjadi faktor utama lansia sering mendapatkan masalah pada
ventrikel kiri, penebalan katup dan kaku karena kemampuan jantung yang mulai
lemak sehingga menjadi kaku dan meningkatkan tekanan sistolik maupun diastolik
(Dewi 2014). Pada lansia yang mengalami hipertensi akan merasakan masalah sakit
kepala pada bagian belakang dan sukar tidur, hal ini menjadi lebih parah karena
secara alami lansai mengalami degenerasi pada jam tidurnya dimana lansia tidur
selam 6 jam perhari. Menurut penelitian Amir (2007) dalam (Sambeka, Kalesaran,
and Asrifuddin 2018) prevalensi gangguan pemenuhan kebutuhna tidur pada lansia
cukup meningkat sekitar 76%. Kelompok lansia sering mengeluh sulit tidur
sebanyak 40% dan sering terbangun pada maalam hari sebanyak 30% dan sisanya
Kebutuhan tidur lansia yang harus terpenuhi dalam setiap harinya adalah 6
jam harus terpenuhi. Unttuk mengatasi beberapa masalah gangguan tidur yang
langgam jawa mampu menstimulus tubuh untuk lebih rileks dan menurunkan
tekanan darah lansia. Slow Deep Breathing merupakan teknik mengatur pernafasa
lambat dan dalam. Menurut Campbell, 2002 dalam (Nursalam et al. 2010). musik
(Aprina, Hartika, and Sunarsih 2018) mengatakan bahwa Slow Deep Breathing
dapat mengurangi intensitas nyeri pada luka bakar. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Utomo, Armiyati, and Arif 2015) ditemukan bahwa terapi Slow
Deep Breathing dengan musik religi lebih efektif terhadap penurunan intensitas
langgam jawa efektif terhadap peningkatan kualitas tidur lansia dengan hipertensi
Breathing dengan iringan musik langgam jawa terhadap peningkatan kualitas tidur
Wedha Jambangan.
Diharapkan hasi dari penelitia ini dapat digunakan sebagai media informasi
ilmiah tentang pengaruh terapi Slow Deep Breathing dengan iringan musik langgam
1. Bagi Responden
informasi bagi lansia tentang terapi individu yang dapat dilakukan secara rutin dan
Hasil dari peneitian ini diharapkan dapat digunakan instansi untuk alternatif
untuk meningkatkan dan menjaga kualitas tidur lansia dan bia dijadikan sebagai
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi sebagai penelitian
yang dapat di lanjutkan sehingga lebih valid terhadap efek yang diberikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dan landasan teori yang terkait
3) Konsep Tidur dan Istirahat, 4) Konsep Slow Deep Breathing, 5) Konsep Terapi
Antar Konsep.
(Kholifah 2016). Menurut Setianto (2004) dalam (Muhith and Siyoto 2016),
seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas. Menurut UU No.
seorang yang telah mencapa usia lebih dari 60 tahun (Dewi 2014). Lansia adalah
proses alami yang terjadi dalam kehidupan dimana setiap orang pasti akan melalui
proses ini dalam hidupnya. Lansia dikatakn sebagai tahap akhir perkembangan pada
Beberapa pendapat ahli didalam Efendi (2009), dalam (Sunaryo et al. 2016)
a. Middle age : 45 – 59
b. Fiderly : 60 – 70 tahun
c. Old : 75 – 90 tahun
3. Menutrut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia geriatric age
65 – 70 tahun. Masa lanjut usia geriatric age dibagi menjadi tiga batasan
umur:
b. Old : 75 – 80 tahun.
beliau fase senium di antara usia 65 tahun keatas hingga tutup usia.
pada lansi bergantung ppada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
kesibukan.
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
mengabaikan segalanya.
Menjadi tua adalah proses alamai yang terjadi di dalam kehidupan manusia
dijalani oleh setiap manusia peroses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, namun dimulai sejak saat dimulai
kehidupan. Menurut Cunningham (2003) dalam (Muhith and Siyoto 2016) menua
struktur secara fungsi normlanya, akibatnya tubuh tidak dapat bertahan atau
memperbaiki kerusakan tersebut. Peroses penuaan ini terjadi pada semua bagian
Penuuan terjadi secara alami dan sesuai dengan kronologis usia. Beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu: hereditas, nutrisi atau makanan, status kesehatan,
1. Hereditas
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara
2. Nutrisi/Makanan
kekebalan
3. Status Kesehatan
proses penuaan, tetapi kerena faktor luar yang merugikan yang berlangsng tetap dan
berkepanjangan.
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
Proses menua terjadi secara alaami dan tidak dapat dihindari, tetapi
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap
proses penuaan.
Menurut pendapat Sunaryo dkk, (2016) perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan fisik
(Achievement).
2. Perubahan sosial
degenerasi. selain hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Marifatul Azizah 2011). Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada
lansia yaitu:
1. Sistem Indra
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
2. Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot, kulit akan terasa kasar.
3. Sistem Muskuloskeletal
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot
pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
4. Sistem kardiovaskuler
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
5. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume pada cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
berkurang.
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra
pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver
aliran darah.
7. Sistem perkemihan
oleh ginjal.
8. Sistem saraf
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
9. Sistem reproduksi
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi sering
disebut pembunuh diam-diam (silent killer) karena tidak memberikan gejala yang
khas, tetapi bisa meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung, penyakit ginjal
baik.(Sambeka et al. 2018). Hipertensi atau biasanya dikenal dengan tekanan darah
berpendapat bahwa “hipertensi bila tekanan darah diatas 160/95 mmHg”. Pada
lansia dikatakan bahawa lansia mengalami hipertensi ialah ketika dilakukan
pemeriksaan yang berbeda ditemukan tekanan sistol mencapai 140 mmHg keatas
seperti genetic, lingkungan, aktivitas, susuna saraf pusat simpatik, sistem rennin
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab hipertensi ini karena adanya penyakit lain, seperti halny apada
pasien dengan gagal ginjal, penyempitan pembuluh darah ginjal, tumor tertentu,
tekana darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakkan sebagai hipertensi. Dalam
batasan ini tidak membedakan usia dan jenis kelamin seseorang. NM Kaplan
(Bapak Ilmu Penyakit Dalam) dalam (Marlina and S 2007), menyatakan batasan
1. Pria, Usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
2. Pria, Usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada
1. Usia
sebanyak lebih dari 65% orang Amerika berusia 60 tahun atau lebih mengalami
hipertensi, jenis hipertensi yang biasa dialami lanisa adalah isolated hypertension.
2. Ras
Namn ras Afrika Amerika lebih beresiko mengalami hipertensi dan lebih banyak
Saat berusia dibawah 45 tahun laki-laki memiliki resiko yang lebih besar
tahun wanita lenih beresiko mengalami hipertensi. Hal ini karena keadaan
4. Obesitas
Melakukan aktivitas fisik yang optimal dan rutin untuk menjaga kebugaran
tubuh dan membakar lemak berlebih dalam tubuh dapat mencegak penyempitan
pembuluh darah karena penempelan plak lemak didalam dinding pembluh darah.
pasalnya kandungan zat kimia yang dihasilkan dari rokok sangat membahayakan
bagi sel darah dan organ tubuh lainnya terutama terhadap paru-paru dan jantng
kali lipat.
7. Faktor Lain
Penyakit stroke dapat timbul akibat dari pendarahan yang terjadi di otak,
atau karna pelepasan embolus dari pembuluh darah yang bertekanan tinggi.
Penderita hipertensi kronik memiliki resiko terkena stroke Karen pembuluh darah
aliran darah ke jalur tersebut kurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis di otak
seseorang mengalami stroke yaitu: mengeluh sakit kepala tiba – tiba seperti orang
bingung atau mabuk, salah satu bagian tubuhnya lemah dan sulit digerakkan
biasanya wajah, lengan, dan mulut terasa kaku hingga susah berbicara.
Menurut (sutanto 2010) tidak ada tanda gejala hipertensi yang dirasakan
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
4. Kelelahan.
5. Mual.
6. Sesak napas.
7. Gelisah.
8. Muntah.
9. Mudah tersinggung.
11. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata,
Tidak semua gejala tersebut selalu muncul dan dialai oleh penderita, namun ketika
dan anemia.
ada DM.
pembesaran jantung.
2.2.8 Penatalaksaan
yaitu:
1. Farmakologis
2. Non – Farmakologi
Ada banyak cara untuk menjaga tekanan darah selain menggunakan obat
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang. Selain itu juga ada
tekanan darah. Dari hasil penelitan yang dilakukan oleh (Sepdianto et al.
Tidur dan istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi setiap harinya. Tidur merupakan siklus fisiologis yang bergantian
dengan periode bangun yang lebih panjang, siklus bangun dan tidur
(potter).
Istirahat merupakan keadaan rilek dan tenang tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidek melakukan aktivitas tetapu juga
kondisi yang membutuhkan ketenangan dan santai. Kata istirahat memiliki arti
yaitu:
2. Merasa diterima.
Tidur merupakan keadaan tidak sadarkan diri yang relatif yang merupakan
suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim,
tingkatan sistem susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Pusat pengaturnya terletak pada bagian tengah otak tengah (mesensefalon) dan
bagian pons. Selia itu, Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan
rangsang visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Saat keadaan
Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bullbar
impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem
pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan
Tdur terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan proses yang terjadi. Yang pertama,
jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi
retikularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (Slow Wave Sleep) karena
gelombang otak bergerak sangat lambat hinga terjadi tidur non–rapid eye movement
(NREM) . kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat
– isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti,
disebut sengan tidur Rapid Eye Movement (REM) (Hidayat and Uliyah 2016)
Selama tahap tidur NREM proses tidur melalui 4 tahapan siklus khas selama
90 menit. Kualitas tidur dari tahap 1 hingga tahap 4, pada tahap 1 dan 2 keadaan ini
disebut sebagai tidur ringan dimana fase tidur masih danggkal dan mudah
terangsang oleh respon dari luar. Pada tahapan 3 dan 4, kualitas tidur sudah
memasuki tahapan yang lebih dala yang disebut dengan gelombang tidur lambat.
Fase tidur REM merupakan fase akhir dalam setiap siklus tidur (potter). Fase ini
Selamat tidur malam seitar 7-8 jam, sesorng akan mngaalami siklus NREM
dan REM sebanyak 4-6 kali. Jika seseorang kehilangan tidur NREM, maka gejala
4. Malas berbicara.
Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur NREM dan REM, maka gejala yang
5. Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau
pendegaran.
Smber potter
Dengan tahap dimulai dari tahap 1 hingga 2 NREM kemudian pembalikan tahap 4
REM dengan waktu 90 menit. 75% – 80% waktu tidur dihabiskan di tahap NREM.
Namun tidak semua orang memiliki interval yang sama dalam fase tiap tahapan
tidurnya. Banyak variasi wakyu yang dibutuh dalam setiap fase pada setiap orang
atau tingkat kehidupan. Pada banyak waktu tidurnya sering dihabiskan dalam fase
tidur dalam.
Fungsi tidur masih belum dikatahui dengan jelas, namun tidur berpengaruh
pada pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur NREM sendiriri berpengaruh pada
pemulihan jaringan tubuh. Selam fase ini semua fungsi biologis berjalan lambat.
Orang dewasa sehat rata – rata memiliki denykt jangtung 70 – 80 kali per menit.
Namun saat seseorang tidur denyut jangtung turun menjadi 60 kali per menit atau
kurang, hal ini baik untuk jantung. Tubuh memerlukan tidur secara rutin untuk
segaka jenis kegiatan perbaikan dan pembaruan epitel – epitel sel terjadi selama
melakukan istirahat dan tidur. Tidur fase REM diperlukan untuk proses pemulihan
jaringan otak dan penting pada perbaikan jaringan kognitif, hal ini terkait dengan
proses perubhan aliran darah pada otak, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan
2.3.6 Q
2.3.7 Q
2.3.8 Q
2.3.9 Q
fisik, emosional, dan spiritual (Setyoadi, 2011). Menurut American Music Therapy
Association, 2005 dalam (Suryana 2018) terapi music adalah penggunaan intervensi
musik berbasis klinis dan berbasis bukti untuk mencapai tujuan individual dalam
menyelesaikan program yang disetujui. Menrurut (Potter 2005) terapi musik adalah
atau irama tertentu. Ada banyak jenis musik yang dapat digunakan untuk terapi
musik dan bisa disesuaikan dengan keinginan. Beberapa ahli menyarankan untuk
tidak menggunakan musik beriama keras karena termasuk jenis musik dengan
irama anaseptic beat yauitu memiliki 2 beat pendek , 1 beat panjag dan kemudian
pause irama ini berlawanan dengan irama jangtung manusia. Banyak penelitian
faridisi, (2009) yang dikutip dari (4.1.0) musik yang lembut seperti musik klasik
dan jazz bisa mengendorkan beban kerja sistem saraf dan tubuh.
1. Musik yang berasal dari masa barok, seperti karya Bach, Handel,
keruangan.
5. Musi tradisional seperti bunyi tamur, genta, dan gamelan jawa untuk
Selain itu beberapa penelitian telah membuktikan berbagai jenis terapi musik yang
dilakukan oleh (Widyani 2018) tentang keefektifan terapi musik jenis murottal dan
musik langgam jawa, kedua jenis terapi tersebut efektif terhadap penurunan tekanan
darah.
Musik tradisional merupakan musik khas dari tiap – tiap daerah dengan ciri
khas masing masing, musik tradisionla dikenal memiliki irama teratur sehingga
mampu menciptakan relaksasi dan keadaan istirahat yang optimal. Bagi kalangan
masyarakat jawa musik langgam jawa dikenal memiliki tempo yang lamban, lembut
dan santai membuat pendengarnya memiliki perassaan tenang dan mengurangi rasa
tegang pada otot (Drajat, Wardhana, and Rochmah 2017). Musik Langgam jawa
adalah musik yang memiliki karakteristik cenderung Slow dan memiliki arti yang
Wiyani 2018)
Diciptaskan tahun 1973, lagu ini memiliki makna caping sebagai penduduk
Kontra indikasi terapi musik menurut Sertyoadi (2011) dalam (Sari 2015):
Sudah banyak penelitian dilakukan untuk melihat khasiat dari terapi tersebut.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh wenny Savitri bertujuan untuk melihat
efektivitas terapi musik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi. Dari
operasi bedah mayor pertama kali dan mengalami kecemasan. Hasil uji
Independent Sample t-test diperoleh p<0.05 yang artinya ada pengaruh terapi
Subiyanto 2018). Penelitian yang lain dilakukan untuk melihat efektivitas terapi
musik rabana terhadap peningkata kualitas tidur lansia. Sampel penelitian ini ialah
setelah dilakukan uji analis Wilcoxon Singed Rank Test dengan hasil p-value
sebesar 0,001 pada kelompok intervensi dan p-value 0,157 pada kelompok kontrol
2.4.10 F
3.3.1 Rf
3.3.2 r