PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan
kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi
yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai
sumber daya manusia.
Sebuah organisasi dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai
tujuan memerlukan perencanaan Sumber daya manusia yang efektif. Suatu organisasi,
menurut Riva’i( 2004:35) “tanpa didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik segi
kuantitatif,kualitatif, strategi dan operasionalnya ,maka organisasi/perusahaan itu
tidak akan mampu mempertahankan keberadaannya, mengembangkan dan
memajukan dimasa yang akan datang”. Perencanaan tenaga kerja merupakan
kegiatan penentuan jumlah dan jenis tenaga ahli yang diperlukan oleh suatu
organisasi untuk masa yang akan datang. Sehingga, perencanaan tenaga kerja adalah
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja di
masa datang meliputi penyediaan tenaga kerja baru dan pendayagunaan yang sudah
tersedia (Irawan, 2000).
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa konsep dan issue
tentang pemberdayaan dan pengelolaan staff dalam tatanan keperawatan kritis.
C. METODE
Metode penulisan adalah dengan studi literature dan pemecahan kasus
berdasarkan sumber – sumber dari buku, jurnal dan hasil penelitian
D. SISTIMATIKA PENULISAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengelolaan Staff
Pengelolaan merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar dan
titik tolak dari kegiatan pelakasanaan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi apabila proses pengelolaan dilakukan dengan baik akan memberikan
jaminan pelaksaaan kegiatan menjadi baik sehingga mencapai tujuan organisasi yang
berdaya guna dan berhasil guna.
Pengelolaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan pelayanan Keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Pengelolaan
ketenagaan, menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan, seperti
ditatanan Rumah Sakit, perawatan dirumah, dan tempat-tempat pelayanan
keperawatan lain. Oleh karena itu, pengelolaan ketenagaan harus sesuai dengan
ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar keperawatan yang ada.
Pengelolaan ketenagaan merupakan sesuatu proses yang kompleks, yang
memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada
perlu ditata atau dikelolah dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan
sistematis dalam terencana secara matang sehingga kegiatan dapat dilakukan secara
optimal.
A Persyaratan :
Sertifikat ACLS
Sertifikat ICU Sertifikat ICU
(termasuk BLS, (BLS/BTLS)
BTLS), sertifikat
ACLS *)
Sertifikat
Sertifikat
manajemen ruang Sertifikat keterampilan
manajemen ruang
perawatan khusus (ventilasi
perawatan
mekanik,hemodinamik,IA
BP,hemodialisis CRRT,
dll)
Sertifikat manajemen
ruang perawatan
Sertifikat BLS,BTLS,
ACLS, ICU
Sertifikat Sertifikat
BLS,BTLS, ICU BLS,BTLS, ACLS,
*) ICU
1. Cara menghitung
Formula : A X B X C X D X E
FXG
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat (rasio pasien : perawat)
G = Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam satu minggu. Rasio
perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien (1 : 1. 1 : 2. 1 : 3
atau 2 : 1)
H. Pengembangan Staf
Pengembangan staf di unit perawatan intensif merupakan faktor pendukung
yang sangat penting bagi peningkatan kinerja individu. Kemajuan teknologi
kesehatan yang berkembang sangat cepat dan perubahan praktek medis dan praktek
keperawatan, perlu diadakan pengembangan profesional di lingkungan pelayanan
kesehatan intensif, karena jika tidak didukung dengan sistem pengembangan SDM
yang baik dapat menimbulkan stres, time over perawat yang tinggal dan rendahnya
kinerja secara langsung dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan. Pengembangan staf dapat dilaksanakan melalui :
1. In-service education
Upaya ini dilakukan di ICU dan bertujuan untuk memperbaharui kemampuan
dan ketrampilan sesuai dengan perubahan tekhnologi dalam lingkungan kerja
dan praktek keperawatan maupun metodologi baru dalam memberikan
pelayanan
2. Pendidikan berkelanjutan melalui program sertifikasi
Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi perawat (pengetahuan, ketrampilan dan perilaku) sehingga
mampu mengambil keputusan klinik secara cepat dan tepat. Pengembangan
program sertifikasi dapat dilakukan berdasarkan kebijakan institusi
pelayananan dengan berkolaborasi dengan organisasi profesi keperawatan dan
Departemen Kesehatan
3. Pendidikan lanjut melalui program pendidikan formal keperawatan
spesialistik
Pendidikan lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan spesialistik
serta analisis dalam proses pengambilan keputusan klinik secara cepat dan
tepat. Selain itu upaya ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan
jenjang karir perawat.
4. Performance Appraisals
Performance appraisals atau penilaian kinerja adalah evaluasi individual
terhadap penampilan kerja. evaluasi biasanya dilakukan tahunan namun juga
dibperlukan setelah periode orientasi untuk pegawai baru. Idealnya, evaluasi
dilakukan secara berkelanjutan. Performance appraisals meliputi promosi,
kenaikan gaji, dan tindakan disiplin. Performance appraisal dapat dilakukan
formal ataupun informal. Penilaian informal misalnya dengan memuji
penampilan individu yang terlihat saat itu, sedangkan penilaian formal melalui
dokumentasi tertulis berdasarkan pedoman organisasi. Alat penilaian kinerja
dapat berupa metode terstruktur atau metode tradisional, ataupun metode
fleksibel atau metode kolaborasi. Metode terstruktur meliputi forced
distribution scale dan graphic rating scale. Sedangkan metode fleksibel
terdiridari BARS (behaviorally anchored rating scales), MBO (management
by objectives), dan peer review.
a. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing- masing kategori mempunyai nilai
standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi Klien
dst
Contoh :
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III :
4,5 jam/hari Kelas
IV : 6
jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
8 jam
8 jam
c. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam
= 63 jam
17 Orang
d. Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah
jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
BAB III
PEMBAHASAN
B. Pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN
Galley & O’riordan, 2000. Guidance for Nursing Staffing in Critical Care. British
Association of Critical Nursing.
Patricia & Wise. 2003. Leading and Managing In Nursing. 3rd ed. Philadelphia :
Mosby.
Fitzpatrick, et.al. 2011. Critical Care Staff Nurses: Empowerment, Certification, and
Intent to Leave. Diakses pada tanggal 17 April 2013 melalui
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=6341c8e3-25a4-
4b63-945d-edd158e00728%40sessionmgr198&vid=1&hid=122
Wahlin, et. Al. 2008. Journal of Clinical Nursing: Empowerment from the perspective
of next of kin in intensive care. Diakses tanggal 17 April 2013 melalui
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=2a6859dd-5413-
4b96-8ff8-d6824d50aca8%40sessionmgr111&vid=1&hid=122.