3f) Bagaimana aspek EBM pada penelitian efektivitas IVIG pada kasus?
Jawaban:
Berdasarkan aspek EBM, dokter sebaiknya memberikan terapi pada pasien berlandaskan literatur-
literatur sahih dan terpercaya. Penerapan EBM dengan lima langkah meliputi pengajuan
pertanyaan klinis, pencarian bukti ilmiah sahih, penilaian kritis bukti ilmiah, pelaksanaan bukti
ilmiah, dan peninjauan kembali hasil penerapan bukti ilmiah.
PUSKESMAS
Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas menyelenggarakan
pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk membentuk masyarakat yang memiliki perilaku
sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Adapun prinsip dari penyelenggaraan
Puskesmas meliputi paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,
pemerataan, teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan. Dalam rangka
mewujudkan kecamatan sehat, Puskesmas menyelenggarakan fungsi UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Persyaratan Puskesmas
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada satu kecamatan
dapat didirikan lebih dari satu Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan
pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan: a. geografis; b. aksesibilitas untuk
jalur transportasi; c. kontur tanah; d. fasilitas parkir; e. fasilitas keamanan; f. ketersediaan utilitas
publik; g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan h. kondisi lainnya. Selain itu, pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi: a. persyaratan administratif,
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan
lain; dan c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan
kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia. Selain itu, setiap Puskesmas harus memiliki
bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan dengan pertimbangan aksesibilitas dalam memberi
pelayanan. Puskesmas juga harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas: a.
sistem penghawaan (ventilasi); b. sistem pencahayaan; c. sistem sanitasi; d. sistem kelistrikan; e.
sistem komunikasi; f. sistem gas medik; g. sistem proteksi petir; h. sistem proteksi kebakaran; i.
sistem pengendalian kebisingan; j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)
lantai; k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan ambulans. Bangunan dan prasarana harus
dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar tetap layak fungsi.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan: a. standar mutu, keamanan,
keselamatan; b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan c. diuji
dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Sumber daya manusia dalam Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
Jenis dan jumlah sumber daya manusia disesuaikan hasil analisis dari beban kerja, jumlah
pelayanan yang diadakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas
wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja,
dan pembagian waktu kerja. Adapun jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas: dokter atau
dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Sedangkan,
tenaga non kesehatan seharusnya dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
Kategori Puskesmas
1. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi
masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan
kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi:
1.1.Puskesmas kawasan perkotaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga)
dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
- aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama
industri, perdagangan dan jasa;
- memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki
rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
- lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau d. terdapat
akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
- memprioritaskan pelayanan UKM;
- pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
- pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat;
- optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
- pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai
dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.
REFERENSI:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS
Pengertian Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan rencana kegiatan tingkat
Puskesmas untuk tahun yang akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah
atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. PTP Terpadu adalah suatu
pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas yang mana komponen perencanaan terpadu dari IMP
dipakai sebagai dasar analisa semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penentuan kampung
prioritas serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) Puskesmas.
Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari hal-hal
berikut ini:
a. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
b. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan Minimal tingkat kabupaten/kota.
c. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan menjadi tanggung
jawab Puskesmas.
d. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga.
e. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga.
f. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam penyusunan
perencanaan Puskesmas
Ada dua kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa situasi yaitu data umum dan
data khusus. Kedua data ini diolah dengan menggunakan aplikasi yang di excel menggunakan
dalam file “Form 1-12 PTP 2018”
1. Data Umum:
a. Data dasar Puskesmas (Format Puskesmas) Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor
registrasi Puskesmas, karakteristik wilayah kerja Puskesmas, kemampuan
penyelenggaraan Puskesmas, angka kelahiran kasar (CBR), angka kematian bayi (AKB),
tahun data dan jumlah kampung.
b. Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan (Format F1) Nama kampung/desa,
kampung/desa tertinggal, kampung gondok endemik, luas wilayah, jumlah
desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas, jumlah
sekolah, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada termasuk Posyandu. Data ini dapat
diperoleh di Kantor Kecamatan/Distrik atau Kampung/Desa.
c. Data Sumber Daya Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan
Bidan di Desa), mencakup:
1) Ketenagaan
2) Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan dan Status
Kepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di Puskesmas dan Posisi Saat Ini, Standar
Ketenagaan Minimal di Puskesmas Pembantu, Standar Ketenagaan Minimal di
Polindes/Poskeskam.
3) Ketersediaan obat dan vaksin
4) Keadaan peralatan kesehatan
5) Pembiayaan Kesehatan
6) Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan
7) Data Peran Serta Masyarakat
Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.
8) Data Penduduk dan Sasaran Program
Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program dan SPM), di setiap desa/kampung.
Data ini dapat diperoleh di kantor kampung/desa, kantor kecamatan, dan data estimasi
sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
9) Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah,
jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS/guru
BP, dan lain-lain.
2. Data Khusus (hasil capaian kinerja Puskesmas)
a. Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga,
sistem pembuangan air limbah, sarana air minum dan sanitasi.
b. Status Kesehatan terdiri dari:
1) Data kematian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur
2) Data Kunjungan Kesakitan berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kunjungan baru atau
lama
3) Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan berdasarkan jenis kelamin
c. Kejadian Luar Biasa
d. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di setiap kampung/desa,
dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja Puskesmas.
e. Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan hasil analisa data. Masalah adalah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan, dilaksanakan melalui:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang ditemukan.
Keterangan: Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When, Where, Why,
and How). Apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana
masalah itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).
2. Menetapkan Urutas Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah, ketaktersediaan teknologi yang
memadai, atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu
dipilih dan ditetapkan lewat kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan, kriteria lain dapat
digunakan. Penetapan urutan prioritas masalah dapat memanfaatkan berbagai macam metode
seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menetapkan skala nilai 1–5 atau 1–10 untuk
melihat tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu. Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Masing-masing elemen dalam USG dapat diuraikan sebagai berikut:
- Urgency. Seberapa mendesak isu tersebut, dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa
keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut untuk
diselesaikan.
- Seriousness. Seberapa serius isu tersebut, dikaitkan dengan akibat dari penundaan pemecahan
masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain
kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dicatat bahwa dalam keadaan yang sama,
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah masalah yang lebih serius bila
dibandingkan dengan masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.
- Growth. Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan
masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan. Data atau informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG ialah: (1) hasil analisa situasi, (2) informasi
tentang sumber daya yang dimiliki, (3) dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta
kebijakan pemerintah yang berlaku.
RUK yang disusun perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan sesuai dengan
sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk memperoleh dukungan dana
APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan
Anggaran). Penjabaran ke dalam RKA sebaiknya menggunakan rincian yang telah dibuat lewat
Hitung RUK yang terdapat dalam file “RUK Puskesmas”
a. Persiapan
1) Kepala Puskesmas mempersiapkan
a) Bahan umpan balik hasil kinerja sekaligus dengan hasil analisanya.
b) Informasi kebijakan dan/atau program baru yang harus dilaksanakan di Puskesmas.
c) Tata cara penyusunan RPK tahunan.
d) Tata cara penyusunan Rencana Lima Tahunan dan RUK
e) Penjabaran uraian peran, tugas, dan tanggung jawab semua petugas Puskesmas,
berdasarkan hasil analisa beban kerjanya.
2) Pelaksana dan penanggungjawab program/kegiatan mempersiapkan
a) Laporan kinerja Puskesmas tahun sebelumnya.
b) Bahan penyusunan RUK tahun yang akan datang dan Rencana Lima Tahunan.
c) Usulan kegiatan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja Puskesmas.
d) RPK bulanan setiap program/kegiatan.
3) Kepala sub-bagian tata usaha mempersiapkan
a) Usulan kebutuhan sumber daya yang diperlukan Puskesmas.
b) Surat undangan, dengan kejelasan tempat penyelenggaraan, hari, tanggal dan jam, serta
acara.
c) Tempat pelaksanaan.
d) Alat tulis dan perlengkapan yang dibutuhkan (white board, spidol, kertas lembar balik,
laptop/komputer, proyektor dan/atau bahan lain yang dianggap perlu untuk pelaksanaan
forum).
e) Buku catatan/notulen rapat Dinas Kesehatan dan rapat lintas sektor kecamatan.
f) Petugas yang bertanggung jawab mengorganisir penyelenggaraan Lokakarya Mini.
Pelaksanaan
1) Masukan (input)
a) Uraian tugas setiap pegawai Puskesmas.
b) Data capaian Puskesmas tahun sebelumnya.
c) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas.
d) Informasi tentang tatacara penyusunan RPK tahunan dan RPK bulanan Puskesmas.
2) Proses
a) Penggalangan Tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab dan
kewenangan setiap pegawai Puskesmas.
b) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan.
c) Analisis beban kerja setiap pegawai.
d) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan (darbin).
e) Penyusunan RPK tahun berjalan berdasarkan RUK yang telah ditetapkan.
f) Penyusunan RPK bulanan berdasarkan RPK tahunan.
g) Penyusunan RUK untuk tahun selanjutnya.
h) Penyusunan Rencana Lima Tahunan untuk periode selanjutnya.
3) Luaran (output)
a) Tersusunnya RPK tahunan berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan.
b) Tersusunnya RPK bulanan.
c) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan RPK bulanan.
d) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
e) Bahan Musrenbangdes / Musrenbang kampung.
f) Draft RUK untuk tahun selanjutnya.
g) Draft Rencana Lima Tahunan (dalam siklus lima tahunan).
4) Ketentuan penyelenggaraan
a) Pengarah Kepala Puskesmas
b) Peserta
Seluruh pegawai Puskesmas, termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas Pembantu dan
Pos Kesehatan Desa.
c) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini bulanan pertama disesuaikan dengan jadwal sistem
perencanaan pembangunan daerah. Diharapkan Lokakarya Mini bulanan pertama
dilaksanakan sebelum pelaksanaan Musrenbangdes.
d) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini bulanan pertama bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat.
Di bawah ini adalah contoh susunan acara Lokakarya Mini bulanan pertama
- Pembukaan dilanjutkan dinamika kelompok
- Pengenalan kebijakan dan program baru
- Kegiatan bulanan Puskesmas
- Analisa beban kerja
- Pembagian tugas dan daerah binaan
- Penyusunan RPK tahunan
- Penyusunan RPK bulanan
- Penyusunan bahan Musrenbangdes
- Penyusunan draft RUK untuk tahun selanjutnya
- Kesepakatan untuk melaksanakan RPK bulanan
- Penyusunan Rencana Lima Tahunan untuk periode selanjutnya
e) Tempat Disarankan agar Lokakarya Mini diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang berdekatan dengan Puskesmas.
Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta. Pengaturan
ruangan sebaiknya menyerupai huruf “U”.
REFERENSI:
Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan. . Buku Panduan Perencanaan Tingkat
Puskesmas Terpadu
Tujuan EBM
EBM bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih baik agar diperoleh
hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan cara memadukan bukti terbaik
yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. Penggunaan bukti ilmiah terbaik
memungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, aman, bisa diandalkan (reliable),
efisien, dan cost-effective.
Dua strategi digunakan untuk merealisasi tujuan EBM. Pertama, EBM mengembangkan sistem
pengambilan keputusan klinis berbasis bukti terbaik, yaitu bukti dari riset yang menggunakan
metodologi yang benar. Kedua, EBM mengembalikan fokus perhatian dokter dari pelayanan medis
berorientasi penyakit ke pelayanan medis berorientasi pasien (patient-centered medical care).
Langkah-Langkah EBM
Berikut ini lima langkah Evidence-Based Medicine:
- Langkah 1. Rumuskan pertanyaan klinis tentang pasien, terdiri atas empat komponen: Patient,
Intervention, Comparison, dan Outcome
- Langkah 2. Temukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan itu. Salah satu sumber
database yang efisien untuk mencapai tujuan itu adalah PubMed Clinical Queries.
- Langkah 3. Lakukan penilaian kritis apakah bukti-bukti benar (valid), penting (importance),
dan dapat diterapkan di tempat praktik (applicability)
- Langkah 4. Terapkan bukti-bukti kepada pasien. Integrasikan hasil penilaian kritis dengan
keterampilan klinis dokter, dan situasi unik biologi, nilai-nilai dan harapan pasien
- Langkah 5. Lakukan evaluasi dan perbaiki efektivitas dan efisiensi dalam menerapkan keempat
langkah tersebut