Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS MASALAH

1a) Bagaimana struktur organisasi, fasilitas, dan pelayanan di Puskesmas?


Jawaban:
- Struktur Organisasi
Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori,
upaya kesehatan, dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
1) kepala Puskesmas, 2) kepala sub bagian tata usaha, 3) penanggung jawab UKM dan
keperawatan kesehatan masyarakat, 4) penanggung jawab UKP, kefarmasian dan
laboratorium, dan 5) penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
- Fasilitas (prasarana)
Puskesmas juga harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas: a. sistem
penghawaan (ventilasi); b. sistem pencahayaan; c. sistem sanitasi; d. sistem kelistrikan; e.
sistem komunikasi; f. sistem gas medik; g. sistem proteksi petir; h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan; j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1
(satu) lantai; k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan ambulans.
- Pelayanan
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat meliputi esensial dan pengembangan.
Esensial seperti pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit. Sedangkan pengembangan, memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di
masing-masing Puskesmas. Upaya kesehatan perseorangan dilaksanakan dalam bentuk rawat
jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari, home care, dan rawat inap berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
3a) Apa interpretasi 5 levels of prevention pada kasus?
Jawaban:
Periode prepatogenesis Periode patogenesis
(Primer) Sekunder Tersier
Health Spesific protection Early diagnosis & Disability Rehabilitation
promotion prompt treatment limitation
Sosialisasi Pemberian Pemeriksaan Pemberian terapi
ANC rutin imunisasi ANC (Antenatal IVIG pada ibu
care) rutin hamil dengan
herpes simpleks
Sosialisasi Pemberian alat Deteksi dini Perawatan
lingkungan pelindung diri gangguan saluran penderita dengan
kerja sehat (masker, dan lain- pernapasan. gangguan saluran
lain) pada pekerja pernapasan
pabrik.
Pengendalian
sanitasi dari kebun
karet
Sosialisasi ASI Pemberian nutrisi Deteksi dini Perawatan anak
eksklusif dan adekuat dan ASI stunting dengan stunting dengan
pentingnya eksklusif menggiatkan catch-up.
1000 hari Posyandu
pertama

3f) Bagaimana aspek EBM pada penelitian efektivitas IVIG pada kasus?
Jawaban:
Berdasarkan aspek EBM, dokter sebaiknya memberikan terapi pada pasien berlandaskan literatur-
literatur sahih dan terpercaya. Penerapan EBM dengan lima langkah meliputi pengajuan
pertanyaan klinis, pencarian bukti ilmiah sahih, penilaian kritis bukti ilmiah, pelaksanaan bukti
ilmiah, dan peninjauan kembali hasil penerapan bukti ilmiah.
PUSKESMAS
Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas menyelenggarakan
pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk membentuk masyarakat yang memiliki perilaku
sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Adapun prinsip dari penyelenggaraan
Puskesmas meliputi paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,
pemerataan, teknologi tepat guna, dan keterpaduan dan kesinambungan. Dalam rangka
mewujudkan kecamatan sehat, Puskesmas menyelenggarakan fungsi UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Persyaratan Puskesmas
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada satu kecamatan
dapat didirikan lebih dari satu Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan
pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan: a. geografis; b. aksesibilitas untuk
jalur transportasi; c. kontur tanah; d. fasilitas parkir; e. fasilitas keamanan; f. ketersediaan utilitas
publik; g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan h. kondisi lainnya. Selain itu, pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi: a. persyaratan administratif,
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; b. bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan
lain; dan c. menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan
kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia. Selain itu, setiap Puskesmas harus memiliki
bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan dengan pertimbangan aksesibilitas dalam memberi
pelayanan. Puskesmas juga harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas: a.
sistem penghawaan (ventilasi); b. sistem pencahayaan; c. sistem sanitasi; d. sistem kelistrikan; e.
sistem komunikasi; f. sistem gas medik; g. sistem proteksi petir; h. sistem proteksi kebakaran; i.
sistem pengendalian kebisingan; j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu)
lantai; k. kendaraan Puskesmas keliling; dan l. kendaraan ambulans. Bangunan dan prasarana harus
dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar tetap layak fungsi.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan: a. standar mutu, keamanan,
keselamatan; b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan c. diuji
dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang.
Sumber daya manusia dalam Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
Jenis dan jumlah sumber daya manusia disesuaikan hasil analisis dari beban kerja, jumlah
pelayanan yang diadakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas
wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja,
dan pembagian waktu kerja. Adapun jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas: dokter atau
dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Sedangkan,
tenaga non kesehatan seharusnya dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

Kategori Puskesmas
1. Berdasarkan karakteristik wilayah kerja
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi
masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan
kemampuan penyelenggaraan. Puskesmas dikategorikan menjadi:
1.1.Puskesmas kawasan perkotaan
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga)
dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:
- aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama
industri, perdagangan dan jasa;
- memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki
rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
- lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau d. terdapat
akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan.
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
- memprioritaskan pelayanan UKM;
- pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
- pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat;
- optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
- pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai
dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.

1.2.Puskesmas kawasan pedesaan


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga)
dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:
- aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris;
- memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih
dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau
hotel;
- rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen); dan
- terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan pedesaan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
- pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
- optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
- pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat
perdesaan

1.3.Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil


Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
- berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau
pesisir;
- akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota
kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat
terhalang iklim atau cuaca; dan
- kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan;
- dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi
dokter, perawat, dan bidan;
- pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal;
- pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di
kawasan terpencil dan sangat terpencil;
- optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
- pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau
pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas

2. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan


2.1.Puskesmas non rawat inap
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan
persalinan normal.

2.2.Puskesmas rawat inap


Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk meenyelenggarakan pelayanan rawat
inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Kedudukan dan Organisasi Puskesmas


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang dipimpin oleh
seorang kepala Puskesmas yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas dengan
kriteria meliputi: tingkat pendidikan minimal sarjana atau diploma tiga (bila tidak tersedia karena
kawasan terpencil), masa kerja di Puskesmas minimal dua tahun, dan telah mengikuti pelatihan
manajemen Puskesmas.
Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori, upaya
kesehatan, dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas: 1) kepala
Puskesmas, 2) kepala sub bagian tata usaha, 3) penanggung jawab UKM dan keperawatan
kesehatan masyarakat, 4) penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium, dan 5)
penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.

Upaya Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
1. Upaya kesehatan masyarakat
Upaya meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.
a. Upaya kesehatan masyarakat esensial
harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya ini meliputi:
- Pelayanan promosi kesehatan
- Pelayanan kesehatan lingkungan
- Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
- Pelayanan gizi
- Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan


Upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas.

2. Upaya kesehatan perseorangan


Upaya kesehatan ini dilaksanakan dalam bentuk:
- Rawat jalan
- Pelayanan gawat darurat
- Pelayanan satu hari (one day care)
- Home care, dan/atau
- Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

REFERENSI:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS
Pengertian Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan rencana kegiatan tingkat
Puskesmas untuk tahun yang akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah
atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. PTP Terpadu adalah suatu
pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas yang mana komponen perencanaan terpadu dari IMP
dipakai sebagai dasar analisa semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penentuan kampung
prioritas serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) Puskesmas.

Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu


Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu:
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya kesehatan secara
efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang tersedia.
Untuk tingkat Kabupaten, dokumentasi hasil PTP Terpadu ini dapat digunakan sebagai alat bantu
monitoring penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan di tingkat Puskesmas, serta untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang perlu didukung oleh Kabupaten maupun
Provinsi

Ruang Lingkup Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu


Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam Upaya
Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan Pengembangan dan upaya kesehatan penunjang.
Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, serta sumber dana lainnya.
Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan pembangunan daerah, dimulai dari
tingkat desa /kelurahan /kampung melalui Musrembang desa /kelurahan /kampung, selanjutnya
disusun pada Musrembang tingkat kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan mengusulkan perencanaan tersebut pada
Musrembang tingkat Kabupaten/kota ke pemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas ditunjukkan oleh diagram berikut dilakukan melalui lima tahap
sebagai berikut:

Gambar. Siklus Penyusunan Tingkat Puskesmas

Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari hal-hal
berikut ini:
a. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
b. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan Minimal tingkat kabupaten/kota.
c. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan menjadi tanggung
jawab Puskesmas.
d. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga.
e. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga.
f. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam penyusunan
perencanaan Puskesmas

Tahap Analisa Situasi


Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan masalah yang
dihadapi Puskesmas melalui proses analisa terhadap data yang dikumpulkan. Dalam tahap ini Tim
Puskesmas melakukan langkah–langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas: Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data
kinerja dan gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di tahun (N-2)
untuk setiap desa/kelurahan. Data diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
b. Melakukan Analisa data
Hasil analisa data harus bisa menggambarkan:
1) Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan hasil kinerja Puskesmas pada
tahun (N-3) dan tahun (N-2). Status kesehatan keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari
hasil Indeks Keluarga Sehat yang diperoleh dari pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
2) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun (N-2).
3) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di tahun N, baik prediksi untuk
pencapaian target kinerja dan status kesehatan masyarakat maupun untuk kesenjangan
pencapaian hasilnya, serta antisipasi terhadap kemungkinan penyebab dan hambatan nyata
dan yang mungkin akan terjadi.
4) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan terjadinya suatu perubahan
signifikan, baik perubahan ke arah yang lebih baik dan perubahan ke arah lebih buruk, dan
memanfaatkan pengalaman tersebut untuk mengadakan perbaikan pelayanan kesehatan.
5) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.
c. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, dilakukan melalui Survey Mawas Diri (SMD)
atau Community Self Survey (CSS).

Ada dua kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa situasi yaitu data umum dan
data khusus. Kedua data ini diolah dengan menggunakan aplikasi yang di excel menggunakan
dalam file “Form 1-12 PTP 2018”
1. Data Umum:
a. Data dasar Puskesmas (Format Puskesmas) Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor
registrasi Puskesmas, karakteristik wilayah kerja Puskesmas, kemampuan
penyelenggaraan Puskesmas, angka kelahiran kasar (CBR), angka kematian bayi (AKB),
tahun data dan jumlah kampung.
b. Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan (Format F1) Nama kampung/desa,
kampung/desa tertinggal, kampung gondok endemik, luas wilayah, jumlah
desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu tempuh ke Puskesmas, jumlah
sekolah, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada termasuk Posyandu. Data ini dapat
diperoleh di Kantor Kecamatan/Distrik atau Kampung/Desa.
c. Data Sumber Daya Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan
Bidan di Desa), mencakup:
1) Ketenagaan
2) Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan dan Status
Kepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di Puskesmas dan Posisi Saat Ini, Standar
Ketenagaan Minimal di Puskesmas Pembantu, Standar Ketenagaan Minimal di
Polindes/Poskeskam.
3) Ketersediaan obat dan vaksin
4) Keadaan peralatan kesehatan
5) Pembiayaan Kesehatan
6) Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan
7) Data Peran Serta Masyarakat
Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.
8) Data Penduduk dan Sasaran Program
Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program dan SPM), di setiap desa/kampung.
Data ini dapat diperoleh di kantor kampung/desa, kantor kecamatan, dan data estimasi
sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
9) Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup jenis sekolah,
jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS/guru
BP, dan lain-lain.
2. Data Khusus (hasil capaian kinerja Puskesmas)
a. Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan/minuman,
tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga,
sistem pembuangan air limbah, sarana air minum dan sanitasi.
b. Status Kesehatan terdiri dari:
1) Data kematian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur
2) Data Kunjungan Kesakitan berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kunjungan baru atau
lama
3) Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan berdasarkan jenis kelamin
c. Kejadian Luar Biasa
d. Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di setiap kampung/desa,
dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja Puskesmas.
e. Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan hasil analisa data. Masalah adalah kesenjangan antara
harapan dan kenyataan, dilaksanakan melalui:

1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang ditemukan.

Keterangan: Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When, Where, Why,
and How). Apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana
masalah itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).
2. Menetapkan Urutas Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah, ketaktersediaan teknologi yang
memadai, atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu
dipilih dan ditetapkan lewat kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan, kriteria lain dapat
digunakan. Penetapan urutan prioritas masalah dapat memanfaatkan berbagai macam metode
seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) dan sebagainya.
Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menetapkan skala nilai 1–5 atau 1–10 untuk
melihat tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu. Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Masing-masing elemen dalam USG dapat diuraikan sebagai berikut:
- Urgency. Seberapa mendesak isu tersebut, dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan seberapa
keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut untuk
diselesaikan.
- Seriousness. Seberapa serius isu tersebut, dikaitkan dengan akibat dari penundaan pemecahan
masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain
kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dicatat bahwa dalam keadaan yang sama,
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah masalah yang lebih serius bila
dibandingkan dengan masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness dilihat dari dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.
- Growth. Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan
masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan. Data atau informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG ialah: (1) hasil analisa situasi, (2) informasi
tentang sumber daya yang dimiliki, (3) dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta
kebijakan pemerintah yang berlaku.

Mencari Akar Penyebab Masalah


Setelah menentukan masalah prioritas, kerja selanjutnya ialah mencari akar penyebab masalah
tersebut. Penyebab masalah dapat dikonfirmasi dengan data Puskesmas. Beberapa metode yang
dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah, salah satunya ialah Diagram sebab
akibat Ishikawa (diagram tulang ikan/fish bone). langkah-langkah penyusunannya meliputi:
- Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
- Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.
- Tetapkan kategori utama dari penyebab.
- Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
- Lakukan curah pendapat (brainstorming) dan fokuskan pada masing-masing kategori.
- Setelah dianggap cukup, lakukan cara yang sama untuk kategori utama yang lain.
- Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub penyebab dan
letakkan pada cabang yang lebih kecil.
- Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan duplikasi,
ketidaksesuaian dengan masalah, dan sebagainya.

Menetapkan Cara Pemecahan Masalah


Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat kesepakatan di antara
anggota Tim, didahului brainstorming (curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan, maka
Tabel atau matriks cara pemecahan masalah di atas dapat digunakan. Langkah-langkah pemecahan
masalah sebagai berikut:
- Brainstorming (curah pendapat). Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat
tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota Tim dalam rentang waktu yang
singkat dan bebas dari kritik.
- Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah pendapat (brainstorming).
Hasil kesepakatan dipergunakan sebagai bahan penyusunan Rencana Tahunan.

Tahap Penyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa Situsi dan Perumusan Masalah,
bersama dengan pihak lintas sektor terkait dan didampingi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Penyusunan RUK terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target
pencapaian akses, target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta
menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang dari sasaran program untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam
satu pelaksanaan (missed opportunity).
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode
sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah
tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan berbagai
kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah, dan sesuai dengan
masalah yang ditemukan dari kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan
penyusunan RUK diawali dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran dana yang
dibutuhkan untuk setiap kegiatan.

RUK yang disusun perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan sesuai dengan
sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk memperoleh dukungan dana
APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan
Anggaran). Penjabaran ke dalam RKA sebaiknya menggunakan rincian yang telah dibuat lewat
Hitung RUK yang terdapat dalam file “RUK Puskesmas”

Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)


Penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan sektor dalam
lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk dilaksanakan mengingat adanya
keterbatasan sumber daya di Puskesmas. Keterpaduan dimaksudkan agar tidak akan terjadi missed
opportunity, kegiatan Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target
prioritas yang ditetapkan pada perencanaan dapat tercapai. Tahap penyusunan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan untuk upaya kesehatan Masyarakat Esensial dan Upaya Kesehatan
Masyarakat Pengembangan, upaya kesehatan perorangan, pelayanan Perkesmas, pelayanan
kefarmasian, pelayanan laboratorium, semuanya dilaksanakan secara bersama, terpadu dan
terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber
daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Penggerakkan dan Pelaksanaan
Penggerakan dan Pelaksanaan program atau kegiatan merupakan kegiatan lanjutan dari Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Penggerakan pelaksanaan program atau kegiatan dapat dilakukan
melalui berbagai cara, di antaranya adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel pegawai,
pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai penjadwalan pada RPK bulanan, maupun
dilakukan melalui forum yang dibentuk khusus untuk itu. Forum yang dibentuk khusus untuk
melakukan penggerakan pelaksanaan program dan kegiatan dinamakan forum Lokakarya Mini
Puskesmas. Dalam rangka penggerakan dan pelaksanaan program atau kegiatan, Kepala
Puskesmas dapat melakukan pengorganisasian ulang petugas di Puskesmas dalam rangka
penguatan dan pemantapan organisasi.

1. Lokakarya Mini Bulanan


Lokakarya mini bulanan bertujuan untuk menilai pencapaian dan hambatan-hambatan yang
dijumpai oleh para pelaksana program/kegiatan pada bulan atau periode sebelumnya, sekaligus
memantau pelaksanaan rencana kegiatan Puskesmas yang akan datang. Dengan begitu,
perencanaan ulang dapat dibuat lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Disamping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan pelaksanaan kegiatan Puskesmas
memerlukan keterpaduan lintas program dan sektor. Lokakarya mini bulanan dilaksanakan pada
setiap awal bulan. Keterpaduan lintas program adalah keterpaduan internal Puskesmas yang
bertujuan agar seluruh petugas punya rasa memiliki dan motivasi tinggi dalam melaksanakan
seluruh kegiatan Puskesmas secara terintegrasi. Seluruh komponen Puskesmas harus memiliki
kesadaran bahwa Puskesmas merupakan satu sistem dan mereka adalah subsistem pembentuknya.
Pengorganisasian internal sekaligus pemantauan kegiatan Puskesmas dilaksanakan melalui
Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas yang menghasilkan perencanaan ulang. Lokakarya Mini
Bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:

1.1.Lokakarya Mini Bulanan Pertama


Lokakarya Mini bulanan yang pertama merupakan lokakarya penggalangan Tim,
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya RPK Puskesmas.
Pengorganisasian dilaksanakan dalam rangka penentuan penanggung jawab dan pelaksana setiap
kegiatan dan satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dibagikan
habis kepada seluruh pegawai Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan masing-
masing.

a. Persiapan
1) Kepala Puskesmas mempersiapkan
a) Bahan umpan balik hasil kinerja sekaligus dengan hasil analisanya.
b) Informasi kebijakan dan/atau program baru yang harus dilaksanakan di Puskesmas.
c) Tata cara penyusunan RPK tahunan.
d) Tata cara penyusunan Rencana Lima Tahunan dan RUK
e) Penjabaran uraian peran, tugas, dan tanggung jawab semua petugas Puskesmas,
berdasarkan hasil analisa beban kerjanya.
2) Pelaksana dan penanggungjawab program/kegiatan mempersiapkan
a) Laporan kinerja Puskesmas tahun sebelumnya.
b) Bahan penyusunan RUK tahun yang akan datang dan Rencana Lima Tahunan.
c) Usulan kegiatan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja Puskesmas.
d) RPK bulanan setiap program/kegiatan.
3) Kepala sub-bagian tata usaha mempersiapkan
a) Usulan kebutuhan sumber daya yang diperlukan Puskesmas.
b) Surat undangan, dengan kejelasan tempat penyelenggaraan, hari, tanggal dan jam, serta
acara.
c) Tempat pelaksanaan.
d) Alat tulis dan perlengkapan yang dibutuhkan (white board, spidol, kertas lembar balik,
laptop/komputer, proyektor dan/atau bahan lain yang dianggap perlu untuk pelaksanaan
forum).
e) Buku catatan/notulen rapat Dinas Kesehatan dan rapat lintas sektor kecamatan.
f) Petugas yang bertanggung jawab mengorganisir penyelenggaraan Lokakarya Mini.

Pelaksanaan
1) Masukan (input)
a) Uraian tugas setiap pegawai Puskesmas.
b) Data capaian Puskesmas tahun sebelumnya.
c) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas.
d) Informasi tentang tatacara penyusunan RPK tahunan dan RPK bulanan Puskesmas.
2) Proses
a) Penggalangan Tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab dan
kewenangan setiap pegawai Puskesmas.
b) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan/daerah binaan.
c) Analisis beban kerja setiap pegawai.
d) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan (darbin).
e) Penyusunan RPK tahun berjalan berdasarkan RUK yang telah ditetapkan.
f) Penyusunan RPK bulanan berdasarkan RPK tahunan.
g) Penyusunan RUK untuk tahun selanjutnya.
h) Penyusunan Rencana Lima Tahunan untuk periode selanjutnya.
3) Luaran (output)
a) Tersusunnya RPK tahunan berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan.
b) Tersusunnya RPK bulanan.
c) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan RPK bulanan.
d) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
e) Bahan Musrenbangdes / Musrenbang kampung.
f) Draft RUK untuk tahun selanjutnya.
g) Draft Rencana Lima Tahunan (dalam siklus lima tahunan).
4) Ketentuan penyelenggaraan
a) Pengarah Kepala Puskesmas
b) Peserta
Seluruh pegawai Puskesmas, termasuk pegawai yang bertugas di Puskesmas Pembantu dan
Pos Kesehatan Desa.
c) Waktu
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini bulanan pertama disesuaikan dengan jadwal sistem
perencanaan pembangunan daerah. Diharapkan Lokakarya Mini bulanan pertama
dilaksanakan sebelum pelaksanaan Musrenbangdes.
d) Acara
Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini bulanan pertama bersifat dinamis, dapat
disusun sesuai kebutuhan, ketersediaan waktu, dan kondisi Puskesmas setempat.
Di bawah ini adalah contoh susunan acara Lokakarya Mini bulanan pertama
- Pembukaan dilanjutkan dinamika kelompok
- Pengenalan kebijakan dan program baru
- Kegiatan bulanan Puskesmas
- Analisa beban kerja
- Pembagian tugas dan daerah binaan
- Penyusunan RPK tahunan
- Penyusunan RPK bulanan
- Penyusunan bahan Musrenbangdes
- Penyusunan draft RUK untuk tahun selanjutnya
- Kesepakatan untuk melaksanakan RPK bulanan
- Penyusunan Rencana Lima Tahunan untuk periode selanjutnya
e) Tempat Disarankan agar Lokakarya Mini diselenggarakan di Puskesmas, apabila tidak
memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang berdekatan dengan Puskesmas.
Ruang yang dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta. Pengaturan
ruangan sebaiknya menyerupai huruf “U”.

REFERENSI:
Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan. . Buku Panduan Perencanaan Tingkat
Puskesmas Terpadu

EVIDENCE BASED MEDICINE


Definisi EBM
Menurut Sackett dkk. Evidence Based Medicine atau EBM adalah penggunaan bukti terbaik saat
ini dengan hati-hati, jelas, dan bijak, untuk pengambilan keputusan pelayanan individu pasien.
EBM memadukan keterampilan klinis dengan bukti klinis eksternal terbaik yang tersedia dari riset.

Gambar 1. Triad EBM

Tujuan EBM
EBM bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih baik agar diperoleh
hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan cara memadukan bukti terbaik
yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. Penggunaan bukti ilmiah terbaik
memungkinkan pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, aman, bisa diandalkan (reliable),
efisien, dan cost-effective.
Dua strategi digunakan untuk merealisasi tujuan EBM. Pertama, EBM mengembangkan sistem
pengambilan keputusan klinis berbasis bukti terbaik, yaitu bukti dari riset yang menggunakan
metodologi yang benar. Kedua, EBM mengembalikan fokus perhatian dokter dari pelayanan medis
berorientasi penyakit ke pelayanan medis berorientasi pasien (patient-centered medical care).
Langkah-Langkah EBM
Berikut ini lima langkah Evidence-Based Medicine:
- Langkah 1. Rumuskan pertanyaan klinis tentang pasien, terdiri atas empat komponen: Patient,
Intervention, Comparison, dan Outcome
- Langkah 2. Temukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan itu. Salah satu sumber
database yang efisien untuk mencapai tujuan itu adalah PubMed Clinical Queries.
- Langkah 3. Lakukan penilaian kritis apakah bukti-bukti benar (valid), penting (importance),
dan dapat diterapkan di tempat praktik (applicability)
- Langkah 4. Terapkan bukti-bukti kepada pasien. Integrasikan hasil penilaian kritis dengan
keterampilan klinis dokter, dan situasi unik biologi, nilai-nilai dan harapan pasien
- Langkah 5. Lakukan evaluasi dan perbaiki efektivitas dan efisiensi dalam menerapkan keempat
langkah tersebut

KONSEP PENCEGAHAN OLEH LEAVELL DAN CLARK


Leavell dan Clark (1965) dalam bukunya Preventive medicine for the doctors in his community,
mengenalkan konsep yang menarik dalam pemikiran tentang tindakan preventif untuk semua jenis
penyakit yang dinamakan Levels Of Prevention atau tingkatan tahapan pencegahan. Tingkatan
pencegahan mi berkelanjutan, yaitu melalui periode prepatogenesis penyakit sampai ke penode
rehabilitasi yaitu setelah penyakitnya sendiri sudah hilang.
Menurut tingkatan pencegahan Leavell dan Clark pada pencegahan sesungguhnya (true
prevention) atau primary prevention terjadi pada periode pre-patogenesis dan melibatkan: (1)
health promotion atau promosi kesehatan, (2) specific protection atau proteksi spesifik. Termasuk
health promotion adalah edukasi kesehatan, perhatian terhadap faktor genetik atau lingkungan
yang mungkin mempengaruhi penyakit, perhatian terhadap perkembangaan fisik dan mental yang
baik, dan pemeriksaan selektif. Specific protection, termasuk di dalamnya misalnya imunisasi,
vaksinasi, perhatian terhadap personal hygiene dan safety, dan pemakaian nutrien spesifik
misalnya vitamin D untuk mencegah riketsia.
Secondary prevention bisa terjadi pada periode awal dan patogenesis. Termasuk periode ini adalah
early diagnosis dan prompt treatment. Kemudian periode selanjutnya dan patogenesis adalah
pengendalian penyakit, termasuk didalamnya membatasi disabilitas, yaitu tindakan preventif agar
akibat dan komplikasi penyakit bisa diminimalkan.
Gambar. Contoh implementasi dari tingkatan pencegahan

Anda mungkin juga menyukai