Anda di halaman 1dari 11

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional
study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor. Ruang Gayatri merupakan ruang rawat inap khusus
lansia dengan minimal tiga jenis penyakit dan satu-satunya yang ada di Kota
Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2010.

Cara Pengambilan Contoh


Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien lansia di Ruang Gayatri
RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang berada saat penelitian berlangsung.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sebanyak 51 orang
pasien berhasil dijumpai selama penelitian berlangsung di Ruang Gayatri, namun
jumlah pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan dapat diperoleh hingga
batas waktu penelitian adalah sebanyak 30 orang. Kriteria inklusi yang
ditetapkan meliputi:
- Pasien yang bersedia diukur tinggi atau panjang badan dan berat badan atau
lingkar lengan atasnya.
- Pasien yang bersedia diwawancara, atau ada pihak keluarga yang dapat
memberikan informasi mengenai pasien.
- Pasien yang dirawat selama minimal tiga hari dan tidak dalam keadaan
berpuasa sehingga dapat diamati konsumsi energi dan zat gizi selama tiga
hari baik dari makanan RS (makanan olahan RS dan formula komersial) serta
makanan luar RS.
Gambar 2 menjelaskan cara pengambilan contoh dalam penelitian.

Populasi penelitian = 51 orang

21 orang keluar Kriteria inklusi

30 orang responden

Gambar 2 Cara penarikan contoh


Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Data sekunder diperoleh dari
dokumentasi pihak rumah sakit (RS).
Data primer meliputi karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, perkiraan
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB), sumber pembiayaan perawatan RS,
status pernikahan, dan pihak yang merawat), status gizi, kebutuhan energi dan
zat gizi, ketersediaan energi dan zat gizi dari makanan RS (makanan olahan RS
dan formula komersial), dan konsumsi energi dan zat gizi total (makanan RS dan
makanan luar RS). Data sekunder terdiri dari gambaran umum RSMM, Ruang
Gayatri dan Instalasi Gizi, perencanaan menu, bahan makanan, standar porsi,
pengolahan, pendistribusian makanan RS, usia, jenis penyakit, dan lama rawat.
Data ketersediaan energi dan zat gizi makanan olahan RS perhari
beberapa bahan makanan diperoleh dengan cara penimbangan sampel
makanan RS. Setelah diketahui kuantitas porsi setiap jenis makanan olahan RS
dan formula komersial, data konsumsi energi dan zat gizi dari makanan RS dapat
diperoleh dengan cara mengamati banyaknya sisa yang tidak dikonsumsi oleh
pasien. Data konsumsi makanan luar RS diperoleh melalui Recall Method.
Pengamatan sisa konsumsi makanan di RS memiliki kemiripan dengan
recall method, karena kedua metode ini sama-sama mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada masa yang lalu. Recall method dilakukan
selama dua hingga tiga hari. Metode ini memiliki kelemahan dalam tingkat
ketelitian, karena informasi yang diperoleh berdasarkan hasil ingatan responden
(Soehardjo et al 1988). Mengingat kondisi pasien yang lemah maka untuk
meminimalisir kesalahan informasi berdasarkan daya ingat, pengamatan sisa
makanan dipilih sebagai metode dalam mengamati konsumsi makanan RS.
Cara serta alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada masing-
masing variabel ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Variabel, cara, dan alat yang digunakan dalam pengumpulan data
Alat yang
Variabel Cara Pengumpulan Data
Digunakan
Umur (≥ 60 tahun) Mencatat dari buku rekam medis (RM) Kuesioner

Karakteristik Pasien Wawancara langsung dan RM Kuesioner

Antropometri Penimbangan dan pengukuran Pita meter


(perkiraan BB dan TB
dengan pengukuran
LLA dan TB)

Lama rawat Mencatat dari RM Kuesioner

Jenis penyakit Mencatat dari RM Kuesioner

Perencanaan menu, Mencatat dari dokumentasi RS Dokumen RS


BM, standar porsi,
pendistribusian,
gambaran RS, Instalasi
Gizi, Ruang Gayatri

Kebutuhan energi dan Pengamatan, pencatatan data-data Kuesioner


zat gizi pasien dari RM, dan perhitungan

Ketersediaan energi Penimbangan sampel makanan RS Timbangan


dan dan zat gizi makanan dan
kuesioner

Konsumsi energi dan Pengamatan sisa makanan RS, Kuesioner


zat gizi formula khusus, dan recall makanan
luar RS

Beberapa variabel karakteristik pasien dikategorikan seperti pada Tabel 4.


Tabel 4 Pengkategorian variabel karakteristik individu
Variabel Kategori
Jenis Kelamin 1= Laki-laki
2= Perempuan

Sumber pembiayaan perawatan RS 1= Penghasilan/uang pensiunan


2= Keluarga
3= Asuransi kesehatan
4= Lain-lain….

Status Perkawinan 1= Tidak Menikah


2= Menikah dan masih memiliki pasangan
3= Duda/Janda

Pihak yang Merawat (sebelum di RS) 1= Tinggal sendiri


2= Keluarga
3= Panti Jompo
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Pengolahan data meliputi editing, coding, data entry, cleaning dan data
analysis dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi
16.0 for windows. Selain itu dilakukan pula perhitungan terhadap kebutuhan
energi dan zat gizi masing-masing pasien, ketersediaan energi dan zat gizi dari
makanan RS, konsumsi energi dan zat gizi dari makanan RS dan makanan luar
RS, dan status gizi pasien.
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah Angka
Metabolisme Basal (AMB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Harris – Bennedict (Almatsier 2005), yaitu:
𝑳𝒂𝒌𝒊 − 𝒍𝒂𝒌𝒊 = 𝟔𝟔 + 𝟏𝟑, 𝟕 × 𝑩𝑩 + 𝟓 × 𝑻𝑩 − 𝟔, 𝟖 × 𝑼
𝑷𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 = 𝟔𝟓𝟓 + 𝟗, 𝟔 × 𝑩𝑩 + 𝟏, 𝟖 × 𝑻𝑩 − (𝟒, 𝟕 × 𝑼)
Kebutuhan energi untuk AMB diperhitungkan menurut berat badan ideal
jika IMT contoh pada saat itu berstatus gizi lebih atau gizi kurang tingkat ringan
(IMT = 17,0 – 18,5), dan menggunakan berat badan aktual jika berstatus gizi
normal atau gizi kurang tingkat sedang (IMT = 16,0 – 16,9) sampai berat (IMT <
16,0). Berat badan ideal biasanya lebih sering digunakan dalam perhitungan
kebutuhan energi daripada berat badan aktual karena perhitungan menggunakan
berat badan aktual dapat menimbulkan kesalahan perhitungan kebutuhan pada
kasus gizi kurang atau gizi lebih. Perhitungan menggunakan berat badan aktual
untuk kasus salah gizi yang sangat ekstrim adalah sebuah pengecualian (Frary &
Johnson 2004). Cara menetapkan BB ideal yang sederhana dengan
menggunakan rumus Brocca (Almatsier 2005), yaitu:
𝑩𝑩 𝑰𝒅𝒆𝒂𝒍 𝒌𝒈 = 𝑻𝑩 𝒄𝒎 − 𝟏𝟎𝟎 − 𝟏𝟎%[𝑻𝑩 𝒄𝒎 − 𝟏𝟎𝟎]
Kebutuhan energi secara umum menurun seiring bertambahnya usia
karena terjadinya perubahan komposisi tubuh, penurunan angka metabolisme
basal, dan pengurangan aktivitas fisik. Kebutuhan energi seseorang dapat
diketahui dengan menghitung jumlah kilokalori kebutuhan energi sehari, atau
menghitung persentase peningkatan dari kebutuhan energi untuk metabolisme
basal (Frary & Johnson 2004). Cara menentukan kebutuhan energi keadaan
sakit dapat dilihat pada rumus (Almatsier 2005):
𝑲𝒆𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑬𝒏𝒆𝒓𝒈𝒊 = 𝑨𝑴𝑩 × 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 × 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒔𝒕𝒓𝒆𝒔
Faktor aktivitas pasien selama dirawat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Faktor aktivitas
Aktivitas Faktor
Tirah-baring totala) 1,1
Dapat dudukb) 1,2
Ambulatoric) 1,3
Sumber: a) Frary dan Johnson (2004), b) Garrow et al. (2000), c) Hartono (2006)
Faktor stres pada penyakit tertentu ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Faktor stres
Stres/jenis penyakit Faktor
Gagal jantung parah dengan gizi
1,3 – 1,5
kuranga)
Penyakit paru-parub) 1,2 – 1,5
Gagal ginjalb) 1,2 – 1,5
Peradangan saluran cernac) 1,3
Infeksi ringan hingga sedangd) 1,2 – 1,4
a) b) c)
Sumber: Krummel (2004), Heimburger dan Weinsler (1997), Almatsier (2005),
d)
Hartono (2006).

Apabila kebutuhan energi yang diperoleh adalah berkisar antara 25 – 35 kkal/kg


BB/hari maka perhitungan kebutuhan energi tersebut sudah sesuai untuk pasien
yang berada dalam kondisi akut. Secara praktis, perhitungan kebutuhan energi
total dalam keadaan akut dapat menggunakan estimasi kebutuhan energi yaitu
25 – 35 kkal/kg BB/hari (PDGKI 2008).
Kebutuhan protein pada pasien lansia yang tidak memiliki gangguan akan
konsumsi protein adalah 1,0 – 1,25 g/kg BB per hari. Kebutuhan lemak normal
adalah tidak lebih dari 25% – 35% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan
karbohidrat yang dianjurkan bagi lansia adalah sekitar 45% – 65% dari total
kebutuhan energi per hari (Harris 2004). Penentuan kebutuhan tersebut
diperuntukkan bagi lansia secara umum. Penentuan kebutuhan energi dan zat
gizi pada pasien yang membutuhkan penyesuaian terhadap jenis penyakit dan
kondisinya dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan pada kasus yang disertai
komplikasi maka pengaturan kebutuhan energi dan zat gizinya dapat
disesuaikan.
Tabel 7 Ketentuan kebutuhan energi dan zat gizi pada diet khusus
No Jenis Penyakit Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin dan Mineral
1 Gangguan syaraf Cukup 15% total E 20 – 30% total E 55 – 60% total E Sesuai AKG

2 Kardiovaskuler Cukup (35 kkal/kg 15% total E 25 – 35% total E 55 – 60% total E Sesuai AKG
BB pada Gagal
jantung kongestif)

3 Asam urat Cukup 15 – 20% total E ≤30% total E 50 – 65% total E Sesuai AKG

4 Diabetes Melitus Cukup 10 –15% total E 25% total E 60 – 65% total E Sesuai AKG

5 Penyakit paru-paru Cukup 15 – 20% total E 25 – 30% total E 50 – 60% total E Sesuai AKG
(tanpa hiperkapnia)

6 Gastrointestinal Cukup 15% total E 25% total E 60% total E Sesuai AKG

7 Fatty liver Cukup 1,5 g/kg BB 25 – 30% total E Sisa total E Sesuai AKG

8 Cystitis dan Cukup 1 – 1,25 g/kg BB 25 – 30% total E 45 – 65% total E Sesuai AKG
Nefrolitiasis

10 Gagal ginjal kronik 30 – 35 kkal/kg BB 0,8 g/kg BB 25% total E Sisa total E Sesuai AKG

11 Sindrom Steven Cukup 1 – 1,25 g/kg BB 25 – 35% total E 45 – 65% total E Sesuai AKG
Johnson

12 Anemia Cukup 1,5 g/kg BB 25% total E Sisa total E Sesuai AKG
Sumber: diolah dari NCEP (2002), Krummel (2004), PERKENI (2002) di dalam Hartono (2006), Dorfman (2004), Heimburger dan Weinsler (1997),
Hartati (2005), Hasse dan Matarese (2004), PDGKI (2008), Stopler (2004), dan Harris (2004).
Perhitungan ketersediaan, konsumsi, dan kecukupan energi dan zat gizi
Data ketersediaan makanan yang disajikan dan data konsumsi makanan
dalam sehari dikonversi ke dalam energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A,
vitamin E, vitamin C, vitamin B1, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, kalsium,
besi, seng, natrium, dan kalium berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia
tahun 2009 dan daftar komposisi energi dan zat gizi dari buku The Composition
of Foods (Mc Cance 2007).
Setelah diperoleh data kebutuhan, ketersediaan, dan konsumsi energi
dan zat gizi pada setiap pasien, selanjutnya adalah menentukan tingkat
ketersediaan dan tingkat kecukupan (konsumsi terhadap kebutuhan)
menggunakan rumus-rumus berikut:
𝚺 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐳𝐚𝐭 𝐠𝐢𝐳𝐢 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐤 𝐑𝐒
𝐓𝐤. 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐙𝐚𝐭 𝐆𝐢𝐳𝐢 𝐌𝐚𝐤𝐫𝐨 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐤𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐳𝐚𝐭 𝐠𝐢𝐳𝐢

𝚺 𝐯𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐚𝐤 𝐑𝐒


𝐓𝐤. 𝐊𝐞𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐕𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐀𝐊𝐆 𝐯𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐨𝐧𝐬𝐮𝐦𝐬𝐢


𝐓𝐤. 𝐊𝐞𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐤𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐯𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥 𝐲𝐠 𝐝𝐢𝐤𝐨𝐧𝐬𝐮𝐦𝐬𝐢


𝐓𝐤. 𝐊𝐞𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐕𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐀𝐊𝐆 𝐯𝐢𝐭𝐚𝐦𝐢𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐧𝐞𝐫𝐚𝐥

Kemudian data tersebut selanjutnya akan dikategorikan seperti pada Tabel 8.


Tabel 8 Pengkategorian tingkat ketersediaan dan kecukupan energi dan zat gizi
Variabel Kategori
Tingkat ketersediaan - defisit, <90% angka kebutuhan
energi - normal, 90 – 119% angka kebutuhan
- lebih, ≥120% angka kebutuhan

Tingkat kecukupan energi - Defisiensi tingkat berat, <70% angka kebutuhan


- Defisiensi tingkat sedang, 70 – 79% angka
kebutuhan
- Defisiensi tingkat ringan, 80-89% angka kebutuhan
- Normal, 90 – 119% angka kebutuhan
- Lebih, ≥120% angka kebutuhan

Tk. Kecukupan vitamin - Kurang, <77% AKG


dan mineral - Cukup, ≥77% AKG
Sumber: Depkes (1996) dalam Sukandar (2007).
Konsumsi terhadap makanan RS (makanan olahan dan formula
komersial) juga diamati berdasarkan preferensi terhadap bahan makanan dari
setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk nabati dan hewani, sayuran,
buah-buahan, selingan, dan formula komersial). Batas konsumsi minimal yang
ditetapkan disesuaikan dengan ketersediaan energi dan zat gizi yang terkandung
pada makanan RS. Makanan pokok merupakan sumber utama energi sehingga
batas konsumsi minimal yang disarankan untuk makanan pokok disesuaikan
dengan ketersediaan energi. Lauk nabati dan hewani merupakan sumber utama
protein sehingga batas konsumsi minimal yang disarankan untuk lauk nabati dan
hewani disesuaikan dengan ketersediaan protein. Sayuran dan buah-buahan
merupakan sumber utama vitamin dan mineral sehingga batas konsumsi minimal
yang disarankan untuk sayuran dan buah-buahan disesuaikan dengan
ketersediaan vitamin dan mineral. Konsumsi makanan selingan dan formula
komersial diamati tanpa batas konsumsi minimal karena bukan merupakan
sumber utama energi dan zat gizi. Pengamatan pada pemberian makanan
selingan dan formula dilakukan dengan menghitung frekuensi pasien yang
mengkonsumsi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari setiap jenis makanan yang
disediakan. Hal ini bertujuan untuk melihat preferensi pasien terhadap makanan
selingan dan formula komersial.
Perhitungan Status Gizi
Data BB dan TB digunakan untuk menghitung kebutuhan energi dan zat
gizi, serta menilai status gizi contoh secara antropometri dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT). Kebanyakan pasien tidak dapat melakukan
pengukuran TB dalam posisi berdiri tegak maka diganti dengan pengukuran
panjang badan (PB) dengan menggunakan pita meter untuk menentukan
perkiraan TB.
Pasien yang tidak dapat diukur BB menggunakan timbangan detecto
maka perkiraan BB ditentukan dengan menggunakan lingkar lengan atas (LLA)
dengan memakai pita meter. Nilai normal/ideal LLA bagi orang dewasa adalah
26,3 cm pada laki-laki, dan 25,7 cm pada perempuan (Hartono 2006). Adapun
rumus memperkirakan BB menggunakan LLA adalah sebagai berikut:
𝑳𝑳𝑨
𝑩𝑩 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 = × [ 𝑻𝑩 − 𝟏𝟎𝟎 − 𝟏𝟎% 𝑻𝑩 − 𝟏𝟎𝟎 ]
𝟐𝟓. 𝟕
𝑳𝑳𝑨
𝑩𝑩 𝒍𝒂𝒌𝒊 − 𝒍𝒂𝒌𝒊 = × [ 𝑻𝑩 − 𝟏𝟎𝟎 − 𝟏𝟎% 𝑻𝑩 − 𝟏𝟎𝟎 ]
𝟐𝟔. 𝟑
Keterangan: BB = berat badan (kg)
LLA= Lingkar lengan atas (cm)
TB = Tinggi badan (cm)
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebagai berikut dan kategori status gizi
pasien berdasarkan IMT ditunjukkan pada Tabel 9.
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝑲𝒈)
𝑰𝑴𝑻 =
{𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒎 }𝟐
Tabel 9 Status gizi berdasarkan IMT pada populasi Asia
Indeks Massa
Status Gizi
Tubuh
Gizi Kurang < 18,5
Normal 18,5 – 25
Gizi lebih > 25
Sumber: WHO (2004) dalam PDGKI (2010)
Analisis Data
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif
dan inferensia. Adapun data yang dianalisis secara deskriptif adalah karakteristik
pasien, jenis penyakit, status gizi, kebutuhan gizi, ketersediaan, serta konsumsi
energi dan zat gizi. Data yang dianalisis secara tabulasi silang meliputi jenis
kelamin dan usia, serta jenis kelamin dan status perkawinan. Analisis korelasi
menggunakan Uji Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
usia dengan status gizi, hubungan antara variabel usia dengan kebutuhan
energi, dan hubungan antara usia dengan tingkat konsumsi energi terhadap
ketersediaan makanan RS. Uji Spearman digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel jumlah penyakit dengan status gizi.
Definisi Operasional
Pasien lansia: adalah pasien yang berusia lebih dari sama dengan 60 tahun dan
menjalani rawat inap di Ruang Gayatri RSMM Bogor.
Penyakit yang diderita: adalah jenis penyakit yang diderita oleh pasien Ruang
Gayatri saat penelitian berlangsung.
Status gizi: merupakan suatu kondisi tubuh pasien lansia sebagai akibat
konsumsi, absorbsi, dan utilisasi zat gizi yang ditentukan berdasarkan
rumus IMT.
Lama rawat: yaitu jumlah hari contoh mendapat perawatan inap di Ruang
Gayatri.
Makanan rumah sakit: adalah makanan yang disediakan oleh instalasi gizi
melalui mekanisme penyelenggaraan makanan untuk pasien rawat inap
Ruang Gayatri.
Pemilihan bahan makanan: adalah kegiatan memilih bahan makanan yang
akan diolah menjadi makanan bagi pasien lansia yang dirawat di Ruang
Gayatri RSMM.
Pengolahan makanan: merupakan proses mengubah bahan makanan menjadi
makanan yang akan dihidangkan bagi pasien lansia yang dirawat di
Ruang Gayatri RSMM.
Siklus menu: adalah susunan hidangan makanan yang disajikan untuk pasien
Ruang Gayatri dalam satu putaran menu.
Standar porsi: merupakan ukuran, berat, dan jumlah bahan makanan yang
diporsikan untuk setiap pasien Ruang Gayatri.
Kebutuhan energi dan zat gizi: yaitu jumlah energi dan zat-zat gizi yang
dibutuhkan pada setiap individu (pasien) untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi adekuat, dengan mempertimbangkan angka
metabolisme basal (AMB), faktor aktivitas fisik selama sakit, dan faktor
stress akibat penyakit yang diderita.
Ketersediaan energi dan zat gizi: yaitu jumlah energi dan zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang disediakan oleh instalasi gizi rumah
sakit pada setiap pasien perhari.
Konsumsi energi dan zat gizi: yaitu jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi
oleh pasien rawat inap rata-rata perorang perhari, baik dari makanan
yang disediakan RS maupun lainnya (formula khusus dan makanan luar
RS).
Tingkat ketersediaan energi dan zat gizi: adalah perbandingan antara jumlah
energi dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan RS terhadap
kebutuhan atau AKG pasien.
Tingkat kecukupan (konsumsi terhadap kebutuhan) energi dan zat gizi:
adalah perbandingan antara jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi
dari makanan RS dan makanan luar RS terhadap kebutuhan atau AKG
pasien.

Anda mungkin juga menyukai