Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Teknologi Pengolahan tentang “Pengeringan” dengan lancar dan tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari tidak sedikit hambatan
yang dihadapi. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ningrum
Dwi Hastuti S.TP.,MP selaku dosen pengajar yang telah memberikan tugas dan
memberikan bimbingan kepada kami, serta seluruh pihak yang telah banyak
membantu sehingga kendala-kendala yang ada dapat teratasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi kita semua.

Ketapang, 06 maret 2019

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3. Tujuan .......................................................................................... 2
1.4. Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pengeringan Dan Proses Pengeringan . .................. 3
2.2 Jenis-Jenis Pengeringan ............................................................... 4
2.3 Faktor yang mempengaruhi Pengeringan bahan pangan. ...... 5
2.4 Mekanisme Pengeringan.............................................................. 7
2.5 Pengaruh pengeringan terhadap bahan pangan.......................10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 13
3.2. Saran ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri pangan di Indonesia telah menunjukkan kemajuan
yang cukup pesat. Diperkirakan bahwa perkembangan industri pangan di
Indonesia akan terus maju dengan laju pertumbuhan yang cukup. Bahan
pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia disamping pendidikan,
kesehatan dan sandang lainnya.
Jenis dan cara pengolahan bahan pangan sangat menentukan kadar gizi
hasil olahan makanan tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga dapat
terpenuhi dari ketersediaan pangan setempat, daya beli yang terjangkau dan
memenuhi syarat menu seimbang.Sudah diketahui bahwa bahan pangan,
seperti daging, ikan, telur, sayur maupun buah, tidak dapat disimpan lama
dalam suhu ruang. Masa simpan bahan pangan dapat diperpanjang dengan
disimpan pada suhu rendah; dikeringkan dengan sinar matahari atau panas
buatan; dipanaskan dengan perebusan; diragikan dengan bantuan ragi, jamur
atau bakteri; dan ditambah bahan-bahan kimia seperti garam, gula, asam dan
lain-lain.
Makalah ini akan membahas materi mengenai metode pengeringan pangan
yaitu dengan cara pengeringan alami dan buatan. Metoda pengeringan
merupakan metoda yang sederhana, aman dan mudah serta memiliki daya
tahan lama dan tidak memerlukan perlakun khusus saat penyimpanan.

1.2 Rumusan masalah


Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dikaji, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari pengeringan bahan pangan dan proses pengeringan?
2. Apa saja jenis –jenis pengeringan?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengeringan?
4. Bagaimana mekanisme dalam pengeringan?

1
5. Apa pengaruh pengeringan terhadap sifat bahan pangan?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan definisi pengeringan dan proses pengeringan bahan
pangan.
2. Menjelaskan jenis- jenis pengeringan.
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan.
4. Menjelaskan mekanisme pengeringan.
5. Menjelaskan pengaruh pengeringan terhadap sifat bahan pangan.

1.4 Manfaat
Untuk mengetahui pengaruh pengeringan terhadap massa dan sifat fisik
bahan pangan serta dapat mengetahui metode metode dalam proses
pengeringan bahan pangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengeringan Dan Proses Pengeringan Bahan Makanan


Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai
mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan
produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya
merupakan proses perpindahan energy yang digunakan untuk menguapkan air
yang berada dalam bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar
kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Kelembapan udara pengering
harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55 – 60% . Perpanjangan daya simpan
terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan enzim menurun sebagai akibat
jumlah air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Proses
pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi. Produk yang sudah
dikeringkan harus dijaga supaya kadar airnya tetap rendah. Pengeringan
adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relative
kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas (Pinem, 2004).
Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar
air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara
dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis,
enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses
penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah proses
pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan
(cairan) yang mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak. Meskipun
demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu
bahan (Astutik, 2008).
Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara
lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan,
energi pengeringan dan kapasitas pengeringan. Pengeringan yang terlampau
cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan bahan terlalu cepat kering
sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju

3
permukaan. Dan lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan
pada permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap
karena terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang
terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu
pengeringan dilakukan dengan mem perhatikan kontak antara alat pengering
dengan alat pemanas (baik berupa udara panas yang dialirkan maupun alat
pemanas lainnya). Namun demi pertimbangan-pertimbangan standar gizi
maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 850C(Pantastico, 2002).

2.2 Jenis-Jenis Pengeringan

Jenis-jenis dari proses pengeringan dalam bahan pangan terbagi menjadi


dua,diantaranya adalah sebagai berikut :

2.2.1. Pengeringan Alami (Sun Drying)


Sun drying adalah suatu proses untuk mengurangi atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas yang berasal langsung dari sinar matahari.
Penjemuran secara alami memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Biaya ekonomis
2. Energi matahari berlimpah
3. Praktis
4. Jumlah bahan yang dijemur tanpa batas
Sedangkan kerugian penjemuran secara alami diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah panas sinar matahari yang tidak tetap sepanjang hari
2. Tidak tepat waktu atau kurang efisien, karena kenaikan suhu tidak dapat
diatur sehingga waktu penjemuran sukar untuk ditentukan dengan tepat.
3. Kebersihan kurang terjaga karena penjemuran dilakukan ditempat terbuka
yang langsung berhubungan dengan sinar matahari, energi panas yang
diterima oleh bahan selama penjemuran merupakan kombinasi panas yang

4
berasal dari radiasi langsung sinar matahari dan konvensi dengan
pertolongan udara disekitarnya.
4. Tergantung musim.
5. Mutu pengeringan kurang terjaga,
6. Dapat terjadi case hardening, karena suhu yang berlebihan.
2.2.2. Pengeringan Buatan (Aartificial Drying)
Aartificial drying adalah suatu metode untuk mengurangi atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas yang berasal dari alat pengeringan. Keuntungan
pengeringan secara buatan;
1. Kebersihan lebih terjaga
2. Lebih efisien karna suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu
pengeringan dapat ditentukan dengan tepat.
3. Tidak tergantung musim.
4. Suhu panas stabil.
Kerugian pengeringan buatan yaitu ;
1. Biaya mahal.
2. Memerlukan tempat khusus
3. Kapasitas pengeringan terbatas

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan Pada Bahan Pangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan yang berhubungan


dengan udara pengering, diantaranya adalah :
2.3.1. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering. Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

5
1. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan
dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar.
2. Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus
keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
2..3.2. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.
2.3.3. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
2.3.4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara

6
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
2.3.5. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir (Supriyono, 2003).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan yang


berhubungan dengan sifat bahan diantaranya adalah :
1. Ukuran bahan
2. Kadar air awal
3. Tekanan parsial dalam bahan

2.4 Mekanisme Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian besar air dari suatu bahan melalui penerapan energi panas. Pengeringan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya (pengeringan alami)
dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan peraiatan khusus yang digerakkan
dengan tenaga listrik Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas
permukaan bahan pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan
sumber energi yang digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan. Nilai gizi
makanan yang kering akan lebih rendah jikadibandingkan dengan makanan yang
segar. Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna, tekstur dan
aroma bahan pangan. Pada umunmya bahan pangan yang diikeringkan akan
mengalami pencoklatan (browning) yang disebabkan oleh reaksi-reaksi non-
enzimatik. Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan menjadi rendah
yang juga akan menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan seperti

7
protein, lemak, karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi. Vitamin -
vitamin yang terdapat dalam bahan pangan yang dikeringkan akan mengalami
penurunan mutu, hal ini disebabkan karena ada berberapa vitamin yang tidak
tahan terhadap suhu tinggi. Proses pengeringan yang berlangsung pada suhu yang
sangat tinggi akan menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu bagian
permukaan bahan pangan sudah kering sekali bahkan mengeras sedangkan bagian
dalamnya masih basah (Rosdaneli, 2008).

Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi, pengurangan
kadar air awal secara linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya berdasarkan
waktu pada interval waktu tertentu, yang disebut dengan "periode laju
pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini, kadar air permukaan di luar
partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada periode ini
bergantung pada laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan,
kemiringan kurva akan berubah menjadi lebih landai (laju pengeringan berkurang)
dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk
lalu berada pada kondisi konstan yang disebut dengan kadar air kesetimbangan.
Selama periode berkurangnya laju pengeringan, migrasi air dari bagian dalam ke
permukaan bahan terjadi secara difusi molekular di mana bagian yang lebih basah
(bagian dalam) memindahkan air ke bagian yang lebih kering (bagian
permukaan). Bahan yang dikeringkan umumnya akan mengalami perubahan
bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada proses pengeringan
beku. Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode pengeringan
yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan,
khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Prinsip dasar
pengeringan beku (freeze drying) adalah proses menghilangkan kandungan air
dalam suatubahan atau produk yang telah beku (es) tanpa melalui fase cair
terlebih dahulu.

Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain


adalah (Melor, 1978) :

8
a. Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma,
warna, dan unsur organoleptik lain)
b. Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan
perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil).
c. Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga
dan lyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat
fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum
pengeringan).
Keunggulan-keunggulan tersebut tentu saja dapat diperoleh jika prosedur dan
proses pengeringan beku yang diterapkan tepat dan sesuai dengan karakteristik
bahan yang dikeringkan. Kondisi operasional tertentu yang sesuai dengan suatu
jenis produk tidak menjamin akan sesuai dengan produk jenis lain. Dalam hal ini,
penelitian rinci mengenai karakteristik pengeringan beku berbagai jenis produk
sangat diperlukan karena masih sangat terbatas, khususnya untuk produk-produk
khas Indonesia. Pengeringan beku merupakan prosedur yang umum diterapkan
pada kategori bahan, sebagai berikut:
a) Bahan pangan dan bahan farmasi (obatan)
b) Plasma darah, serum, larutan hormon,
c) Organ untuk transplantasi
d) Sel hidup, untuk mempertahankan daya hidupnya dalam jangka waktu
yang lama.
Pengeringan beku bahan pangan masih jarang dilakukan, karena biaya
pengeringan yang relatif mahal dibandingkan harga bahan pangan tersebut. Salah
satu penyebabnya adalah tingginya resistensi terhadap perpindahan panas selama
periode akhir pengeringan yang menyebabkan lambatnya laju pengeringan dan,
sebagai konsekuensinya, meningkatnya biaya operasi. Akan tetapi, disamping
pembuatan kopi instan dengan pengeringan beku, yang sejak lama telah dilakukan
secara komersil, akhir-akhir ini produk hasil pengeringan beku semakin marak di
pasar internasional, seperti udang kering beku dan durian kering beku.Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan laju pengeringan tersebut, diantaranya
dengan menerapkan sistem pemanasan volumetrik menggunakan energi

9
gelombang elektromagnetik (gelombang mikro dan frekuensi radio), dan
mengatur siklus tekanan dan pemanasan selama pengeringan untuk meningkatkan
konduktivitas panas dan permeabilitas uap air bagian kering bahan (Tambunan,
1999; Araki et al, 1998).

2.5 Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan Pangan

Pengaruh pengeringan terhadap bahan makanan yang dikeringkan


mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya
selama pengeringan juga dapat terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain-
lain, biasanya untuk mengurangi hal tersebut dilakukan perlakuan pendahuluan
terhadap bahan yang akan dikeringkan.
Bahan yang telah dikeringkan mengandung senyawa-senyawa seperti
protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan
tetapi lain halnya untuk vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya akan
menjadi rusak atau berkurang. Perubahan warna seperti menjadi coklat, perubahan
warna tersebut terjadi karena reaksi-reaksi browning, non enzimatik yang paling
sering terjadi reaksi antara asam organic dengan gula pereduksi, reaksi antara
asam-asam amino dengan gula pereduksi, reaksi ini dapat menurunkan nilai gizi
protein yang terkandung didalamnya.Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pengeringan yaitu penggunaan panas, jika pengeringan dilakukan dengan suhu
yang terlalu tinggi maka bahan akan menyebabkan case hardening yaitu dimana
keadaan bahan dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah, hal
ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu tinggi sehingga permukaan bahan
menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga akan menghambat
pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena terhalang oleh bagian luar
bahan yang sudah keras, case hardening juga bias terjadi karena adanya
perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya terjadi pengumpalan protein
dipermukaan bahan karena panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika
dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras), pada bahan case hardening
dibagian dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan berkembang biak

10
sehingga bahan dapat menjadi busuk, untuk mencegah case hardening adalah
dengan mengunakan suhu yang tidak terlalu panas atau mengunakan tahapan-
tahapan dalam pengunaan suhu panas, misalnya memberikan pemanasan awal
dengan suhu rendah. Case hardening juga dapat disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan kimia tertentu, misalnya terjadinya penggumpalan protein
pada permukaan bahan karena adanya panas atau terbentuknya dekstrin dari pati
yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras) pada permukaan
bahan.
Beberapa contoh terjadinya case hardening dapat dilihat di bawah ini.

1. Daging biasanya dikeringkan dengan menambahkan campuran gula, garam


serta bumbu-bumbu lainnya, dan hasilnya dikenal sebagai dendeng. Warna
dendeng yang coklat sampai hitam terjadi karena reaksi antara asam amino dari
protein dengan gula pereduksi, di samping disebabkan pula oleh warna gula
yang digunakan.

2. Buah-buahan dan sayur-sayuran selalu mengandung asam organik, dan juga


kadar gula pereduksi yang lebih tinggi pada buah yang lebih masak. Dengan
demikian kematangan buah-buahan untuk dikeringkan merupakan faktor
penting dalam proses pengeringan. Reaksi “browning” dapat dibatasi dengan
menambahkan SO2 pada buah sebelum dikeringkan, dan cara yang paling
mudah dan murah adalah dengan mengasap buah yang sudah dikupas dengan
asap hasil pembakaran belerang.

3. Pada pengeringan ketela pohon (pembuatan gaplek) sering terjadi perubahan


warna menjadi hitam. Perubahan warna tersebut kemungkinan disebabkan
oleh enzim polifenolase yaitu suatu oksidase yang terdapat pada lendir ketela
pohon, yang karena kontak dengan udara dapat mengubah senyawa polifenol
(tannin) menjadi senyawa yang berwarna hitam.

4. Kopra adalah hasil pengeringan daging buah kelapa, yang biasanya


digunakan untuk membuat minyak kelapa. Kopra yang baik harus
mengandung air di bawah 5 persen untuk mencegah pertumbuhan Aspergilus

11
flavus, karena kapang ini umumnya tumbuh pada bahan yang mempunyai
kadar lemak tinggi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengeringan adalah suatu proses menghilangkan air yang memerlukan
energi panas untuk menguapkan air sampai batas tertentu agar mikroba tidak
dapat tumbuh kembali pada pangan. Macam-macam pengeringan diantaranya
yaitu sun drying (pengeringan alami) dan artificial drying (pengeringan
buatan). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan,
perbedaan suhu dan udara sekitarnya, kecepatan aliran udara, tekanan udara serta
kelembapan udara. Pengeringan yang jika dilakukan dengan suhu yang terlalu
tinggi akan menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian
luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat
memahami dampak yang ditimbulkan hasil dari proses pengeringan dan dapat
memanfaatkan proses pengeringan sebagai pengawet bahan makanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astutik,Sri Mulia 2008. Teknik Pengeringan Bawang Merah Dengan Cara


Perlakuan Suhu dan Tekanan Fakum. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 2.
Pantastico, B. ER. 2002. Fisiologi Pasca Panen. Terjemahan oleh Kamariyani,
Ir.Prof. 2004. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Pinem, 2004. Rancang Bangun Alat Pengeringan Ikan Teri Kapasitas 12kg/jam.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin. Politeknik Negeri Malang. Jurnal
Teknik SIMETRIKA Vol.3. No.3. 249-253.
Rosdaneli,Hasibun, 2005. Proses Pengeringan. Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik Sumatra Utara.
Tambunan, Armansyah.H, dan Lamhot P.Manulu. Mekanisme Pengerigan Beku
Produk Pertanian, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.2, No.3, (Juni
2000), hal. 66-74 Humas-BPPT/ANY.

14

Anda mungkin juga menyukai