Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan
perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan
besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet alam
memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi jika
harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan
supaya.
Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan
karet remah (Crumb rubber). Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap
pengolahan lateks menjadi karet sheet dan juga mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.Lateks merupakan suatu larutan
koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu
media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah
putih susu sampai kuning. (Djumarti 1998).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut
berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku
pada suhu 32oF karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk: 1985) Lateks
mengandung 25-40% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77% serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3%
protein, 1-2% asam lemak, 0,2% gula, 0,5% garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu,
Mn, dan Fe.
Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan
kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang
terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang
diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau 20%
sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu agar mahasiswa dapat melakukan
pengenceran lateks dengan tepat.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lateks segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan
banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan,
beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada
tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh
tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis
(floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di
bagian sitosolnya. (Yuspita H 2002).

Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang
terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan
partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang
mengandung berbagai macam zat. (Setyamidjaja, Djoehana. 1993).

Lateks berasal dari partikel karet yang dilapisi protein dan fosfolipid.
Protein ini akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi partikel karet
sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet, dengan
demikian sistem koloid lateks akan tetap stabil. Namun dengan adanya
mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan rusak dan
terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-
butir karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan
atau koagulum. Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhi bahan
pembeku (koagulan) seperti asam semut atau asam cuka (Kaharuddin, H. 1992).

Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena


bermuatan negatif, tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal
asam asetat dan asam format sampai pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3
atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana dengan adanya
penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga terjadi
kekuatan saling tolak-menolak antara partikel atau lateks masih dalam keadaan
cair.(Siregar, HS 1995).

2
Pada acara pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet ini pertama-
tama lateks segar sebanyak 100 ml disaring untukmendapatkan lateks yang
murni dan bersih. Selanjutnya ditentukan nilaiKK dan KE nya untuk mengetahui
jumlah air yang harus ditambahkan pada latek segar tersebut. Setelah
itu, ditambahkan air sesuai perhitungan tersebut agar penambahan air tidak
mengakibatkan penurunan kualitas lateks segar.

Pengenceran lateks atau memperlemah kadar karet adalah menurunkan


kadar karet yang terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet yang
terkandung dalam lateks sampai diperoleh kadar karet baku sesuai dengan yang
diperlukan dalam pembuatan sheet, yaitu sebesar 13%, 15%, 16%, atau20%
sesuai dengan kondisi dan peralatan setempat.

Untuk pembuatan barang-barang dari lateks, maka konsentrat lateks cair


pertama-tama dicampur dengan beberapa bahan kimia kompon, setelah itu
cetakan bentuk yang diinginkan dicelupkan ke dalam campuran lateks agar
terjadi pengendapan lapisan lateks tipis. Pencelupan bisa dilakukan
menggunakan atau tanpa menggunakan bahan kimia penstabil (yakni celup
penggumpal atau celup langsung). Pada umumnya, pelumeran dilakukan pada
tahap proses tertentu, dan produk diawetkan pada suhu 100°-120°C. Pembuatan
kompon karet kering adalah untuk memproduksi berbagai produk elastis yang
berguna dengan menggunakan zat pengikat silang (cross-linking agents). Lateks
banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan karet kering yang selanjutnya
menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan ban, pipa karet, selang,
sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen engineering, lem, dan beberapa
peralatan rumah tangga (Anonim.2011)

Lateks pada umumnya Digunakan Untuk pembuatan barang-barang dari


lateks, maka konsentrat lateks cair pertama-tama dicampur dengan beberapa
bahan kimia kompon, setelah itu cetakan bentuk yang diinginkan dicelupkan ke
dalam campuran lateks agar terjadi pengendapan lapisan lateks tipis.
Pencelupan bisa dilakukan menggunakan atau tanpa menggunakan bahan kimia
penstabil (yakni celup penggumpal atau celup langsung). Pada umumnya,
pelumeran dilakukan pada tahap proses tertentu, dan produk diawetkan pada

3
suhu 100°-120°C. Pembuatan kompon karet kering adalah untuk memproduksi
berbagai produk elastis yang berguna dengan menggunakan zat pengikat silang
(cross-linking agents). Lateks banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan
karet kering yang selanjutnya menjadi bahan mentah untuk industri pembuatan
ban, pipa karet, selang, sepatu/sandal, komponen otomotif, komponen
engineering, lem, dan beberapa peralatan rumah tangga (Anonim.2011)

4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari / tanggal : Rabu,10 Februari 2016
Tempat : Laboratorium Rekayasa Politeknik Negeri Ketapang

1.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan adalah

 Bokar (lateks segar)


 Air bersih
 Asam asetat
 Asam fomiat
 Tawas
Alat yang digunakan adalah

 Pengaduk
 Gelas piala
 Saringan
 Timbangan
 Gelas ukur
 Mangkok koagulasi

5
1.3 Prosedur Percobaan
a. Teoritis
1. Ambil lateks segar sebanyak masing-masing 200 ml.
2. Lakukan penyaringan sebanyak 2 kali dengan saringan 15 mesh dan
selanjutnya disaring kembali dengan saringan 24 mesh.
3. Tentukan KK dan KE nya
4. Selanjutnya lakukanlah proses koagulasi dengan menambahkan
koagulan pada masing-masing lateks, sesuai perlakuan.
5. Masukkan bahan koagulan tersebut dalam bak koagulan dan biarkan
selama 45 menit.
6. Gumpalan yang terbentuk dikeluarkan dari bak, lalu dipres dengan
alat pengepres latek (hand mangel), lakukan pengepresan sebanyak
3-4 kali hingga ketebalan 3 mm.
7. Lembaran dicuci untuk membuang kotorannya.
8. Lalu lembaran tersebut dijemur pada plang bamboo atau kayu di
tempat yang teduh.

6
b. Skema kerja/ diagram alir

Disiapkan alat dan bahan

diambil lateksnya

Disaring lateks segar

Diambil hasil saringan 500 ml

Dimasukan kedalam mangkok

Ditentukan K3 dan KE

Ditambahkan air

Ditambahkan 75 ml (2,5% asam)

Asam format Asam asetat Tawas

Dihitung lamanya pengumpalan

Di uji PH serumnya

Digiling segera lateks yang mengumpal dengan ketebalan 3 mm

Dicuci bersih

Dijemur

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan / Perhitungan


Tabel Hasil Pengamatan
Waktu
Jenis pH Kondisi Warna Warna
Penggumpalan
Penggumpal Penggumpalan Gumpalan Serum Sheet
(Menit)

Asam formiat 3 06:08 Menggumpal Putih Putih

Asam asetat 3 01:03 Menggumpal Putih Putih

Jernih
Tawas 3 01:09 Menggumpal kekuningan/ Putih
putih

Perhitungan
Jumlah Air yang
ml Lateks KKK KE
Ditambahkan

500 ml 10,07 12 86,25 ml

500 ml 11,23 12 32,50ml

500 ml 10,32 12 69,50 ml

Perhitungan :
Dik : KK = 10,07 %
KE = 12 %
N ml = 500 ml
Dit : AT = ?
Jawab :
KK  KE
AT =  N ml
KE

8
10,07  12
=  500
12
= 86,25 ml
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang bertujuan untuk mengencerkan latek
dengan menggunakan bahan berupa bokar/ lateks segar yang akan
diencerkan dan kemudian dibekukan dengan beberapa koagulan yaitu asam
asetat,asam formiat dan tawas masing-masing 75 ml pada setiap wadah
yang berbeda.
Jenis koagulan yang di gunakan pada praktikum pengenceran latek ini ialah
dengan asam formiat, asam asetatdan tawas. Pada penambahan bahan
kimia mendapatkan hasil yang sama pada kondisi gumpalan , warna serum
dan sheet. Namun perbedaan terjadi pada PH penggupalan dan waktu
penggumpalan yang terjadi.
Tujuan dari dilakukannya pengenceran lateks yaitu berguna untuk

1. Penyeragaman kadar karet kering (KKK) sehingga cara pengolahan dan


mutunya tetap.
2. Mempermudah meratanya koagulanyang dibutuhkan untuk proses
koagulasi.
3. Memudahkan pemisahan lateks dengan kotoran atau penyaringan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan didapat hasil sebagai


berikut. Dengan jumlah lateks sebanyak 500 ml menghasilkan KKK
sebanyak 10,07 dan KE sebanyak 12, maka jumlah air yang diperlukan
untuk dapat mengencerkan lateks segar sampai diperoleh KKK lateks yang
diinginkan adalah 86,25 ml.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,dapat ditarik disimpulkan
bahwa:
Karet yang telah diencerkan dengan ditambahkan beberapa aquadest
dan dibekukan dengan diteteskan beberapa tetes jenis koagulan yaitu asam
format dan asam asetat. kemudian dipress sehingga ketebalan 3 mm dapat
diketahui berapa kadar kering dari lateks/bokar tersebut.Nilai KE dan KK yang
dihasilkan jauh dari nilai standar karena penggilingan yang tidak merata dan
semakin besar nilai KKK maka air yang ditambahkan untuk pengenceran
semakin banyak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Budidaya Dan Pengolahan Karet. Yokyakarta :


Penerbit :Kanisius

Ayatullah, M. S., 2008. Kualitas Karet Alam.http://septa-ayatullah.blogspot.com/.


[17 Maret 2010].

Nugraheni, I., 2007. Analisis Kualitas Kontrol Produksi Karet dengan Grafik
Pengendali Rata-Rata X dan Grafik Pengendali Range R. Skripsi.
FMIPA. Universitas Negeri Semarang
Tanjung, Yuspita H (2002), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Karet
Rakyat Di Desa Bonandolok Kecamatan Batang Angkola Kabupaten
Tapanuli Selatan. Skripsi.Medan: Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Kaharuddin, H. 1992. Menajemen Pertanian. Jakarta : Bina Usaha

Siregar, HS Tumpal. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Yokyakarta: Penerbit


Kanisius

11

Anda mungkin juga menyukai