Anda di halaman 1dari 2

1.1.2.

3 Paham Iman Pada Abad XIX dan XX :

Paham Reformasi : iman mencakup harapan iman dan kasih

Konsili Trente : iman mendasari harapan dan perlu dibentuk oleh cinta kasih menjadi iman yang hidup

Konsili Vatikan I melanjutkan paham Trente sedangkan Konsili Vatikan II lebih senada dengan paham
iman Reformasi. Bagi Konsili Vatikan II, beriman berarti percaya bahwa sesuatu hal benar. Selain itu
Konsili Vatikan II memandang iman secara lebih menyeluruh dan bukan hanya seperti Vatikan I.

1.2. Pedoman Iman

Tujuannya agar kepercayaaan yang diterima dari angkatan sebelumnya dan yang mauditeruskan turun
temuru itu sungguh-sungguh iman para rasul.

1.2.1. Kanon Kitab Suci

Kanon merangkum semua buku yang diilhami Roh Kudus dan bersama-sama membentuk Alkitab atau
Kitab Suci sebagai norma iman.

1.2.1.1. Perjanjian Lama

Oleh karena pengarang Perjanjian Baru lebih suka mengutip Septuaginta, maka kanon Aleksandria yang
menjadi Perjanjian Lama Kristiani. Kendati demikian, orang Kristen kurang condong untuk melihat
Perjanjian Pertama itu sebagai milik bersama dengan orang Yahudi. Untuk itu Gereja menggunakan dua
metode hermeneutik yaitu, penafsiran alegoris dan penafsiran tipologis.

1.2.1.2. Terjadinya Kanon Perjanjian Baru

• Abad I

Gereja tidak hanya memandang Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci melainkan juga perkataan Tuhan
Yesus dan perkataan para rasul. Sebab hampir semua Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam tahun ke 100.

• Abad II

Ada tiga hal yang penting dalam abad ke II yaitu rumusan “ada tertulis...”, pada abad II kitab Injil
dipandang sebagai naik banding yang paling tinggi. Ketiga, Surat Pulus dipandang sebagai bagian yang
penting bagi tata tertib komunitas Kristiani. Kanon Perjanjian Baru berkembang dalam perjalanan waktu.

• Pengaruh Markion

Ajarannya banyak terdapat unsur gnostik. Aliran ini menganut dualisme yaitu mutlak dan menolak
norma-norma hukum. Markion anti Yahudi maka ia menyadur Kitab Perjanjian Baru sesuai pandangan
teologisnya sendiri. Ia menyusun kanonnya sendiri dan Gereja tidak mengakuinya. Gereja tetap setia
pada Tradisi dan mengakui nilai normatif Tradisi itu. Kanon yang diterima Gereja berasal dari Tradisi dan
bukan kanon Markion.
• Kanon Kitab Suci: Dogma Gereja yang Pertama

Dogma penetapan kanon memberi kesaksian tentang wahyu Allah dalam Yesus Kristus. Gereja
memperoleh pengetahuan yang benar dan mengikat mengenai wahyu dalam Yesus Kristus. Karena
Alkitab termasuk dalam dasar iman maka kanon Kitab Suci mengambil bagian dalam wahyu itu sendiri.

Tanggapan kami mengenai hal diatas adalah

Secara teologis, denominasi Pentakosta tidak menganut paham reformasi ataupun paham trente (yang
dianut umat katolik) tetapi denominasi Pentakosta tergabung dalam evangelikalisme, artinya mereka
menekankan bahwa Alkitab itu sepenuhnya dapat dipercaya, tidak mengandung kesalahan dan semua
orang harus percaya dan bertobat kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang Pentakosta lebih menekankan
pengalaman rohani pribadi.

Orang Pentakosta memiliki pandangan dunia yang trans-rasional. Meskipun mereka sangat
memperhatikan ortodoksi (keyakinan yang benar), mereka juga menekankan ortopati (perasaan yang
benar) dan ortopraksis (refleksi atau tindakan yang benar). Penalaran dihargai sebagai bukti kebenaran
yang sahih, tetapi orang-orang Pentakosta tidak membatasi kebenaran hanya pada ranah nalar.

Orang pantekosta yakin bahwa Alkitab itu sepenuh dapat dipercaya sebagai pedoman iman dan tidak
ada kesalahan didalamnya. Setiap firman yang terdapat dalam Alkitab diyakini adalah perkataan Tuhan
sendiri. Pengkanonan Alkitab hanya dapat terjadi karena kuasa Roh Kudus.

Anda mungkin juga menyukai