Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA II

Disusun oleh :

Indra Daru Amatya


165050101111047
F

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………....................................…1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….…1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...….1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….………….1
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………..……..1
BAB II HASIL KUISIONER………………………………………………………………...…2
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………………3
3.1 Jenis Pakan……………………………………………………………………………...3
3.2 Konsumsi Pakan………………………………………………………………………..3
3.3 Konsumsi Pakan terhadap Produksi Susu………………………………………………4
3.4 BCS terhadap Produksi Susu dan Konsumsi Pakan…………………………………….4
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………….5
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………….5
4.2 Saran……………………………………………………………………………………5
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….6
DOKUMENTASI………………………………………………………………………………7

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak memiliki peran penting dalam sector pangan. Salah satunya adalah sapi perah.
Sapi perah menunjang susu sehingga perlu adanya manajemen yang baik dalam
pemeliharannya. Manajemen yang digunakan meliputi jenis pakan, produksi susu, konsumsi
pakan, BCS dll. Agar lebih mendalami kami para praktikan melakukan praktikum lapang
nutrisi ternak ruminansia di petrnakan sapi perah milik Pak Tyo. Sapi perh yang dimiliki
sejumlah 11 ekor dengan bantuan para pekerja pak Tyo mampu mengelola peternkannya
untuk lebih maju lagi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis pakan yang digunakan dalam praktikum?
2. Bagaimana konsumsi pakan yang digunakan?
3. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi pakan dengan produksi susu?
4. Apakah ada hubungan antara BCS dengan produksi susu dan konsumsi pakan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis pakan yang digunakan dalam praktikum
2. Untuk mengetahui konsumsi pakan yang digunakan
3. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi pakan dengan produksi susu
4. Untuk mengetahui hubungan antara BCS dengan produksi susu dan konsumsi pakan
1.4 Manfaat
Dapat menambah ilmu dan memperluas informasi bagi mahasiswa mengenai jenis
pakan, produksi susu dan BCS melalui praktikum lapang yang telah dilakukan.

1
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jenis Pakan Pakan
Laryska dan Nurhajati (2013) menyatakan hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun
tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Pakan berupa rumput
bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan
tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sedangkan komposisi bahan baku konsentrat yang
digunakan di BBPTU Baturraden adalah meliputi bekatul, tepung jagung, bungkil kelapa,
pollard, onggok, ampas tahu, dan mineral (Atabany dkk, 2011). Musnadar (2011) menyatakan
Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah sebagai sumber hijauan,
pakan penguatnya merupakan ransum jadi yang terdiri dari dedak halus, tepung jagung, bungkil
kelapa, wheat polard, bungkil kapuk, kapur dan garam, serta diberikan tamabahn mineral yaitu
lactamineral dan feed mix. Di peternakan sapi perah milik Pak Tyo jenis pakan yang digunakan
yaitu hijaun dan konsentrat yang terdiri dari pollard, bekatul, CFG, bungkil kopra, mineral,
rumput gajah dan rumput lapang.

3.2 Konsumsi Pakan


Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik dari produktivitas ternak
dan juga faktor esensial yang menjadi dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Tinggi
rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal (lingkungan), faktor internal (kondisi ternak itu sendiri) dan pakan
yang diberikan (Astuti dkk, 2009). Oleh karena itu Pak Tyo memberikan ransum pakan sendiri
berdasarkan pengalamannya, setiap ransum yang digunakan membutuhkan waktu adaptasi di
sapi perah selama satu minggu.
Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pukul 06.00 dan pukul 14.00
(Atabany dkk, 2011). Begitu juga di peternakan sapi perah milik Pak Tyo diberikan pakan shari
dua kali dengan treatment membersihkan tempat pakan dan minum sebelum diisi pakan.
Iutomo dan Miranti (2010) menyatakan Data yang diambil meliputi produksi susu,
konsumsi pakan dan berat jenis (BJ) susu. Namun saat kita praktikum di peternakan sapi perah
milik Pak Tyo yang diamati hanya Produksi susu dan konsumsi pakan karena berat jenis susu
dapat diketahui saat di KUD.

2
3.3 Konsumsi Pakan terhadap Produksi Susu
Sebelum memerah sus sapi ada bebrapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga
kualitas susu yang dihasilkan yakni memberikan pakan yang berkualitas, membersihkan kandan
dari kotoran sapi, serta membersihkan tubuh sapi terutama ambing agar bersih. Hal ini di
dukung pendapat dari Utami dkk (2013) bahwa Peternak harus memperhatikan ketentuan ini
agar kualitas susu yang dihasilkan memiliki standar yang tinggi, berdaya saing serta aman
dikonsumsi. Kualitas fisik dan kimia susu sapi segar dipengaruhi oleh faktor bangsa sapi perah,
pakan, sistem pemberian pakan, frekuensi pemerahan, metode pemerahan, perubahan musim
dan periode laktasi (Utami dkk, 2013)
Setiap hari sapi di perah sebanyak dua kali, dan hasil produksi susu antar pagi dan sore
hari berbeda. Lebih banyak produksi susu pada pagi hari sehingga perlu adanya manajemen
yang digunakan baik dari pakan, kandang maupun pemeliharaan. Hal ini didukung pendapat
dari Atabany dkk (2011) yang menyatakan bahwa Peningkatan produksi susu pada dasarnya
dapat dilakukan melalui perbaikan mutu genetik dan manipulasi lingkungan, serta perbaikan
manajemen pemeliharaan.
Pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia pada dasarnya bertujuan
meningkatkan produksi susu dalam negeri untuk mengantisipasi tingginya permintaan susu
(Halolo dkk, 2013) oleh karena itu susu dari peternakan sapi perah milik Pak Tyo ini disetorkan
ke KUD yang akan menuju ke Industri Pengolahan Susu milik PT. Indolakto yang berada di
Pasuruan, Jawa Timur.

3.4 BCS terhadap Produksi Susu dan Konsumsi Pakan


Inseminator melakukan IB pada ternak yang sedang birahi, khususnya untuk ternak yang
memenuhi syarat yaitu kondisi sehat, nilai Body Condition Score (BCS) sedang dan baik, serta
pada paritas 2-4 (Herawati dkk, 2012). Oleh karena itu perlu adanya korelasi antara BCS dengan
pakan yang diberikan dan produksi susu untuk menghasilkan keturunan selanjutnya.
BCS (Body Condition Score) merupakan hasil dapat dilihat berdasarkan pakan yang
diberikan. Hal ini didukung pendapat dari Endrawati dkk (2010) bahwa terdapat Kaitannya
dengan pakan, konsumsi dan kecernaan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
dalam pemberian pakan ternak termasuk ternak sapi. Kecukupan nutrien pakan ditandai antara
lain dengan melihat body condition score (BCS) nya.
Jenis pakan, produksi susu, BCS, ransum pakan merpakanhal yang harus di perhatikan
dalam manajemen peternakan sapi perah dan di pengaruhi oleh factor yang lainnya. Hal ini
didukung pendapat dari Abdillah dkk (2015) dalam penelitiannya bahwa Faktor-faktor yang
tidak memengaruhi CR pada sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden pada tingkat ternak
adalah periode laktasi, produksi susu, Body Condition Score (BCS), susuan, sapih, dan
gangguan reproduksi.

4
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan:
1. Jenis pakan yang digunakan dalam peternakan pak Tyo ada pollard, bekatul, CGF,
bungkil kelapa, dan mineral
2. Produksi susu lebih banyak di pagi hari dengan jumlah sapi 11 ekor
3. Ransum yang digunakan memerlukan adaptasi pada sapi perah selama satu minggu
4. BCS sapi perah harus diimbangi dengan pakan yang baik, cukup, dan berkualitas

4.2 Saran:
Tingkatkan agar lebih baik diseluruh sektor

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah F; Hartono M; Siswanto. 2015. Conception Rate Pada Sapi Perah Laktasi Di Balai
Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Batturaden Purwokerto
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Peternakan Terpadu. Vol 3 (1) : 98-105
Astuti A; Agus A; Budhi S P S. 2009. Pengaruh Penggunaan High Quality Feed Supplement
Terhadap Konsumsi Dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal Laktasi. Buletin
Peternakan. Vol 32 (2) : 81-87
Atabany A; Purwanto B P; Toharmat T; Anggraeni A. 2011. Hubungan Masa Kosong Dengan
Produktivitas Pada Sapi Perah Fresian Holstein di Baturraden, Indonesia. Jurnal Media
Peternakan. Hal : 77-82
Endrawati, Endang Baliarti, Dan Subur Priyono Sasmito Budhi. 2010. Performans Induk Sapi
Silangan Simmental – Peranakan Ongole Dan Induk Sapi Peranakan Ongole Dengan
Pakan Hijauan Dan Konsentrat. Buletin Peternakan Vol. 34(2): 86-93
Halolo R D; Santoso S I; Marzuki S. 2013. Analisis Profitabilitas Pada Usaha peternakan
Sapi Perah Di Kabupaten Semarang. Jurnal Pengembangan Ragam Humaniora. Vol 13
(1) : 65-73
Herawati T; Anggraeni A; Praharani L; Utami D; Argris A. 2012. Peran Inseminator Dalam
Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Sapi Perah. Jurnal Indormatika Pertanian. Vol
21 (2) : 77-82
Laryska N dan Nurhajati T. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah Dengan
Pemberian Pakan Konsentrat Komersial Dibandingkan Dengan Ampas Tahu. Juenal
Agroveteriner. Vol 1 (2) : 88-98
Musnadar E. 2011. Efisiensi Energi Pada Sapi Perah Holstein Yang Diberi Berbagai
Imbangan Rumput dan Konsentrat. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Vol
13 (2) : 53-58
Utami K B’ Radiati L K; Surjowadojo. 2013. Kajian Kualitas Susu Sapi Perah PFH (Studi
Kasus Pada Anggota Koperasi Agro Niaga Di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang).
Juenal Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol 24 (2) : 58-66
Utomo B dan Miranti D P. 2010. Tampilan Produksi Susu Sapi Perah Yang Mendapat
Perbaikan Manajemen Pemeliharaan. Jurnal Cakra Tani. Vol 1 : 21-25

6
DOKUMENTASI
 Jenis Pakan

 Konsumsi Pakan

 Konsumsi Pakan terhadap Produksi Susu

 BCS terhadap Produksi Susu dan Konsumsi Pakan

Anda mungkin juga menyukai