Anda di halaman 1dari 13

URINARIA WILM’S TUMOR

Oleh kelompok 3:

 Lisnawati Djafar : PK 115 017 020


 Vika Puspita Sari : PK 115 017 039
 Jelvin Dey Gratsyia : PK 115 017 018
 Musdalifa : PK 115 017 026
 Alkap Reynal : PK 115 017 050
 Moh. Aditya M : PK 115 017 022
 Ferdy Fernandy : PK 115 017 049
 Julio Frits : PK 115 017 019

SEMESTER V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. DEFINISI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas yang tumbuh dari sel
embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak – anak
yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang di temukan pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa. Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen
yang tersering pada anak-anak dan tumbuh dengan cepat (progresif).
Tumor Wilms adalah tumorginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia 5
tahun. (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor Wilms adalah tumor pada intraabdomen yang paling sering dijumpai
pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya
muncul sebagai massa asistomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering
ditemukan saat orang tua memandikan atau mengenakan baju anak nya atau saat
dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki,
2011).

B. ETIOLOGI
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor
Wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti:
1. WAGR syndrome :
a. Retardasi mental
b. Aniridia – bayi lahir tanpa iris
c. Gebitourinary malformation
2. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan
sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan
sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor
Wilms.
3. Beckwith-Widemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah
yang besar, pembesaran organ-organ.
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat
tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan
8-34 minggu. Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik yang
diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang ditemukan mengalami defek yaitu
Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2. Dan juga ditemukan mutasi di kromosom
lain.

Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita Tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor Wilms diturunkan secara autosomal dominan.

C. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif dan abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sistem memperlihatkan warna yang putih
atau keabu – abuan homogen, lunak dan encepaloid. Tumor tersebut akan
menyebar hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan
teraba pada abdominal dengan dilakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh dua trauma mutasi
pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen
supressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua
inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Munculnya tomor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyembur ke organ lain.
PATHWAY
Kelainan Genetika

Poliferasi patologik
Kelainan Genetika
Tubuli dan glomerulus tidak berdifusi
dengan baik pada kehamilan

Blastema renalis di janin

Tumor wilms

Tumor belum menembus Tindakan pembedahan


kapsul ginjal

Pre operasi Post operasi


Berdiferensiasi

Kurangnya pengetahuan Sayatan operasi


keluarga & anak
Tumor menembus kapsul ginjal
(perineal, hilus, venarenal) Terputusnya
Ansietas kontinuitas jaringan
Disfungsi ginjal
Merangsang pengeluaran zat
preteolitik (bradykinin,
Gangguan keseimbangan
histamine, serotine)
asam basa

Asidosis metabolik Nyeri

Anoreksia. Resiko kurangnya


volume cairan
Nafsu makan berkurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri
perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang
menembus sistem pelveokalises. Demam dapat terjadi karena reaksi anafilaksis
tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah:
1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-
pembuluh darah yang mensuplai darah keginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan renin.
2. Anemia
3. Penurunan berat badan
4. Infeksi saluran kencing
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Tumor wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya,
seperti aniridia, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

E. KOMPLIKASI
 Metastase ke par-paru, sum-sum tulang( anemia ), ginjal kontra lateral dan
hati.
 Komplikasi dari pembedahan
 Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi

F. PENATALAKSANAAN & PENCEGAHAN


 PENATALAKSANAAN
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan sesuai
stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas dilakukan
nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis atau
transplantasi ginjal.
Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan stadium
tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali pada tumor
unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke
vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang unresectable dinilai intra
operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium III dan pengangkatan tumor
dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk
menentukan jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu.
Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal
setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan
meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan
nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening
yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil
staging dan histology dari tumor.
Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan
insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan
nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai
pemberian kemoterapi.
 PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah agar tidak sakit.pencegahan primer
bertujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap kejadian tumor wilms.
Upaya yang dilakukan adalah:
a. Rutin melakukan imunisasi. Imunisasi merupakan usaha pemberian
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh
agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara pemberian ASI pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada anak.
c. Hindari dari paparan merokok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah penceghan yang mana sasaran utamanya
adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini. Upaya pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul
tanda/gejala penyakit.
Tujuan pencegahan sekunder adalah menghentikan proses penyakit lebih
lanjut dan mencegah komplikasi. Bentuknya berupa deteksi dini dan
pemberian pengobatan (yang tepat). Pengobatan yang cukup untuk
mengentikan proses penyakit.
Pemberian obat sitostatika yang tebukti efektif dalam pengobatan
tumor wilms adalah Aktinomisin D, vinkristin, adriamisin, cisplatin dan
siklofosfamid.
3. Pencegahan Tersier
Pencegan ini dimaksudkana untuk mengurangi resiko keparahan
kecacatan dan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Pengobatan secara intensif sampai tuntas
b. Mematuhi setiap advis dari dokter
c. Rutin melakukan medical check-up

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 IVP dengan pemeriksaan IVP tampak distorasi sistem pielokalises (perubahan
bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna umtuk
mengtahui fungsi ginjal.
 Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor wilms bilateral.
 Ultrasonografi merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan
tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan
USG, tumor wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga
dapat digunakan sebagai pandu pada biopsi, pada USG bagian sagital tumor
akan tampak mengalami pembesaran.
 CT-Scan memberi beberapa keuntungan dalan mengevaluasi tumor wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma, deteksi masa multipel, penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan oembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat memberikan informasi tentang
perluasan tumor didalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah
intercardial. MRI akan memperlihatkan hipointensitas dan hiperintensitas.
 Laboratorium, kada LDH meninggi dan VMA dalam batas normal. Urinalisis
juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat
juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien
dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa
serum.

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Aktifitas / istrahat
Kelemahan/keletihan
Perubahan pola istirahat ; adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya,nyeri,ansietas. Keterbatasan partisipasi dalam hobi.
2. Eliminasi
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tdak dapat dieskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan
natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, hematuria.
3. Makanan/ cairan
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan
air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.Klien mudah mengalami
infeksi karena adanya depresi sistem imun.Adanya mual,muntah,dan
anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.BB meningkat
karena adanya edema.Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
4. Kognitif dan preseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan gatal-gatal
karena adanya uremia.gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi
hipertensi.
5. Presesepsi diri
Klien dan orang tua cemas dan takut karena adanya pembedahan

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
b. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan anak dipuasakan
sebelum dan sesudah operasi, anoreksia dan muntah
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan rencana
pengobatan
d. Kecemasan berhubungan dengan pembedahan dengan nephrectomy
e. Nutrisi kurang dari keburuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
J. INTERVENSI
a. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Intervensi :
1) Tentukan nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas,
dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi. Pengalaman nyeri adalah individual
yang digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.
2) Memberikan tindakan kenyamanan dasar misalnya (reposisi, gosokkan
punggung) dan aktifitas hiburan misalnya (musik, televisi).
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu menfokuskan
perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misalnya tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi),tertawa, musik, dan sentuhan
terapeutik.
Rasional : memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa control.
4) Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional : nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon
individual berbeda. Saat penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
b. Diagnosa II : Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan anak
dipuasakan sebelum dan sesudah operasi, anoreksia dan muntah
Tujuan : klien akan menampakkan volume cairan adekuat/mempertahankan
cairan adekuat
Intervensi :
1) Pantau masukan dan haluaran dan berat jenis ; masukan semua sumber
haluaran misalnya muntah.
Rasional : keseimbangan cairan negatif terus menerus, menurunkan
haluaran renal dan konsentrasi urine menunjukan terjadinya dehidrasi dan
perlunya peningkatan penggantian cairan.
2) Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa, memperhatikan
keluhan haus.
Rasional : indikator tidak langsung dari status dehidrasi/derajat
kekurangan.
3) Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi individu.
Rasional : membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.
4) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat anti
neoplastik dan menurunkan efek samping merugikan misalnya mual dan
muntah.
c. Diagnosa III : Kuranganya pengetahuan berhubungan dengan proses
penyakit dan rencana pengobatan
Tujuan :
- Klien akan mengatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan
- Klien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi
1) Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus,
alternative pengobatan, dan sifat harapan.
Rasional : menvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi
kebutuhan belajar, dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
membuat keputusan berdasarkan informasi.
2) Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah.
Rasional : memberikan informasi mengenai perubahan yang di perlukan
dalam rencana memenuhi kebutuhan terapeutik.
3) Lakukan evaluasi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Rasional : membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan
memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik.
4) Tinjau ulang pasien/orang terdekatnya pentingnya mempertahankan
status nutrisi yang optimal.
Rasional : meningkatkan kesejahteraan, memudahkan pemulihan dan
memungkinkan pasien mentolerir pengobatan.
d. Diagnosa V : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan : Klien akan menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran dan tidak
Intervensi
1) Ukur tinggi, berat badan dan ketebalan lipatan kulit tisep (atau
pengukuran atropometrik lain sesuai indikasi). Pastiakan jumlah
penurunan berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi.
Rasional : membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori,
khususnya bila berat badan dan pengukuran atropometrik kurang dari
normal. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
2) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering
lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari.
Rasional : kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan begitu juga cairan.
Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan
masukan kalori dan protein adekuat.
3) Dorong komunikassi terbuka mengenai anoreksia.
Rasional : sering sebagai distress emosi, khususnya untuk orang terdekat
yang menginginkan untuk member makan pasien dengan sering. Bila
pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi
4) Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.
Rasional : member rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein
dan defisiensi mikronutrien.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Yuliana Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: PT.
Percetakan Penebar Swadays.

Anda mungkin juga menyukai