Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH ARSITEKTUR TIMUR


PENGARUH ISLAM TERHADAP BENTUK ARSITEKTUR
TUGAS 6

DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMADANTI ADMAJA
NRP : 142018009
DOSEN : RENY KARTIKA SARI, ST.MT

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah Sejarah Arsitektur Timur dengan judul PENGARUH
ISLAM TERHADAP BENTUK ARSITEKTUR

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 21 Mei 2019


PENGARUH ISLAM TERHADAP BENTUK ARSITEKTUR

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan
yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena
percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru
yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya
hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang
mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta
dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang
menjadi pusat- pusat perdagangan dunia. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan
Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam
dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia
melalui pendekatan budaya.

TEORI-TEORI MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA

 Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.
 Teori Mekkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
 Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam, berkembang pula


kebudayaan Islam di Indonesia. Unsur kebudayaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah
ke dalam kebudayaan Indonesia tanpa menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga
lahirlah kebudayaan baru yang merupakan akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam.
Akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-
Budha.
Fisik Bangunan pada makam Islam sering kita
jumpai bangunan kijing atau jirat (bangunan makam yang
terbuat dari tembok batu bata) yang kadang-kadang
disertai bangunan rumah (cungkup) di atasnya. Dalam
ajaran Islam tidak ada aturan tentang adanya kijing atau
cungkup. Adanya bangunan tersebut merupakan ciri
bangunan candi dalam ajaran Hindu-Budha. Tidak berbeda
dengan candi, makam Islam, terutama makam para
raja, biasanya dibuat dengan megah dan lengkap dengan
keluarga dan para pengiringnya.Setiap keluarga dipisahkan
oleh tembok dengan gapura (pintu gerbang)
sebagai penghubungnya.Gapura itu belanggam seni zaman pra-Islam.
Dalam penempatan makampun terjadi akulturasi antara kebudayaan lokal, Hindu-
Budha dan Islam. Misalnya, makam terletak di tempat yang lebih tinggi dan dekat dengan
masjid.Contohnya, makam raja-raja Mataram yang terletak di bukit Imogiri dan makam para
wali yang berdekatan dengan masjid. Dalam agama Hindu-Budha makam dalam candi.

ARSITEKTUR MASJID

A. DEFINISI
Secara etimologi, “masjid” berarti tempat sujud atau tempat orang bersembah yang
menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh Islam. Sedangkan menurut sebuah
hadis Islam sendiri,masjid adalah setiap jengkal tanah di atas permukaan bumi ini. Hal
tersebut seperti yang dijelaskan dalam hukum atau syariat Islam bahwa Allah SWT sebagai
Tuhan dari umat beragama Islam ada dimana-mana, dan untuk menyembahnya dengan
melakukan sholat yang juga dapat dilakukan dimana-mana, atau tidak terikat oleh suatu
tempat (Soekmono, 1973).
pengertian masjid adalah semua tempat yang ada di muka bumi ini yang yang tidak
terbatas dapat digunakan oleh orang muslim untuk melaksanakan sholat atau sembahyang
sesuai dengan syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh Islam. Karena pada masa lalu
orang Islam saat melakukan sembahyang, dan terutama dilaksanakan secara bersama-sama
atau berjamaah selalu menyediakan tempat tersendiri yang berupa sebuah tanah lapang
yang diberi batas-batas tertentu atau pagar. Pada perkembangannya, masjid tidak lagi
berupa sebuah tanah lapang yang diberi batasan tertentu saja. Melainkan umat muslim
sudah memberikan batasan tertentu yang lebih pasti dengan bentuk berupa bangunan fisik.
Maka dari itu tidak heran bila di masing-masing wilayah memiliki bentuk masjid yang
beraneka ragam. Hal ini menunjukkan fleksibelitas dan sifat adaptif dari masjid yang
dapatmenyesuaikan diri dengan lokasi tertentu.
B. FUNGSI
Fungsi masjid yang sebenarnya adalah untuk tempat pusat ibadah dan kebudayaan
Islam, Ibadah dalam Islam antara lain :
 Hubungan manusia dengan Tuhan : shalat, I‟tikaf, dan lain - lain
 Hubungan manusia dengan manusia : zakat, nikah, dan lain-lain
 Hubungan manusia dengan dirinya : mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain
 Hubungan dengan alam : memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam.

C. ELEMEN ELEMEN MASJID

1. Mihrab
Mihrab adalah bagian dari bangunan masjid atau mushalla
yang biasanya digunakan sebagai tempat imam memimpin salat
berjamaah. Mihrab juga bisa dimaksudkan tempat mendekatkan
diri pada Allah SWT. Mihrab merupakan bagian dari masjid yang
biasanya berbentuk relung dan menyatu dengan dinding sebelah kiblat. Mihrab merupakan
titik sentral dan aksentuasi dari masjid yang sering dihiasi baik kaligrafi ataupun bentuk
polygonal, dan pada langit-langitnya dibuat hiasan yang karakteristik.
2. Mimbar
Pada umumnya mimbar terletak di sebelah kanan mihrab,
berupa sebuah panggung dengan peninggian. Digunakan untuk
khatib memberikan ceramah atau khotbah yang biasanya
dilakukan pada hari Jum’at.
Secara umum terdapat dua bentuk mimbar pada banyak
masjid. Pertama, mimbar dengan model anak tangga di depan.
Model ini terlihat dalam beberapa bentuk: terdiri dari tiga tangga
atau lebih, memakai atap dan tanpa atap, serta menggunakan
pintu atau tanpa pintu. Kedua, mimbar dengan anak tangga
terdapat di belakang, sementara pada bagian depan tertutup hingga separoh atau sepertiga
badan khatib atau penceramah. Kedua bentuk mimbar tersebut terkadang dihiasi pula
dengan berbagai ukiran.

3. Ruang Shalat
Ruang shalat merupakan sebuah ruangan untuk melakukan
kegiatan ritual keagamaan. Secara fisik ruang ini berbeda di
beberapa Negara missal di Timur Tengah ruangan ini terdiri dari
ruang tertutup dan ruang terbuka namun untuk Indonesia
kebanyakan ruang ini terdiri dari ruang tertutup hal ini lebih
dikarenakan pengeruh iklim dan cuaca.

4. Dikka
Dikka yaitu berupa sebuah peninggian lantai yang
biasanya segaris dengan mihrab yang digunakan untuk
Qori menirukan gerakan imam sehingga dapat dilihat
seluruh jamaah. Hal ini tidak begitu umum di Indonesia.

5. Kolam
Kolam digunakan untuk melakukan ritual sebelum
shalat yaitu berwudhu. Biasanya terletak di bagian depan
dari suatu masjid, namun dalam perkembangannya hal ini
banyak berubah digantikan dengan ruangan khusus untuk
berwudhu.

6. Pintu Gerbang
Pintu Gerbang atau Portal yaitu sebuah pintu masuk
menuju masjid yang biasanya dihiasi ornament-ornamen
yang difungsikan untuk memberikan pengalaman
keruangan tersendiri ketika jamaah akan melangkahkan
kaki menuju masjid.
D. ORNAMEN

1. Kaligrafi
Kaligrafi menjadi elemen yang oleh banyak
orang dianggap menyatu dan harus ada dalam
sebuah masjid. Kaligrafi (calligraphy) adalah seni
menulis huruf bagian dari seni, jadi terkait
langsung dengan keindahan, dan kesenangan.
Kaligrafi pada umumnya dan ditulis kalimat atau
kata dikutif dari Al-Quran keindahan bukan dari
bentuknya saja, namun juga dari makna dan
isinya.

Sejalan dengan sejarah dan perkembangan Islam telah lama beradad-abad maka seni
kaligrafi Arab berkembang pula menurut tempat dan jaman. Dikenal beberapa aliran
kaligrafi arab, antara lain : Mashq, Kufic persegi (Square Kufic), Kufic Timur, Thuluth, Naskhi,
Muhaqqaq, Rihani, dan Taliq Mashq sudah ada sejak abad I dari jaman muslim, berkembang
di Mekah dan Madinah.
Kufic persegi berkembang di Kufa, irak pada abad IX. Kufic timur, versi lebih rumit
terutama pada tarikan garis vertical ke atas, berkembang sejak akhir abad X. Thuluth,
sepenuhnyaberkembang pada abad IX. Naskhi, ciri dari kaligrafi yang relative paling mudah
ditulis dan dibaca, sehingga paling sering dipakai untuk menulis Al-Quran setelah dirancang
ulang pada abad X. Muhaqqaq, model tulisan sama popular dengan model Naskhi. Rihani,
merupakan bentuk kombinasi dari Thuluth dan Naskhi. Taliq tulisan “menggantung”
dikembangkan oleh para penulis kaligrafi Persia pada abad IX. Variannya disebut Nostaliq,
diperkenalkan pada abad XV dan menjadikan bentuk paling umum dalam tulisan dokumen-
dokumen Persia.

2. Corak Geometris Intricate


Yang dimaksud bentuk geometris adalah garis, bidang,
lengkung, segitiga, hingga segi banyak dan lain-lain ada dalam
ilmu ukur, bagian-bagiannya termasuk sudut dan luasannya
dapat diukur. Dalam bangunan untuk ibadah islam, prinsip
geometris diterapkan secara fleksibel, fungsinya lebih banyak
sebagai hiasan bidang, kubah, pelengkung, dan
system pelengkung muqarnas.
Muqarnas adalah system proyeksi, pengulangan dan
penggandaan suatu bentuk ceruk, untuk dekorasi bagian-
bagian peralihan dalam arsitektur. Hiasan muqarnas sering
disebut mocarabes dan juga karena bentuknya seperti
stalaktit, batu kapur terbentuk oleh tetesan air selama ratusan
bahkan ribuan tahun di bagian atas gua-gua.
Selain itu pola geometris dua dimensional sangat disukai. Hiasan dua dimensional ini
dibentuk oleh garis-garis atau bidang-bidang datar warna-warni dari bermacam bahan
menjadi pola seperti bintang, rumit dan ramai oleh karena itu sering disebut intricate.
Pengulangan secara terus menerus dari pola dekorasi geometris, menjadi ukiran dasar
menyatu dengan ukuran-ukuran bagian masjid lainnya termasuk struktur dan konstruksi.

3. Ornamen Floral (Arabesque)


Selain hiasan geometris dan kaligrafi, banyak pula masjid
dihias dengan corak floral (tumbuh-tumbuhan) baik
diabstraksikan total sebagian ataupun dalam bentuk nyata
menjadi pola lengkunga-lengkung, dari tanaman batang,
bunga, daun dan buah. Hiasan floral biasanya menggunakan
satu pola kemudian diulang dan dilipat gandakan, menerus
menjadi bidang, garis maupun bingkai dari pintu, jendela,
kolom, balok, lantai, plafon, kubah luar maupun dalam, bidang dan lain-lain. Sama dengan
pola dekorasi geometris dan kaligrafi, bentuk floral dibuat dengan relief, mozaik juga
dengan cara dilukis dengan bahan warna.

E. CIRI KHAS MASJID INDONESIA


Unsur Universal kebudayaan Islam terutama elemen kubah, minaret, kelengkungan,
dan kaligrafi, telah menyatukan tampilan arsitektur masjid seakan menjadi sama corak.
Kubah, lengkung, kaligrafi, dan mimbar bukan benda-benda suci yang perlu diistimewakan.
Apabila dilihat dengan cermat tampilan tersebut mengandung ciri pembeda antara satu
wilayah engan wilayah lainnya. Ciri pembeda tersebut, untuk daerah di sekitar Timur Tengah
memang terasa kecil. Namun, tetap menjadi petunjuk adanya corak kedaerahan. Hal ini
menandai keberadaan unsure local selalu tetap dihargai dalam tampilan arsitektur Islam.
Beberapa ciri khas masjid di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Atap
Atap adalah salah satu elemen
terpenting masjid di Jawa. Bentuk atap tajug
yang kerap disebut sebagai “konstruksi atap
berbentuk pyramid memusat yang bertingkat
tingkat” bahkan dapat dikatakan sebagai salah
satu karakteristik masjid tradisional. Bangunan
masjid tradisional Jawa kebanyakan
menggunakan struktur atap tajug, yang secara
inheren memiliki ruang pusat diantara empat
saka guru (empat kolom utama) ruang terpusat dan ruang yang berada di belakangnya
biasanya memiliki nilai yang lebih tinggi namun untuk bangunan masjid, penggunaan ruang
sehari-hari telah mengalahkan makna simbolis aslinya. Filosofi atap tajug diasosiasikan
sebagai jamaah yang betumpuk-tumpuk memadati masjid untuk beribadah kepada Allah.
Penggunaan atap berupa kubah di Indonesia
merupakan wujud kemajuan jaman dan modernitas.
Sehingga dapat menggeser penggunaan bentuk atap
dan puncak yang tradisional (Tajug atau Tumpang
dan Mustaka). Sebenarnya kubah masjid juga
memiliki sejarah yang sangat panjang dalam
perkembangannya. Meskipun sebenarnya kubah
belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW.
Bentuk pertama kali Masjid Madinah (Nabawi) yang merupakan masjid pertama di dunia
belum menggunakan atap kubah. Akan tetapi berbentuk persegi empat dengan dinding
pembatas di sekelilingnya. Di Nusantara, masjid umumnya beratap tumpang. Kubah belum
dikenal. Penggunaan kubah di Asia Tenggara dimulai setelah Perang Rusia-Turki pada 1877-
1878 – antara Rusia, Romania, Serbia, Montenegro, dan Bulgaria melawan Kekaisaran
Ottoman yang mencuatkan ide revitalisasi Islam dan Pan-Islamisme. Saat itu Kekaisaran
Ottoman melancarkan gerakan budaya, termasuk pengenalan jenis masjid baru. Gerakan ini
bergema di Asia Tenggara.

2. Masqura
Maksura adalah ruang khusus tempat shalat
raja atau sultan pada sebuah masjid. Ruang ini
biasanya merupakan kelengkapan dari masjid
kerajaan, terletak di ruang utama. Keberadaan
maksura antara lain dimaksudkan untuk menjaga
keamanan penguasa apabila berkenan hadir untuk
melakukan shalat.

3. Bedug
Bedug merupakan alat musik tabuh seperti
gendang yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi
tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan
maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa
dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu
shalat atau sembahyang.
Bedug sebenarnya berasal dari India dan
Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho dari Cina, ketika
Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa
itu. Kemudian, ketika Cheng Ho hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari
Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari
masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara
Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual
keagamaan.
F. MENARA MASJID
Menara masjid merupakan sebuah bangunan sebagai
tempat untuk mengumandangkan adzan(ajakan untuk
menunaikan ibadah sholat) pada awal perkembangannya.
Seiring perkembangannya, terdapat pula fungsi-fungsi lainnya.
Terdapat berbagai istilah untuk menyebutkan menara yang
berasal dari bahasa Arab. Ms‟dhana dan Mi‟dhana yang berarti
tempat menyerukan adzan dan Sawma‟a yang berarti ruangan.
Dalam bangunan masjid sendiri bangunan menara bukan
suatu hal yang wajib ada. Agama Islam sendiri tidak memberikan
aturan khusus dakam pembangunan menara. Namun, di pulau
Jawa beberapa masjid memiliki bangunan yang memilik bangunan yang bentuknya
beragam. Pada menara-menara masjid di Pulau Jawa abad ke 15-19 M terdapat gaya-gaya
yang di pengaruhi oleh budaya asing. Berdasarkan periode waktunya maka pengaruh
pengaruh terseut berasal dari Belanda, Arab, Hindu-Budha.
MASJID BAITURRAHMAN ACEH

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah Masjid yang terletak di pusat kota Banda
Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol agama, budaya,
semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark
Banda Aceh dan selamat dari tsunami Samudra Hindia 2004.
A. RINGKASAN SEJARAH
Pada tahun 1612, Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh dibangun untuk pertama kalinya dari kayu di bawah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636).
Desainnya seperti masjid khas di Indonesia dengan lapisan
atap Meru yang lebar. Pada tanggal 6 Januari 1874, masjid
ini dibakar oleh pasukan Belanda saat mereka mencoba
menyerbu Banda Aceh.Belanda membangun kembali
masjid ini dan selesai pada tahun 1881.
Arsitek De Bruijn merancang masjid baru tersebut
dengan gaya arsitektur Moghul yang sebelumnya tidak
pernah ada di Asia Tenggara. Desainnya memiliki satu
kubah dan dianggap sebagai salah satu contoh pertama
sebuah masjid ber-kubah di Asia Tenggara. Sedangkan
gaya arsitektur masjid sebelumnya dibangun di atas
sebuah rencana persegi dengan empat atap meru
berjenjang.
Namun disain De Bruijn menyalin banyak elemen struktural, formal dan gaya masjid
Mughal. Kubah berbingkai kayu, yang sebelumnya asing bagi arsitektur di Aceh, dilapisi
dengan atap sirap kayu berwarna hitam kontras dengan dinding masjid yang bercat putih itu
sementara menara kayu yang tebal menjulang di atas skyline kawasan sekitrnya. Elemen-
elemen Mughal ini kemudian dihiasi dengan sentuhan Moor, seperti lengkungan berbentuk
air mata dengan intrap parabola dan cetakan plester arabesque.
Pada tahun 1936 Masjid diperluas dengan penambahan
dua kubah dengan ukuran yang sama seperti yang sebelumnya di
sisi kiri dan kanan, sehingga memiliki tiga kubah.

Pada tahun 1957, dua menara dan dua kubah dengan


ukuran lebih kecil dari kubah sebelumnya ditambahkan di bagian
belakang, melengkapi simbolisme lima pilar filsafat politik negara
Indonesia.

Pada tahun 1991, masjid ditambahkan lagi dengan


dua kubah lainnya dan dua menara lagi di belakang termasuk
fasilitas tambahan seperti perpustakaan, Lobby, dan Sejak
saat itu sekarang memiliki tujuh kubah dan empat menara
secara keseluruhan. Total luas lantai adalah 4.500 meter
persegi dan mampu menampung 9.000 jemaah.

B. ELEMEN FISIK

1. Atap
Atap atau kubah masjid ini memiliki jumlah
yangberkembang seiring berjalannya waktu. Pada saat
pertama kali dibangun, masjid ini hanya memiliki satu
kubah. Pada tahun 1935, masjid ini diperluas dan
ditambahkan dua kubah disisi kiri dan kanan bangunan.
Pada tahun 1991-1993 dilakukan lagi perluasan masjid
dan hingga kini Masjid Baiturrahman memiliki tujuh
kubah.

2. Pintu
Masjid Baiturrahman memiliki banyak pintu untuk
masuk kedalam area masjid. Secara umum pintu-pintu ini
identik dan terdiri dari tiga pintu besar yang
menggambarkan kesan yang gigantis.
Pintu memiliki ukuran yang besar dan terdapat banyak
ornamen yang menghiasinya. Perpaduan dengan cahaya
matahari yang masuk kedalam celah-celah pintu masjid memberikan pemandangan yang
menakjubkan bagi jamaah yang akan memasuki maupun yang akan keluar masjid. Secara
umum material yang digunakan adalah kayu yang warnanya dibiarkan sesuai warna dan
corak aslinya.
3. Pagar dan gerbang
Pagar Masjid Raya Baiturrahman dibangun
mengelilingi seluruh lahan masjid dengan bentuk
memanjang Timur-Barat dengan luas lahan +31.000 m2.
Pagar tersebut memiliki 4 (empat) gerbang di ke-empat
sisinya sebagai pintu masuk ke pekarangan masjid,
gerbang utama terletak di sisi Timur dengan membentuk
relung antar tiang dan direlief dengan pola-po la
geometri. Di da lam pekarangan masjid terdapat 1 (satu)
gerbang, yang mana gerbang ini merupakan pintu masuk utama sebelum dilakukan
perluasan kawasan pekarangan masjid pada tahun 1990.
4. Serambi
Serambi, merupakan bagian depan masjid yang
biasa berada dipintu masuk masjid. Serambi biasa
digunakan sebagai teras tempat beristirahat atau hanya
sekedar berkumpul sejenak. Masjid Raya Baiturrahman
memiliki 3 (tiga) serambi.
Serambi utama berada di tengah-tengah bagian
depan masjid, serambi ini merupakan serambi yang
dibangun oleh Belanda pada tahun 1879. Selanjutnya pada tahun 1933-1936 Belanda
melakukan perluasan masjid sehingga menambah 2 (dua)serambi lagi yang berada di
samping kiri dan kanan serambi utama, serambi kiri dan kanan memiliki ukur an yang lebih
kecil dari serambi utama.

5. Ruang Utama
Ruang utama masjid dengan luas lantai +
3.500 m2 digunakan untuk shalat, lantai terbuat
dari marmer. Dinding ruang utama terbuat dari
tembok dengan 7 (tujuh) buah pintu masuk pada
ke-tiga sisi ruang utama dengan lengkungan Persia
di bagian atasnya dan pintu dari besi kerawang
yang berpola geometris dan floralis. Bagian Barat
dari ruang shalat merupakan bangunan perluasan
dengan jarak antar kolom lebih lebar dan adanya relung-relung antar kolom yang
mendominasi ruang. Pada sisi timur, utara dan selatan terdapat 20 jendela kaca berbentuk
lengkungan dengan terali besi yang berpola geometris.
Pada dinding ruang utama masjid terdapat
kaligrafi Arab yang terbuat dari lempengan besi,
ornamen geometris dan floralis berwarna putih.
Dinding penyangga kubah dibuat lebih tinggi dan
menjorok ke atas dengan bentuk persegi dan segi
enam. Pada sisi dinding terdapat lingkaran kaca yang
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya pada
ruang shalat. Pada plafon (langit-l angit) ruang utama masjid terdapat hiasan ornamen
berpola geometris.Ruang utama masjid Raya Baiturrahman ini memiliki 193 buah tiang.

6. Mihrab
Mihrab pada masjid Raya Baiturrahman terletak pada sisi barat
ruang utama. Mihrab berbentuk relung dengan bentuk ruang 1/2
(setengah) lingka ran. Dinding mihrab menggu nakan batu hitam yang
dihiasi dengan Qiswah (selimut berornamen kaligrafi pada Ka’bah)
dan dibuat diatas kuningan serta dipadukan dengan ragam hias Aceh.
Warna kekuningan dari latar mihrab cenderung memantulkan sinar
atau cahaya lampu, sehingga memberikan penekanan yang lebih kuat
sebagai pusat orientasi.

7. Mimbar
Mimbar masjid Raya Baiturrahman terletak di sebelah
barat, tepatnya di sisi kiri mihr ab.Mimbar terbuat dari kayu
yang dicat dengan warna coklat. Mimbar tidak memiliki atap,
bagian puncak mimbar berbentuk lengkungan yang ditopang
oleh dua tiang di sisi kiri dan kanan yang di atasnya dihiasi
dengan kubah kecil berwarna kuning keemasan. Bagian
dalam di diukir dengan ornamen floralis.

8. Tempat Wudhu
Tempat wudhu terletak pada sisi utara dan selatan dari
bangunan induk masjid. Tempat wudhu pria di bagian
selatan dilengkapi alat otomatis untuk pemakaian air
wudhunya. Untuk melayani kebutuhan dari kegiatan di atas,
masjid Raya Baiturrahman memanfaatkan 2 (dua) sumber air
yang pertama dari PDAM dan satu lagi dari sumur dalam.
Untuk penampungan air tersebut telah disediakan tangki air
sebanyak dua buah, satu pada halaman bagian selatan dan satu lagi pada teras bagian barat
di bawah tangga. Bangunan tangki air dibuat dari plat beton bertulang dan dilengkapi
pompa serta bak penampung air di atas bangunan pengelola dengan kapasitas 8m3 sebelum
dialirkan melalui kran-kran yang ada.
9. Menara
Bangunan menara pada masjid Raya Baiturrahman
yang dibangun tahun 1958/1965 adalah 2 (dua) buah,
dan dalam perencanaan tahun 1989 menara masjid
ditambah sebanyak 2 (dua) buah yang melekat pada sisi
sebelah barat dan mengapit mihrab serta pada halaman
sebelah timur dibangun 1 (satu) buah menara utama dengan tinggi 53 m yang terletak pada
garis sumbu utama bangunan masjid. Pada garis sumbu ini terdapat pintu gerbang utama
yang merupakan batasakhir lingkungan masjid pada sisi sebelah timur. Kubah menara utama
dibuat dari bahan aluminium berbentuk Boh Meuria (buah rumbia) dan di atas kubah
tersebut dibangun Boh Roe dengan menggunakan bahan suasa sehingga bangunan ini
diharapkan merupakan massa bangunan tertinggi dalam Kotamadya Aceh.

C. ORNAMEN

1. Floralis

 Bagian Atas Lengkungan Masjid


Ornamen floralis yang terdapat pada bagian atas lengkungan masjid
ini memiliki bentuk dasar segitiga yang memiliki arti “Lambang dari
manusia, tentang kesadaran dan dasar-dasar keselarasan”. Dalam
ornamen bentuk segitiga terdapat 3 (tiga) sisi yang sejajar dan saling
terhubung menjelaskan karakteristik manusia, yang seimbang saling
terhubung antara Tuhan, lingku ngan dan manusia.
 Bagian Atas Serambi Masjid
Ornamen yang berbentuk dasar segi delapan ini memiliki
makna Lambang cahaya Allah, yang menyebarkan Iman Islam.
bintang 8 (delapan), menggambarkan empat sudut ruang yaitu
delapan garis mewakili simbolis Utara, Selatan, Timur, Barat,
dan empat sudut yang berada diantaranya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam itu agama
rahmatan lil ‘alamin. Islam juga sebagai agama yang dapat dirasakan oleh semua makhluk
yang tersebar di alam semesta ini

2. Geometris

 Bagian Plafon Ruang Utama Masjid


Ornamen geometris ini memiliki bentuk dasar segi enam yang
memiliki makna kesuburan dengan 6 (enam) segi yang menopang
kehidupan muslim, lambang kesempurnaan juga dapat diartikan
sesuatu yang bersifat khayalan. Segi enam juga diibaratkan rukun
iman yang apabila dijalani dengan baik akan mendapatkan balasan
surga.
 Lengkungan Dinding Masjid
Makna dari ornamen bentuk persegi dengan keempat sisi yaitu
menunjukkan simbol fondasi, saling menyokong dan terhubung yang
melambangkan inspirasi(fondasi dasar), keseimbangan, kesiagaan
dan spiritualitas melambangkan urutan alam semesta, seperti: utara,
selatan, timur dan barat.

 Mihrab Masjid
Ornamen “Puta Taloe” di atas memiliki makna tentang
simbol ikatan persaudaraan yang kuat bagi masyarakat suku
bangsa Aceh.

 Pangkal Tiang Masjid


ornamen “Pucok reubong” di atas memiliki makna tentang
simbol kesuburan. Dapat juga di artikan berproses. Pucok
reubongadalah tunas bamboo yang diibaratkan sebagai awal
mula kehidupan mengalami proses tumbuh besar

ARSITEKTUR MAKAM

Arsitektur makam berkaitan dengan konsep masyarakat tentang kematian.


Keindahan seni arsitektur makam dengan demikian bergantung pada bagaimana konsep
mereka tentang kematian. Disamping itu, arsitektur makam juga merupakan indikator
tingkat kemajuan suatu masyarakat dimana makam tersebut ditemukan.
Dengan demikian makam memiliki kedudukan yang tinggi dalam sistem arsitektur.
Pertama, makam dilihat dari aspek pelindung si mayit dari pengaruh luar. Kedua, seiring
dengan kepercayaan masyarakat dan berkembangnya tradisi atau adat-istiadatnya menjadi
suatu keharusan pula bagi arsitektur makam menyediakan ruang-ruang bagi keperluan
penyelenggaraan tradisi-tradisi dimaksud. Ketiga, sudah menjadi sebuah paradigma
masyarakat bahwa makam melambangkan status. Keempat, pada masyarakat tertentu ada
keyakinan bahwa kehidupan dalam alam akhirat sangat ditentukan oleh apa yang dia bawa
ke dalam makam.
Pada umumnya ada beberapa ciri khas makam pada masa perkembangan islam.
Berikuat adalah ciri ciri makam:
 Pada awalnya makam memiliki dua gaya, yaitu gaya Gujarat, seperti makam
peninggalan kerajaan samudra pasai dan gaya Hindu dan prasejarah, yang mana
memiliki bentu yang berundak undak, penggunaan mahkota pada puncak nissan
nyaseperti candi serta pula ada yang mirip menhir.
 Biasanya terletak di tempat yang dianggap keramat,
seperti masjid atau punn gunung.
 Kompleks makam biasa nya memiliki gapura baik yang
berbentuk bentar maupun kori agung.
 Makam (sering disebut kijing) dan nisan biasanya dibuat dari batu dan biasanya
dilengkapi dengan pendopo sederhana yang beratap limas. Pagar juga sering
dibangun mengelilingi makam.
Berikut adalah ornamen yang sering digunakan dalam makam.
 Ornamen nisan sering menggunakan
bentuk sulur suluran dan tanaman rambat
(arabesque)

MAKAM RAJA-RAJA DI KOMPLEK ASTA TINGGI SUMENEP

Keindahan bangunan tidak hanya tanpa pada bentuk luar, tetapi juga pada keadaan
ruang dalam atau yang disebut interior bangunan. Bentuk fisik dan tata letak makam raja-
raja Asta Tinggi Sumenep yang memeberikan keindahan dalam arsitektur-arsitektur yang
terletak dalam interior bangunan Asta Tinggi. Pada umumnya bentuk dan tata letak bagian-
bagian makam tersebut pada dasarnya adalah sama antara satu dengan yang lain. Bentuk
dan tata letak terdiri dari beberapa seni arsitektur yang terdapat di dalamnya yaitu:
a. Jirat atau kejingan dan Nisyan
Jirat sebagi dari inti dari bangunan makam, berbentuk empat
persegi panjang seperti pondasi terletak ditengah-tengah peralatan
dalam, membujur ke arah utara. kejingan dibuat dari batu alam
dengan cara susun timbun seperti tradisi candi yang mengingatkan
kepada struktur bangunan punden dari zaman magalitik yang
mempuyai ciri tertentu dalam bentuk jiratnya sendiri.
Sedangkan pada nisyan makam berbentuk mirip balok empat
persegi panjang terletak di ujung jirat. Nisyan merupakan semacam
tonggak dan batu yang berdiri pada sudut puncak jirat sebelah utara
dan selatan dan bentuk papan atau balok. Disinillah kita dapat
melihat perbedaan dan keunikan arsitektur yang terdapat dalam
makam di kompleks Asta Tinggi Sumenep.

b. Kubah Atau Cungkup


Kubah sebagai pelindung makam berbentuk rumah yang di dalamnya terdapat jirat
makam, atap tesebut adakalanya yang berbentuk limasan, srotong, tumpang, dan kubah, di
asta tinggi mempuyai empat kubah yang mempuyai karakteristik yang berbeda disetiap
kubahnya dan memiliki ciri-ciri tersendiri disetiap kubah diantaranya sebagai berikut:

c. Pelataran Atau Halaman


Pada umumnya makam-makam para tokoh pemula Islam memiliki struktur tiga
pelataran atau halaman yaitu pelataran luar, pelataran tengah, dan pelataran dalam.
 Peratalaran Luar
Pelataran luar adalah perlatan yang paling luar atau paling
depan bersebelahan dengan peralatan tengah. Sisi dalam
perlatan luar menjadi sisi luar peralatan tengah. Oleh karena itu
makam asta tinggi berada di perbukitan yang tinggi maka ,
peralatan luar ini berada di tempat yang paling rendah.
Peralatan luar ini dapat disebut dengan adanya gapura yang
berdiri diluar atau pintu masuk dalam menuju makam raja-raja
Asta Tinggi.
 Pelataran Tengah
Pelataran tengah adalah pelataran yang tempatnya bersebelahan dengan pelataran
dalam terletak di muka pelataran dalam. Pelatarann tengah yang terdapat pada asta tinggi
hanya menyerupai jalan saja untuk menuju pelataran dalam tapi disitu mempuyai corak
perbedaan yang terhadapat pelataran tengah di barat dan pelataran di posisi timur.
Posisi pelataran di barat dalam menuju pelataran dalam masih
terdapat pendopo atau tempat untuk peristirahatan dengan
bangunan Hindhu- jawa yang berlukiskan sulur daun dan bunga–
bunga yang berukiran pada suku guru, setelah itu untuk menuju ke
arah pelataran dalam melawati gapura lagi yang bangunannya masih
berhiasan Eropa tetapi dalam gapura pertama masih mengikuti
bangunan jawa yang masih dapat pengaruh kekuasaan mataram.
 Pelataran dalam
Pelataran dalam adalah pelataran yang berbentuk sebuah halaman di kompleks makam
yang letaknya paling dalam atau paling tinggi tempatnya. Pelataran tersebut berukuran
persegi atau empat persegi panjang .

d. Pagar Pembatasa Pelataran


Pagar pembatasa ini merupakan penyekat
pelataran–pelataran yang ada. Berbentuk pagar tembok
atau kayu. Ada juga yang hanya tinggal pondasi. Dalam
hal tersebut, pondasi atau pagar yang ada di makam
asta tinggi Sumenep masih berbentuk pagar tembok
yang di bangun oleh Penembahan Somolo yang
mengalami integretas ataupun kemajuan dalam
beberapa bidang dalam memimpin kebudayaan Sumenep yang berkembang pesat. Sehingga
terdapat bangunan tembok yang megah dengan campuran semen atau bahasa maduranya
di sebut loloh untuk menegakkan bangunan tersebut.

e. Kori Atau Pintu Penghubung Pelataran


Kori ini terletak pada pagar pembatas pelataran dan lurus dengan gapura atau kori
agung. Kori yang ada pada kompleks makam berfungsi untuk menghubungkan pelataran-
pelataran dan sebagai pintu masuk kedua dan ketiga. Kori yang terdapat di asta tinggi
berbentuk gapura biasa yang bercorak hiasan arsitektur Eropa, Hindhu-Jawa. dapat dilihat
dalam uraian di atas yang terletak pada pelataran tengah yang memiliki kori atau pintu
penghubung.
f. Gapura Atau Kori Agung
Gapura pada makam merupakan pintu masuk terluar dan
merupakan pintu utama. Letak gapura lurus dengan kori.
Gapura di sumenep menyerupai bangunan yang bersifat
kalaborasi antara bangunan Hindhu-Jawa, Cina, dan bangunan
Eropa (Inggris, Belanda) yang memiliki ciri arsitektur yang unik
dan khas dengan tegaknya bangunan gapura.

g. Ornamen
Dalam arsitektur dikemukakan tentang oranament dan dekoratif
yang ada pada makam raja-raja asta tinggi di Sumenep. Pola hias
pada ornament-ornament pahatan pada kayu dan pilar tidak
menutup kemungkinan juga terdapat ukirang orang Cina yang
mengabdikan dirinya terhadap raja-raja Sumenep. Contohya dalam
kubah Bindara Mohammad Saud terdapat ornament yang bergambar
burung Phoenix dan Klirin dari negeri Cina.
Secara mendasar makam asta tinggi mempuyai corak peradaban
yang mengalami unsur-unsur kalobarasi terhadap segi ornament dan
dekoratifnya. Yang mana terdapat unsur Hindhu-Jawa, Cina , Islam
dan Eropa (Belanda, Inggris,). Oleh karena itu, setiap bidang-bidang
tertentu banyak terdapat ornament dan dekoratif seperti atap,
jendela, gapura, suku guru, pintu, serta dingding dalam pahatan
kayu yang ada di setiap kubah makam asta tinggi sumenep.

Anda mungkin juga menyukai