Anda di halaman 1dari 12

Prolog

Waktu terasa membosankan disaat menunggu,

Terasa indah disaat bahagia,

Dan terasa lambat disaat sedih.

Hidup ini memang indah. Sangat indah. Namun, semua itu hanya saat kita berada
diruang kesenangan. Ada yang berkata hidup ini hanya sebentar. Benarkah? Kenapa
justru aku merasa sebaliknya?. Hidup bagiku entah mengapa terasa begitu lama.
Mungkin karena hidupku yang terlalu banyak bersedih.

‘Well, I’m not perfect actually. I never being pretty. I’m fat and have a black skin. But, Is
that can be Reason that I can’t falling in love?’

Entah apa dan siapa yang salah. Bahkan untuk sekedar jatuh cintapun kita tetap
dituntut untuk terus berkaca. Lalu apalagi yang bisa dilakukan oleh orang yang
memiliki benyak kekurangan sepertiku? Disaat gadis lain bisa merasakan indahnya
romansa percintaan, disaat gadis lain menikmati waktu dengan saling bertukar sapa
dengan orang yang disukainya walaupun hanya dengan media gadget. Aku hanya
mampu melihat mereka seraya tersenyum miris.

Iri? Oh tentu saja sebagai gadis remaja yang belum pernah merasakan rasanya senja
bersama yang tercinta aku sangat iri dengan mereka yang bisa terlahir dengan fisik
yang menawan sehingga mempermudah mereka dalam urusan apapun.

Rasis? Tidak. Aku hanya melihat fakta. Fakta yang telah kedua mataku lihat. Fakta
yang hingga kini maih menggores hati bila mengingatnya.

Ini bukan sebuah kisah cinta yang memiliki gadis tangguh dan pengeran es dalam
karakternya. Ini juga bukan kisah tentang betapa complicatednya kehidupan rumah
tangga. Ini hanya sebuah kisah menyedihkan yang entah akhirnya akan jadi seperti
apa.
1

“ketika malam menghias langit, bintang pun turut menemani. Ketika hujan turun ke
bumi, petir pun mendampingi. Namun, ketika senja menyapu alam siapa gerangan
yang bersamanya?”

- minion -

Kringg…. Kringgg….

Alaram yang berdenting nyaring belum bisa membawa gadis yang masih duduk
disekolah dasar itu untuk kembali dari alam mimpinya.

“Rheamo!! Bangun nak sudah jam enam.” Usaha ibu Rhea pun hanya sia – sia. Sang
anak masih tak bergeming. Entah apa yang dimimpikannya hingga ia tak ingin
kembali ke dunia nyata. Dengan perasaan yang sedikit kesal ibu Rhea pun keluar dari
kamar putri semata wayangnya untuk mengambil senjata ampuh untuk
membangunkan Rhea.

Setelah mendapatkan apa yang akan digunakan untuk membangunkan Rhea, ibu
Rhea pun masuk kembali kedalam kamar Rhea dengan tersenyum kemenangan
terpampang diwajahnya. Kemudian dengan tanpa rasa bersalah ibu Rhea
meletakkan senjata ampuhnya di kaki Rhea. Rhea yang sadar ada sesuatu benda
bergerak di kakinya namun masih enggan membuka matanya. Sementara ibu Rhea
tetap di samping tempat tidur menantikan Reaksi lucu Rhea –menurut ibu Rhea- saat
bangun nanti.

‘satu… dua… ti…’

“MAMAAAAA!!!!! KECOAAAAAAAA!!!!!! ARRRGGGGHHHHHHH!!!!!!” pekik Rhea dengan


lantang dan berbanding terbalik dengan sang ibu yang tertawa kemenangan karena
sukses membangunkan anaknya. Rhea yang masih lompat – lompat tidak jelas diatas
tempat tidur sambil mencari kursi terdekat pun sadar akan kejahilan ibunya, kini
berkacak pinggang sambil memonyongkan bibirnya lucu.

“ihhh mama jahat sama Rhea. Kok Rheanya dikasih kecoa sih? Kan Rhea kaget.” Keluh
Rhea dengan wajah yang mirip baju belum disetrika –kusut-.

“hahaha abisnya kamu sih susah banget dibangunin.” Jawab mamanya dengan sisa
sisa kegelian melihat tingkah anaknya.

“kan bisa pakai cara yang baik nan lembut bak seorang ratu.”

“mama udah pakai 1000 cara membangunkan Rhea, tapi ngak satu pun berhasil.
Hihihi abis Rhea kebo’ banget sih.” Ledek ibu Rhea.
“MAMA JAHAT!” rajuk Rhea.

“duhduhduh ngambek nih ceritanya?”

“iiih tau ah mama nyebelin.”

“iyaiya jadi masih mau marah – marah sama mama atau mandi nih? Udah jam
setengah 7 tuh. Hari ini kan hari pertama kamu masuk sekolah.”

“oh iya! Duhh Rhea mau mandi dulu yah ma. Bye ummuah.” Ucap Rhea yang diakhiri
dengan kecupan dipipi mamanya lalu dengan kecepatan super berlari menuju
tempat pembuangan limbah hasil produksi daging semalam (baca:wc).

“maaa… Rhea pamit kesekolah ya? Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam.”

Setelah mendengar jawaban salam dari ibunya, Rhea pun bergegas keluar dari rumah
untuk menunggu angkutan umum yang akan mengantarkannya ke sekolahnya. Rhea
melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya kemudian matanya membulat
seketika.

“WHAT?? Jam 7.00?? gawatttt bisa telat nih!.” Dengan kecepatan penuh Rhea pun
berlari menuju jalan raya yang berada didepan kompleksnya.

Sesampainya dijalan raya, Rhea menunggu angkutan umum dengan gelisah. Pasalnya
dengan menggunakan angkutan umum diperlukan waktu kurang lebih 20 menit untuk
sampai di depan lorong sekolahnya.

Rhea bersekolah di salah satu SMA negri faforit di Indonesia karena mayoritas siswa
siswi disekolah itu adalah orang kaya. Hanya Rhea mungkin yang anak biasa saja dan
ada beberapa siswi yang mendapatkan beasiswa kurang mampu.

“duh, mana nih angkotnyaa.” Rhea menunggu dengan perasaan yang tak menentu.

Saat lama menunggu namun tidak ada tanda tanda kedatangan angkot yang
dinantinya, Rhea melihat sesuatu yang membuatnya tersenyum licik.

“assa! Gothcaa!!” pekiknya girang.

“ahhh akhirnya sampai dengan selamat dan tepat waktu. Cihuyy!” Rhea segera turun
dari benda besi yang mengantarnya sampai ke sekolah.

"eh lo siapa?”

‘ups, sepertinya aku lupa sesuatu. Baka!’ batin Rhea.


Sementara yang ditanya hanya nyengir kuda sambil mudur selangkah demi selangkah
dengan perlahan.

Flashback…

“assa! Gotchaa!!” pekik Rhea girang karena melihat seseorang yang berpakaian
seragam persis seperti dirinya.

Rhea pun berlari dan secepat kilat duduk di jok belakang motor orang tersebut entah
karena orang tersebut sedang menghayal atau sedang memakai headset sehingga ia
tidak merasakan ada seseorang naik dibelakangnya.

Orang tersebut pun melajukan motornya menuju sekolahnya dengan kecepatan


tinggi. Sementara Rhea dibelakangnya begitu girangnya karena dia bisa sampai
disekolahnya tanpa terlambat.

End of flashback.

“calm down, calm down, calm down” gumam Rhea kepada diri sendiri.

“woi! Ga punya telinga yah? Gue Tanya lo siapa? Kenapa bisa lo turun dari motor
gue?” Tanya pria itu.

“em, hehe makasih ya tadi itu sebenarnya… eh iya pak kenapa?” ucap Rhea sambil
melihat dengan serius apa yang dibelakang pria itu sehingga membuat pria itu pun
berbalik ke belakang. Tak menyia – nyiakan kesempatan Rhea menggunakan
kesempatan saat pria itu berbalik untuk kabur secepatnya.

Rea berlari sambil tertawa – tawa layaknya orang gila.

“hahahhahahahahahaha ganteng ganteng baka! Hihihi” tanpa sadar sangking


seriusnya tertawa Rhea tak melihat jalannya sehingga…

Brakkk…

“sh*t!!!” Rhea segera mendongak saat mendengar umpatan itu dan melihat
tangannya yang basah dan dingin. Namun apa yang didapatnya justru membuat
jantungnya berdegup dengan kencang.

‘oh no! dari 2890 siswa sma ini kenapa harus king of bullying yang aku tabrak!’

‘mampus lo re! tamatlah sudah riwayatmu!!’

‘oke calm down. Jangan angkat kepala biar dia ngak bisa liat muka lo. Mundur teratur
perlahan, perlahan… perlahann… okeeee kamu pinter re! lanj—

Bukk

‘oow’
‘Kali ini apa lagi tuhan?’

Rhea pun berbalik hendak melihat sekaligus memarahi orang yang telah menghalangi
jalannya, namun niatannya harus berhenti saat melihat tatapan mata tajam itu seakan
meminta penjelasan.

‘oh tidak! MAJU KENA MUNDUR PUN KENA!!!’

***

Saat Rhea hendak berbalik ia merutuk dirinya sendiri karena melupakan penampakan
manusia yang tadi tiba tiba ia gunakan jasanya tanpa meminta apalagi bertanya.
Catat! Tanpa bertanya! Oh tamatlah ia!!

Rhea hanya bisa tertunduk dan melangkah sedikit menjauh hingga kini posisinya
berada tepat ditengah tengah.

“Rendy???” Tanya pria disebelah kanan Rhea

“adevan???” Tanya pria di sebelah kiri.

‘mampuss gua mereka saling kenal lagi! Oh Tuhannn!! Tolonglah hambamu ini!!!’

“ngapain lo disini” Tanya lelaki yang kini diketahui bernama adevan

“lo yang ngapa- wait, don’t say….” Belum sempat Rendy melanjutkan kata katanya
devan menyela dengan cepat

“I won’t. but yeah. Ini sekolah gua. Dan jangan bilang lo pindah kesini?” potong devan
dingin

‘yah mereka malah plesbek kenangan… hiyya sepertinya kesempatan bagus nih.’

“dari banyak banget sekolah yang ada kenapa harus sekolah lo sih yang dipilih
nyokap!” gerutu Rendy sinis

“why you ask me dude? And I’ll give you a suggest, if you didn’t like this school just go!!!
Dan jangan pernah lagi lo nampakin muka konyol lo itu.” Ucap devan dengan nada
dingin bahkan sangat dingin hingga Rhea yang akan melangkah mundur perlahan
pun bagaikan membeku ditempatnya dengan satu kaki telah melangkah kebelakang.

“in your dream!! Cukup sudah selama ini gue melarikan diri dari kenyataan. Gue ngak
akan kemana – mana, and you!!”tunjuk Rendy pada devan tepan didepan wajah pria
itu.
“better prepare it! Karna mungkin aja masa lalu bisa terulang atau bahkan terbalik dan
semakin sakit!” tambah Rendy sinis seraya menampakkan senyum evilnya sementara
devan sedikit menegang mendengar Rendy mengucapkan masalalu. Dan Rhea? Oh
jangan tanyakan wanita itu. Dia terlalu kaget dengan kenyataan yang akan
menghampirinya. Bahkan tubuhnya seketika bereaksi.

Saat kedua lelaki itu saling bertatapan, dan Rhea yang menegang dan tubuhnya
seketika bereaksi menarik pergelangan tangan kanan devan dan pergelangan kiri
Rendy lalu dengan cepat membawanya ke tempat yang lebih sepi, lebih tepatnya
kebelakang semak - semak

“eh…” Rendy tak mampu lagi berkata kata. Adegan tatap menatapnya dengan
devan seketika sirna. Sementara devan ia lebih memilih menatap Rhea dengan
tatapan murkanya.

Rhea menarik keduanya untuk berjongkok kesamping semak semak yang ada
disamping pintu masuk piket.

“heh lo nga-“

“sssttttt” potong Rhea sambil memberi petujuk diam begitu Rendy akan bicara

“woy!! Lo mau ma-“

“iiihhh sstttt dibilangin juga!” seru Rhea kesal sambil berbisik

“apaan sih lo? Ada apaan emang?” Tanya Rendy penasaran dan berusaha berbisik

“itu ada pak Dudung” tunjuk Rhea kearah guru yang membawa kayu berpakaian
olahraga yang berdiri didepan pagar piket

“dia siapa emang?” Tanya Rendy polos

“lo ngak tau dia siapa? Heh lo udah berapa lama disekolah ini ampe guru segitu
terkenalnya lo ngak tau??” Tanya Rhea tak percaya

Tukk…

“heh oon! Dia kan anak baru!! Dasar oon!!” ucap devan datar setelah sebelumnya
menjitak kepala Rhea.

-hening-

‘duh! Mana gue lupa lagi keberadaan nih king bully. Huuaaa habis deh gue entar
dibully.’

“heh! Kok lo tiba tiba diem? Keselek daun?” Tanya Rendy

“kenapa lo narik gua?” Tanya devan datar

“kenapa kita harus jongkok?” Tanya Rendy


‘oke baik hanya ada cara ini satu satunya agar bisa lolos dan masuk kelas dengan
selamat untuk hari ini. Besok besok biarlah ia mencari cara lagi.

“ehem oke abang abang tamvan yang tamvannya ngalahin tom cruise. Gini pertama
gue ngak tau dan ngak nyangka ketemu kalian hari ini disini didepan pintu piket eh,
berarti bukan disini tapi disitu oke ngak penting. Dan gue narik kalian karena gue lagi
berbaik hati buat nyelamatin kalian, jiah acara kali selametan. Karena kalau kalian
didapat telat ama pak Dudung maka riwayat kalian akan tamat. The end. Terus lo
nanya kenapa gue diam? Ya iyalah gue diam orang the most bullying man is here!
Gila aja man kalo gue ngak diam. Terus lo Tanya juga apa gue keselek daun? Lo piker
gue kambing? Heh gini gini walau banyak makan gue ngak se-frustasi itu buat makan
daun. Nah lo Tanya kenapa gue narik lo juga? Emang lo mau kedapetan sama pak
Dudung? Oke ngak usah dijawab. Dan lo! Tampang oke otak masya Allah, lo nanya
kenapa kita harus jongkok kayak nanya kenapa menara effiel ada di paris!! Ya iyalah
kalau kita bediri ngapain kita ngumpet cicak!” jelas Rhea panjang kali lebar tanpa
jeda.

Rendy dan devan hanya mampu ternganga melihat kapasitas bicara makhluk yang
biasa disebut wanita olehnya ini diluar kata wajar. Bahkan devan pun menampilkan
muka cengo’ nya.

“wow!” seru devan dan Rendy bersamaan.

“hmm oke dan yang terakhir sebagai penutup. Gue minta maaf. Pokoknya apapun
yang terjadi gue minta maaf”

Melihat kedua orang yang berada dikiri dan kanannya ini masih ternganga ini
saatnnya ia melakukan apa yang harus ia lakukan sedari tadi.

Oh dan terima kasih kepada ibunya yang memberikannya kapasitas bicara yang
akhirnya berguna.

Dan ini saatnya,

Brukk

“AAAAAAAAAAAA!!!” teriak Rhea kencang, bahkan sangat kencang.

Pak Dudung yang sedang berjaga pun menuju kearahnya dengan cepat.

“ada apa nak? Kenapa?” Tanya pak Dudung panik

“i… ituu… pak a…ad…adaa ho.. hoomooo pak…!” ucap Rhea sok kaget.

Sementara devan dan Rendy yang telah didorong oleh Rhea pun tak sempat
mengubah posisi dimana Rendy sedang berada diatas tubuh devan sehingga apabila
orang lain melihat akan mengambil kesimpulan yang salah.

“hei!! Apa yang kalian berdua lakukan?” Tanya pak Dudung sambil mengetuk kepala
Rendy dan devan dengan kayu yang biasa ia bawa
Rendy dan devan pun segera bangkit dan memperbaiki posisinya.

“itu pak tad-“

“hikss pak mereka tadi melakukan hal yang dilarang agama pak. Bagaimana ini pak?
Mata saya sudah tidak suci lagi. Hiks” lapor Rhea sambil berpura pura sedih

“kalian berdua homo?” Tanya pak Dudung

“WHAT??” seru mereka berdua kompak

“iya pak. Mereka berdua homo!” timpal Rhea

“eh eh lo jangan sembarangan dong” seru Rendy

“diam kamu! Udah salah masih aja nyalahin orang.”

‘aduh mampus gue abis ini! Kenapa idenya musti begini sih. Huaaa tatapan devan
udah kayak mau meledak.’

“pak Dudung kalo gitu saya masuk kelas dulu yah pak? Soalnya saya perlu nenangin
diri dari ini semua.” Ucap Rhea yang dibalas anggukan oleh pak Dudung

“heh! Lo mau kemana? Lo harus tanggung jawab!!”

‘oh tidak! Ucapan dingin itu, oke keep calm Rhea lo bisa. Jangan berbalik dan terus
jalan!!’ batin Rhea

Akhirnya setelah tidak memperdulikan kata – kata devan tadi, Rhea pun tiba dikelas
dan keberuntungan berada di pihaknya karena guru yang seharusnya telah berada di
kelasnya 30 menit yang lalu belum menampakkan wajah sangarnya. Rhea pun masuk
dan duduk di barisan paling belakang –tempat favoritnya- karna disini dia bisa bebas
tidur tanpa ketahuan dan kelihatan oleh guru yang mengajar.

Oke jangan kira Rhea adalah siswi yang rajin, cantik, anggun, pintar dan sopan. Tidak,
Rhea sama sekali tidak memiliki satu dari sekian hal yang tadi disebutkan.

Setelah mendapatkan posisi duduk yang nyaman rhea memasang earphone di


telinganya lalu memutar musik sambil merebahkan kepalanya pada meja.

- Sementara itu di tempat lain –

“bener pak saya ngak ngapa – ngapain sama dia.” Ucap devan membela diri

“iya pak, lagian saya juga kan anak pindahan jadi saya belum kenal sama kambing
disebelah saya ini pak!” timpal rendy

“heh! Ngak pake ngatain juga kali. Dasar sapi!!” ejek devan tak terima.

“idih.. ngatain diri sendiri. Ada juga elo kali yang kayak sapi badannya.”

“elo tuh yang badannya gede!!!”


“EKHM!!! Katanya kalian tidak saling kenal? Kok saling ejek?” Tanya kepala sekolah.

“udah pak orang tadi jelas – jelas saya liat mereka berdua lagi tindih – tindihan dibalik
semak – semak. Itu ngapain coba kalo ngak ngelakuin sesuatu.” Celetuk pak Dudung.

Sementara devan dan rendy hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Karena
sebagaimana pun mereka berdua mencoba menjelaskan kepala sekolah dan pak
dudung tidak akan mempercayai mereka.

‘arrrggghhh!!! ini semua ulah cewek aneh itu!!!’ geram devan dalam hati

“kalian ini dasar! Sudah tertangkap basah bukannya minta maaf malah berbohong!
Kamu juga devan! Kamu itu sering sekali buat onar jangan fikir karena ayah kamu
pemilik yayasan Diponegoro ini, kamu bisa seenaknya saja. Saya akan hukum kamu
sesuai peraturan dan kali ini saya akan memberitahukan hal ini pada ayah kamu.”
Jelas kepala sekolah tegas tak terbantahkan.

“tapi pak-“

“rasain lo!” ejek rendy

“kamu juga!!! Kamu ini anak baru loh! Belum juga sehari kamu disini kamu sudah
membuat masalah.” Tegur kepala sekolah

“saya akan memberikan hukuman kamu untuk mengatur buku yang ada
diperpustakaan selama 3 bulan!” tambah kepala sekolah

“dan untuk devan hukuman kamu menyusul nanti setelah saya memberitahukan hal ini
kepada ayahmu! Kalian berdua silahkan kembali ke kelas dan jangan keluyuran! Pak
dudung?”

“iya pak?” jawab pak dudung

“tolong antar mereka sampai kekelas. Dan pastikan mereka tidak dekat dalam radius 3
meter.” Titah kepala sekolah

“siap pak! Ayo anak – anak.”

Devan dan rendy keluar dari ruangan kepala sekolah dengan perasaan campur aduk.
Ada rasa kesal, marah, dan senang disaat bersamaan.

Mereka bertiga berjalan menuju lantai 3 dengan keheningan menyelimuti. Tak ada
yang ingin membuka suara. Hingga akhirnya pak dudung memecah keheningan yang
amat menjengkelkan baginya.

“kamu kelas berapa anak baru?” Tanya pak dudung

“rendy pak. Nama saya rendy. Oh iya saya kelas 8-E pak.”

“wah wah kok bisa kelas kalian sampingan yah? Apa kalian emang jodoh? Eh tapi
jangan deh, kalian harus kembali kejalan yang benar.”
“pak, kami seriusan ngak homo pak! Lagian kalo saya homo saya juga milih – milih kali
pak. Yakali pasangan sama kuda nil kayak dia.” Seru rendy jengkel

“kayak gue mau ama monyet ragunan kayak lo aja!” balas devan

“ya secara gitu gue lebih kece dari lo.”

“iya in aja dah.” Jawab devan masa bodoh.

“heh! Sudah sudah entar aja lagi pacarannya ini kita udah sampe dikelas 8-D kelas
devan, nah sana masuk!”

Devan pun melangkah masuk kelas dengan malas. Didalam kelas yang sedang
berlangsung proses belajar mengajar pun tidak membuat devan ragu untuk masuk. Ia
tetap melangkah tanpa ragu. Maklumlah ia telah terbiasa terlambat seperti ini.

Sementara pak dudung dan rendy melanjutkan perjalanannya menuju kelas yang
berada satu ruangan disebelah kelas devan yang kini diketahuinya sebagai ruang
musik.

Memang struktur pembangunan gedung SMP Diponegoro memiliki bentuk yang unik
dimana setiap kelas tidak akan berdampingan langsung dan pasti diantarai oleh satu
ruang, baik ruang ekstrakurikuler maupun ruang penyimpanan atau lab. Sehingga
proses pembelajaran tidak akan saling mengganggu antar kelas. Seperti kelas 8-D dan
kelas 8-E yang diantarai ruang musik.

“sana masuk! Jangan lupa bilang kalau kamu anak baru!”

“oke pak. Makasih pak!” seru rendy

---

Tok… tok …. Tok

“permisi” ucap rendy yang membuat sang guru yang sedang duduk pada
singgasananya menghentikan ucapannya. Begitupun dengan para siswa yang
menghentikan aktifitasnya demi melihat siapa yang dating.

“oh kamu anak pindahan itu yah? Silahkan masuk!” ucap ibu ifa lembut.

Rendy hanya mengangguk lalu masuk dan berdiri di samping ibu ifa sambil
memamerkan senyumnya. Namun senyumnya berubah menjadi senyum miring saat
matanya bertemu dengan tatapan terkejut seseorang.

‘got you!’ batin rendy

---

Sementara di dalam kelas…


“selamat pagi anak – anak!” seru bu fani seorang guru bahasa inggri di SMP
Diponegoro

“pagi bu’.” Jawab anak – anak lain serempak

“hari ini ada himbauan dari kepala sekolah untuk mengutus tiga orang mewakili SMP
Diponegoro mengikuti ‘World camping’ di Rusia selama 1 bulan. Dimana selama 3
minggu full melaksanakan kegiatan dan waktu 1 minggu untuk perjalanan dan transit
kesana. Makan dan perlengkapan seperti baju buku alat mandi dan sebagainya
ditanggung. Peserta tinggal bawa diri. Terus dikasih uang saku $50 per hari.” Jelas bu
fani

“wahhh keren bu… saya juga mau kalau begitu.” Seru runi tiba – tiba

Sementara yang lain masih terpukau dengan hal yang dijelaskan oleh bu fani. Kecuali
seorang gadis yang masih sibuk dengan dunianya dengan salah satu headset yang
masih bertengger di sebelah telinganya dengan tatapan masih tertuju ke luar jendela.
Ia terlalu malas untuk ikut membahas hal yang menurutnya tidak penting.

“iya bu saya juga mau kalau gitu mah!” tambah ricky sang ketua kelas.

“hahaha iyaiya ibu ngerti. Tapi masalahnya berhubung hanya 5 sekolah di Indonesia
yang ditunjuk sebagai peserta, maka dari itu untuk menjaga nama baik SMP
diponegoro Kepala sekolah mengajukan persyaratan dan tiga orang terpilih nanti
harus memenuhi persyaratan tersebut.” Jelas bu fani lagi

“yaahhh… banyak ngak bu’? susah ngak” Tanya ricky yang sangat antusias

“Sebenarnya banyak sih tapi yang paling penting itu harus jago bahasa inggris, pintar
bersosialisasi, untuk cowo harus manly dan cewek harus cukup tomboy, ngak manja
dan yang paling penting…”

Bu fani sengaja menggantung kata – katanya guna melihat ekspresi penasaran


muridnya. Namun, pandangannya berhenti pada seseorang yang sedari tadi tidak
bertannya bahkan menyimak apa yang ia sampaikan.

“paling penting apa bu?” Tanya Wenda

“paling penting bisa survive. Karena disana nanti kalian selama 2 minggu akan tinggal
di tengah hutan tanpa alat eletronik satupun. Bahkan jam tangan pun tidak.”

Semua murid kemudian mendesah kecewa. Mereka tidak mampu membayangkan


jika mereka harus tinggal di tengah hutan tanpa gadget. Tapi ada satu orang yang
mereka yakini betah tinggal di tengah hutan tanpa alat elektronik. Seketika semua
mata tertuju pada seorang gadis yang menghuni bangku dibelakang.

Rhea yang merasa diperhatikan pun mulai menarik pandangannya dari jendela dan
terkejut melihat semua tatapan menoleh kearahnya termasuk tatapan bu fani.
‘aduh sial. Bu fani tadi Tanya apa yah kira kira? Yah dapat hukuman lagi deh gue!’
rutuk rhea dalam hati sambil memukul – mukul kepalanya.

“ke… kena… pa?” ucap rhea terbata – bata

“udah re’. kali ini emang Cuma elo yang bisa.” Ucap runi yang duduk beberapa
bangku dari rhea.

“iya. Lagian di kelas ini elo yang paling jago bahasa inggris walau agak bandel sih.”
Tambah romi.

“lo juga tomboy.”

“manja apa lagi. Bukan rhea namanya kalo manja.”

“iya lo kan juga galak, nah kan didalam hutan banyak binatang buas yah pasti deh
tuh binatang buas juga takut ama lo.” Tambah yeni polos dan dihadiahi dengan satu
jitakan oleh teman sebangkunya

‘apa? Gue bener kan?’ kode yeni dengan mulut tanpa suara

‘tuh mulut dijaga napa! Dibanting baru tau rasa lo.’ Balas runi teman sebangku yeni

“lagian lo juga kan anak Pramuka. Yah bisalah survive dihutan.” Lerai Romi sok bijak

“tunggu bentar deh, ini lagi ngomongin apa sih? Ngak gerti gue.” Ucap rhea pada
akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai