1. Bab 1 Pendahuluan
a. Latar Belakang
1) Fakta
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan
hipertensi adalah salah satu kontributor paling penting untuk penyakit
jantung dan stroke yang bersama-sama menjadi penyebab kematian dan
kecacatan nomor satu. Hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir
9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini
juga meningkatkan risiko kondisi seperti gagal ginjal dan kebutaan.
Hipertensi diperkirakan mempengaruhi lebih dari satu dari tiga orang
dewasa berusia 25 tahun ke atas, atau sekitar satu miliar orang di seluruh
dunia (WHO 2012).
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016).
Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun
(Infodatin Kemenkes RI,2016).
Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian
atau sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari
disability adjusted life years (DALY). Sekitar 25% orang dewasa di
United State menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012. Tidak
ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi
terus meningkat berdasarkan usia: 5% usia 20-39 tahun, 26% usia 40-59
tahun, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014).
Prevalensi hipertensi tertinggi di dunia berada di negara Afrika (46%
orang dewasa) sedangkan prevalensi terendah ditemukan di negara
Amerika (35% orang dewasa) menurut WHO (2012). Data tersebut dapat
dipastikan bahwa negara yang berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi
rendah hipertensi (35% orang dewasa) dibandingkan kelompok
pendapatan rendah dan menengah (40% orang dewasa) berkat kebijakan
publik multisektoral sukses dan akses yang lebih baik ke perawatan
kesehatan bagi Negara dengan penghasilan tinggi.
Di Indonesia sendiri kasus hipertensi masih merupakan sebuah
tantangan besar karena merupakan kondisi yang sering dijumpai
pada pelayanan kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebanyak
25,8% (Depkes, 2014). Sementara itu data surveilans Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menyatakan
bahwa prevalensi hipertensi tertinggi berada pada usia produktif yaitu
pada usia ≥ 18 tahun mengalami peningkatan dari 7,6% di tahun
2007 menjadi 9,5% di tahun 2013sehingga menempatkan hipertensi
sebagai penyakit tidak menular dengan angka kejadian tertinggi
(Kemenkes RI, 2015).
2) Alasan
Pandangan masyarakat tentang hipertensi justru dianggap suatu
penyakit biasa. Anggapan tersebut yang pada akhirnya membuat penyakit
hipertensi sering diabaikan dan tidak memerlukan penangan serius
untuk diobati. Banyak pendapat yang salah tentang hipertensi yaitu:
penyakit hipertensi identik dengan pemarah, penyakit hipertensi tidak
perlu ditangani dengan serius, penyakit hipertensi mudah sembuh,
seringnya mengkonsumsi obat antihipertensi dapat mengakibatkan sakit
ginjal, tidak perlu melakukan diet dan semakin bertambah usia maka
semakin tinggi batas tekanan darah normalnya (Hermawan, 2014).
Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang
hipertensi dan pola makan penderita hipertensi (Alexander Gordon,
2014). Pengetahuan sangat mempengaruhi pasien hipertensi dalam
manajemen hipertensi. Namun banyak pasien yang belum mengetahui
tentang hipertensi. Menurut penelitian Hastuti dan Lestari(2007)
pengetahuan pasien tentang diet hipertensi dalam kategori kurang patuh
(61,6%), selain itu pengaturan kepatuhan diet hipertensi sangat
membantu dalam manajemen hipertensi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
diet hipertensi dan meningkatkan perilaku diet hipertensi yaitu dengan
pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
upaya yang dilakukan agar pengetahuan individu, kelompok atau
masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan alat yang
digunakan untuk memberi penerangan yang baik mengenai suatu
masalah kepada masyarakat, sehingga masyarakat mampu mengenal
kebutuhan kesehatan dirinya, keluarga dan kelompok dalam
meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan dapat pula diartikan
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik
praktik belajar atau instruksi (Pusphandani, 2012).
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti mengambil
rumusan masalah “Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Masyarakat Dengan Diet Hipertensi Di Puskesmas Bone
Bolango Tahun 2019”
c. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat, dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi Puskesmas Bone Bolango
Tahun 2019
2) Tujuan Khusus
a) Diketahui prevalensi Hipertensi Masyarakat di UPTD Puskesmas
Bone Bolango
b) Diketahui karakteristik responden
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
c) Diketahuinya pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi
Diet rendah garam
Diet rendah kolesterol
Diet tinggi serat
d. Manfaat
1) Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
Universitas Muhammadiyah Gorontalo untuk membantu penentu
kebijakan maupun pengambilan keputusan dalam memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat
2) Manfaat Bagi Penelitian
Diharapkan jadi acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan
penelitian sejenis dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita semua.
3) Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Bone Bolango
Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat dengan melaksanakan pendidikan kesehatan untuk mengatasi
hipertensi pada masyarakat.
4) Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan ilmu bagi masyarakat untuk dipraktikan dengan
sesama masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan untuk mencegah
hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka
a. Konsep Pendidikan Kesehatan
b. Konsep Pengetahuan
c. Konsep Masyarakat
d. Konsep Diet
e. Konsep Hipertensi
3. Bab 3 Metodologi Penelitian
PENDAHULUAN
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal
atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit
ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang
terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik
(Purnomo, 2009).
Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60%
penderita hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar 25%
penduduk dunia dewasa (Adrogue & Madias, 2007). Sisanya mengakibatkan penyakit
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Rikesdas (2007) menyebutkan hipertensi
sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia
(Yoga, 2009). Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat
secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat
konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak,
gula,dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan
angka kejadian hipertensi (Agrina, 2011).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic(bagian atas) dan diastolic(angka bawah). Pemeriksaan tekanan darah
menggunakan alat pengukur tekanandarah baik berupa cuffair raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat pemeriksaan tekanan darahdigital lainnya
(Pudiastuti,2013).Hipertensi merupakan penyakit yang banyak ditemui di
masyarakat karena berubahnya pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan pada sosial ekonomi,
gaya hidup dan perubahan struktur penduduk. Hipertensi saat ini masih merupakan
permasalahan bukan hanya di Indonesia melainkan seluruh dunia (Pratama, 2015).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien tentang diet hipertensi
dan meningkatkan perilaku diet hipertensi yaitu dengan pemberian pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).