Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

MASYARAKAT DENGAN DIET HIPERTENSI DI PUSKESMAS BONE


BOLANGO TAHUN 2019

1. Bab 1 Pendahuluan
a. Latar Belakang
1) Fakta
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan
hipertensi adalah salah satu kontributor paling penting untuk penyakit
jantung dan stroke yang bersama-sama menjadi penyebab kematian dan
kecacatan nomor satu. Hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir
9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini
juga meningkatkan risiko kondisi seperti gagal ginjal dan kebutaan.
Hipertensi diperkirakan mempengaruhi lebih dari satu dari tiga orang
dewasa berusia 25 tahun ke atas, atau sekitar satu miliar orang di seluruh
dunia (WHO 2012).
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016).
Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun
(Infodatin Kemenkes RI,2016).
Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian
atau sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari
disability adjusted life years (DALY). Sekitar 25% orang dewasa di
United State menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012. Tidak
ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi
terus meningkat berdasarkan usia: 5% usia 20-39 tahun, 26% usia 40-59
tahun, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014).
Prevalensi hipertensi tertinggi di dunia berada di negara Afrika (46%
orang dewasa) sedangkan prevalensi terendah ditemukan di negara
Amerika (35% orang dewasa) menurut WHO (2012). Data tersebut dapat
dipastikan bahwa negara yang berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi
rendah hipertensi (35% orang dewasa) dibandingkan kelompok
pendapatan rendah dan menengah (40% orang dewasa) berkat kebijakan
publik multisektoral sukses dan akses yang lebih baik ke perawatan
kesehatan bagi Negara dengan penghasilan tinggi.
Di Indonesia sendiri kasus hipertensi masih merupakan sebuah
tantangan besar karena merupakan kondisi yang sering dijumpai
pada pelayanan kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebanyak
25,8% (Depkes, 2014). Sementara itu data surveilans Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014 menyatakan
bahwa prevalensi hipertensi tertinggi berada pada usia produktif yaitu
pada usia ≥ 18 tahun mengalami peningkatan dari 7,6% di tahun
2007 menjadi 9,5% di tahun 2013sehingga menempatkan hipertensi
sebagai penyakit tidak menular dengan angka kejadian tertinggi
(Kemenkes RI, 2015).
2) Alasan
Pandangan masyarakat tentang hipertensi justru dianggap suatu
penyakit biasa. Anggapan tersebut yang pada akhirnya membuat penyakit
hipertensi sering diabaikan dan tidak memerlukan penangan serius
untuk diobati. Banyak pendapat yang salah tentang hipertensi yaitu:
penyakit hipertensi identik dengan pemarah, penyakit hipertensi tidak
perlu ditangani dengan serius, penyakit hipertensi mudah sembuh,
seringnya mengkonsumsi obat antihipertensi dapat mengakibatkan sakit
ginjal, tidak perlu melakukan diet dan semakin bertambah usia maka
semakin tinggi batas tekanan darah normalnya (Hermawan, 2014).
Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang
hipertensi dan pola makan penderita hipertensi (Alexander Gordon,
2014). Pengetahuan sangat mempengaruhi pasien hipertensi dalam
manajemen hipertensi. Namun banyak pasien yang belum mengetahui
tentang hipertensi. Menurut penelitian Hastuti dan Lestari(2007)
pengetahuan pasien tentang diet hipertensi dalam kategori kurang patuh
(61,6%), selain itu pengaturan kepatuhan diet hipertensi sangat
membantu dalam manajemen hipertensi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
diet hipertensi dan meningkatkan perilaku diet hipertensi yaitu dengan
pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
upaya yang dilakukan agar pengetahuan individu, kelompok atau
masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan alat yang
digunakan untuk memberi penerangan yang baik mengenai suatu
masalah kepada masyarakat, sehingga masyarakat mampu mengenal
kebutuhan kesehatan dirinya, keluarga dan kelompok dalam
meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan dapat pula diartikan
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik
praktik belajar atau instruksi (Pusphandani, 2012).
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti mengambil
rumusan masalah “Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Masyarakat Dengan Diet Hipertensi Di Puskesmas Bone
Bolango Tahun 2019”
c. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat, dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi Puskesmas Bone Bolango
Tahun 2019
2) Tujuan Khusus
a) Diketahui prevalensi Hipertensi Masyarakat di UPTD Puskesmas
Bone Bolango
b) Diketahui karakteristik responden
 Umur
 Pendidikan
 Pekerjaan
c) Diketahuinya pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi
 Diet rendah garam
 Diet rendah kolesterol
 Diet tinggi serat
d. Manfaat
1) Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
Universitas Muhammadiyah Gorontalo untuk membantu penentu
kebijakan maupun pengambilan keputusan dalam memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat
2) Manfaat Bagi Penelitian
Diharapkan jadi acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan
penelitian sejenis dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita semua.
3) Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Bone Bolango
Sebagai bahan pengetahuan untuk peningkatan kualitas pelayanan
masyarakat dengan melaksanakan pendidikan kesehatan untuk mengatasi
hipertensi pada masyarakat.
4) Manfaat Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan ilmu bagi masyarakat untuk dipraktikan dengan
sesama masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan untuk mencegah
hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka
a. Konsep Pendidikan Kesehatan
b. Konsep Pengetahuan
c. Konsep Masyarakat
d. Konsep Diet
e. Konsep Hipertensi
3. Bab 3 Metodologi Penelitian

PENDAHULUAN
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal
atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit
ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang
terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik
(Purnomo, 2009).
Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60%
penderita hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar 25%
penduduk dunia dewasa (Adrogue & Madias, 2007). Sisanya mengakibatkan penyakit
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Rikesdas (2007) menyebutkan hipertensi
sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia
(Yoga, 2009). Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat
secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat
konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi garam, lemak,
gula,dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan
angka kejadian hipertensi (Agrina, 2011).

Hasil penelitian menurut Effendy & Rosyid (2011) menunjukkan bahwa


rendahnya angka kepatuhan terhadap diet rendah garam membuat meningkatnya
angka kejadian kekambuhan hipertensi. Kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat
penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau orang lain (Degresi, 2005). Widyasari & Candrasari (2010) menyimpulkan
bahwa ada peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan sikap setelah pemberian
pendidikan kesehatan tentang hipertensi. Helen, et al (2013) juga menjelaskan bahwa
pemberian intervensi merupakan faktor penting dalam perubahan sikap kepatuhan
dalam pengobatan penyakit kronik seperti perubahan sikap dalam kepatuhan minum
obat, kepatuhan diet dan kepatuhan aktivitas sehari-hari.
Salah satu kepatuhan yang harus ditaati penderita hipertensi adalah makanan
(kepatuhan diet). Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh
menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
lanjut. Penderita hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan
ada atau tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan
tekanan darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit
hipertensi dan komplikasinya (Agrina, 2011). Upaya mengubah suatu perilaku
pemeliharaan yang terus menerus diperlukan suatu pendidikan kesehatan. Salah satu
upaya yang bisa diberikan untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada penderita hipertensi di Desa Tambar
Kecamatan Jogoroto Jombang bahwa penderita belum mematuhi diet secara benar.
Berdasarkan dari uraian di atas peneliti tertarik ingin melakukan penelitian apakah
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan diet pasien hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic(bagian atas) dan diastolic(angka bawah). Pemeriksaan tekanan darah
menggunakan alat pengukur tekanandarah baik berupa cuffair raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat pemeriksaan tekanan darahdigital lainnya
(Pudiastuti,2013).Hipertensi merupakan penyakit yang banyak ditemui di
masyarakat karena berubahnya pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan pada sosial ekonomi,
gaya hidup dan perubahan struktur penduduk. Hipertensi saat ini masih merupakan
permasalahan bukan hanya di Indonesia melainkan seluruh dunia (Pratama, 2015).

Menurut American Hearth Association(AHA), penduduk Amerika berusia


diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka sebanyak 74,5 juta
jiwa, tetapi sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sering
disebut sebagai silent killerkarena biasanya muncul beragam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lainnya. Hipertensi jika dibiarkan dapat
berkembang menjadi gagal jantung kronik, stroke, serta pengecilan volume otak,
sehingga kemampuan fungsi kognitif dan intelektual seorang penderita hipertensi
akan berkurang(Kemeskes RI, 2014).

Di Indonesia sendiri kasus hipertensi masih merupakan sebuah tantangan


besar karena merupakan kondisi yang sering dijumpai pada pelayanan kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebanyak 25,8% (Depkes, 2014). Sementara itu
data surveilans Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) DaerahIstimewa Yogyakarta tahun
2014menyatakan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi berada pada usia produktif yaitu
pada usia ≥ 18 tahun mengalami peningkatan dari 7,6% di tahun 2007 menjadi
9,5% di tahun 2013sehinggamenempatkan hipertensi sebagai penyakit tidak menular
dengan angka kejadian tertinggi (Kemenkes RI, 2015).

Hipertensi menjadi faktor resiko dari penyakit-penyakit kardiovaskular yang


menyebabkan tingginya angka kematian di Indonesia. Saat ini hipertensi dan penyakit
kardiovaskular masih cukup tinggi bahkan meningkat karena berubahnya gaya
hidup yang jauh dari perilaku hidup sehat dan mahalnya biaya pengobatan. Banyak
penderita hipertensi yang tidak patuh menjalankan diet yang telah diberikan karena
kurangnya pengetahuan tentang diet hipertensi (Shadine, 2010).

Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan kesehatan untuk mencegah


dan mengendalikan NCD (Non Comminicable Disease) dengan Permenkes No 30
tahun 2013 tentang pencantuman informasi kandungan gula garam dan lemak serta
pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji. Program NCD yang
dilakukan seperti promosi kesehatan melalui pos pembinaan terpadu pada masyarakat
yaitu menjelaskan perilaku hidup sehat, pengendalian terpadu pada faktor risiko
NCD melalui dokter keluarga dan puskesmas , rehabilitasi pada kasus NCD melalui
home cere, monitoring dancontrolling.

Pandangan masyarakat tentang hipertensi justru dianggap suatu penyakit


biasa. Anggapantersebut yang pada akhirnya membuat penyakit hipertensi sering
diabaikan dan tidak memerlukan penangan serius untuk diobati. Banyak pendapat
yangsalah tentang hipertensi yaitu: penyakit hipertensi identik dengan pemarah,
penyakit hipertensi tidak perlu ditangani dengan serius, penyakit hipertensi mudah
sembuh, seringnya mengkonsumsi obat antihipertensi dapat mengakibatkan sakit
ginjal, tidak perlu melakukan diet dan semakin bertambah usia maka semakin
tinggi batas tekanandarah normalnya (Hermawan, 2014).

Pengontrolan tekanan darah dan pencegahan komplikasi hipertensi dipengaruhi


oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pola
makan penderita hipertensi (Alexander Gordon, 2014). Pengetahuan sangat
mempengaruhi pasien hipertensi dalam manajemen hipertensi. Namun banyak pasien
yang belum mengetahui tentang hipertensi. Menurut penelitian Hastuti dan Lestari
(2007) pengetahuan pasien tentang diet hipertensi dalam kategori kurang patuh
(61,6%), selain itu pengaturan kepatuhan diet hipertensi sangat membantu dalam
manajemen hipertensi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien tentang diet hipertensi
dan meningkatkan perilaku diet hipertensi yaitu dengan pemberian pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh yang positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk


memberi penerangan yang baik mengenai suatu masalah kepada masyarakat, sehingga
masyarakat mampu mengenal kebutuhan kesehatan dirinya, keluarga dan kelompok
dalam meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan dapat pula diartikan
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar
atau instruksi (Pusphandani, 2012).
Hasil penelitian menurut Effendy & Rosyid (2011)
menunjukkan bahwa rendahnya angka kepatuhan terhadap diet rendah garam membuat
meningkatnya angka kejadian kekambuhan hipertensi. Kepatuhan(ketaatan)
sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku
yang disarankan oleh dokter atau orang lain (Degresi, 2005).Widyasari &
Candrasari (2010) menyimpulkan bahwa ada peningkatan signifikan dalam
pengetahuan dan sikap setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang hipertensi.
Helen, et al (2013) juga menjelaskan bahwa pemberian intervensi merupakan faktor
penting dalam perubahan sikap kepatuhan dalam pengobatan penyakit kronik seperti
perubahan sikapdalam kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan kepatuhan
aktivitas sehari-hari.

Salah satu kepatuhan yang harus ditaati penderita hipertensi adalah


makanan (kepatuhan diet). Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi. Penderita
hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi harus tetap
menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau tidaknya sakit dan gejala
yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah penderita
hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan
komplikasinya (Agrina,2011).Upaya mengubah suatu perilaku pemeliharaan yang
terus menerus diperlukan suatu pendidikan kesehatan. Salah satu upaya yang
bisa diberikan untuk meningkatkan kepatuhan adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai