TINJAUAN PUSTAKA
terhadap suatu dosis insektisida yang dalam keadaan normal dapat membunuh
disebabkan oleh seleksi serangga hama yang diberi perlakuan insektisida secara
terus menerus. Secara prinsip mekanisme resistensi ini akan mencegah insektisida
berikatan dengan titik targetnya atau tubuh serangga menjadi mampu untuk
mengurai bahan aktif insektisida sebelum sampai pada titik sasaran. Jenis atau
tingkatan resistensi itu sendiri meliputi tahap rentan, toleran baru kemudian tahap
resisten.
populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski
terpapar satu atau lebih senyawa insektisida. Peningkatan individu ini terutama
memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembangbiak dan
Menurut Herat (1997) yang dikutip oleh Sucipto (2015) bahwa status
uji Susceptibility, yaitu metode standar yang tepat untuk mengukur resistensi
kemampuan untuk tetap hidup bila kontak dengan insektisida dengan mekanisme
serangga yang tidak memiliki gen spesifik untuk resistensi terhadap insektisida
2. Resistensi fisiologis, populasi serangga mungkin terseleksi untuk tetap hidup terhadap
nyamuk yang resisten dapat meningkat akibat penggunaan insektisida seperti Malathion
dan Sipermethrin. Tipe resistensi ini adalah reversible (dapat pulih seperti semula)
nilai sebelumnya dan menurun kembali dengan cepat manakala penggunaan insektisida
dimulai lagi.
lari/menghindar dari efek insektisida karena perilaku alamiah atau modifikasi perilaku
mereka (induced behavior) akibat insektisida. Hal ini dilakukan dengan cara
pengaruh kerja enzim tertentu). Kemudian terjadi penurunan kepekaan titik target
diantaranya :
transferase.
AChE).
faktor, yaitu :
10
genetik seperti gen-gen yang menjadi pembentukan enzim esterase, yang dapat
pyrethroid. Faktor genetik lain seperti adanya gen knock down resistence (kdr)
vektor (golongan insektisida, kesamaan target dan sifat insektisida yang pernah
penggunaan).
insektisida yang satu ternyata menyebabkan proses terjadinya resistensi lebih cepat
selama berpuluh tahun tidak menimbulkan resistensi, tetapi ada insektisida yang
telah diketahui adanya cross resistance antara DDT dan insektisida piretroid dan
11
bergantian dengan insektisida dari kelompok kimia yang berbeda dan cara kerja
diperlukan untuk mendapatkan data dasar deteksi lebih lanjut dan monitoring
insektisida dan strategi yang akan digunakan. Disamping itu hasil uji resistensi
berkala 1-2 tahun oleh sektor kesehatan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
12
Persyaratan untuk uji susceptibility yang harus dipenuhi adalah jumlah yang
cukup serta kondisi fisiologis serangga yang baik. Kondisi fisiologis yang baik
kenyang darah atau kenyang gula. Pada uji susceptibility kematian serangga uji
secara biokimia adalah uji resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat
biokimia adalah informasi status kerentanan diperoleh lebih cepat dan dapat
13
insektisida DDT dan golongan piretroid yang ditunjukkan dengan adanya titik
mutasi. Mutasi gen VGSC pada nyamuk Aedes Aegypti terjadi pada sembilan
disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang serta dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak – anak dan sering menimbulkan wabah. Jika nyamuk
Aedes aegypti menggigit penderita demam berdarah maka virus dengue akan
masuk kedalam tubuh bersama darah yang diisapnya kemudian virus dengue
berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk dan sebagian besar
berada di kelenjar liur, selanjutnya apabila nyamuk menggigit orang lain maka air
liur bersama virus dengue akan dilepas terlebih dahulu agar darah yang akan di
hisap tidak membeku dan pada saat yang bersamaan virus dengue ditularkan ke
akut yang di temukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip
dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus demam
berdarah dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
14
Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang
menyerupai dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim
sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus
dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis
tentang dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia
tahun 1780. Kebanyakan wabah ini secara klinis adalah demam dengue walaupun
ditemukan pertama kali di Manila tahun 1954 dan Bangkok tahun 1958
(Soegijanto, 2006).
pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini
di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health
15
Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu mengisap darah orang yang sakit
demam berdarah dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus
sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah
selama 4 - 7 hari mulai 1 - 2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam
minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan
kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Menurut WHO (1999) lama waktu
sekitarnya Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya
(Soegijanto, 2012).
Nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali
melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama
air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (Soegijanto,
2006).
penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara lain
(Sitio, 2008) :
16
beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel,
penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari
Filum : Artropoda
Kelas : Hexapoda/lnsecta
Subklas : Pterygota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
17
nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih belum matang
disebut larva yang berkembang melalui empat tahap kemudian bertambah ukuran
hingga mencapai kepompong nyamuk dewasa membentuk diri sebagai betina atau
jantan dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di belakang kulit
telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru. Beberapa spesies
nyamuk hanya satu generasi per tahun yang lainnya bisa mempunyai beberapa
generasi selama musim dengan kondisi iklim yang menguntungkan. Mereka sangat
bergantung pada iklim dari kondisi lingkungan lokal terutama suhu dan curah
dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari
setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan
stadium kepompong berlangsung antara 2–4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan
18
1. Telur
Setiap kali bertelur, nyamuk betina Aedes aegypti dapat mengeluarkan telur
sebanyak 100 butir, dengan ukuran 0,5-0,8 mm, berbentuk elips atau oval
pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat
penampungan air. Telur ini ditempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai
6 bulan, dan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah
terendam air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85% melekat di
2. Jentik (larva)
19
bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan
a. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada
menghitam.
b. Instar II : berukuran 2,5-3,9 mm, duri-duri dada belum jelas, dan corong
c. Instar III: berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.
d. Instar IV: berukuran paling besar 5 mm, telah lengkap struktur anatominya dan
jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan
perut (abdomen).
Jenis Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air, gerakan berulang-
ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara)
kemudian turun, kembali kebawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya
hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang / berubah
3. Pupa (kepompong)
20
ramping dibanding larva atau jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan rata-rata pupa nyamuk lain, gerakan lamban, sering berada di permukaan
air, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa (Soegijanto, 2006).
4. Nyamuk Dewasa
nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada
bagian badan dan kaki. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di
tempat-tempat umum, dan mampu terbang sampai 100 meter. Nyamuk betina aktif
menggigit (menghisap) darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan
biasa menghisap sari bunga/ tumbuhan yang mengandung gula. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan . Perbedaan morfologi
antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan jantan terletak pada perbedaan
sedangkan yang jantan memiliki antena berbulu lebat. Dada nyamuk ini tersusun
atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Perut terdiri dari 8 ruas dan
dan dewasa. Misalnya perilaku menggigit, tempat dan waktu kapan bertelur,
perilaku perkawinan. Iklim dalam hal ini berperan besar dalam menentukan
21
dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Tetapi setelah kawin, nyamuk betina
hangat suhu dan semakin tinggi kelembaban sekitar host ditambah dengan gerakan
host dan perbedaan warna disekitar mereka akan lebih mempermudah nyamuk
dengan host tertentu. Nyamuk yang mencari makan pada burung dan/atau host
mamalia dan juga pada manusia disebut perilaku mencari makan oportunistik.
pada malam hari) nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit,
pertama di pagi hari (diurnal) selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore
hari selama beberapa jam sebelum gelap. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit
di malam hari tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang. Kebiasaan
menggigit Aedes aegypti pada pagi hari hingga sore yaitu pukul 08.00 - 10.00 dan
pukul 15.00 -17.00. Lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di luar
rumah.
2. Perilaku Istirahat
22
tersembunyi dalam rumah atau bangunan termasuk kamar tidur, kamar mandi,
3. Jarak Terbang
beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya
terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan (WHO, 2004).
4. Lama Hidup
penyebaran penyakit. Nyamuk harus bertahan selama mungkin agar cukup bagi
nyamuk ada kesempatan menggigit manusia atau hewan untuk kedua kali, maka
transmisi akan terjadi. Masa inkubasi ini bervariasi tergantung dari iklim, beberapa
masa hidup pada kondisi yang berlawanan pada musim dingin atau selama musim
udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh
nyamuk Aedes aegypti, malaria dan lainnya. Faktor perilaku dan partisipasi
masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan PSN serta faktor pertambahan
23
5. Tempat Perkembangbiakan
tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-
tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan
minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban,
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2
24
penyakit DBD. Untuk mengatasi penyakit DBD sampai saat ini masih belum ada
cara yang efektif, karena sampai saat ini masih belum ditemukan obat anti virus
Dengue yang efektif maupun vaksin yang dapat melindungi diri terhadap infeksi
virus Dengue. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanggulangan penyakit
mekanik/pengelolaan lingkungan.
dewasa. Insektisida merupakan racun yang bersifat toksik, oleh sebab itu
yang bukan sasaran termasuk mamalia. Insektisida yang dapat digunakan terhadap
penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva aedes aegypti yaitu
25
oleh Kasumbogo (2004), beliau mengatakan bahwa ada beberapa variabel yang
luas penyemprotan. Fenomena resistensi itu dapat dijelaskan dengan teori evolusi
yaitu ketika suatu lokasi dilakukan penyemprotan pestisida, nyamuk yang peka
akan mati, sebaliknya yang tidak peka akan tetap melangsungkan hidupnya.
jumlah nyamuk yang kebal bertambah banyak. Apalagi, nyamuk yang kebal
disitu, nyamuk yang sudah kebal terhadap satu jenis pestisida tertentu akan terus
mengembangkan diri agar bisa kebal terkadap jenis pestisida yang lain
(Kasumbogo, 2004).
secara merata pada permukaan dinding yang disemprot. Metode ini menggunakan
26
kelenjar ludahnya.
2. Kelambu Berinsektisida
diharapkan mass killing dari nyamuk malaria dapat dicegah dibandingkan dengan
3. Larvasida
untuk minum dan masak, maka larvasida (kimia pemberantas larva) yang
digunakan harus mempunyai sifat-sifat, efektif pada dosis rendah, tidak bersifat
racun bagi manusia/mamalia, tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau,
yang lebih dikenal dengan sebutan abate. Larvasida ini terbukti efektif terhadap
27
asap yg sangat halus. Fogging merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
Sipermethrin atau senyawa kimia lain yang berasal dari golongan insektisida yang
udara untuk membunuh nyamuk dewasa. Ukuran diameter droplet (partikel) pada
pengasapan dengan uap panas biasanya berukuran kurang dari 15 mikron. Ukuran
droplet pada pengasapan bergantung pada jenis mesin dan kondisi operasionalnya
(WHO, 2004).
digunakan yaitu ikan pemakan jentik sepeni ikan guppy, cupang, tampalo dan ikan
gabus. Agen biologi lain seperti Bacillus thuringiensis (BT1) digunakan sebagai
pembunuh jentik nyamuk atau larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. BTI
wadah, karena itu dianjurkan pemakaiannya berulang kali (Depkes RI, 2000).
28
Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi ini dilepaskan ke alam bebas.
Meskipun nanti akan berkopulasi dengan nyamuk betina tapi nyamuk betina tidak
1. Modifikasi lingkungan
fisik yang permanen (jangka panjang) terhadap tanah, air dan tumbuh-tumbuhan
lain : perbaikan penyediaan air, tangki dan reservoir diatas atau dibawah tanah anti
nyamuk dan perubahan fisik habitat larva yang tahan lama (WHO, 2001).
2. Manipulasi lingkungan
29
penyimpanan air rumah tangga dan pengubahan sementara habitat vektor atau
vektor yang dapat dilakukan di rumah tangga pot bunga, vas bunga dilubangi
kulkas atau lemari es/AC, pemeriksaan pipa aliran air talang atap secara berkala
(WHO, 2001).
pakaian pelindung, pemakai obat nyamuk baker dan aerosol, penolak serangan,
nyamuk kontak langsung dengan manusia yaitu dengan memasang kawat kasa
pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari
menggantung pakaian di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak
terjangkau sinar matahari. Pencegahan yang paling tepat dan efektif serta aman
1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan
2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat
30
2.5 Insektisida
Insektisida berasal dan kata insect, yang berarti serangga sedangkan cide
berarti membunuh. Dengan kata lain pengertian insektisida secara luas adalah
potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti kita lihat pada bagian tubuh
(Soemirat, 2009). Dalam PP No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas peredaran,
Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik, serta virus yang dipergunakan untuk memberantas
manusia.
pengganggu lain (lalat, kecoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah
31
2.5.2.1 Organofosfat
hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan
lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.
susunan kimianya (Magaliona, 1980). Awal penemuan insektisida ini terjadi pada
masa perang dunia II dalam rangka penelitian “gas saraf ” untuk kepentingan
perang. Menurut Diana (2009) Organofosfat merupakan racun yang tidak selektif,
lain-lain.
untuk pengendalian tembakau kunyah dan hama belalang-kutu daun, ulat daun,
dan gerbong. Hal ini juga digunakan untuk melawan serangga domestik dan
nyamuk. Temefos adalah larvasida yang banyak digunakan untuk membunuh larva
32
methyl adalah salah satu dari beberapa senyawa yang digunakan untuk
Chagas di Amerika .
bidang pertanian untuk membunuh serangga hama pada sayuran, buah-buahan dan
pada daerah yang terserang lalat buah. Ternyata malathion cukup efektif
relatif rendah dan terhadap vertebrata kurang stabil, korosif, berbau, dan memiliki
rantai karbon yang pendek. Juga bekerja sebagai racun perut, sebagai racun kontak
(Djojosumarto, 2008).
33
2.5.2.2 Organoklorin
sangat lambat, larut dalam lemak. Tergolong insektisida dengan toksisitas relatif
rendah tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan, berakumulasi pada jaringan
lemak, sangat stabil di air, tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan.
Menurut Costa (2008) yang dikutip oleh Acmadi 2014 mengatakan bahwa
pencernaan, dan absorpsi melalui kulit. Bila digunakan dalam bentuk serbuk,
absorpsi malalui kulit tidak terlalu berbahaya, namun ketika digunakan sebagai
Senyawa ini mempunyai kemampuan untuk menembus membran sel yang cukup
kuat, dan tersimpan di dalam jaringan lemak tubuh. Karena sifat lipotropiknya,
senyawa ini tersimpan di dalam sel-sel yang banyak mengandung lemak, seperti
pada susunan saraf pusat, hati, ginjal, dan otot jantung. Di dalam organ-organ ini,
34
negara pada daerah ekuator karena murah, efektif dan persisten. Contoh golongan
2.5.2.3 Karbamat
Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan
mudah terurai di lingkungan (tidak persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan
berlangsung dalam waktu singkat dan dapat segera normal kembali. Insektisida ini
dapat bertahan di dalam tubuh antara 1-24 jam dan diekskresikan secara cepat dari
dalam tubuh. Pada serangga, target keracunan oleh karbamat adalah pada ganglion
system saraf pusat. Sejauh ini belum terdapat laporan mengenai adanya insektisida
35
merupakan tiruan atau analog dari piretrum. Efikasi biologis piretroid bervariasi,
efek sebagai racun kontak yang sangat kuat. Insektisida piretroid merupakan racun
yang mempengaruhi saraf serangga (racun saraf) dengan berbagai macam cara
Piretroid adalah racun saraf yang bekerja dengan cepat dan menimbulkan
paralisis yang bersifat sementara. Efek piretroid sama dengan DDT tetapi piretroid
memiliki efek tidak persisten. Generasi pertama piretroid adalah alletrin bersifat
stabil dan persisten yang cukup efektif untuk membunuh lalat rumah dan nyamuk.
dan kutu dewasa. Deltametrin ini adalah racun saraf yang menghalangi kerja
adalah racun kontak dan racun perut yang banyak dipergunakan untuk
rendah bila terpapar melalui kulit, tetapi sangat beracun bila terhirup. Insektisida
dengan formulasi lainnya, menjadi formulasi murni, stabi, homogeny, bebas dari
36
bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Efektif terutama untuk
1980).
serangga alami yang terdapat pada bunga krisan), dengan daya racun yang tinggi
secara biologi dan lebih stabil dibanding racun alami lainnya. Cypermetrin
berwujud cairan kental, berbau menyengat, relatif tidak menguap, stabil terhadap
panas, dan larut dalam pelarut non polar (aceton, alkohol, xylene, dan khloroform),
serta mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (0,009 ppm) (Haryati, 2006).
antara lain cynoff, seruni, ciplus, cytrin, hit, baygon dan mortein (Deptan, 2008).
37
sebagai racun kontak, racun perut atau racun pernafasan tergantung pada cara
insektisida tersebut diserap dinding saluran pencernaan makanan dan dibawa oleh
dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah
disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk
membunuh.
Kebanyakan insektisida mempunyai efek ganda, yakni sebagai racun perut dan
racun kontak, hanya da perbedaan kekuatan antara keduanya. Ada insektisida yang
insektisida yang memiliki efek ganda adalah golongan Piretroid dan Organofosfat
sedangkan insektisida yang bersifat sebagai racun perut murni adalah Bacillus
thuringiensis.
38
sasaran melalui kulit (kutikula), celah/lubang alami pada tubuh atau langsung
piretroid memiliki efek kontak yang sangat kuat. meskipun memiliki efek sebagai
racun perut. Ada yang efek kontaknya sangat kuat dengan efek racun perut sebagai
tambahan, ada pula efek racun perutnya lebih kuat daripada sifat kontaknya.
Contoh golongan insektisida yang termasuk dalam racun kontak adalah golongan
sistem pernapasan dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga
akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup
racun pernapasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair. Contoh
Organofosfat.
Cara kerja insektisida (mode of action) dalam tubuh serangga adalah cara
39
Menurut Hamid (2014) cara kerja insektisida dalam tubuh serangga dibagi
baik dari luar maupun dari dalam sehingga serangga dapat hidup dan berkembang.
Terdiri dari banyak sel saraf (neuron) yang saling berhubungan yang menyebar ke
seluruh tubuh. Neuron di salah satu ujungnya disebut dendrit dan diujung lain
neuron berhubungan disebut sinap. Ujung akson yang berhubungan neuron lainnya
disebut presinap sedangkan bagian dari neuron yang berhubungan dengan presinap
kompleks. Dipengaruhi oleh keseimbangan ion-ion K+, na+, CA++, cl-, berbagai
mengakibatkan impuls saraf tidak dapat berjalan secara normal. Sehingga serangga
40
berfungsi menghantar impul saraf, setelah itu segera mengalami hidrolisis dengan
sama seperti yang disebabkan oleh Organofosfat dan Karbamat, impuls saraf akan
pertumbuhan dan jasad akan mati di atas kakinya sendiri karena kehabisan tenaga
41
air dari tubuhnya. Diatom, silica aerogels dan asam borat adalah bahan yang dapat
menyerap lilin/lemak, sehingga lapisan lilin akan hilang, serangga akan banyak
endokrin dan yang menghambat sintesis kitin. Pertumbuhan serangga pada fase
muda (larva), dikendalikan oleh hormon juvenil (juvenile hormon) yang diproduksi
di otak. Hormon juvenil mengatur kapan fase larva berakhir kemudian dilanjutkan
pencernaan serangga (larva dari golongan lepidoptera) yang bersifat asam akan
42
dalam waktu yang cukup lama, sehingga kontak antara insektisida dengan
melibatkan energi antara lain energi panas (thermal), seperti pada thermal fogging,
energi mekanik seperti pada cold fogging atau Ultra Low Volume dan energi gas
penyemprotan harus dilakukan saat serangga sasaran dalam keadaan aktif. Untuk
menutup ruangan dalam kurun waktu yang cukup sehingga kontak insektisida
sebab droplet akan jatuh ke permukaan karena daya tarik bumi, bahkan dapat
hilang ke atmosfer pada aplikasi di luar ruangan. Ukuran yang cukup baik untuk
besaran droplet aplikasi < 100 milimikron, sebab droplet akan mudah melayang
2. Flow Rate
Flow rate adalah volume larutan yang dikeluarkan per satuan waktu,
misalnya ml/detik. Semakin besar flow rate semakin besar pula diameter droplet
43
berlangsung.
3. Konsentrasi Insektisida
Konsentrasi insektisida yang digunakan harus mengacu pada label, karena bila
dosis yang digunakan tidak tepat akan menimbulkan kerugian, tidak hanya dari
segi biaya dan efikasi pengendalian tetapi juga berpengaruh terhadap keamanan
akan berpengaruh terhadap aplikasi di luar ruangan. Untuk aplikasi di luar ruangan
insektisida space spray berkisar 1-4 m/detik atau sekitar 3,6 - 15 Km/jam. Angin
angin terlalu kencang maka droplet akan cepat hilang terbawa angin.
Penyemprotan harus berjalan mundur melawan arah angin, sehingga droplet tidak
mengenai penyemprot.
5. Suhu
Penyemprotan di luar ruangan pada waktu tengah hari atau pada saat suhu tinggi
akan sia-sia karena droplet akan menyebar keatas, bukan kesamping sehingga
44
atau thermal fog atau aerosol panas, sedangkan alatnya disebut thermal aerosol
Karakteristik utama dari aplikasi dengan metode fogging adalah ukuran butiran
semprot yang dihasilkannya sangat halus. Spektrum butiran pada fogging mulai
dari <1 hingga 150 mikron. Oleh karena halusnya, butiran semprot membentuk
semacam kabut asap (fog) yang bisa melayang lama di udara serta sanggup
menyusup ke seluruh ruangan atau bidang sasaran dengan baik, bahkan ke dalam
untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu (Depkes RI, 2007).
Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD, salah satu- nya ditujukan
untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan
untuk menekan laju penularan penyakit DBD. Karena itu, ada beberapa hal penting
yang perlu kita ketahui mengenai fogging, antara lain sebagai berikut :
1. Bahwa fogging efektif untuk membasmi vektor atau nyamuk Aedes dewasa
saja. Karena itu, upaya fogging saja tidaklah terlalu efektif untuk menekan laju
45
fogging sia-sia.
kasus penyakit yang mematikan seperti demam berdarah dengue. Hal ini dilakukan
untuk membunuh nyamuk dewasa yang diduga terinfeksi virus dengue dan
Fogging yang efektif biasanya dilakukan pada saat pagi maupun sore hari, saat
angin tidak begitu kencang dan aktifrtas nyamuk menggigit sedang memuncak
(Hadi, 2006).
biasanya dilarutkan dalam minyak, seperti solar atau minyak tanah. Formulasi
larutan atau dosis aplikasi insektisida disesuaikan dengan ketentuan yang telah
46
digunakan adalah air dan tidak menghasilkan kabut yang banyak seperti thermal
fogging. Droplet yang dihasilkan pada aplikasi ini tidak melibatkan panas, namun
Jenis Insektisida
1. Malathion 0,8%
Uji Susceptibility
Status Resistensi
Suhu
Nyamuk
dan Kelembaban
47