PENDAHULUAN
1
dokter adalah apoteker. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Selain itu, Apoteker juga harus bertanggung jawab atas semua obat yang
digunakan oleh pasien sehingga dapat memastikan semua terapi yang digunakan
efektif, efisien, rasional, aman, bermutu dan terjangkau.
Apotek Tanggo Rajo adalah apotek yang berdiri sejak tahun 2005. Apotek
Tanggo Rajo melayani penjualan langsung, melayani resep dokter dan
menyediakan pelayanan lain seperti praktek dokter, dan pelayanan OTC
(swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Tanggo Rajo dipimpin
oleh tenaga apoteker yang profesional yang sering berada di tempat sehingga
pelayanan informasi obat ke pasien dapat berjalan dengan baik.
Dalam mempersiapkan calon apoteker yang berkualitas, maka Fakultas
Farmasi Universitas Andalas Padang bekerjasama dengan Apotek Tanggo Rajo
yang merupakan salah satu apotek yang diberi wewenang untuk membantu
pelatihan kerja profesi apoteker. Dalam praktek kerja profesi ini diharapkan calon
apoteker dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya mengenai
perapotekan serta penguasaan ilmu dan profesi farmasi sebagai seorang Apoteker
Pengelola Apotek, serta untuk mengenal secara langsung masalah kefarmasian di
lapangan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker adalah sebagai
berikut:
2
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
6. Memberikan gambaran yang jelas tentang apotek, administrasi dan fungsi
kefarmasian dalam apotek.
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
3
2.1 Defenisi Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 tahun 2009
tentang pekerjaaan kefarmasian, Apotek adalah serana pelayanan kefermasian,
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.922/Menkes/Per/X/1993, Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas dasar
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan
obat tradisional. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.
4
Menurut Charles J. P. Siregar pekerjaan kefarmasian atau pelayanan
kefarmasian di Indonesia baru pada tahap evolusi kedua. Charles J. P. Siregar
dalam tulisannya “Pelayanan Farmasi yang Baik“ membagi pekerjaan
kefarmasian di apotek dan di rumah sakit menjadi tiga tahapan evolusi pelayanan,
yaitu:
1. Tahapan Evolusi Awal
Pada tahapan evolusi awal ini, pekerjaan kefarmasian dititikberatkan
pada membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada penderita. Apoteker
pada tahap ini berperan penting dalam pembuatan dan penyediaan obat,
namun pada umumnya apoteker terisolasi dan kurang berkomunikasi dengan
pasien dan dokter.
2. Tahapan Evolusi Kedua
Pada tahapan ini, industri farmasi berkembang pesat sehingga zat
berkhasiat dan sediaan obat jadi telah cukup diproduksi dan tersedia.
Akibatnya jumlah obat yang diracik di apotek menurun hingga 5 – 10 %.
Pekerjaan kefarmasian di apotek lebih dititikberatkan hanya pada penyiapan
dan penyerahan obat saja. Namun apoteker masih menjadi tokoh pasif dalam
terapi obat serta kurang aktif dalam melayani pasien maupun anggota profesi
kesehatan lainnya.
3. Tahapan Evolusi Ketiga
Pada tahapan ini pekerjaan kefarmasian telah bergeser dari orientasi
pada produk (product oriented) menjadi orientasi pada kepentingan pasien
(patient oriented). Pelayanan ini memberi peluang bagi apoteker untuk
berinteraksi secara rutin dengan dokter, pasien, maupun anggota profesi
kesehatan lainnya. Pergeseran orientasi pekerjaan kefarmasian ini bukan saja
akan mengembangkan kehidupan profesi apoteker tetapi juga mampu
melindungi pasien terhadap masalah-masalah yang disebabkan oleh obat.
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik
5
sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat
tertentu.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.922/Menkes/Per/X /1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek, pada pasal 6 ditetapkan persyaratan apotek yaitu :
6
c. Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng, sirap atau bahan lain
yang memadai.
d. Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin, atau bahan lain yang
memadai.
Persyaratan teknis tersebut harus dapat dipenuhi untuk dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta dapat
memelihara mutu perbekalan kesehatan dibidang farmasi.
4. Bangunan apotek harus memiliki ventilasi dan sanitasi yang baik, serta
memenuhi persyaratan higienes lainnya.
5. Apotek harus memiliki sumber air yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
6. Adanya penerangan yang cukup, sehingga dapat menjamin pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek dengan baik.
7. Apotek harus menyediakan alat pemadam kebakaran sekurang-
kurangnya dua buah dan masih berfungsi dengan baik.
8. Setiap apotek harus memasang papan nama pada bagian muka apotek
yang terbuat dari papan, seng atau bahan lain yang memadai dengan
ukuran sekurang-kurangnya panjang 60 cm, lebar 40 cm, dengan tulisan
hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm dan tebal 5 mm.
Papan nama harus memuat:
a. Nama apotek.
b. Nama Apoteker Pengelola Apotek (APA).
c. Nomor Surat Izin Apotek (SIA).
d. Alamat dan nomor telepon apotek.
7
b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera,
minimal 1 set.
c. Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi, seperti:
a. Botol berbagai ukuran, lemari dan rak untuk penyimpanan obat
dengan jumlah sesuai kebutuhan.
b. Lemari dan rak penyimpanan obat, serta lemari pendingin minimal
1 buah.
3. Tempat penyimpanan khusus untuk narkotika yang harus dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat dan harus dapat dikunci,
terbagi dua dengan kunci masing-masing. Jika kurang dari 40x80x100 cm
maka harus ditempatkan dengan kuat pada tembok.
4. Tempat penyimpanan khusus untuk racun, yaitu lemari yang dapat dikunci
dan diberi tanda tengkorak.
5. Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana.
6. Wadah pengemas dan pembungkus, seperti:
a. Etiket dengan ukuran, jenis, dan jumlah sesuai dengan kebutuhan.
b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat, dengan
jenis dan ukuran yang sesuai.
7. Alat administrasi, seperti:
a. Blanko pesanan obat.
b. Blanko kartu stok obat.
c. Blanko salinan resep.
d. Blanko faktur dan blanko nota pencatatan.
e. Buku pencatatan narkotika.
f. Buku pesanan obat narkotika.
g. Format laporan obat narkotika.
h. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang ada sangkut pautnya
dengan apotek.
Untuk bidang administrasi apotek, diperlukan beberapa buku catatan,
blanko-blanko, atau format-format tertentu untuk menunjang kegiatan, seperti:
a. Blanko faktur penjualan dan nota penjualan.
b. Blanko kartu stok obat.
8
c. Blanko surat pesanan obat.
d. Blanko salinan resep.
e. Buku pembelian dan penerimaan, serta buku penjualan dan pengiriman obat.
f. Buku pencatatan, dan pembukuan keuangan.
g. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika.
h. Buku pencatatan pemberian racun tanpa resep.
i. Buku pesanan narkotika dan psikotropika.
j. Form laporan narkotika dan psikotropika.
k. Alat tulis dan kertas sesuai kebutuhan.
9
Pada pasal 40 dijelaskan persyaratan untuk mendapatkan STRA ialah
sebagai berikut:
10
Pada pasal 55 dijelaskan persyaratan untuk memperoleh SIPA atau SIK
yakni sebagai berikut:
11
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja.
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
12
Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi,
dengan menggunakan contoh formulir model APT-4
e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4),
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan
Surat Izin Apotek dengan menggunakan Contoh formulir model APT-5
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh
formulir APT-6
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud ayat (6), apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.
h. Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan
sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara
Apoteker dan pemilik sarana
i. Pemilik sarana yang dimaksud ayat (8) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan
j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan apotek dan apoteker pengelola apotek atau lokasi tidak sesuai
dengan permohonan maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib
mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan-alasan dengan
menggunakan formulir model APT-7
13
a. Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai
apoteker pengelola apotek
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan
dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin
keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan
perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang
digunakan.
c. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2
tahun secara terus-menerus
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan
mengenai narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
e. Surat izin kerja apoteker pengelola apotek dicabut
f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek
Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau apoteker
pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan tersebut
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat
keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang ada di apotek.
2. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat
yang tertutup dan terkunci.
14
3. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang diberi wewenang tentang
penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi
b. Perencanaan (planning)
15
Dalam hal mengelola apotek, apoteker sudah sejak awal harus mempunyai
perencanaan. Apoteker sebagai manajer membutuhkan keberanian dalam
pengambilan keputusan atau penentuan suatu pilihan dari beberapa alternative
serta membutuhkan pemikiran kreatif dan ide-ide baru.
c. Pengorganisasian (organizing)
Apoteker Pengelola Apotek yang akan memimpin suatu organisasi apotek
haruslah seorang professional dan diharapkan dapat merencanakan atau
mengalokasikan aktifitas yang sama dan seimbang kepada setiap karyawan,
penentuan tugas masing-masing kelompok, pemilihan orang-orang yang
disesuaikan dengan pendidikan, sifat-sifat dan pengalamannya, pendelegasian
wewenang dan pemberian tanggung jawab serta pengorganisasian segala
macam aktifitas, hubungan dan tanggung jawab.
d. Pelaksanaan (actuating)
Apoteker Pengelola Apotek harus mampu melaksanakan pengarahan,
penggerakan dan contoh kepada bawahan mereka bekerja dengan baik. Hal ini
berarti bahwa seorang apoteker harus mampu bertindak efektif dan efisien serta
memberikan contoh yang baik atas pekerjaannya dan mampu membina rasa
persatuan sesama karyawan apotek dan juga dapat berperansebagai saran
penghubung antara karyawan dan pemilik sarana apotek.
e. Pengawasan (controlling)
Apoteker Pengelola Apotek harus mampu melaksanakan pengawasan dan
kontrol terhadap semua kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan di apotek
sehingga semua kegiatan di apotek dapat berjalan lancar dan memuaskan
dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini termasuk juga kemampuan dalam
mengoreksi bawahan terhadap prestasi kegiatan yang sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
16
2. Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang, yaitu obat, bahan obat,
alat kesehatan, perbekalan farmasi lainnya untuk satu periode tertentu.
3. Mengatur dan mengawasi penjualan dalam bentuk resep, penjualan
bebas, dan langganan serta menetapkan kebijakan harga.
4. Berusaha meningkatkan penjualan dengan menjalin hubungan baik
dengan pasien, mencari langganan baru, serta promosi dan publikasi.
5. Melakukan pengawasan terhadap obat dan bahan obat serta kualitatif
dan kuantitatif, melakukan kontrol terhadap peracikan, pelayanan
terhadap resep yang dibuat dan diserahkan kepada pasien serta
menyelenggarakan informasi obat pada pasien dan dokter.
6. Apoteker memimpin, mengatur, dan mengawasi pekerjaan tata usaha,
keuangan, pelayanan, dan logistik.
7. Apoteker membuat laporan-laporan, menyelenggarakan surat menyurat
dan mengadakan pengawasan terhadap penggunaan dan pemeliharaan
aktiva perusahaan.
17
1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran
dan penyerahan obat dan bahan baku obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
Farmasi lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.
Pelayanan informasi yang dimaksud adalah :
a. Pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan kepada Dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun
masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya.
18
2.8.2.1 Pemilihan Lokasi Apotek
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi suatu apotek
adalah:
1. Ada atau tidaknya apotek lain di lokasi tersebut.
2. Kepadatan dan jumlah penduduk.
3. Keadaan sosial ekonomi masyarakan setempat.
4. Jumlah dokter praktek.
5. Sarana kesehatan lain di lokasi tersebut (rumah sakit, puskesmas,
poliklinik).
2.8.2.2 Pembelian
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha apotek
adalah kebijakan dalam menentukan pola pembelian. Kebijakan pembelian yang
tidak tepat dapat menyebabkan tidak terlayaninya permintaan sehingga citra
apotek menjadi buruk atau terjadinya kelebihan stok barang yang tersimpan untuk
obat-obat yang permintaannya kurang. Ada beberapa pola pembelian di apotek,
antara lain:
1. Pembelian dalam jumlah terbatas.
Pembelian dilakukan dalam jumlah terbatas sesuai dengan yang diperlukan
saja dalam jangka waktu pendek, misalnya 1 minggu. Ini dilakukan bila
dana terbatas dan PBF berada dalam satu kota dan selalu siap melayani
serta obat dapat segera dikirim.
2. Pembelian secara spekulasi.
Pembelian dilakukan dalam jumlah besar dari kebutuhan dengan harapan
akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat. Cara ini dapat menimbulkan
resiko.
3. Pembelian berencana.
Cara ini erat hubungannya dengan inventory control. Pengawasan
stok/barang dagangan penting sekali sebab dengan demikian dapat
19
diketahui mana yang laku (fast moving), dan selanjutnya dapat dilakukan
perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per-item.
4. Pembelian berdasarkan daftar pareto
Daftar pareto berisi urutan barang-barang yang memberikan persentase
penjualan yang tinggi.
2.8.2.3 Penyimpanan
Ruang untuk penyimpanan hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dari
segi keamanannya, harus kering, tidak terkena sinar matahari langsung, tidak
bocor, dan bebas dari hama seperti tikus. Penyimpanan sebaiknya dilakukan
menurut kelompok, misalnya kelompok obat jadi, bahan baku, dan alat kesehatan.
Kemudian masing-masing kelompok ini disusun secara alfabet. Keluar masuknya
barang juga diatur dengan kartu persediaan/kartu stok. Untuk menjamin
kelancaran pelayanan, apotek perlu mengadakan persediaan tetap (iron sotck).
Dalam menentukan jumlah persediaan di apotek, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Dana yang tersedia.
2. Kapasitas gedung.
3. Keadaan gedung.
4. Besarnya diskon dari PBF.
5. Tingkat kesulitan memperoleh barang.
2.8.2.4 Penjualan
Ada beberapa macam penjualan yang dilakukan di apotek, di antaranya
yaitu:
1. Penjualan melalui resep
Ini merupakan penjualan yang terbesar dan terpenting. Penjualan ini
dapat dilakukan secara kontan atau kredit.
2. Penjualan bebas
Ini meliputi penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, alat
kesehatan dan kosmetika.
3. Penjualan khusus kepada dokter, rumah sakit, balai pengobatan,
poliklinik, dan sarana kesehatan lain.
20
4. Penjualan alat kesehatan dan alat laboratorium.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Apotek Tanggo Rajo berdiri sejak tahun 2005. Apotek Tanggo Rajo
Indonesia, Provinsi Jambi dengan Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Ibu
Drs.Marianna.Br.S.Apt., dan Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah Ibu dr. Elfie
Yennie. Pada tahun 2015 Apoteker Pengelola Apotek Tanggo Rajo digantikan oleh
Ibu Susi Mardianti, S.Farm,Apt. Awalnya apotek ini memiliki enam dokter
praktek yaitu dokter spesialis gigi, spesialis anak, spesialis kandungan, psikolog,
spesialis saraf, spesialis anak dan dokter umum. Tetapi pada tahun 2013 hingga
21
sekarang dokter yang melakukan praktek di apotek ini adalah dokter spesialis
berada di pusat kota yaitu di Jl.Gajah Mada, BBC blok E/1-2, Muara Bulian. Jalan
ini merupakan jalan utama kota Muara Bulian yang mudah dijangkau. Bangunan
Apotek terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tunggu, ruang penjualan obat
bebas, penyerahan resep dan kasir, ruang peracikan dan lemari obat, ruang praktek
Apotek ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang, seperti
listrik dari PLN dan genset sebagai cadangan, air ledeng, telepon, alat pemadam
kebakaran, kulkas, dispenser, AC, surat kabar sebagai bahan bacaan, dan berbagai
fasilitas lainnya untuk pasien di ruang tunggu seperti tempat duduk, televisi, dan
surat kabar. Selain itu faktor penunjang utama yang dimiliki Apotek Tanggo Rajo
Pengelola Apotek (APA) Susi Mardianti, S.Farm, Apt. Apotek Tanggo Rajo
mempunyai satu (1) Tenaga Teknis kefarmasian, satu (1) orang administrasi, dua
(2) orang pekerja dan dua (2) orang dokter. Tenaga Teknis Kefarmasian juga
merangkap sebagai kasir kecil dan juru resep, sedangkan kasir besar dipegang
22
Apotek Tanggo Rajo melakukan kegiatan setiap hari kecuali hari minggu
atau hari libur nasional, mulai pukul 17.00 WIB sampai 22.00 WIB. Pada bulan
Ramadhan apotek buka pada pukul 15.00 WIB sampai 17.30 WIB.
Apoteker Pengelola
Apotek
Pengelola
Keuangan
Kasir dan
Asisten Apoteker Juru Resep
Administrasi
mempunyai manajemen yang baik, hal ini berarti ada pembagian tugas, fungsi dan
tanggung jawab kerja yang jelas dan diketahui oleh setiap karyawan apotek.
Dengan adanya pembagian tugas yang jelas ini, tidak ada satu karyawan pun yang
akan dirugikan dan diuntungkan, semua karyawan akan mendapat tugas secara
23
Apoteker Pengelola Apotek sebagai apoteker yang bertanggung jawab
menyangkut kefarmasian.
3. Membuat laporan-laporan :
4. Melayani resep
pengetahuan kefarmasian. Apotek Tanggo Rajo mempunyai lima (5) tenaga teknis
kefarmasian yang telang mempunyai tugas dan peran masing-masing dalam suatu
pelayanan di Apotek.
24
d. Mencatat dan merinci jumlah keluar masuknya obat narkotika, obat
3.5.3. Administrasi
tutup buku (perhitungan rugi laba) serta mengurus pembayaran hutang kepada
Pedagang Besar Farmasi (PBF), pembayaran rekening listrik, air dan telepon.
Bagian ini menerima uang dari kasir yang berasal dari penjualan tunai setiap hari
3.5.4. Kasir
Apotek Tanggo Rajo terdiri dari dua kasir yaitu kasir kecil dan kasir besar.
Kasir kecil bertugas menerima dan memasukan semua hasil penjualan tunai setiap
hari ke dalam buku kas dan menyetorkannya kepada kasir besar. Kasir besar
3. Menerima resep dan memberi nomor pada resep serta memberi nomor
3.5.5. Pekarya
25
Pekarya bertanggung jawab atas segala perlengkapan Apotek, kebersihan,
keindahan dan keamanan Apotek. Bagian ini juga merangkap sebagai urusan
distribusi obat kepada pasien yang meminta obat diantarkan ke alamat, dinas luar
serta menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan Apotek dan Tenaga
Teknis Kefarmasian
barang berdasarkan jenis barang yang habis atau hampir habis. Banyaknya
Tanggo Rajo, selain itu dapat juga dengan jalan melakukan pemesanan ke PBF.
Pemesanan barang ke PBF dibuat dalam satu surat pesanan yang ditandatangani
Surat Izin Kerja. Surat pesanan dibuat rangkap 2 yang terdiri dari warna putih
(asli) dan warna kuning untuk arsip. Untuk pengadaan barang yang sifatnya
Apotek Tanggo Rajo tidak memiliki obat golongan narkotik tetapi masih
dilakukan melalui PBF lain selain Kimia Farma yang diberi wewenang oleh
surat pesanan khusus psikotropik yang dibuat dan di tandatangani oleh APA. Surat
pesanan psikotropik ini dibuat 2 (dua) rangkap, 1 (satu) lembar untuk apotik dan 1
(satu) lembar untuk PBF. Pemesanan obat golongan prekursor dapat dilakukan
26
melalui PBF lain selain Kimia Farma dengan surat pemesanan tersendiri. 1 (satu)
persedian obat-obatan, baik narkotika, psikotropika, obat keras dan obat bebas,
yang terpakai hari sebelumnya dengan mencatat dikartu stok harian. Pengecekan
ini dilakukan bersamaan dengan mencocokkan stok barang yang tersedia pada
saat itu. Jika jumlah persedian obat sudah habis atau tidak mencukupi untuk
yang dibuat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Kerja. Surat pesanan dibuat rangkap
dua yang terdiri dari warna putih (asli) dan warna kuning untuk arsip. Untuk
keperluan mendadak dalam jumlah sedikit dimana persedian obat tidak ada maka
dapat dilakukan pembelian obat langsung pada apotek lain untuk memenuhi
Pemesanan obat juga dapat dilakukan melalui telepon yang diikuti dengan surat
selain Kimia Farma yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk melakukan
yang dibuat dan di tandatangani oleh APA. Surat pesanan psikotropik ini dibuat 2
27
(dua) rangkap, 1 (satu) lembar untuk apotik dan 1 (satu) lembar untuk PBF.
Pemesanan obat golongan prekursor dapat dilakukan melalui PBF lain selain
Kimia Farma dengan surat pemesanan tersendiri. 1 (satu) surat pemesanan dapat
Petugas Apotek menerima barang yang telah dipesan disertai dengan copy
faktur dan tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Pada saat penerimaan
barang dilakukan pengecekan terhadap nama, jenis, dan jumlah barang, harga
satuan, jumlah total harga, potongan harga (kalau ada), PPn dan batas kadaluarsa.
Jika sesuai dengan persyaratan maka faktur distempel dan diparaf oleh Tenaga
pada buku penerimaan barang, dicatat dibuku stok gudang dan harian.
disimpan pada tempat yang bersih, aman, tidak kena cahaya matahari langsung,
berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun menurut abjad secara FIFO dan
1. Kapsul, tablet dan kaplet dalam kemasan blister disimpan dalam kotak
28
3. Obat golongan antibiotik berupa tablet, kapsul, kaplet, disusun pada rak
4. Obat tetes mata, tetes telinga, salep, krim dan injeksi, disimpan dalam
resep, jumlah, cara pembuatan, cara pakai, informasi ulang dan tanda
tangan dokter.
29
3. Untuk resep racikan dilakukan perhitungan, penimbangan bahan obat dan
pembuatannya.
4. Obat yang telah selesai diracik, dikemas dan diberi etiket yang sesuai,
nama pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai sesuai
petunjuk dokter.
pemeriksaan ulang. Setelah itu obat baru diserahkan pada pasien dengan
7. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang
diulang (iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan
resep dapat juga dibuat jika diminta oleh pasien yang bersangkutan.
Setiap hari resep obat yang masuk dikumpulkan. Resep obat psikotropik
tanggal. Setiap bulan resep ini dibundel dan disimpan pada lemari penyimpanan
resep.
yang diminta oleh konsumen setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar
30
Penjulan obat yang dimaksud disini adalah obat yang dibeli tanpa resep
dokter tetapi masuk kedalam stok gudang apotek seperti Dumin®, salep
asam mefenamat dan lain-lain). Penjualan obat dalam ini ditulis dalam buku
Apotek lain dapat membeli obat kepada Apotek Tanggo Rajo dengan
bagian depan atau kasir (TTK I) di Apotek. TTK I selanjutnya akan melakukan
skrining resep meliputi skrining administrasi (nama & alamat dokter, tanggal
penulisan resep, nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, dan berat badan pasien)
dan skrining farmasetik (nama obat, dosis, jumlah, dan frekwensi pemberian
dalam (TTK II). TTK II akan melakukan penghitungan harga resep serta mencek
Kefarmasian lainnya (TTK III) untuk dilakukan penyiapan obat, etiket, dan
kemasan obat. Selanjutnya obat jadi yang telah dikemas dan diberi etiket
Jika resep racikan maka TTK III menyerahkan obat yang akan diracik
kepada ahli gerus untuk menggerus obat (puyer). Serbuk puyer kemudian dibagi
dan dibungkus dalam kertas perkamen atau dibuat kapsul oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian lain (TTK IV & V) serta dimasukkan ke dalam bungkus plastik yang
31
telah diberi etiket. Puyer atau kapsul yang telah siap diserahkan kembali pada
TTK II. TTK II akan melakukan pengecekan kembali kesesuaian obat dan etiket
yang akan diberikan dengan resep asli serta membuat copy resep jika diminta
diserahkan pada pasien. Pada saat penyerahan obat, TTK I juga akan memberikan
3.6.7. Konsinasi
Tanggo Rajo. PBF atau pabrik akan menitipkan produk untuk dijual dengan
jangka waktu tertentu dan dengan pesanan keuntungan pada Apotek yang sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak. Apabila produk tersisa setelah jangka waktu
habis, maka PBF atau pabrik akan menarik kembali produknya dari Apotek.
menjadi barang dan sebaliknya, yaitu berupa uang masuk dan uang keluar.
Uang masuk berasal dari penjualan obat dengan resep dokter, penjualan
bebas dan penjualan kepada Apotek lain. Uang hasil penjualan tersebut dicatat
pada buku penjualan harian yang dibedakan atas buku penjualan dengan resep
dokter dan penjualan bebas, kemudian dijumlahkan dan dicocokkan dengan uang
32
penjualan tunai dengan resep dokter dan penjualan bebas, pada akhir jam kerja,
kasir akan menyetorkan uang pada kasir besar untuk dicatat sebagai penyetoran
gaji karyawan, pajak, listrik, telepon, dan biaya operasional lainnya. Setiap uang
yang dikeluarkan harus seizin dan sepengetahuan Pemilik Sarana Apotek (PSA)
dan harus dibuat bukti kas keluar yang ditandatangani oleh PSA atau petugas yang
jatuh fakturnya. Untuk membayar hutang dagang, seminggu sebelum jatuh tempo,
kreditur akan menyerahkan faktur asli disertai copy faktur yang telah diparaf oleh
petugas dan tanda terima faktur. Tanda terima faktur ini satu buah diambil kembali
faktur, apakah ada surat pesanan, tanda terima petugas Apotek yang diberi stempel
Apotek dan dibuktikan dengan tercatatnya obat pada buku faktur dan buku
3.8.1. Pembukuan
33
1. Buku penjualan obat dan barang bebas
2. Buku penjualan obat dalam
3. Buku penerimaan barang
4. Buku resep
5. Buku pesanan barang
6. Buku daftar harga
7. Buku pemakaian obat golongan psikotropika
8. Blanko copy resep
9. Blanko pesanan psikotropika
10. Blanko surat pemesanan
11. Kartu stok gudang
12. Kartu stok harian
13. Blanko kwitansi
3.8.2. Pelaporan
tiap 1 (satu) kali dalam sebulan. Laporan di buat 2 (dua) lembar. Tembusan
Resep yang telah disimpan selama tiga tahun dimusnahkan oleh Apoteker
satu orang petugas Apotek yang bersangkutan dan disaksikan oleh petugas yang
ditunjuk oleh Kepala Balai POM setempat serta dibuat berita acaranya. Laporan
pemusnahan resep dibuat sebanyak empat rangkap seperti yang telah ditetapkan
dikirimkan kepada :
34
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Dinas Kesehatan Provinsi
3. Balai POM
4. Arsip
BAB IV
PEMBAHASAN
(PKPA) sangat bermanfaat bagi calon apoteker. Praktek ini dapat menambah
pengalaman serta dapat menilai kesesuaian antara teori yang diperoleh dengan
administrasi dan pekarya, serta dari Apoteker Pengelola Apotek yang mencakup
copy resep, penetapan harga, meracik obat, manajemen obat, pengendalian stok
Rajo Padang di Jl. Gajah Mada, BBC Blok E/1-2, Muara Bulian merupakan salah
35
Apotek Tanggo Rajo memiliki lokasi yang sangat strategis dimana
lokasinya mudah dijangkau oleh pasien atau pembeli dan Apotek ini bekerjasama
dengan dua orang dokter praktek, yaitu dokter spesialis kandungan dan dokter
umum.
mendukung kegiatan perapotekan, baik dari segi tata ruangnya maupun dari segi
sarana penunjang lainnya. Tata letak ruang Apotek Tanggo Rajo telah dirancang
sedemikian rupa. Ruangan Apotek telah dibagi atas beberapa bagian yaitu ruang
pelayanan, ruang peracikan, ruang praktek dokter, ruang shalat dan kamar mandi
serta ruang tunggu yang dilengkapi dua set kursi tamu, televisi, surat kabar. Tata
ruang tersebut ditata sedemikian rupa untuk keefektifan dan keefisiensian kerja.
Karyawan di Apotek Tanggo Rajo terdiri dari satu orang Apoteker, satu
orang Tenaga Teknis Kefarmasian, dua orang Administrasi dan satu orang
telah ditetapkan. Diantara karyawan memiliki hubungan yang baik juga dengan
APA dan PSA nya, ini terlihat pada pelayanan yang baik dan memuaskan pasien.
sesuai dengan tata cara pemesanan barang di Apotek. Pemesanan dapat dilakukan
Apoteker.
penyimpanan suatu obat juga untuk memudahkan pengambilan dan pencarian obat
demi efesiensi kerja. Penyusunan obat dilakukan berdasarkan abjad dan sistem
36
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), penyimpanan obat
dibedakan berdasarkan bentuk sediaan obat dan sifat dari obat tersebut.
Apotek Tanggo Rajo berupaya bahwa setiap resep yang masuk maka yang
keluar adalah obat. Untuk itu apotek berusaha melengkapi obat-obatan terutama
obat-obat yang sering diminta dokter atau obat-obat yang dijual bebas. Pengadaan
barang, dengan demikian arus uang dan arus barang berjalan lancar tanpa adanya
Apotek.
1. Penerimaan resep
2. Pembacaan resep
3. Penyiapan resep
5. Dispensing
efek samping, kontra indikasi, aturan pakai dan lama pemakaian obat serta cara
sebagai pusat informasi, maka petugas harus dapat memberikan informasi yang
benar dan jelas kepada pasien sehingga obat dapat dipakai secara baik dan
37
dalam pelayanan informasi mengenai obat sebagaimana telah digariskan oleh
Apotek Tanggo Rajo melayani obat bebas tanpa resep dokter dan dengan
resep dokter. Untuk pembelian obat bebas juga diberikan informasi tentang obat
tersebut sehingga pasien atau pembeli lebih mengerti mana obat yang dapat dibeli
Untuk pembelian obat secara bebas perlu diberikan informasi tentang obat
dan logonya sehingga pasien lebih mengerti mana obat yang boleh dibeli bebas
telah memiliki sistem pembukuan dan pelaporan yang jelas. Pembukuan tersebut
selama tiga tahun. Resep yang sudah disimpan selama tiga tahun dimusnahkan
dengan cara pembakaran atau ditimbun dalam tanah. Waktu pemusnahan resep
dibuat berita acara pemusnahan resep yang memuat hari, tanggal pemusnahan,
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa Apotek Tanggo Rajo sudah
melaksanakan fungsinya sebagai sarana pelayanan obat dan informasi obat dengan
38
baik sesuai dengan aturan kefarmasian yang ada saat sekarang ini dan sesuai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
banyak manfaat bagi para calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga yang profesional. Ada banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
pekerjaan dan pelayanan kefarmasian yang selama ini didapat melalui teori
5.2. SARAN
39
Diharapkan untuk para calon apoteker berikutnya yang akan menjalani
kefarmasian di Apotek.
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan kefarmasian adalah
tidak hanya bisa dijadikan obat melainkan juga bisa menjadi racun jika
40
DAFTAR PUSTAKA
41
42