Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Tasawuf yang berjudul “Studi Kritis
Terhadap Aliran- aliran Tasawuf” ini dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk
melengkapi tugas dan penilaian mata kuliah Tasawuf.
1. Ibu selaku dosen pengampu mata kuliah Tasawuf yaitu Ibu Siti Rakhmah, S. Hi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
sistematika, isi, penulisan, dll. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa S1-Farmasi UIN Maliki Malang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
tindakan yang oleh rasionalitas dianggap sangat mustahil. Ini terefleksi setidaknya
dengan memperhatikan peristiwa bunuh diri massal atas nama agama serta fenomena
kekerasan yang menjadi kecenderungan akhir-akhir ini. Dari kedua hal itu, bisa
tantangan kemanusiaan tersebut mengarah pada dua hal yaitu krisis modernitas dan
salah satu aspek esoteris islam sekaligus perwujudan ihsan yang menyadari adanya
komunikasi langsung dengan Tuhan. Esensi ajaran ini sebenarnya telah ada sejak
sebagaimana ilmu keislaman lainnya seperti ilmu fiqh dan ilmu tauhid. Oleh karena
itu tasawuf tidak lepas dari kritikan-kritikan dari berbagai golongan yang
menentangnya.
Serangan yang berulang-ulang ditujukan kepada tasawuf dalam sejarah islam
memiliki banyak penyebab. Tidak sedikit diantara penyebab ini berupa pengarus
sosial dan politik para guru sufi, yang sering mengancam kekuasaan serta hak-hak
istimewa para ahli hukum bahkan penguasa. Walaupun otoritas –otoritas besar sufi
telah meletakkan banaya garis pemandu untuk menjaga tasawuf agar tepat berada di
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Tasawuf secara umum adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan
tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah itu merupakan
hakikat dari tarekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf merupakan
usaha untuk mendekatkan diri pada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan
mengabaikan usaha (kerja). Di samping itu, ada juga bentuk penyimpangan yang lain
Abduh, dan Rasyid Rida memandang tarekat sebagai salah satu faktor penyebab
orang tersebut melakukan sesuatu yang diluar kemampuan manusia, seperti menunjuk
kepada seseorang kemudian orang itu mati, terbang di udara menuju ke Mekkah atau
tempat-tempat lainnya, terkadang berjalan di atas air, mengisi teko dari udara dengan
air sampai penuh, ketika ada orang yang meminta pertolongan kepadanya dari tempat
yang jauh atau setelah dia mati, maka orang itu melihatnya datang dan menunaikan
yang ghaib (tidak tampak), atau orang yang sakit dan yang semisalnya. Padahal,
mengatakan bahwa jika ada orang yang mau terbang di udara atau berjalan di atas air,
kita tidak boleh terperdaya dengan penampilan tersebut sampai kita melihat apakah
perbuatannya sesuai dengan Sunnah Rasulallah SAW, apakah orang tersebut selalu
menaati perintah beliau SAW dan menjauhi larangannya? ...karena hal-hal yang
diluar kemampuan manusia ini bisa dilakukan oleh banyak orang kafir, musyrik, ahli
kitab, dan orang munafik, dan bisa dilakukan oleh para pelaku bid’ah dengan bantuan
setan atau jin, sama sekali tidak boleh dianggap bahwa setiap orang yang mampu
mereka itu mufakat pada syara’ Nabi Muhammad sebagaimana ahli-ahli tarekat yang
4 Ibn Taimiyah, Majmu’ Al-Fatawa, Jilid 11, Dar Al-Wafa’, Kaherah, 2002, h. 215.
benar, maka maqbul, dan jika tiada begitu, maka tentulah seperti yang telah banyak
Maka bahwasanya mereka itu bercela akan dzikir Allah dengan (…) dan mereka
itu bercela-cela akan orang yang tiada masuk dalam tarekat. Mereka itu hingga,
padanya dan mereka itu benci padanya istimewa pada bahwasanya Syekh Ismail itu
hanyalah mengambil ia akan tarekat itu: asalnya karena mau jual agama dengan dunia
adanya.5
Sisi lain dari tarekat yang menjadi sorotan adalah bahwa tarekat umumnya
bribadah dan jangan mengikuti dunia ini karena “Dunia ini adalah bangkai, yang
mengejar dunia adalah anjing.” Ajaran ini “tampaknya” menyelewengkan umat Islam
dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga, sifat tawakkal, menunggu apa
saja yang akan datang qadha dan qadhar yang sejalan dengan paham Asy’ariyah. Para
pembaharu dalam dunia Islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan
paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat Islam. Bahkan,
orang Islam.6
5 Karel A.Steenbrink, beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, Bulan Bintang, Jakarta,
1984, h. 184-185.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran- ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional sebagai dasar. Tasawuf falsafi menggunakan terminology
filosofis dalam pengungkapannya serta berasal dari bermacam- macam ajaran filsafat
Tasawuf falsafi diwakili para sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat,
sebagaimana telah disebut di atas. Para sufi yang juga filosof ini mendapat banyak
kecaman dari para fuqaha, yang justru semakin keras akibat pernyataan – pernyataan
mereka yang panteistis. Di antara fuqaha yang paling keras kecamannya terdapat
golongan sufi yang juga filosof ialah Ibn Taimiyah (meninggal tahun 728 H).
Dari mulut sebagian sufi lahir beberapa syatahat, yaitu ungkapan isyarat –
isyarat yang mereka sampaikan saat berada dalam keadaan mabuk ketuhanan dan
lenyapnya kesadaran, yang makna – maknanya tidak jelas bagi orang yang belum
mencapai kondisi rohani (ahwal) seperti mereka. Ungakapan –ungkapan itu barang
kali keluar dari batas – batas etika syara’, tidak pantas di hadapan Tuhan Yang
Mahasuci, atau dari ungkapan – ungkapan itu merembes paham ateisme. Sikap kita
terhadap syathahat – syathahat mereka itu tidak berbeda dengan sikap ulama salaf
yang saleh.7
Di antara hal paling penting yang dituduhkan oleh orang – orang yang
menentang kaum sufi adalah tuduhan yang bodoh dan palsu bahwa kaum sufi
meyakini hulul dan ittihad. Artinya, Allah menduduki seluruh bagian bumi, baik di
Dengan kata lain, makhluk adalah khaliq itu sendiri. Semua yang dapat diraba dan
Hulul dan Itthad tidak mungkin terjadi, kecuali dalam satu jenis. Allah
bukanlah jenis sehingga Dia tidak bisa menyatu dengan jenis – jenis lainnya.
Bagaimana bisa Yang Qadim menempati yang hadis, Kahliq menempati makhluk?
Jika yang dimaksud dengan hulul adalah masuknya ‘aradh (lawan dari esensi) ke
dalam esensi, Allah bukanlah ‘arad. Jika yang dimaksud adalah masuknya esensi ke
dalam esensi, Allah bukanlah esensi. Jika hulul dan Ittihad antara dua makhluk
adalah sesuatu yang mustahil, tidak mungkin dua orang laki – laki karena perbedaan
zat keduannya, perbedaan antara Khaliq dan makhluk., antara pembuat dan yang
dibuat, dan antara dzat yang wajib adadan sesuatu yang mungkin, lebih besar dan
luar biasa. Gerakan mistisme menjadi sulit dikendalikan dan tidak dominan lagi.
Umat mengalami kemunduran, yang selama dua abad terkhir ini mereka berpaya
8 Amin, Samsul Munir. Ilmu Tasawuf. Jakarta : Teruna Grafica. Cet. I. 2012. h.
Alih-alih tetap mendisiplinkan manusia untuk mematuhi Tuhan dan
serta mengangkat jiwanya pada jalan kebenaran, tasawuf menjadi penyakit yang
Syari’ah, dikalangan ahli hukum islam, diartikan sebagai seluruh ketentuan yang
ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah, baik yang berhubungan dengan akidah, akhlak
Berbeda dengan itu, para sufi berpendapat bahwa syari’ah adalah kumpulan
hukum praktis, yakni tuntunan- tunanan praktis dari Al-Quran dan As-Sunnah tentang
cara pelaksanaan ibadah maupun muamalah. Syariah dalam pandangan mereka lebih
mukallaf yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Rahasia-rahasia yang tersimpan
atau yang tersembunyi dibalik aturan tersebutlah yang mereka namai dengan haqiqah
(hakekat).
Ada dua pandangan yang dikemukaan oleh para sufi terhadap syariah. Pertama,
pandangan kaum sufi yang moderat (masih berpegangan pada syariah). Menurut
kelompok ini, syariat dalam artian lahiriyah menjadi perhatian para ahli fiqh,
sedangkan aspek batin (hakikat) menjadi perhatian khusus para kaum sufi. Kedua,
pandangan kaum sufi yang ekstrim. Menurut kelompok ini, syariah hanya di tujukan
kepada kelompok masyarakat awam saja, hal ini di karenakan keterbatasan daya
berfikir dan hati mereka dalam memahai makana syariah yang terkandung di
dalamnya.
Ilm muktasab adalah ilmu yang diperoleh lewat proses pembelajaran (membaca
atau berguru). Sedangkan ilm ladunni adalah ilmu yang tidak diperoleh melalui
proses tersebut. Ilmu Ladunni merupakan anugerah dari Allah yang masuk kedalam
(proses) hati karena telah terbukanya pintu ma’rifah sebagai buahdari kebersihan hati
Karena sikap mereka lebih cenderung kepada ilmu ladunni, mereka diduga tidak
menaruh perhatian yang besar terhadap upaya menuntut ilmu dan mereka juga diduga
3. Motivasi ibadah
Pada tingkatan tertentu, kaum sufi berkeyakinan bahwa ibadah yang benar
adalah ibadah yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari Allah, tidak
menharapkan surge dan tidak takut terhadap adanya neraka. Bahkan para sufi
perbuatan Allah. Siapa yang menyaksikan ibadah itu sebagai perbuatan taatnya, maka
ia telah durhaka.9
kepada surga dinilai sebagai suatu kesalahan atau dosa. Menurut para peneliti
tasawuf, tidak benar jika dikatakan (seperti padangan sufi) bahwa seseorang ibadah
4. Wahdatul wujud
seperti berikut: bahwa wujud yang hakiki itu hanyalah satu, walaupun ada banyak
sedangkan aspek batin dari segala sesuatu adalah Allah. Dengan demikian dari segi
hakikat tidak ada perbedaan antara khaliq dan makhluk maka dari itu, karena dilihat
dengan pandangan panca indra lahir karena keterbatasan akal dalam menangkap
hakikat yang ada pada Dzat-nya dari kesatuan dzatiyah yang segala sesuatunya
terhimpun pada-Nya. [16]Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibn ‘Arabi yang artinya
“Maha suci Allah yang telah menjadikan segala sesuatu dan Dia sendiri adalah
penghormatan yang sangat luar biasa besar kepada guru atau syakh. Seorang sufi di
depan syaikhnya harus seperti mayat ditangan orang yang memandikannya. Ia tidak
boleh bertanya tentang apa yang sudah diajarkan, lebih- lebih lagi membantah.
ini. Tidak sesuai dengan praktek-praktek yang dicontohkan oleh Raslullah SAW dan
para sahabatnya dan mengatakan bahwa dia adalah Rasulullah, tetapi tidak jarang
persoalan kemasyarakatan (duniawi), bahkan pernah dia merubah keputusan yang dia
tidak lain hanyalah seorang manusia biasa seperti hal layak umumnya.10
6. Jihad
Menurut doktrin sufi bahawa jihad yang benar menurut mereka amat sedikit
sekali, mereka sibuk berjihad memerangi hawa nafsu, kerana menurut anggapan
mereka yang berhujjahkan sebuah hadis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
“Kita telah pulang dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad hawa nafsu.”
Bahwa ucapan tersebut adalah tidak ada seorangpun dari ahli makrifah atau ahli hadis
yang meriwayatkan sabda Nabi SAW bahkan sangat bertentangan dengan al-Quran
sunnah di tempat- tempat yang jauh dari keramaian, telah dilihat sebagai praktek-
a. Dalam kitab ihya’ ‘ulum al-Din, karya imam Al-Ghazali yang terdiri dari 4 jilid
dan lebih terkonsentrasi dalam persoalan ibadan dan pembersihan diri. Tidak di
sentuh sama sekali tentang masalah jihad, padahal pada saat penulisan Syam sedang
b. Kaum sufi berpegangan pada hadis “kita telah pulang dari jihad yang kecil menuju
c. Pada saat itu inggris dan perancis menduduki beberapa dunia islam, para sufi larut
7. Pengangguran
pengetahuan dan berjihad, hanya terkonsentrasi pada ma’rifah dan persatuan dengan
Tuhan, dilihat dari salah satu lahirnya penyebab lahirnya generasi-generasi pemalas
dan penganggur. Lebih tertarik kepada pemberian orang dari pada hasil kerja dan
usaha sendiri.12
Sufi adalah salah satu kelompok sempalan tempat beragam penyimpangan dari
ajaran syariat ini berhuni. Salah satu ajaran menyimpang yang menonjol adalah
tabattul (hidup membujang). Diyakini oleh penganut sufi, dengan “cara beragama”
seperti ini mereka lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah. Semisal ketenaran
semua ditolaknya. "Aku adalah milik-Nya” jawabnya. Berkali-kali orang lain yang
"Ikatan perkawinan berkenaan hanya dengan wujud. Akan tetapi, adakah wujud
dalam diriku? Aku bukanlah milik diriku sendiri. Aku adalah milik-Nya”. Di antara
nikmat dan tanda kekuasaan Allah adalah disyariatkannya nikah, yang mana
mendatangkan banyak maslahat dan manfaat bagi setiap individu dan masyarakatnya.
Allah berfirman:
istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada
2. Tasawuf Falsafi merupakan perpaduan antara tasawuf dan filsafat. Hal ini
menyebabkan para sufi yang juga filosof mendapat banyak kecaman dari para fuqaha,
yang justru semakin keras akibat pernyataan – pernyataan mereka yang panteistis.
3. Adanya gejala- gejala syariah dan hakikat; ilmu muktasab dan ladunni; motivasi
ibadah; wahdatul wujud; hormat kepada syaikh; jihad; pengangguran; dan tidak
3.2 Saran
Dalam penulisan makalahh ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Dan disarankann bagi pembaca untuk menggali lebih dalam lagi mengenai
Anwar, Rosihon & Solihin. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung ; CV Pustaka Setia
Amin, Samsul Munir. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta : Teruna Grafica.
IbnTaimiyah, Majmu’ Al-Fatawa, Jilid 11, Dar Al-Wafa’, Kaherah, 2002
Nasution, Harun. 1973. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta ; Bulan Bintang.
Sholikhin, Muhammad. 2009. Tradisi Sufi dari Nabi, tasawuf aplikatif ajaran nabi
Muhammad. Yogyakarta ; Cakrawala