Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

MANAJEMEN BERBASIS AKTIVITAS

1. ACTIVITY BASED MANAGEMENT


 Activity based management adalah pendekatan dalam pengendalian dan penilaian
performa lingkungan yang dinamis.
 Activity based management menekankan pada perbaikan proses. Pendekatan ini
memperhatikan product costing dan process value analysis.
 Activity based management merupakan suatu sistem terintegrasi yang memfokuskan
perhatian manajemen untuk meningkatkan costumer value serta keuntungan yang akan
diperoleh.
 Berikut terdapat 2 dimensi pada Activity based management:
1. Cost dimension
Cost dimension menyediakan informasi tentang sumber ekonomi, aktivitas, produk,
dan konsumen. Dimensi ini menekankan pada ketelitian alokasi biaya aktivitas ke
setiap produk.
2. Process dimension
Process dimension menyediakan informasi tentang mengapa suatu aktivitas
dilaksanakan dan bagaimana pelaksanaannya. Dimensi ini menunjukkan informasi
tentang continues improvement.

2. PENERAPAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT


 Activity based management lebih komprehensif dibandingkan Activity Based Costing.
 Activity based management memiliki 2 tujuan utama, yakni:
1. meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dengan menyajikan informasi biaya
yang lebih akurat dan
2. melakukan pengurangan biaya secara berkelanjutan dengan mendorong
dilakukannya program-program pengurangan biaya.

3. Activity analysis
Activity analysis menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yg
terlibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan, dan rekomendasi aktivitas
bagi manajemen melalui identifikasi, penjabaran, dan evaluasi aktivitas yang telah
dilakukan. Berikut aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Aktivitas bernilai tambah
 Aktivitas bernilai tambah diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan
kegiatan operasional perusahaan.
 Aktivitas ini meliputi required activities dan discretionary activities.
 Required activities merupakan aktivitas yang dilakukan guna memenuhi
peraturan yang berlaku, sedangkan discretionary activities merupakan
aktivitas yang dilakukan perusahaan karena konsekuensi manajemen
untuk menghasilkan suatu produk tertentu.
 Terdapat 3 kriteria yang menjadikan suatu aktivitas termasuk
discretionary activities, yakni 1) penyebab perubahan sifat atau bentuk, 2)
perubahan sifat atau bentuk tersebut tidak dapat dilakukan oleh aktivitas
sebelumnya, dan 3) penyebab aktivitas lain mungkin untuk dilaksanakan.
2. Aktivitas tidak bernilai tambah
 Aktivitas tidak bernilai tambah tidak perlu dilakukan karena tidak akan
memberikan manfaat apapun bagi konsumen. Contohnya ialah
scheduling, moving, waiting, inspeksi, dan storing.

4. PENGUKURAN KINERJA AKTIVITAS


 Pengukuran kinerja aktivitas menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial.
 Penilaian aktivitas secara umum harus memperhatikan 3 dimensi, yakni 1) efisiensi.
Penekanan perbandingan antara input dan output setiap aktivitas, 2) kualitas. Penekanan
pada pelaksanaan aktivitas sebaik mungkin, dan 3) waktu. Penunjukkan seberapa
banyak sumber ekonomi yang dibutuhkan oleh suatu aktivitas.
 Berikut ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kinerja aktivitas:
1. Value and Non Value Added Cost Reporting
 Value and Non Value Added Cost Reporting menunjukkan jumlah penghematan
biaya yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan.
 Penghitungan jumlah biaya bernilai dan tidak bernilai tambah dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:
a. Biaya bernilai tambah = SQ x SP
b. Biaya tidak bernilai tambah = (AQ - SQ) x SP
Keterangan:
SQ (Standard Quantity) = jumlah sumber ekonomi yang seharusnya
AQ (Actual Quantity) = jumlah sumber ekonomi yang sesungguhnya
SP (Standard Price) = harga standar per unit

2. Trend Reporting
 Trend Reporting menunjukkan hasil dari perbaikan yang sudah dilakukan
manajer untuk memperbaiki proses suatu aktivitas.
3. Benchmarking
 Benchmarking menetapkan standar untuk membantu mengidentifikasi
kemungkinan perbaikan aktivitas.
 Pendekatan yang membandingkan dengan bagian di dalam organisasi disebut
internal benchmarking, tetapi apabila membandingkan dengan bagian di luar
organisasi disebut external benchmarking.
 Berikut 3 jenis external bencmarking:
1. Competitive benchmarking
Diperoleh informasi tentang kinerja aktivitas terbaik dari pesaing.
2. Functional bencmarking
Pembandingan tidak terbatas terhadap perusahaan dalam industri sejenis.
Juga dapat menginvestigasi terhadap perusahaan yang unggul dalam industri
tidak sejenis.
3. Generic benchmarking
Pembandingan proses-proses yang independen secara konseptual yang
komprehensi terhadap industri atau fungsi secara keseluruhan tanpa
memperdulikan ketidaksejenisan.
4. Activity Capacity Management
 Kapasitas aktivitas dapat berbeda dari yang seharusnya dan kondisi tersebut
dapat menyebabkan adanya ketidakefisienan aktivitas.
 Berikut penjabaran 2 selisih adanya perbedaan yang terjadi:
1. Activity volume variance
Perbedaan antara kapasitas yang tersedia dan kapasitas yang digunakan
melalui pengelolaan tingkat aktivitas.
2. Unused capacity variance
Perbedaan antara kapasitas yang tersedia dan kapasitas yang digunakan
melalui pengelolaan kapasitas menganggur.

Anda mungkin juga menyukai