Anda di halaman 1dari 16

Pilar Utama Penatalaksanaan DM

Mengelola penyakit diabetes mellitus sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan
diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah
semangat. (naturindonesia.com)
1. Penyuluhan (Edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah
pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan.
(Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)

a. Tujuan Penyuluhan
1) Meningkatkan pengetahuan
2) Mengubah sikap
3) Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
4) Meningkatkan kualitas hidup
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 138)
b. Sasaran Penyuluhan
Sasaran pengelolaan diabetes diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping
kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok
masyarakat beresiko tinggidan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
(Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)
c. Metode Penyuluhan
Penyuluhan diabetes bagi penyandang diabetes dan keluarganya dapat dilakukan
dengan tatap muka dan didukung dengan penyediaan bahan-bahan edukasi. Tatap muka dapat
dilaksanakan secara perseorangan atau secara berkelompok. Penyuluhan bagi masyarakat
atau komunitas yang lebih luas dapat dilakukan melalui media massa, sedangkan untuk
komunitas yang lebih kecil misalnya di lingkup rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek
swasta, dapat dibuatbrosur atau liflet yang disediakan untuk keluarga penyandang diabetes,
masyarakat pengunjung fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)
d. Konsep dasar melakukan penyuluhan
Selain harus menguasai materi diabetes, seorang edukator juga dituntut untuk menguasai
ilmu komunikasi khususnya komunikasi interpersonal yamg banyak dipakai dalam
melakukan penyuluhan. Dasar untuk melakukan penyuluhan kesehatan:
1) Komunikasi
Komunikasi merupkan inti dari pikiran serta hubungan antara manusia. Didalam komunikasi
interpersonal dikenal berbagai alat komunikasi, yakni :
a) Bahasa
b) Pengamatan dan persepsi
c) Tingkah laku non-verbal
d) Mendengar aktif
2) Motivasi
Motivasi berfungsi untuk mengarahkan, mendorong dan menggerakkan seseorang atau
kelompok untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut ditempuh melalui cara :
a) Mengusahakan terciptanya suatu keadaan yang dapat menumbuhkan dorongan batin
seseorang agar tergerak hatinya untuk bertingkah laku.
b) Memberikan pengertian kepada individu atau kelompok agar mereka terdorong untuk
melakukan sesuatu setelah ia mengerti.
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)

e. Tahap Edukasi
Penyuluhan merupakan suatu proses keperawatan yang memerlukan waktu tidak sebentar,
waktu yang dibutuhkan cukup lama. Sehingga harus dilakukan secara bertahap dan
memerlukan berberapa pertemuan, sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang:
a) Pengertian DM
b) Etiologi/ Penyebab DM
c) Komplikasi DM
d) Diet DM
e) Pencegahan DM
f) Penatalaksanaan DM
2) Pertemuan 2
Mengubah sikap, antara lain:
a) Sikap terhadap diet
b) Jenis pengobatan
c) Olahraga
3) Pertemuan 3
Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan. Untuk terwujudnya perilaku agar
menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan. Sebagai contoh: Seorang penyandang DM yang telah mempunyai
pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap keteraturan olahraga, mungkin tidak dapat
menjalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu.
4) Pertemuan 4
Meningkatkan kualitas hidup. Didalam pertemuan ini dapat di bahas berbagai aspek
kehidupan penyandang DM yang berhubungan dengan DM, baik yang diungkapkan sendiri
oleh penyandang DM atau dimulai dari edukator. (Basuki(2009),dalam Soegondo)
2. Perencanaan Makan (diet)
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Perencanaan
makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total
lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan
zat gizi tersebar sepanjang hari. (usu.ac.id)
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal :
a. assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup
b. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan yang dicapai
c. Memilih intervensi gizi yang memadai
d. Mengevaluasi efektifnya perencanaan makan orang dengan diabetes.
(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 47)
a. Tujuan diet
1) Membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik.
2) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan
asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
3) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
4) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
5) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani.
6) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan malalui gizi yang optimal.
(Almatsier, 2006)

b. Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang DM


1) Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan Berat Badan ideal. Komposisi
energi:
a) Karbohidrat: 45-65%
b) Protein: 10-20%
c) Lemak: 20-25%
Makanan dibagi 3 porsi makanan utama: (pagi 20%), siang (30%), sore (25%) dan 2
kali makanan selingan (10-15%).

Tabel Kebutuhan Kalori Penyandang Diabetes


Kalori/kg BB ideal
Status gizi Kerja santai Sedang Berat
Berat 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

Perhitungan BB idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:
BB idaman = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus
modifikasi menjadi :
BB ideal = (TB dalam cm - 100) x 1 kg

Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu


Ket : BB= berat badan (Kg)
TB= tinggi badan (m2)
adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori:


a) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25
kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
b) Umur
(1) Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi dari pada orang dewasa,
dalam tahunn pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.
(2) Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih
dari pada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
(3) Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40
dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas 70 tahun dikurangi
20%.
c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Jenis aktivitas fisik yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Keadaan istirahat: kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
(2) Ringan: pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain0lain
kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
(3) Sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan
dinaikkan menjadi 30% dari basal.
(4) Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlet, kebutuhan ditambah 50%
dari basal.
(5) Sangat berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari
basal.
d) Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II dan III
350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
e) Adanya Komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.
f) Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat
kegemukan/kekurusannya. (Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 54)
2) Kebutuhan zat gizi
a) Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006, kebutuhan protein untuk
penyandang diabetes 10-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan
65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
b) Total lemak
Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh dantidak lebih dari 10% energi dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran
asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi.
c) Lemak dan kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan
risiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu <7% asupan energi sehari seharusnya dari
lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg
perhari.
d) Karbohidrat dan pemanis
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65%.
(1) Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari perencanaan
makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu diabetes tipe 1 dan 2.
(2) Pemanis
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan karbohidrat
jenis tepung-tepungan.
e) Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak
diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 g serat dari berbagai sumber bahan makanan.
f) Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih
dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan
2400 mg natrium perhari.
g) Alkohol
Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh penggunaan alkohol
dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan baik.
h) Mikronutrien : vitamin dan mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi vitamin dan
mineral. (Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 50)
Standar Diet Diabetes Melitus
(Dalam Satuan Penukar Versi 1997)
ENERGI(kalori) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Pagi :
Nasi ½ 1 1 1 1½ 1½ 1½ 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati - - ½ ½ ½ 1 1 1
Sayur A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
10.00 :
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang :
Nasi 1 1 2 2 2 2½ 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayur A S S S S S S S S
Sayur B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
16.00 :
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam :
Nasi 1 1 1 2 2 2½ 2½ 2½
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayur A S S S S S S S S
Sayur B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Keterangan : s = sekehendak

Contoh Menu Berdasarkan Daftar Bahan Makanan Penukar


KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN DALAM PENUKAR DIET 1700 KALORI
SEHARI PAGI SIANG SORE SNACK
(P) (P) (P) (P) (P)
- Nasi/penukar 5 1 2 2 -
- 2 - 1 1 -
Ikan/penukar 1 1 - - -
2½ - 1 1 -
- Daging/penukar S S S S -
- Tempe/penukar 2 - 1 1 -
- Sayuran A 4 - 1 1 2
- Sayuran B 4 1 2 1 -
- Buah/penukar
- Minyak/penukar

CONTOH MENU DM 1700 KALORI


Waktu B. makanan KEBUTUHAN CONTOH
Penukar BAHAN MENU
PAGI Roti Iris (1P) Roti panggang
Margarin ½ sdm (1P) Margarin
Telur 1 btr (1P) Telur rebus
Teh panas
10.00 Pisang 1 buah (1P) pisang
SIANG Nasi 1 ½ gelas (2P) Nasi
Udang 5 ekor (1P) Oseng-oseng
Tahu 1 potong (1P) Udang, tahu,
cabe ijo
Minyak 1 sdm (2P) Urap syuran
Sayuran 1 gelas (1P)
Kelapa 5 sdm (1P)
Jeruk 1 buah (1P) Jeruk
16.00 Duku 16 buah (1P) duku
MALAM Nasi 1 ½ gelas (2P) Nasi
Ayam 1 potong (1P) Sop+k.merah
Kacang merah 2 sdm (1P)
Sayuran 1 gelas (1P) Tumis sayuran
Minyak ½ sdm (1P)
Apel malang 1 buah (1P) apel
(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 58)

3) Makanan yang dianjurkan dan dihindari


a) Bahan makanan yang dianjurkan
(1) Sumber karbohidrat kompleks : nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu.
(2) Sumber protein rendah lemak : ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-
kacangan
(3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu makanan yang mudah dicerna. Makanan
terutama diolah dengan cara dipanggang , dikukus, disetup, direbus, dibakar.
(4) Buah, contoh: pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi), kedondong, salak,
semangka, apel, pir, jeruk, belimbing, buah naga.
(5) Sayuran dibagi 2 golongan : sayur golongan A dan golongan B
(a) Sayur golongan A bebas dikonsumsi, sangat sedikit mengandung energy, protein,
karbohidrat. Jenis sayuran gol A: oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi,
tauge, kangkung, kembang kol, kol, lobak, labu air
(b) Sayur golongan B boleh dikonsumsi, tapi hanya 100 gram/hari. Jenis sayuran gol B
diantaranya: buncis, daun melinjo, daun pakis, daun singkong, daun pepaya, labu siam,
nangka muda, jagung muda, genjer, kacang kapri, jantung pisang, daun beluntas, bayam,
kacang panjang, wortel.
(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 62) dan (Almatsier, 2006)
b) Bahan makanan yang tidak diaanjurkan (dibatasi/dihindari)
(1) Mengandung banyak gula sederhana seperti :
(a) Gula pasir, gula jawa
(b) Sirup, jam, jeli, buahn-buahan yang diawetkan dengan gula , susu kental manis, minuman
botol ringan dan es cream
(c) Kue-kue manis , dodol, cake, dan tarcis
(2) Mengandung banyak lemak : cake, makanan siap saji, goreng-gorengan.
(3) Mangandung banyak natrium : ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.(Almatsier,
2006)
3. Latihan jasmani
a. Manfaat olahraga bagi penyandang diabetes melitus:
1) Menurunkan kadar gula darah
2) Mencegah kegemukan
3) Menurunkan lemak darah (kolesterol)
4) Mencegah tekanan darah tinggi
5) Mengurangi resiko penyakit jantung koroner
6) Meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan kerja. (Nabyl, 2009)
b. Prinsip
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu memenuhi
hal berikut ini (F.I.T.T) :
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
Time (durasi) : 30 – 60 menit
Tipe (jenis) : olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan,
jogging, berenang, dan bersepeda.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 76)
c. Jenis
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang memperbaiki kesegaran
jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga yang memperbaiki semua komponen
kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh,
keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita DM, adalah :
1) Jogging
2) Senam aerobic
3) Bersepeda
4) Berenang
5) Jalan santai
6) Senam kesehatan jasmani (SKJ)

Jenis olah raga yang tersebut di atas adalah olah raga yang bersifat :
1) Continuous
Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti.
Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging
tanpa istirahat.
2) Rhythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda,
mendayung.
3) Intensity
Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya,
jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang bergantian
pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.
4) Progressive
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat,
secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit sesuai dengan
pencapaian latihan sebelumnya.
5) Endurance
Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum
ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap harus dilakukan pemeriksaan
kardiovaskuler.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo)
d. Tahap-tahap yang dilakukan setiap latihan
1) pemanasan (warming up)
Mengurangi kemungkinan terjadinya akibat berolahraga. Lama pemanasan cukup 5 –
10 menit.

2) latihan inti (conditioning)


Pada tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan darah normal agar
latihan benar-benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai maka latihan tidak
bermanfaat, bila melebihi normal akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.

3) Pendinginan (cooling-down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah berolah raga. Lama pendinginan kurang
lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.

4) Peregangan (stretching)
Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 76)
e. Risiko dari olahraga bagi penyandang diabetes yang harus diperhatikan
1) Memperburuk kadar gula darah. Maka hindarilah olahraga berat, latihan beban, dan olahraga
kontak (tinju,yudo). Usahakan asupan cairan yang cukup.
2) Hipoglikemia akibat olahraga. Monitor kadar gula darah dan siapkan makanan kecil. Maka
hindarilah pemberian insulin dibagian tubuh yang aktif (berikan insulin di abdomen atau
perut), juga kurangi dosis insulin sebelum berolahraga.
3) Gangguan pada kaki. Maka pakailah sepatu yang sesuai dan usahakan agar kaki selalu bersih
serta kering.
4) Komplikasi jantung. Maka periksalah kesehatan sebelum melakukan program olahraga.
Lakukanlah program olahraga individu secara berkelompok.
5) Cedera otot dan tulang. Selalu lakukan pemanasan dan pendinginan, intensitas latihan
ditingkatkan bertahap, serta hindari latihan yang berlebihan. (Nabyl, 2009)
f. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan saat merencanakan program latihan
atau olahraga bagi penderita diabetes
1) Ketahui kontraindikasi dan keterbatasan diabetisi
2) Harus realistik sebab diabetisi akan melakukan olahraga secara teratur apabila diabetisi
merasakan manfaat dan menyenanginya
3) Peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap
4) Ingatkan resiko terjadinya hipoglikemia
5) Ingatkan bahwa olahraga atau beraktifitas fisik apa saja lebih baik daripada tidak melakukan
sam sekali. (Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 81)

g. Pengawasan selama latihan


1) Monitor denyut nadi (diperiksa setiap selesai tahap pemanasan, latihan inti dan pendinginan.
2) Monitor keluhan seperti : pusing, lemas, sesak, dll (periksa kembali kadar gula darah).
(Nabyl, 2009)
4. Pengobatan Medis
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil mengendalikan
kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa terapi obat,
baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral ,terapi insulin atau kombinasi
keduanya.(Saraswati, 2009)
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah
dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk
dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya
komplikasi sementara maupun jangka panjang semakin berkurang. (Saraswati, 2009)
a. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)
Dibagi menjadi 4 golongan :
1) Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Efek utama golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Sulfonilurea
sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid. Termasuk golongan ini :
(1) Khlorpropamid
(2) Glibenklamid
(3) Gliklasid
(4) Glikuidon
(5) Glipisid
(6) Glimepirid
b) Glinid
Merupakan obat generasi baru ,cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan
sekresi insulin fase pertama.
Golongan obat ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu:
(1) Repaglinid
(2) Nateglinid. (Soegondo, 2009, hal 123)
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
a) Biguanid
Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama bekerja di hati dengan
mengurangi hepatic glucose output dan menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai
normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini
adalah metformin.
b) Thiazolindion/glitazon
Thiazolindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPARγ)
suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat golongan ini memperbaiki sensitifitas
terhadap insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam sel. Contoh golongan ini :
pioglitazon (Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia).
(Soegondo, 2009, hal 124)
3) Penambah alfa glukosidase / acarbose
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran
cerna sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
glikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia
dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
(Soegondo, 2009, hal 126)
4) Golongan inkretin
a) Inkretin mimetik
(1) Jenis : suntikan, belum masuk pasaran indonesia.
(2) Mekanisme : menurunkan glukosa darah dengan cara merangsang sekresi insulin dan
menghambat sekresi glucagon.
b) Penghambat DPP IV
(1) Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja menghambat suatu enzim yang
mendegradasi hormon inkretin endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat meningkatkan
sekresi insulin yang dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glukagon dan memperlambat
pengosongan lambung.
(2) Dosis : tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan monoterapi tetapi juga dapat
dikombinasi dengan metformin, glitazon atau sulfonylurea.
(Soegondo, 2009, hal 127)
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :
1) Diabetes sesudah umur 40 tahun
2) Diabetes kurang dari 5 tahun
3) Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari
4) DM tipe 2, berat normal atau lebih.
(Soegondo, 2009, hal 129)
b. Terapi Insulin
Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
1. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
2. Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya.
3. Aktivitas harian penuh penderita.
4. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan mahami penyakitnya.
5. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
(Saraswati, 2009)
Empat tipe Insulin yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan jangka waktu
efeknya :
1) Insulin Kerja Singkat (short acting) ; insulin regular merupakan satu-satunya insulin jernih
ataularutan insulin, sementara lainnya adalah suspense. Insulin regular adalah satu-satunya
prodak insulin yang cocok untuk pemberian intra vena. Contoh : Actrapid, Humulin R.
2) Insulin kerja cepat (rapid acting), cepat diabsorbsi, adalah insulin analog seperti: Novorapid,
Humalog, Apidra.
3) Insuli kerja sedang yaitu NPH termasuk Monotard, Insulatard, Humulin.
4) Insulin kerja panjang, mempunyai kadar zing yang tinggi untuk memperpanjang waktu
kerjanya. Contoh:Ultra lente
(Soegondo, 2009, hal 114)
5. Pemantauan (monitoring)
Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakan untuk menilai manfaat
pengobatan dan sebagai pegangan penyasuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk
mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, terhindar dari keadaan hiperglikemia
ataupun hipoglikemia.

Hal-hal yang perlu dipantau (monitoring) pada penyandang DM


a. Kendali Glikemik
Berbagai studi yang telah ada menanyakan bahwa penyandang diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang
menjaga kadar glukosa plasma rata-rata tetap rendah menunjukkan insidens komplikasi
mikrovaskuler berupa timbulnya retinopati diabetik, nefropati, dan neuropati yang lebih
rendah. Oleh karena itu, penyandang diabetes direkomendasikan untuk mencapai dan
menjaga gula darah serendah mungkin mendekati normal. Dalam pengelolaan DM kita
mempunyai kriteria pengendalian yang ingin kita capai (tabel 1).
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dl) 80 - 109 110– 125 >126
Glukosa darah 2 jam (mg/dl) 110- 144 145 – 179 >180
A1C ( %) <6,5 6,5-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL (mg/dl) <100 100-129 >130
Kolesterol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199 >200
2
IMT (kg/m ) 18,5-22,9 23-25 >25
Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-140/80-90 >140/90

Untuk pasien berumur >60tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada biasa
(puasa <150mg/dL dan sesudah makan <200mg/dL), demikian pula kadar lipid, tekanan
darah, dllmengacu padabatasankriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat
sifat-sifat khusus pasienusia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek
samping dan interaksi obat.
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 152)
b. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dilaboratorium dengan metode oksidasi glukosa
atau o-toluidin dan biasanya sering kali pemeriksaan darah dilakukan dengan uji strippada
saat konsultasi dengan metode enzimatik (oksidasi glukosa atau heksokinasi). Faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran glukometer adalah :
1) Penggunaan yang tidak tepat
2) Waktu
3) Pemindahan darah yang berlebih
4) Perubahan hematokrit
5) Ketinggian
6) Suhu lingkungan
7) Hipotensi
8) Hipoksia
9) Kadar trigliserida yang tinggi

Adapun beberapa ukuran normal kadar gula darah pendapat dari beberapa organisasi
Diabetes dunia, yaitu :
Organisasi GDP (mg/dL) GDS (mg/dL)
ADA 70-130 <180
AACE <110 <140
IDF <110 <145
ESC / EASD
Diabetes tipe 1 <108 135-160
Diabetes tipe 2 <108 <135
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 153)
c. Pemeriksaan Kadar Glukosa Urin
Hasil pemeriksaan urine normal
1) Glucose : Negatif
2) Billirubin : Negatif
3) Keton : < 5 mg/dl
4) Berat Jenis : 1,001-1,035
5) pH : 4,6 – 8,0
6) Protein : < 30 mg/dl
7) Urobilinogen : < 1,0 EU/dl
8) Nitrit : Negatif
9) Blood : Negatif
10) Leukosit : Negatif

d. Pemeriksaan HIperglikemia Kronik


Pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan
kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah normal
(70-140 mg/dL) selama 8-10 minggu terakhir, maka hasil tes A1C menunjukan nilai normal.
Pemeriksaan A1C dipengaruhi oleh anemia berat, kehamilan, gagal ginjal, dan
hemoglobinopati. Hasil pemeriksaan A1C sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka
panjang. Kadar A1C dapat mencerminkan glukosa darah rata-rata, seperti :

Kadar Glukosa rata-rata


A1C (%) Mg/ dL
5 97
6 126
7 164
8 183
9 212
10 240
11 269
12 298

Pemeriksaan A1C dilakukan 2 kali dalam setahun yang telah mencapai target tetap. Pada
pasien yang terapinya belum berubah atau yang belum mencapai target kendali glukosa,
pemeriksaan A1C sebaiknya dilakukan 4 kali setahun.
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 155)
e. Pemeriksaan Keton Urin
Keton urin dapat diperiksa menggunakan reaksi kolorimetrik antara benda keton dan
nitroprusid yang menghasilkan warna ungu. Metode tersedia dalam bentuk strip dan tablet
yang berfungsi mendeteksi keton di urin maupun di5 darah.
Hasil keton urin positif dapat dijumpai pada lebih dari 30% specimen urin porsi
pertama dari wanita hamil (dengan atau tanpa DM), kelaparan, puasa, atau hipoglikemia.
Positif palsu dapat ditemukan pada keadaan urin pekat dan penggunaan obat yang
mengandung sulfhidril (angiotensin-converting enzyme inhibitors). (Soewondo(2009),
Soegondo, hal 157)

f. Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri


Pada Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri (PKGS) dilakukan oleh penyandang DM
sendiri saat dirumah untuk mencegah hipoglikemia dan menyesuaikan pengobatan, diet dan
aktifitas fisik untuk mencapai target glikemik yang diinginkan. PKGS perlu dilakukan
evaluasi secara berkala mengenai cara pemeriksaan yang dilakukan penyandang DM maupun
alatnya itu sendiri.
Penyandang DM dianjurkan untuk selalu membawa alatnya ke klinik saat konsultasi
dan penyandang DM harus didorong untuk mampu melakukan modifikasi pengobatan sesuai
hasil pemanyauan yang dilakukan. (Soewondo(2009), Soegondo, hal 157)

g. Pemantauan Glukosa Berkesinambungan (PGB)


Pemantauan glukosa berkesinambungan (PGB) dapat menjadi alat tambahan terhadap
PKGS pada pasien DM tipe 1, terutama mereka tanpa kesadaran resiko hipoglikemia. Sistem
PGB cukup bermanfaat untuk mendeteksi hipohlikemia pada penyandang DM 1 dan 2.
Namun, pemeriksaan ini tidak lebih baik daripada pengukuran glukosa kapiler yang standar
untuk memperbaiki kendali glikemik dalam jangka panjang. (Soewondo(2009), Soegondo,
hal 160)
HASIL YANG DIINGINKAN TERAPI GIZI MEDIS (TGM) UNTUK PASIEN DM
TIPE 2
a. Kontrol glikemik
Terkendali Baik Sedang
Puasa (mg/dl) < 110 110 – 125
2 jam PP (mg/dl) 80 – 144 145 – 179
AIC (%) < 6,5 6,5 – 8

1) Sesudah 4-6 minggu kunjungan I :


Kecenderungan turun (-10%) atau sudah sampai sasaran
Bila tidak tercapai anjurkan perubahan terapi gizi atau medis
2) Hasil yang diharapkan TGM yang berkesinambungan :
Mempertahankan pencapaian sasaran
b. Lipid

Terkendali Baik Sedang


Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239
LDL (mg/dl) <100 100-129
HDL (mg/dl) Pria : >40
Wanita : >50
Trigliserida (mg/dl) <150 150-199

Sesudah 4-6 minggu dari kunjungan I :


1) Bila kolesterol meningkat, turunkan 6-12 %
2) Bila kadar kolesterol tidak mencapai sasaran sesudah 4-6 bulan TGM, beritahu dokter

c. Tekanan Darah
1) Tujuan : 130/80
2) Bila tidak ada respon terhadap perubahan gaya hidup, beritahu dokter
d. Berat badan
1) Tujuan : pertahankan berat badan yang memadai
Baik Sedang
IMT 18,5- <23 23-25

2) Penurunan berat badaan jangka pendek 0,2 – 0,5 kg/minggu


3) Penurunan berat badaan jangka lama 2,5-9 kg
4) Hasil setelah 4-6 minggu dari kunjungan I : penurunan berat badan 1,5-3 kg
5) Hasil setelah TGM yang berkesinambungan : penurunan berat badan 4,5 – 9 kg
(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 66)

Anda mungkin juga menyukai