Mengelola penyakit diabetes mellitus sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan
diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah
semangat. (naturindonesia.com)
1. Penyuluhan (Edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah
pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan.
(Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)
a. Tujuan Penyuluhan
1) Meningkatkan pengetahuan
2) Mengubah sikap
3) Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
4) Meningkatkan kualitas hidup
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 138)
b. Sasaran Penyuluhan
Sasaran pengelolaan diabetes diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping
kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok
masyarakat beresiko tinggidan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
(Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)
c. Metode Penyuluhan
Penyuluhan diabetes bagi penyandang diabetes dan keluarganya dapat dilakukan
dengan tatap muka dan didukung dengan penyediaan bahan-bahan edukasi. Tatap muka dapat
dilaksanakan secara perseorangan atau secara berkelompok. Penyuluhan bagi masyarakat
atau komunitas yang lebih luas dapat dilakukan melalui media massa, sedangkan untuk
komunitas yang lebih kecil misalnya di lingkup rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek
swasta, dapat dibuatbrosur atau liflet yang disediakan untuk keluarga penyandang diabetes,
masyarakat pengunjung fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)
d. Konsep dasar melakukan penyuluhan
Selain harus menguasai materi diabetes, seorang edukator juga dituntut untuk menguasai
ilmu komunikasi khususnya komunikasi interpersonal yamg banyak dipakai dalam
melakukan penyuluhan. Dasar untuk melakukan penyuluhan kesehatan:
1) Komunikasi
Komunikasi merupkan inti dari pikiran serta hubungan antara manusia. Didalam komunikasi
interpersonal dikenal berbagai alat komunikasi, yakni :
a) Bahasa
b) Pengamatan dan persepsi
c) Tingkah laku non-verbal
d) Mendengar aktif
2) Motivasi
Motivasi berfungsi untuk mengarahkan, mendorong dan menggerakkan seseorang atau
kelompok untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut ditempuh melalui cara :
a) Mengusahakan terciptanya suatu keadaan yang dapat menumbuhkan dorongan batin
seseorang agar tergerak hatinya untuk bertingkah laku.
b) Memberikan pengertian kepada individu atau kelompok agar mereka terdorong untuk
melakukan sesuatu setelah ia mengerti.
(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)
e. Tahap Edukasi
Penyuluhan merupakan suatu proses keperawatan yang memerlukan waktu tidak sebentar,
waktu yang dibutuhkan cukup lama. Sehingga harus dilakukan secara bertahap dan
memerlukan berberapa pertemuan, sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang:
a) Pengertian DM
b) Etiologi/ Penyebab DM
c) Komplikasi DM
d) Diet DM
e) Pencegahan DM
f) Penatalaksanaan DM
2) Pertemuan 2
Mengubah sikap, antara lain:
a) Sikap terhadap diet
b) Jenis pengobatan
c) Olahraga
3) Pertemuan 3
Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan. Untuk terwujudnya perilaku agar
menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan. Sebagai contoh: Seorang penyandang DM yang telah mempunyai
pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap keteraturan olahraga, mungkin tidak dapat
menjalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu.
4) Pertemuan 4
Meningkatkan kualitas hidup. Didalam pertemuan ini dapat di bahas berbagai aspek
kehidupan penyandang DM yang berhubungan dengan DM, baik yang diungkapkan sendiri
oleh penyandang DM atau dimulai dari edukator. (Basuki(2009),dalam Soegondo)
2. Perencanaan Makan (diet)
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Perencanaan
makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total
lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan
zat gizi tersebar sepanjang hari. (usu.ac.id)
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal :
a. assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup
b. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan yang dicapai
c. Memilih intervensi gizi yang memadai
d. Mengevaluasi efektifnya perencanaan makan orang dengan diabetes.
(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 47)
a. Tujuan diet
1) Membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik.
2) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan
asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
3) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
4) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
5) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani.
6) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan malalui gizi yang optimal.
(Almatsier, 2006)
Perhitungan BB idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:
BB idaman = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus
modifikasi menjadi :
BB ideal = (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Jenis olah raga yang tersebut di atas adalah olah raga yang bersifat :
1) Continuous
Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti.
Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging
tanpa istirahat.
2) Rhythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda,
mendayung.
3) Intensity
Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat. Misalnya,
jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan kegiatan yang bergantian
pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.
4) Progressive
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat,
secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit sesuai dengan
pencapaian latihan sebelumnya.
5) Endurance
Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum
ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap harus dilakukan pemeriksaan
kardiovaskuler.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo)
d. Tahap-tahap yang dilakukan setiap latihan
1) pemanasan (warming up)
Mengurangi kemungkinan terjadinya akibat berolahraga. Lama pemanasan cukup 5 –
10 menit.
3) Pendinginan (cooling-down)
Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah berolah raga. Lama pendinginan kurang
lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati denyut nadi istirahat.
4) Peregangan (stretching)
Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang.
(Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 76)
e. Risiko dari olahraga bagi penyandang diabetes yang harus diperhatikan
1) Memperburuk kadar gula darah. Maka hindarilah olahraga berat, latihan beban, dan olahraga
kontak (tinju,yudo). Usahakan asupan cairan yang cukup.
2) Hipoglikemia akibat olahraga. Monitor kadar gula darah dan siapkan makanan kecil. Maka
hindarilah pemberian insulin dibagian tubuh yang aktif (berikan insulin di abdomen atau
perut), juga kurangi dosis insulin sebelum berolahraga.
3) Gangguan pada kaki. Maka pakailah sepatu yang sesuai dan usahakan agar kaki selalu bersih
serta kering.
4) Komplikasi jantung. Maka periksalah kesehatan sebelum melakukan program olahraga.
Lakukanlah program olahraga individu secara berkelompok.
5) Cedera otot dan tulang. Selalu lakukan pemanasan dan pendinginan, intensitas latihan
ditingkatkan bertahap, serta hindari latihan yang berlebihan. (Nabyl, 2009)
f. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan saat merencanakan program latihan
atau olahraga bagi penderita diabetes
1) Ketahui kontraindikasi dan keterbatasan diabetisi
2) Harus realistik sebab diabetisi akan melakukan olahraga secara teratur apabila diabetisi
merasakan manfaat dan menyenanginya
3) Peningkatan intensitas dan durasi dilakukan secara bertahap
4) Ingatkan resiko terjadinya hipoglikemia
5) Ingatkan bahwa olahraga atau beraktifitas fisik apa saja lebih baik daripada tidak melakukan
sam sekali. (Ilyas(2009), dalam Soegondo, hal 81)
Untuk pasien berumur >60tahun, sasaran kadar glukosa darah lebih tinggi dari pada biasa
(puasa <150mg/dL dan sesudah makan <200mg/dL), demikian pula kadar lipid, tekanan
darah, dllmengacu padabatasankriteria pengendalian sedang. Hal ini dilakukan mengingat
sifat-sifat khusus pasienusia lanjut dan juga untuk mencegah kemungkinan timbulnya efek
samping dan interaksi obat.
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 152)
b. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dilaboratorium dengan metode oksidasi glukosa
atau o-toluidin dan biasanya sering kali pemeriksaan darah dilakukan dengan uji strippada
saat konsultasi dengan metode enzimatik (oksidasi glukosa atau heksokinasi). Faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran glukometer adalah :
1) Penggunaan yang tidak tepat
2) Waktu
3) Pemindahan darah yang berlebih
4) Perubahan hematokrit
5) Ketinggian
6) Suhu lingkungan
7) Hipotensi
8) Hipoksia
9) Kadar trigliserida yang tinggi
Adapun beberapa ukuran normal kadar gula darah pendapat dari beberapa organisasi
Diabetes dunia, yaitu :
Organisasi GDP (mg/dL) GDS (mg/dL)
ADA 70-130 <180
AACE <110 <140
IDF <110 <145
ESC / EASD
Diabetes tipe 1 <108 135-160
Diabetes tipe 2 <108 <135
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 153)
c. Pemeriksaan Kadar Glukosa Urin
Hasil pemeriksaan urine normal
1) Glucose : Negatif
2) Billirubin : Negatif
3) Keton : < 5 mg/dl
4) Berat Jenis : 1,001-1,035
5) pH : 4,6 – 8,0
6) Protein : < 30 mg/dl
7) Urobilinogen : < 1,0 EU/dl
8) Nitrit : Negatif
9) Blood : Negatif
10) Leukosit : Negatif
Pemeriksaan A1C dilakukan 2 kali dalam setahun yang telah mencapai target tetap. Pada
pasien yang terapinya belum berubah atau yang belum mencapai target kendali glukosa,
pemeriksaan A1C sebaiknya dilakukan 4 kali setahun.
(Soewondo(2009), Soegondo, hal 155)
e. Pemeriksaan Keton Urin
Keton urin dapat diperiksa menggunakan reaksi kolorimetrik antara benda keton dan
nitroprusid yang menghasilkan warna ungu. Metode tersedia dalam bentuk strip dan tablet
yang berfungsi mendeteksi keton di urin maupun di5 darah.
Hasil keton urin positif dapat dijumpai pada lebih dari 30% specimen urin porsi
pertama dari wanita hamil (dengan atau tanpa DM), kelaparan, puasa, atau hipoglikemia.
Positif palsu dapat ditemukan pada keadaan urin pekat dan penggunaan obat yang
mengandung sulfhidril (angiotensin-converting enzyme inhibitors). (Soewondo(2009),
Soegondo, hal 157)
c. Tekanan Darah
1) Tujuan : 130/80
2) Bila tidak ada respon terhadap perubahan gaya hidup, beritahu dokter
d. Berat badan
1) Tujuan : pertahankan berat badan yang memadai
Baik Sedang
IMT 18,5- <23 23-25