DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapah Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing
keperawatan Kritis. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada rekan kelompok
kami yang telah bekerjasama dalam mengerjakan makalah ini, atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................
BAB I PENDAHULUAN.........................................
A. Latar Belakang.................................................
B. Rumusan Masalah.........................................
C. Tujuan...................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................
A. Kesimpulan......................................................
B. Saran................................................................
TUGAS KELOMPOK
DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )
2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera
pada mata
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata,
atau diabetes melitus
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka
panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2009).
3. Patofisiologi
PATHWAY KATARAK
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK
Post op Nyeri
4. Klasifikasi Katarak
1 tahun.
a. Katarak traumatika
bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
c. Katarak komplikata
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
1. Katarak insipient
2. Katarak imatur
3. Katarak matur
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
5. Manifestasi klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan d
an silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehil
angan penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di m
alam hari
C. Studi kasus
1. Pengkajian
a. Riwayat klien / Data Biologis
Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
Tempat, Tanggal lahir/Umur :Tanjung keliling,4 maret 1934
Jenis kelamin :Laki - Laki
Suku :Jawa
Agama :Islam
Status perkawinan :Duda
Pendidikan :-
Alamat :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung
b. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang
memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan.
Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka
bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari,
tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun.
Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan
dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.
c. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
d. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat
dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang,
yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari
An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P
mengalami kesulitan.
e. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal
jauh.
f. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan
waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan
saja.
g. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn. Pmengalami
sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus mengalami
pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau
Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau
sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi terhadap
obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat
badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
h. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma
yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan
Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu
terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut
keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan
obat kampung saja.
i. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah
meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari
Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya
j. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TD :190/100 Mmhg
RR : 28 x/i
Pols : 84 x/i
Temp: 36 c
Pemeriksaan lain
- Kepala
Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak -
acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang
khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit
kepala.
- Mata
Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang
sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik
- Telinga
Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar
detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak
ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar
Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan
tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak
Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.
- Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang
itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan
kesulitan menelan.
gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi
Tn.P
- Leher
- Payudara
Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya
kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan
adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting
susu.
- Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
- Kardiovaskuler
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering
mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo
napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat
berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna
- Gastrointestinal
mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun
- Musculoskeletal
mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau
- Sistem endokrin
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika
diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut
- Integument
Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan
- Psikososial
Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga
mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan
berkonsentrasi.
2. Analisa Data
Membentu mata
yang transparan
diseitar lensa
Penumpuan cairan
Penurunan
penglihatan
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
3. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan
4. Intervensi
memilih dan
mengimplementasikan
ebutuhan
DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )
2.1 Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan
atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah rongg rongga yang
terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus
etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di
belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal,
dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2001)
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila
dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid
belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang sering
terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya
lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus maksila hanya
tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus
alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostirium
sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit
sehingga mudah tersumbat.
2.2 Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan
ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah tenggorokan
untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan
terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus
pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung
b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang
biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung
2.4 Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986
Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien.
Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya
infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug
dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada
fase akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan
sinusitis sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.
2.5 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam
ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi
ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi),
inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa
makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan
operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8
minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas
sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika
lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya
merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada
sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis
akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%)
dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan
(20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya
bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema dan
hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak –
anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling
sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila.
Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub
periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
cavernosus.
3. Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan
thrombosis sinus cavernosus
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang
ideal 45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa.
Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa
terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jika ada factor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau
komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki
saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari
sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional
endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai
perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk
menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk
membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang
normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa
merusak jalur sinus.
BAB III
ANALISIS KASUS SECARA TEORI
Kasus
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan
sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai
riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa
menderita sinusitis.
3.1 Pengkajian
1. Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
2. Riwayar Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri
kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan
semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala.
Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan
sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT
sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita
sinusitis.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Suhu : 38ºC
2) Nadi : 84 /menit
3) TD : 120/80 mmHg
4) RR : 25 /menit
5) BB : 62 kg
6) Tinggi badan : 170 cm
b. Pemeriksaan B1 – B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan
BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Rinoskopi anterior
b) Rinoskopi posterior
c) Nyeri tekan pipi sakit
d) Transiluminasi
e) X Foto sinus paranasalais
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
3.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung
Intervensi:
a. Kolaborasi pemberian obat analgesic
b. Ajarkan Teknik distraksi atau pengalihan nyeri dengan teknik relaksasi
c. Observasi TTV, Keluhan klien dan skala nyeri
d.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
Intervensi:
a. Kolaborasi pemberian nebulising
b. Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi
c. Kolaborasi melakukan suction (pada px. yang mengalami penurunan
kesadaran dan tidak mampu melakukan batuk efektif).
d. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan
kesadaran dan mampu melakukan batuk efektif).
e. Observasi TTV
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
a. Kaji kebutuhan tidur klien
b. Ciptakan suasana yang nyaman
c. Kolaborasi pemberian obat tidur
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
a. Monitoring perubahan suhu tubuh
b. Berikan kompres hangat
c. Kolaborasi pemberian antipiretik
TUGAS KELOMPOK
DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Kanker kulit adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
2. Etiologi
Factor penyebab dari luar yaitu sinar matahari yang merupakan factor utama
dan sudah di nyatakan oleh peneliti yang menyebabkan keganasan kulit. Selain
itu, sinar pengion yang di pakai untuk pengobatan (radiasi/kemoterapi) juga
dapat menyebabkan kanker kulit. Faktor penyebab dari dalam yaitu materi
genetic tubuh sendiri (gen). Daya tahan tubuh juga merupakan factor yang
dapat menyebabkan kanker.
4. Patofisiologi
Tumor kulit dapat terbentuk dari berbagai jenis sel dalam kulit seperti sel-sel
epidermis dan melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak atau ganas
dan dapat terlokalisis dalam epidermis atau menembus kedalam dermis dan jaringan
subkutan. Insiden karsinoma sel basal berdasar dengan jumlah pigmen melanin pada
epidermis dan lama total pajanan langsung terhadap matahari, pada pelaut dan petani
contohnya, dan sering terpajan matahari seperti wajah, kepala dan leher.
Spektum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar yang panjang
gelombangnya berkisar antara 280 – 320 nm dan penyebab lain radiasi dengan sinar -
x, faktor genetic tetapi jarang ditemui seperti albino dan xeroderma pigmentosum.
Spektum matahari inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi rusak (perubahan
warna kulit menjadi cokelat).
5. Komplikasi
Kecacatan karena pembedahan terutama bila kanker kulit tersebut kambuh ada
wajah yang membutuhkan reseksi ulang, atau jika eksisi luas dibutuhkan seperti halnya
ada melanoma. Selain itu juga dapat terjadi metastase penyakit ke otak biasanya fatal
kecuali bila reseksi pembedahan masih mungkin di lakukan. Serta dapat menimbulkan
metastase tulang dan dapat menimbulkan nyeri berat dan mengarah pada fraktur dan
kompresi medulla spinalis.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis.
b. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-
scan
7. Penatalaksanaan
1. Pembedahan/pengkatan jaringan kulit
2. Kemoterapi
3. Terapi biologis
8. Pencegahan
a. Karsinoma sel basal
Melakukan pemeriksaan kulit sendiri setiap bulan,
Mengamati setiap bagian tubuh dangan cermat, terutama daerah yang
tersembunyi seperti kulit antara jari-jari dan lapisan kulit.
Menghindari pajanan matahari yang berlebihan, terutama pada waktu antara
jam 10 pagi sampai jam 3 sore.
Menggunakan losion pelindung matari dan pelembab bibir dengan factor
perlindungan terhadap matahari.
b. Karsinoma sel skuamosa
Menghindari sinar ultraviolet dan menggunakan krim pelindung matahari.
Memakai pakaian yang melindung bagian tubuh.
c. Melanoma Maligna
Metode pencegahan MM hamper sama dengan KSB dan KSS
BAB II
Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas Istirahat.
Tanda : Keterbatasan mobilisasi/kehilangan pada bagian yang terkena
(mungkin segera karena nyeri, pembengkakkan setelah tindakan aksisi dan
graft kulit).
2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia), lesi cenderung sirkuler dengan
bagian luar yang tidak teratur.
3) Neurosensori
Nyeri dada daerah karsinoma.
4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat saat tindakan eksisi dan grafh kulit (mungin terlokasi
pada area lesi yang di eksisi local yang luas dan pada graft kulit).
5) Keamanan
Tanda : Lesi semakin menonjol, pendarahan lesi, perubahan local pada
warna nodul (biasanya relative licin serta berwarna biru hitam yang
seragam, dapat meningkat/berubah secara bertahap), serta nodul yang
menebal, bersisik dan berulselasi.
b. Problem Tree
Etiologi :
Kerusakan DNA
Pertumbuhan abnormal
Kurang pengetahuan
Gangguan citra tubuh Tindakan operasi
Pengangkatan jaringan
Resti infeksi
c. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan dermis
2. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penanganan yang kurang baik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kondisi penyakitnya
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar info.
d. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan dermis
Tujuan: Nyeri dapat terkontrol dan berkurang
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )
1. Pengertian
a. Telinga kemasukan benda asing seperti air, biji – bijian, manic – manic,
bulir padi, lintah,
b. Trauma telinga penyebabnya menyelam,trauma tumpul seperti benda
keras yang mengenai telinga dan trauma tajam seperti kecelakaan
sehingga menyebabkan telinga menjadi putus.
d. Racun
Aminoglycoside antibiotic
Aspirin
Chloroquine
Quinidine
f. Pekerjaan harian:
- Musik konser
- Konstruksi
h. Lainnya
Penyakit Meniere
Alergi
Infeksi telinga
5. Trauma telinga
5. Penatalaksanaan
1. Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna,
Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran
timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam
liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.
Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara
dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang
dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang
disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit
serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang
meneruskan suara ke telinga dalam
2. Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus,
landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Saluran Eustachius juga berada di
telinga tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke
tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh
meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan
terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga
tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius
menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.
3. Telinga dalam
Telinga bagian dalam terdiri dari tiga bagian utama yaitu ke arah belakang terdapat tiga
saluran semi sirkular,di tengah – tengahnya ada bagian yang di sebut vestibula,dan ke
arah depan ada koklea yang juga dikenal nama rumah siput telinga ( rumah siput ),
Keseluruhan struktur ini berbentuk cekung dan mengandungcairan yang disebut
perilimfe.
Ini terjadi kebanyakan pada anak-anak yang paling suka memasukkan benda-benda apa
saja ke dalan hampir setiap liang tubunya.lubang telinga mempunyai penarikan
khusus,seperti seperti halnya lubang hidung.
Untuk mengeluarkan benda asing tersebut seperti serangga agak sulit karena badan
serangga tersebut sudah menjadi licin.tapi pada akhirnya serangga tersebut bias
dikeluarkan tanpa akibat yang berbahaya.
Gejalanya :
Bisa timbul rasa tidak enak, atau berkurangnya pendengaran jika benda asing yang
masuk berupa biji sayuran atau buah-buahan yang cenderung menyerap cairan
sehingga membesar dan menutup seluruh saluran.Akibatnya bias terjadi
infeksi.khususnya jika benda asing itu sudah berada di dalam telinga selama beberapa
hari tanpa diperiksa.
Penyebab yang menganggu dan lazim di sini adalah menyelinapnya benda asing untuk
sementara ke dalam saluran telinga.ada orang yang mempunyai kebiasaan mengusap
lubang telinga dengan sesuatu benda untuk mendapatkan rasa geli yang
menyenangkan.ini adalah salah satu cara terjadi infeksi,sehingga harus dihentikan
sama sekali.
Perawatan :
Kecuali jika benda asing itu berada dekat d’mulut liang dan bias dikeluarkan dengan
sesuatu alat sederhana tanpa menimbulkan rasa sakit, maka sebaiknya benda itu di
biarkan tidak disentuh.
Dokter maupun perawat yang terlatih dapat dengan mudah memgeluarkannya dengan
alat khusus.tapi untuk benda-benda yang terlalau masuk kedalam,apalagi disertai
infeksi itu memerlukan anestesia.
Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah menjalani radioterapi dan
barotraumas (misalnya penyelam)dan pada pasien disfungsi tuba eustahcii akibat
infeksi atau alergi saluran nafas atas yang terjadi. Barotraumas terjadi bila terjadi
perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan
barometric seperti seperti pada penyelam atau saat pesawat udara turun,dan cairan
tertangkap didalam telinga tengah.
Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa yang
menderita otitis media serosa unilateral menetap.
Gejalanya :
Perawatan :
Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi (otitis
media akut). Bila kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga
tengah menimbulkan masalah bagi pasien,maka bias dilakukan miringotomi dan
dipasang tabung untuk menjaga telinga tengah tetap terventilasi. Kortikosteroid,dosis
rendah,kadang dapat mengurangi edema tuba eustahcii pada kasus barotrauma.
Barotitis adalah peradangan pada telinga yang disebabkan oleh perubahan tekanan
atmosfer dan kondisi ini juga disebut aerotitis. Barotitis merupakan masalah
peradangan atau pendarahan pada telinga tengah disebabkan oleh perbedaan antara
tekanan udara di telinga tengah dan atmosfir seperti saat di ketinggian,menyelam,dan
hampa udara.
Gejala :
Sakit di telinga dan sakit gigi merupakan cirri khas penyakit ini
Perawatan :
Seseorang dengan infeksi akut pernafasan atas atau reaksi alergi dianjurkan untuk tidak
terbang atau menyelam,namun jika kegiatan tersebut terpaksa dilakukan perti
phenyleprine 0,25 % dioleskan 30 menit sebelum melakukan aktifitas penerbangan
atau penyelam dapat membantu mengatasi masalah ini.
ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya
sekret dari telinga tengah secara terus menerusdan hilang timbul. Sekret ungkin encer
atau kental, bening, dan berupa nanah. Biasanyadisetai gangguan pendengaran. (arif
mansjoer, 2001 ; 82)Otitis media supratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut
dengan istilah congek,dalam perjalanan penyakit ini berasal dari OMA stadium
perforasi yang berlanjut, sekrettetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer,
bening, ataupun mikopurulen. Proseshilang timbul atau terus menerus lebih dari 2
minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi membran timpani. Perforasi yaitu
membran timpati tidak intake/terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri
KlasifikasiOMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)Proses peradangan terbatas pada mukosa
saja dan biasnaya tidak mengenaitulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
jarang menimbulkankomplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteaton.
2. Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan lanjutan dari OMA yang prosesnya sudah berjalan
lebih dari 2 bulan. Bebrapa faktor penyebabnya adalah terapi yang lambat, terapitidak
adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2
bulan disebut sub akut. Sebagian kecil disebabkan oelh perforasi membran timpani
terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebabnya biasanya kuman gram
positifaerob, pada infeksi yang sudah berlansung lama sering juga terdapat kuman
gram negatifdan kuman anaerob.
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman stapilococcus aureus,
pneudomonasaeruginosa, streptococcus epidemidimis, gram positif lain, dan kuman
gram negatif lain.Bisanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran
napas atasmisalnya influenza/sakit tenggorok. Melalui salurang yang menghubungkan
antarahidung dan telinga (saluran tuba eustasius), infeksi di saluran napas atas yang
tidakdibagi dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh pada telinga atau
gangguan pendengaran.
4. Penatalaksanaan
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSKdengan mastoiditis kornik, baik tipe bengna maupun maligna ialah sebagai
berikut :
Mastoidektomi radikal
Timpanoplasti
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan audiometric
Normal 10 Db sampai 26 db
Ringan 27 db sampai 40 db
Sedang 41 db sampai 55 db
Berat 71 db sampai 90 db
Pengkajian Keperawatan
Umur : 69 tahun
Agama : islam
Pendidikan : S1 hukum
Suku : jawa
Alamat :-
Tanggal masuk RS :-
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama :
Klien mengeluh telinga kanannya keluar cairan berwarna putih kental dan
mempengaruhi pendengaran klien. Klien mengeluh nyeri hilang timbul pada telinga
kanan (skala nyeri 2). Klien mengeluh seperti ada bunyi kritik-kritik pada telinga
kanan.
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan dia
berobat,tetapi tidak di tindak lanjuti.
Riwayat keluarga :
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti
klien.
Kondisi lingkungan :
Pemeriksaan Fisik
TB : 156 cm
BB : 55 kg
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit
S : 36oC
RR :20x/menit,
Skala nyeri :2
Kepala :
bentuk bulat, kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala dan rambut bersih.
Wajah :
warna kulit putih, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada dahi, tidak adaedema.
Mata :
Telinga :
setelah dilakukan pemeriksaan otoskop tampak terdapat cairan berupa nanah dan juga
terjadi perforasi pada membrane timpani di telinga kanan. Klien jugamengeluh nyeri
pada telinga kanannya tersebut. Sedangkan pada telinga kiri terdapattumpukan
serumen namun tidak ada perforasi pada membrane timpani (telinga kiritampak
normal).
Hidung : warna putih, hidung simetris, tidak ada lesi, sumbatan dan pendarahan.Mulut
dan Bibir : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis, gigilengkap, tidak
ada penggunaan gigi palsu.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan otoskopi
1.Nyeri akut
2. Resiko Infeksi
Intervensi
160511 Melaporkan
nyeri yang terkontrol
12345
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot
penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata manusia
pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.
Ada berbagai macam kelainan pada mata, seperti: presbiopi, hipermetropi, miopi,
astigmatisma, katarak, imeralopi, xeroftalxni, keratomealasi, dan lain sebagainya.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga, seperti:
tuli, congek, otitis eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan lain
sebagainya. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang ada
pada kulit yaitu: jerawat, panu, kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan lain
sebagainya. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan
kimia. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai
pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Kelainan yang ada
pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic glossitis, geografic tongue, fissured tongue,
glossopyrosis, dan lain sebagainya. Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat
di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan
yang ada pada hidung yaitu: angiofibroma juvenil, papiloma juvenil, rhinitis allergica,
sinusitis, salesma dan influensa, anosmia, dan lain sebagainya.
3.2. Saran
Pada sistem indra ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. MediAction: Jogjakarta
http://www.masrie.co.cc/2010/09/askep-kanker-kulit.html
http://nursingspirit.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-kanker.html
http://www.scribd.com/doc/38818822/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-
Gangguan-Sistem-Integumen