Anda di halaman 1dari 72

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PENGINDRAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah limpahan rahmat serta hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa yang berjudul”
ASUHAN KEPERAWATAN PENGINDRAAN ”. Tak lupa sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita berada di zaman terang benderang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapah Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing
keperawatan Kritis. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada rekan kelompok
kami yang telah bekerjasama dalam mengerjakan makalah ini, atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................

BAB I PENDAHULUAN.........................................

A. Latar Belakang.................................................
B. Rumusan Masalah.........................................
C. Tujuan...................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................

A. Asuhan Keperawatan Penglihatan.............


B. Asuhan Keperawatan Penciuman............................
C. Asuhan KeperawatanPerabaan................................
D. Asuhan Keperawatan Pendengaran.................

BAB III PENUTUP.............................................................................

A. Kesimpulan......................................................
B. Saran................................................................
TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PENGLIHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB I

Asuhan Keperawatan Kritis Gangguan Penglihatan (Katarak)

A. Konsep dasar penyakit


1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan ) lensa, denaturasi lensa atau
akibat keduanya (ilyas 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau
kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina.
Katarak merupahan penyebab umun kehilangan pandangan secara pertahab
(istiqomah, 2003)

2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000)
a. Usia lanjut dan proses penuaan
b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti
a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera
pada mata
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata,
atau diabetes melitus
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka
panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2009).
3. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,


transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan
bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel
(zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar
lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian
trauma atau sistemis(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.

PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan metabolik(misalnya
bisa diturunkan.
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak
multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi Hilangnya tranparansi informasi tentang
lensa
prosedur tindakan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa pembedahan

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri
4. Klasifikasi Katarak

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari

1 tahun.

b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

a. Katarak traumatika

Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma

tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak

pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara

lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.


b. Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan

bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena

penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

c. Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.

Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat

seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan

local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi

pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih

berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,

menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan

serta bilik mata depan menjadi dangkal

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini,

terjadi kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan

korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam

di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

5. Manifestasi klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan d
an silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehil
angan penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di m
alam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga ret


ina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditrans
misikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu- abu atau putih.
Penglihatan seakan akan melihat asap dan pupil mata seakan
bertambah putih
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif
.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi obj


ek.
b. Gangguan penglihatan bisa berupa:
- Peka terhadap sinar atau cahaya,
- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat memba
ca.
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
6. Pemeriksaan Diagnostik Katarak
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema,
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
7. Penatalaksanaan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan
refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-
hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1. Ekstraksi katarak intrakapsuler


Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan.

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian keperawatan katarak
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a. keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada u
sia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terja
di pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada us
ia sesudah 30-
40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahu
n.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terja
di pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihata
n.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti D
M, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko katarak.
d. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas bi
asanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar,
perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,
fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma
darurat, peningkatan air mata.
f. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala.
g. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat k
eluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, ka
ji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekan
an vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpa
jan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan denga
penurunan ketajaman penglihatan, pengligatan ganda
b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus,
perdarahan intraokuler, peningkatan TIO
c. Nyeri berhubungan dengan trauma peningkatan intra okuler, proses
inflamasi pembedahan katarak
d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah pengangkatan katarak).
3. Intervensi
No. Nanda NIC NOC

1. Resiko tinggi Fungsi sensori : Identifikasi resiko: (6610)

terhadap cedera penglihatan (2404) Definisi : analisis factor

(0035) Definisi : kemampuan resiko potensial,


untuk mengindera pertibangan risio-risiko
Definisi : rentan
dengan tepat gambaran esehatan dan
mengalami
secara visual memprioritaskan strategi
cedera fisik
Setelah dilakukan pengurangan risiko bagi
akibat kondisis
tindakan 1x24 jam individu maupun kelompok
lingkungan yang
pasien diharapkan : Aktivitas-aktivits :
berinteraksi
dengan sumber  Respon terhadap  Kaji ulang riwayat
stimulus pandang kesehatan masa lalu da
adaptif dan
sumber defentif meningkat dokumentasikan bukti

yang  Pandangan kabur yang menunjukan


individu,
dapat pasien menjadi adanya penyakit medis
berkurang identifikasi adanya
mengganggu
kesehatan.  Penglihatan pasien sumber agensi untuk
tidak terganggu membantu factor resiko
 Tidak mengalami  Gunakan rancangan
tekanan pada mata tujuan yang saling
 Perubahan menguntungkan fengan
penglihatan warna tepat
teratasi  Identifikasi strategi
koping yang
digunakn/khas
 Implementasikan
aktivitas pengurangan
resiko
 Rencanakan tindak
lanjut strategi dan
aktivitas pengurangan
resiko jangka panjang
 Diskusikan aktivitas
pengurangan resiko
berkolaborasi dengan
individu atau kelompok

3. Nyeri akut kontrol nyeri (1605) Pemberian analgesic


(00132) Definisi : tindakan (2210)
Definisi : pribadi untuk Definisi : penggunaan agen
pengalaman mengontrol nyeri farmakologi untuk
Setelah dilakuan mengurangi atau
sensori dan
tindakan 1x24 jam menghilangkan nyeri
emosional tidak pasien diharapkan : Aktivitas-aktivitas:
menyenangkan  Pasien dapat  Monitor TTV sebelum
mengenali kapan dan sesudah pemberian
yang muncul nyeri terjadi analgesic
akibat kerusakan  Pasien dapat  Menentukan lokasi dan
jaringan actual mengenali apa yang keperahan nyeri
terkait dengan sebelum diberikan obat
dan potensial gejala nyeri  Menanyakan kepada
atau yang  Pasien dapat pasien adanya alergi
melaporkan nyeri obat atau tidak
digambarkan
yang terontrol  Memberikan
sebagi erusakan  Pasien daoat kenyamanan yang
(international menggunakan menbantu relak sasi
analgesic yang pasien
association for diberikan  Mengajarkan
the study f paint );  Dilakukan penggunaan analgesic
pengkajian PQRST untuk menurunkan efek
awitan yang tiba-
 Managemen nyeri samping
tiba atau lambat
dari inrensitas  Mengkolaborasi
ringan hingga dengan dokter terkait
pemberian obat
berat dengan
Managemen nyeri (1400)
akhir yang dapat Definisi: penguranga atau
diantisipasi atau reduksi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang
diprediksi. diterima pleh pasien
Aktivitas-aktivitas:
 Observasi adany
apetunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada mereka
yang tidak bisa
berkomunikasi secara
evektif
 Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
 Lakukan pengkajian
kompehersif yang
meliputi lokasi,
karakteristik , onset/
durasi,
frekuensi,kualitas,
intensitas atau berat
nyeri dan faktor
pencetus
 Gali bersama pasien
fator-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
 Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainya
mengenai efektifitas
pengontrolan nyeri
yang pernah
diguanakan
sebelumnya
 Ajarkan metode
farmaologi untuk
menurunkan nyeri
Kolaborasi dengan orang
terdekat, pasien dan tim
kesehatan lainya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
nin farmakologi, sesuai
ebutuhan

4. Risiko tinggi Keparahan infeksi Control infeksi (6540)


infeksi (00004) (0703) Definisi : meminimalkan
Definisi : rentan Definisi : keparahan agen penerimaan dan
mengalami invasi tanda dan gejala infeksi transpisi agen infeksi
dan multiplikasi Setelah dilakukan Aktivitas- aktivitas :
organisme tindakan keperawatan  Bersihkan liongkungan
patogenik yang 3x24jam pasien : dengan baik setelah
mengganggu  Tida ditemukan digunakan untuk setiap
kesehatan kemerahan pasien
 Pasien tidak  Ganti peralatan
demam perawatan per pasien
 Nyeri pasien sesuai protocol institusi
berkurang  Anjurkan pasien
 Suhu pasien stabil mengenai teknik cuci
 Pasien tidak tangan dengan tepat
menggigil  Anjurkan pengunjung
 Pasien tidak untuk mencuci tangan
mengalami pada saat memasuki
hipotermia
dan meninggalkan
ruang pasien
 Gunakan sabun anti
mirobauntuk cuci
tangan yang sesuai
 Cuci tangan sebelum
dan setelah egiatan
perawatan pasien
 Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
 Ajarkan cara cuci
tangan pada keluarga
pasien

C. Studi kasus
1. Pengkajian
a. Riwayat klien / Data Biologis

Nama :Tn.P
Alamat :Binjai
Telp :-
Tempat, Tanggal lahir/Umur :Tanjung keliling,4 maret 1934
Jenis kelamin :Laki - Laki
Suku :Jawa
Agama :Islam
Status perkawinan :Duda
Pendidikan :-
Alamat :Binjai
Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung
b. Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya
mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P dirumah.Anak
perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga kurang
memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan kelumpuhan.
Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang mana mereka
bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di wisma Matahari,
tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya sekitar 5 tahun.
Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun akibat kelumpuhan
dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan panti sosial tersebut.
c. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
d. Riwayat Lingkungan Hidup
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari
bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah terdapat
dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11 orang,
yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu dari
An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala Tn.P
mengalami kesulitan.
e. Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal
jauh.
f. Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)
Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan
waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P
menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan
saja.
g. Status kesehatan saat ini
Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn. Pmengalami
sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus mengalami
pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru Tn.Ptahu kalau
Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau
sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik alergi terhadap
obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P mempunyai berat
badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi makanan.
h. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma
yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga menyebabkan
Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan sewaktu
terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu menurut
keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati dengan
obat kampung saja.
i. Riwayat keluarga

Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah dari

Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan ibunya

meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

j. Pemeriksaan Fisik

 Vital sign

TD :190/100 Mmhg

RR : 28 x/i

Pols : 84 x/i

Temp: 36 c
 Pemeriksaan lain

- Kepala

Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak -

acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang

khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit

kepala.

- Mata

Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata

Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang

terjadi pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi

berfungsi.Tn.Ptidak menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu

Tn.Ptidak terlalu bisa melihat dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata

sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik

dikarenakan usia lanjut.

- Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar

detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak

ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat

bantu pendengaran.

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar

dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.


- Hidung

Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan

tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak

ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

- Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang

itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan

pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami

kesulitan menelan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan

gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi

Tn.P

- Leher

Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak

ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

- Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya

kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan

adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting

susu.

- Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

- Kardiovaskuler

Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering

mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo

napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat

berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna

kaki pada Tn.P

- Gastrointestinal

Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun

Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan

baik, walaupun sedikit demi sedikit.

- Musculoskeletal

Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak

mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri

tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.

- Sistem saraf pusat

Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau

dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena


semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya,

sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

- Sistem endokrin

Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika

diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut

Tn.P putih dengan uban.

- Integument

Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan

karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga

kulitnya sering mengalami gatal - gatal.

- Psikososial

Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga

mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan

Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi.

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan Katarak
pandangan tidak jelas, Penurunan
pandangan berkabut. Ketida seimbangan persepsi
 Do :visus berkurang, protein larut dan tida sensori :
penurunan ketajaman larut Penglihatan
penglihatan, dan terdapat
Peningkatan protein
kekeruhan pada lensa mata.
yang tida dapat
diserap dan
penurunan sistema
dan penurunan
sistensa protein

Membentu mata
yang transparan
diseitar lensa

Penumpuan cairan

Jalan cahaya e lensa


terhambat

Penurunan
penglihatan

Gangguan persepsi
sensori penglihatan

2.  Ds : pasien mengatakan Katarak Nyeri


nyeri yang tidak
tertahankan, walaupun Tindakan
sudah dikasih analgesic tapi pembedahan
nyerinya masih tidak
tertahankan dan menjalar ke Ada luka insisi
kepala
Nyeri
 Do : pasien menahan nyeri
dan bicaranya tidak jelas

3  Ds : keluarga pasien Katarak Resiko tinggi


mengatakan khawatir infeksi
terhadap luka setelah Tindakan
operasi pembedahan
 Do : mata pasien terpasang
Ada luka insisi
perban di sebelah kanan
Resiko tinggi infeksi

3. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan

penurunan ketajaman penglihatan visus berkurang, penurunan

ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata

2. Nyeri berhubungan dengan luka pembedahan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan

4. Intervensi

No. Nanda NOC NIC

1. Penurunan Fungsi sensori : Pencegahan jatuh (6490)

persepsi sensori : penglihatan (2404) Definisi : melaksanakan


penglihatan Definisi :
pencegahan khusus
berhubungan kemampuan untuk
dengan pasien yang
dengan mengindera dengan
memiliki resiko cedera
penurunan tepat gambaran
Aktivitas-aktivitas
ketajaman secara visual
:
penglihatan visus Setelah dilakukan
 identifikasi factor
berkurang , tindakan 1x24 jam
pasien diharapkan : yang mengakibatkan
penurunan
ketajaman  Respon terhadap resiko jatuh

berkurang dan stimulus  kaji riwayat jatuh pada

terdapat pandang pasien dan kluarga

kekeruhan pada meningkat  identifikasi

lensa mata  Pandangan karakteristik


kabur pasien lingkungan yang dapat
menjadi meningkatkan resiko
berkurang jatuh atau lantai licin
 sediakan alat bantu
(tongkat,walker)
 Penglihatan  ajarkan cara
pasien tidak penggunaan tongkat
terganggu atau walker
 Tidak  Ajarkan pada keluarga
mengalami untuk menyediakan
tekanan pada lantai rumah yang
mata tidak licin
Perubahan  Ajarkan pada keluarga
untuk meminimalkan
penglihatan warna
resijko jaruh pada
teratasi
pasien

2. Nyeri akut kontrol nyeri (1605) Pemberian analgesic


(00132) Definisi : tindakan (2210)
Definisi : pribadi untuk Definisi : penggunaan
mengontrol nyeri agen farmakologi untuk
pengalaman Setelah dilakuan mengurangi atau
tindakan 1x24 jam menghilangkan nyeri
sensori dan
pasien diharapkan : Aktivitas-aktivitas:
emosional tidak  Pasien dapat  Monitor TTV sebelum
mengenali kapan dan sesudah
menyenangkan nyeri terjadi pemberian analgesic
 Pasien dapat  Menentukan lokasi
yang muncul mengenali apa dan keperahan nyeri
yang terkait sebelum diberikan
akibat kerusakan dengan gejala obat
nyeri  Menanyakan kepada
jaringan actual
 Pasien dapat pasien adanya alergi
melaporkan obat atau tidak
dan potensial
nyeri yang  Memberikan
atau yang terontrol kenyamanan yang
 Pasien daoat menbantu relak sasi
digambarkan menggunakan pasien
analgesic yang  Mengajarkan
sebagi erusakan diberikan penggunaan analgesic
untuk menurunkan
efek samping
(international  Dilakukan  Mengkolaborasi
pengkajian dengan dokter terkait
association for PQRST pemberian obat
 Managemen
the study f paint Managemen nyeri (1400)
nyeri
Definisi: penguranga atau
); awitan yang reduksi nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang
tiba-tiba atau diterima pleh pasien
Aktivitas-aktivitas:
lambat dari  Observasi adany
apetunjuk nonverbal
inrensitas ringan mengenai
ketidaknyamanan
hingga berat terutama pada mereka
yang tidak bisa
dengan akhir berkomunikasi secara
evektif
yang dapat
 Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
diantisipasi atau
mengenai nyeri
diprediksi.  Lakukan pengkajian
kompehersif yang
meliputi lokasi,
karakteristik , onset/
durasi,
frekuensi,kualitas,
intensitas atau berat
nyeri dan faktor
pencetus
 Gali bersama pasien
fator-faktor yang
dapat menurunkan
atau memperberat
nyeri
 Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainya
mengenai efektifitas
pengontrolan nyeri
yang pernah
diguanakan
sebelumnya
 Ajarkan metode
farmaologi untuk
menurunkan nyeri
Kolaborasi dengan orang

terdekat, pasien dan tim

kesehatan lainya untuk

memilih dan

mengimplementasikan

tindakan penurunan nyeri

nin farmakologi, sesuai

ebutuhan

3. Risiko tinggi Keparahan infeksi Control infeksi (6540)

infeksi (00004) (0703) Definisi : meminimalkan

Definisi : rentan Definisi : keparahan agen penerimaan dan


tanda dan gejala transpisi agen infeksi
mengalami
infeksi Aktivitas- aktivitas :
invasi dan Setelah dilakukan  Bersihkan
multiplikasi tindakan liongkungan dengan
keperawatan baik setelah
organisme
3x24jam pasien : digunakan untuk
patogenik yang  Tida ditemukan setiap pasien
mengganggu kemerahan  Ganti peralatan
 Pasien tidak perawatan per pasien
kesehatan
demam sesuai protocol
 Nyeri pasien institusi
berkurang
 Suhu pasien  Anjurkan pasien
stabil mengenai teknik cuci
 Pasien tidak tangan dengan tepat
menggigil  Anjurkan pengunjung
 Pasien tidak untuk mencuci tangan
mengalami pada saat memasuki
hipotermia dan meninggalkan
ruang pasien
 Gunakan sabun anti
mirobauntuk cuci
tangan yang sesuai
 Cuci tangan sebelum
dan setelah egiatan
perawatan pasien
 Pakai sarung tangan
steril dengan tepat
 Ajarkan cara cuci
tangan pada keluarga
pasien
TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PENCIUMAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan
atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah rongg rongga yang
terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus
etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di
belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal,
dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2001)
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid,
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila
dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid
belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang sering
terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya
lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus maksila hanya
tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus
alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostirium
sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit
sehingga mudah tersumbat.

2.2 Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan
ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah tenggorokan
untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan
tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan
terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus
pada selaput lendir)
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung

1. Penyebab pada sinusitis akut adalah :


a. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan
Parainfluenza virus).

b. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh
menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus
lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang
biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d. Peradangan menahun pada saluran hidung

2. Penyebab pada Sinusitis Kronik adalah


a. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
b. Alergi
c. Karies dentis ( gigi geraham atas )
d. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
e. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
f. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri di daerah sinus
c. Sakit Kepala
d. Anosmia
e. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
2. Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

2.4 Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986
Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien.
Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya
infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
a. Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug
dari satu hari sampai 3 minggu.
b. Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada
fase akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan
sinusitis sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
c. Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang
tidak terbatas.

2.5 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga
mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila
terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak
dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam
ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi
ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan
media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen.
Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi
antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi),
inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa
makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan
operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi
rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8
minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas
sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika
lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya
merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada
sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis
akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%)
dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan
(20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya
bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema dan
hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak –
anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling
sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila.
Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub
periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
cavernosus.
3. Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan
thrombosis sinus cavernosus

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan
menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan
pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang
ideal 45-55%
2. Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari
pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa.
Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa
terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5. Antihistamin jika ada factor alergi
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis
media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau
komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki
saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari
sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional
endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai
perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk
menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk
membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang
normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan
mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa
merusak jalur sinus.
BAB III
ANALISIS KASUS SECARA TEORI

Kasus
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering
kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien
menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan
sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai
riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa
menderita sinusitis.

3.1 Pengkajian
1. Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
2. Riwayar Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri
kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan
semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala.
Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan
sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT
sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita
sinusitis.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Suhu : 38ºC
2) Nadi : 84 /menit
3) TD : 120/80 mmHg
4) RR : 25 /menit
5) BB : 62 kg
6) Tinggi badan : 170 cm

b. Pemeriksaan B1 – B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan
BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise

c. Pemeriksaan Penunjang
a) Rinoskopi anterior
b) Rinoskopi posterior
c) Nyeri tekan pipi sakit
d) Transiluminasi
e) X Foto sinus paranasalais

3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi

3.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung
Intervensi:
a. Kolaborasi pemberian obat analgesic
b. Ajarkan Teknik distraksi atau pengalihan nyeri dengan teknik relaksasi
c. Observasi TTV, Keluhan klien dan skala nyeri
d.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
Intervensi:
a. Kolaborasi pemberian nebulising
b. Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi
c. Kolaborasi melakukan suction (pada px. yang mengalami penurunan
kesadaran dan tidak mampu melakukan batuk efektif).
d. Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan
kesadaran dan mampu melakukan batuk efektif).
e. Observasi TTV
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
a. Kaji kebutuhan tidur klien
b. Ciptakan suasana yang nyaman
c. Kolaborasi pemberian obat tidur
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
a. Monitoring perubahan suhu tubuh
b. Berikan kompres hangat
c. Kolaborasi pemberian antipiretik
TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PERABA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB I

Tinjauan Pustaka

1. Definisi
Kanker kulit adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu
menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Pada beberapa tempat di dunia, misalnya di Austrlia, Inggris, dan Amerika,


insidens kanker kulit ini makin meningkat, umumnya yang terkena adalah
orang kulit putih yang banyak terpajan sinar matahari. Di Indonesia, insidens
kanker kulit tidak setinggi di Negara tersebut. Walaupun demikian kanker kulit
perlu di kenali karena dapat menyebabkan kecacatan sehingga merusak
penampilan dan pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.

2. Etiologi
Factor penyebab dari luar yaitu sinar matahari yang merupakan factor utama
dan sudah di nyatakan oleh peneliti yang menyebabkan keganasan kulit. Selain
itu, sinar pengion yang di pakai untuk pengobatan (radiasi/kemoterapi) juga
dapat menyebabkan kanker kulit. Faktor penyebab dari dalam yaitu materi
genetic tubuh sendiri (gen). Daya tahan tubuh juga merupakan factor yang
dapat menyebabkan kanker.

3. Klasifikasi Kanker Kulit

a. Karsinoma sel basal


Karsinoma sel basal merupakan tipe terbesar dari kanker kulit.karsinoama
ini tumbuh dan berkembang dari sel-sel basal dalam epidermis dan adalah
kanker dengan pertumbuhan yang lambat yang sangat jarang menyebar ke
bagian lain dari tubuh.
KSB dapat disebabkan oleh radiasi ultraviolet dan pajanan sinar matahari
yang tampak merupakan factor resiko yang paling penting. Sedangkan
pencegahanya dengan menghindari pajanan matahari yang berlebihan,
terutama pada waktu antara jam 10 pagi sampai jam 3 sore serta
menggunakan losion pelindung matari dan pelembab bibir dengan factor
perlindungan terhadap matahari.

 Tanda dan gejala


Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher, dan
kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah
benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang
berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/luka
yang tidak sembuh-sembuh.

b. Karsinoma sel skuamosa


Karsinoma sel skuamosa adalah tipe terbesar kedua dan mulai tumbuh
dalam sel-sel skuamosa bagian epidermis kulit.kanker jenis ini tumbuh dan
berkembang lebih cepat di bandingkan dengan sel basal dan bermetastase
sekitar 2%.
KSS paling sering di temukan pada kulit yang rusak oleh sinar matahari dan
hal ini merupakan factor resiko yang sama dengan karsinoma sel basal
 Tanda dan gejala
mempunyai kelainan berupa benjolan atau luka yang tidak sembuh-
sembuh. Diagnosa ditegakkan dari metode yang sama pada KSB,
begitupun tindakan terapi dan pengobatan cenderung sama dengan
kanker sel basal.
c. Melanoma maligna
Melanoma maligna adalah tipe kanker kulit ketiga dan di pertimbangkan
lebih serius daripada jenis kanker kulit non-melanoma. Jenis ini yang paling
ganas, menyebar dengan cepat ke bagian tubuh lain dan menyebabkan
kematian melanoma biasanya berwarna coklat kehitaman.
 Tanda dan Gejala
Tahi lalat yang kemudian mengalami perubahan baik warna, ukuran,
maupun bentuknya. Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk
mengeluarkan darah.
Kanker ini dapat di cirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimtik, bentuknya
tak beraturan, B=Border/pinggiranya yang tidak rata, C=Color/warna
yang bervariasi dari satu area ke area yang lainya. Bisa kecoklatan
sampai hitam. Bahkan dalam kadud tertentu di temukan berwarna putih,
merah, dan biru, D=Diameternya lebih besar dari 6 mm

4. Patofisiologi
Tumor kulit dapat terbentuk dari berbagai jenis sel dalam kulit seperti sel-sel
epidermis dan melanosit. Tumor-tumor ini dapat merupakan tumor jinak atau ganas
dan dapat terlokalisis dalam epidermis atau menembus kedalam dermis dan jaringan
subkutan. Insiden karsinoma sel basal berdasar dengan jumlah pigmen melanin pada
epidermis dan lama total pajanan langsung terhadap matahari, pada pelaut dan petani
contohnya, dan sering terpajan matahari seperti wajah, kepala dan leher.
Spektum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar yang panjang
gelombangnya berkisar antara 280 – 320 nm dan penyebab lain radiasi dengan sinar -
x, faktor genetic tetapi jarang ditemui seperti albino dan xeroderma pigmentosum.
Spektum matahari inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi rusak (perubahan
warna kulit menjadi cokelat).
5. Komplikasi

Kecacatan karena pembedahan terutama bila kanker kulit tersebut kambuh ada
wajah yang membutuhkan reseksi ulang, atau jika eksisi luas dibutuhkan seperti halnya
ada melanoma. Selain itu juga dapat terjadi metastase penyakit ke otak biasanya fatal
kecuali bila reseksi pembedahan masih mungkin di lakukan. Serta dapat menimbulkan
metastase tulang dan dapat menimbulkan nyeri berat dan mengarah pada fraktur dan
kompresi medulla spinalis.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis.
b. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-
scan
7. Penatalaksanaan
1. Pembedahan/pengkatan jaringan kulit
2. Kemoterapi
3. Terapi biologis
8. Pencegahan
a. Karsinoma sel basal
Melakukan pemeriksaan kulit sendiri setiap bulan,
Mengamati setiap bagian tubuh dangan cermat, terutama daerah yang
tersembunyi seperti kulit antara jari-jari dan lapisan kulit.
Menghindari pajanan matahari yang berlebihan, terutama pada waktu antara
jam 10 pagi sampai jam 3 sore.
Menggunakan losion pelindung matari dan pelembab bibir dengan factor
perlindungan terhadap matahari.
b. Karsinoma sel skuamosa
Menghindari sinar ultraviolet dan menggunakan krim pelindung matahari.
Memakai pakaian yang melindung bagian tubuh.
c. Melanoma Maligna
Metode pencegahan MM hamper sama dengan KSB dan KSS
BAB II

Asuhan keperawatan

a. Pengkajian
1) Aktivitas Istirahat.
Tanda : Keterbatasan mobilisasi/kehilangan pada bagian yang terkena
(mungkin segera karena nyeri, pembengkakkan setelah tindakan aksisi dan
graft kulit).

2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas),
takikardia (respon stress, hipovolemia), lesi cenderung sirkuler dengan
bagian luar yang tidak teratur.

3) Neurosensori
Nyeri dada daerah karsinoma.

4) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat saat tindakan eksisi dan grafh kulit (mungin terlokasi
pada area lesi yang di eksisi local yang luas dan pada graft kulit).

5) Keamanan
Tanda : Lesi semakin menonjol, pendarahan lesi, perubahan local pada
warna nodul (biasanya relative licin serta berwarna biru hitam yang
seragam, dapat meningkat/berubah secara bertahap), serta nodul yang
menebal, bersisik dan berulselasi.
b. Problem Tree

Etiologi :

Sinar UV, Bahan kimia, <pigmen

Sel epidermis / melanosit

Kerusakan DNA

Pertumbuhan abnormal

Perubahan bentuk fisik kulit cemas

Kurang pengetahuan
Gangguan citra tubuh Tindakan operasi

Pengangkatan jaringan

Kerusakan integritas Nyeri Perawatan yg


jaringan tdk tepat

Resti infeksi

c. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan dermis
2. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penanganan yang kurang baik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kondisi penyakitnya
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar info.

d. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan dermis
Tujuan: Nyeri dapat terkontrol dan berkurang

Intervensi:

1) Evaluasikan rasa sakit secara regular, catat karakteristik,


lokasi & intensitas
R/ sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi
2) Kaji tanda-tanda vital
R/ dapat mengendikasikan rasa sakit akut & ketidakyamanan
3) Lakukan responsi sesuai petunjuk,mis:semi-flower,miring
R/ dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkn sirkulasi
4) Dorong penggunaan teknik relaksasi,mis:latihan nafas dalam
R/ lepaskan tegangan emosional dan otot
5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
R/ terapi analgetik untuk alternative memgatasi nyeri

2. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan pengankatan jaringan


Tujuan: mencegah kerusakan lebih lanjut.

Intervensi:

1) Bersikan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen perkosida


R/ menurunkan kontaminasi kulit,membantu memberikan eksudat
2) Ingatkan klien untuk tidak menyentuh daerah luka
R/ Mencegah kontaminasi luka
3) Perksa luka secara teratur,catat karakteristik&intergritas kulit
R/ mencegah terjadinya kondisi luka yang lebih serius
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pengankatan jaringan
Tujuan : Mengindentifikasi factor-faktor resiko & intervensi untuk
mengurangi potensial infeksi.

Intervensi:

1) Periksa kulit untuk mememeriksa adanya infeksi kulit


R/ gangguan pada intergritas kulit /dekat dengan lokasi operasi adalah
sumber kontaminasi luka.
2) Berikan anti biotik sesuai petunjuk
R/ dapat diberikan sesuai profiklasis bila dicurigai terjadi infeksi
3) Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen peroksida/
air
R/ menurunkan kontaminasi kulit
4) Ingat klien untuk tidak menyentuh dearh luka
R/ memcegah kontaminasi luka.

4. Gangguan citra diri berhubungan dengan


Tujuan: Klien akan menujukan adaptasi/peenerimaan pad situasi diri
Intervensi:
1) Tetapkan hubungan saling percaya dan berikan dorongan pasien untuk
membahas setiap perubahan citra diri&metode kooing.
R/ hubungan saling percaya memberikan dukungan pada klien dan
membantu dalam metode koping yang efektif
2) Libatkan klien dalam rencana perawatan
R/ meningkatkan persaan harga diri, kontrol diri, serta partisipasi
dalam terapi
3) Diskusikan persepsi pasien tentang bagaimana orang tertekan
menerima kondisinya atau keterbatasannya.
R/ isarat verbal/ non verbal menggambarkan bagai mana pasien
memandang dirinya

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


Tujuan: Klien mengutarakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :
1) Kaji tingakat pemahaman klien
R/ berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
2) Kaji tentang pemahaman klien/ orang terdekat
R/ mengetahui tingkat pemahaman klien saat ini, mengidentifikasi
kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana klien
membuat keputusan berdasarkan info yang di dengar.
3) Rujuk pada sumber-sumber komunitas sesuai indikasi
R/ meningkatkan kompoten perawatan mandiri dan kemandirian
optimal, mempertahankan klien dalam situasi yang diinginkan.
TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PENDENGARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH
1. Devi Ismawati ( 010117A016 )
2. Fifih Alamwiyah ( 010117A030 )
3. Haris Muslim Al-Choir ( 010117A037 )
4. Liyan Andriyani ( 010117A050 )

PRGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB II

ASKEP KEPERAWATAN KRITIS

PADA SISTEM PENDENGARAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Keperawatan kritis telinga adalah suatu keadaan yang menyebabkan


terjadinya penurunan pendengaran bahkan kkehilangan pendengaran yang
disebabkan oleh beberapa factor diantaranya trauma tumpul seperti
kecelakaan lalu lintas,dll baik dalam waktu akut maupun kronis.

2. Anatomi dan fisiologi


Telinga adalah organ pendengar. Syaraf yang melayani indera ini adalah
syarafcranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3
bagian, yaitu : telingaluar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.
- Telinga luar
Telinga luar, yang teridiri dari aurikula (pinna) dan kanalis
auditorius eksternus,dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrantimpani (gendang telinga). Telinga
terletak pada kedua sisi kepala kurang lebihsetinggi mata. Aurikulus
melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama olehkartilago,
kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Aurikulusmembantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalisauditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporalmandibular.
- Telinga tengah
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu
malleus, inkus stapes.Asikuli dipertahankan pada tempatnya oleh
sendian, otot, dan ligamen, yangmembantu hantaran suara. Ada dua
jendela kecil jendela oval dan dinding medialtelinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian datarankaki
menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.
Jendela bulatmemberikan jalan ke getaran suara. Jendala bulat ditutupi
oleh membrana sangat tipis,dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang
agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.Anulus jendela bulat maupun
jendela oval mudah mengalami robekan. Bila terjadirobekan, cairan dari
dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi
inidinamakan fistula perilimfe. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi danmenyimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer.
- Telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian tulang temporal.
Organ untuk pendengar(koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervusFasialis) dan VIII nervus
koklea vestibularis semuanya merupakan bagian darikomplek anatomi.
Koklea dan kanalis semi posterior, superior dan lateral terletak
membentuk sudut 90˚ satu sama lain dan mengandung organ yang
berhubungandengan keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulus
oleh perubahan kecepatandan arah gerakan seseorang. Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjangsekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhiruntuk
pendengaran, dinamakan organ corti. Labirin membranosa tersusun
atasutrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan
organ corti.
3. Etiologi

a. Telinga kemasukan benda asing seperti air, biji – bijian, manic – manic,
bulir padi, lintah,
b. Trauma telinga penyebabnya menyelam,trauma tumpul seperti benda
keras yang mengenai telinga dan trauma tajam seperti kecelakaan
sehingga menyebabkan telinga menjadi putus.

c. Barotrauma (Perbedaan Tekanan)

d. Racun

 Aminoglycoside antibiotic

 Ethacrynic acid – oral

 Aspirin

 Chloroquine

 Quinidine

e. Keterkaitan dengan Usia:

Keterkaitan karena Usia (presbycusis), manula tidak dapat mendengar


suara yang memiliki frekuensi tinggi

f. Pekerjaan harian:

Pekerjaan yang berdekatan dengan suara keras yang berlangsung secara


berulang-ulang, hari demi hari dapat mengalami kehilangan
pendengaran yakni kerusakan saraf. Peningkatan konsentrasi pada
kondisi ruang kerja dengan nyata dapat mengurangi kehilangan
pendengaran

g. Berikut ini pekerjaan yang beresiko kehilangan pendengaran :

- Petani yang menggunakan traktor

- Musik konser

- Perbaikan landas pacuan udara


- Mesin kapal, pabrik

- Konstruksi

h. Lainnya

 Penyakit Meniere

 Akustik Neuroma (Tumor)

i. Kehilangan pendengaran sementara bisa disebabkan

 Mengkorek kuping pada lubang telinga

 Benda asing yang mendekam didalam lubang telinga

 Luka pada kepala

 Alergi

 Eustachian rongga terblokir

 Gendang telinga yang tertusuk

 Infeksi telinga

 Reaksi terhadap obat-obatan

4. Tanda dan gejala

a. Telinga kemasukan air

 Memang benar kemasukan air

 Telinga kurang dengar

 Telinga kadang – kadang terasa sakit dibagian dalam

 Telinga mendengar seperti suara berdengung


b. Telinga kemasukan benda asing

1. Adanya benda yang secara tidak sengaja masuk kedalam telinga

2. Setelah daun telinga ditarik keatas dan kebelakang akan terlihat


benda asing

3. Rasa sakit di telinga

4. Kadang – kadang keluar darah dan bengkak

5. Trauma telinga

6. Rasa sakit didalam telinga

7. Rasa mendengung dalam telinga

8. Rasa tebal atau tuli dalam telinga

9. Keluar darah telinga

5. Penatalaksanaan

Berikan tampon yang mengandung antibiotic, pembersihan telinga secara


menyeluruh ( aural Toilet ), tetes dekongestan hidung, pemberian analgesic
dan miringiotomi bahkan pembedahan ( mastoidektomi ) dan
meminimalkan terjadinya kommplikasi

B. BAGIAN – BAGIAN DARI TELINGA

Telinga terdiri dari tiga bagian diantaranya :

1. Telinga luar

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna,
Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran
timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam
liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.

Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara
dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang
dan rawan yang dilapisi kulit tipis.

Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang
disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit
serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang
meneruskan suara ke telinga dalam

2. Telinga tengah

Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus,
landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Saluran Eustachius juga berada di
telinga tengah.

Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke
tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh
meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput.

Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan
terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga
tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius
menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.

3. Telinga dalam
Telinga bagian dalam terdiri dari tiga bagian utama yaitu ke arah belakang terdapat tiga
saluran semi sirkular,di tengah – tengahnya ada bagian yang di sebut vestibula,dan ke
arah depan ada koklea yang juga dikenal nama rumah siput telinga ( rumah siput ),
Keseluruhan struktur ini berbentuk cekung dan mengandungcairan yang disebut
perilimfe.

Menggantung di dalam perilimfe oleh benang-benang lembut adalah labiri yang


berselaput.ini merupakan serangkaian kantong-kantong dan saluran nan rumit yang
mengandung jenis cairan yang berbeda yang disebut endolimfa.

C. KELAINAN - KELAINAN PADA TELINGA

1. Telinga bagian luar

a. Benda asing dalam telinga

Ini terjadi kebanyakan pada anak-anak yang paling suka memasukkan benda-benda apa
saja ke dalan hampir setiap liang tubunya.lubang telinga mempunyai penarikan
khusus,seperti seperti halnya lubang hidung.

Berbagai benda kecil pernah dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu,paling umum


adalah pecahan batu,mainan plastic, biji buah-buahan, kacang, dan sebagainya.bahkan
juga serangga kecil bias masuk ke lubang telinga atau hidung tanpa dikehendaki.

Untuk mengeluarkan benda asing tersebut seperti serangga agak sulit karena badan
serangga tersebut sudah menjadi licin.tapi pada akhirnya serangga tersebut bias
dikeluarkan tanpa akibat yang berbahaya.

Gejalanya :

Bisa timbul rasa tidak enak, atau berkurangnya pendengaran jika benda asing yang
masuk berupa biji sayuran atau buah-buahan yang cenderung menyerap cairan
sehingga membesar dan menutup seluruh saluran.Akibatnya bias terjadi
infeksi.khususnya jika benda asing itu sudah berada di dalam telinga selama beberapa
hari tanpa diperiksa.

Penyebab yang menganggu dan lazim di sini adalah menyelinapnya benda asing untuk
sementara ke dalam saluran telinga.ada orang yang mempunyai kebiasaan mengusap
lubang telinga dengan sesuatu benda untuk mendapatkan rasa geli yang
menyenangkan.ini adalah salah satu cara terjadi infeksi,sehingga harus dihentikan
sama sekali.

Perawatan :

Kecuali jika benda asing itu berada dekat d’mulut liang dan bias dikeluarkan dengan
sesuatu alat sederhana tanpa menimbulkan rasa sakit, maka sebaiknya benda itu di
biarkan tidak disentuh.

Dokter maupun perawat yang terlatih dapat dengan mudah memgeluarkannya dengan
alat khusus.tapi untuk benda-benda yang terlalau masuk kedalam,apalagi disertai
infeksi itu memerlukan anestesia.

2. Telinga bagian tengah dan dalam

a. Otitis media serosa

Otitis media serosa (efusi telinga tengah)mengeluarkan cairan,tanpa bukti adanya


infeksi aktif dalam telinga tengah. Secara teori,cairan ini sebagai akibat tekanannegatif
dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba eustachii. Kondisi ini ditemikan
terutama pada anak-anak,perlu dicatat bahwa bila terjadi pada orang dewasa penyebab
lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustahcii harus dicari.

Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah menjalani radioterapi dan
barotraumas (misalnya penyelam)dan pada pasien disfungsi tuba eustahcii akibat
infeksi atau alergi saluran nafas atas yang terjadi. Barotraumas terjadi bila terjadi
perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan
barometric seperti seperti pada penyelam atau saat pesawat udara turun,dan cairan
tertangkap didalam telinga tengah.
Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa yang
menderita otitis media serosa unilateral menetap.

Gejalanya :

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran,rasa penuh dalam telinga atau


perasaan bendungan dan bahkan suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba
eustahcii berusaha membuka. Membrane timpani Nampak kusam pada otoskopi dan
dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya
menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

Perawatan :

Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi (otitis
media akut). Bila kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga
tengah menimbulkan masalah bagi pasien,maka bias dilakukan miringotomi dan
dipasang tabung untuk menjaga telinga tengah tetap terventilasi. Kortikosteroid,dosis
rendah,kadang dapat mengurangi edema tuba eustahcii pada kasus barotrauma.

b. Peradangan / pendarahan pada telinga ( barotitis )

Barotitis adalah peradangan pada telinga yang disebabkan oleh perubahan tekanan
atmosfer dan kondisi ini juga disebut aerotitis. Barotitis merupakan masalah
peradangan atau pendarahan pada telinga tengah disebabkan oleh perbedaan antara
tekanan udara di telinga tengah dan atmosfir seperti saat di ketinggian,menyelam,dan
hampa udara.

Gejala :

Sakit di telinga dan sakit gigi merupakan cirri khas penyakit ini

Perawatan :

Seseorang dengan infeksi akut pernafasan atas atau reaksi alergi dianjurkan untuk tidak
terbang atau menyelam,namun jika kegiatan tersebut terpaksa dilakukan perti
phenyleprine 0,25 % dioleskan 30 menit sebelum melakukan aktifitas penerbangan
atau penyelam dapat membantu mengatasi masalah ini.

1. Pengertian Otitis media supratif kronik (OMSK)

ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya
sekret dari telinga tengah secara terus menerusdan hilang timbul. Sekret ungkin encer
atau kental, bening, dan berupa nanah. Biasanyadisetai gangguan pendengaran. (arif
mansjoer, 2001 ; 82)Otitis media supratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut
dengan istilah congek,dalam perjalanan penyakit ini berasal dari OMA stadium
perforasi yang berlanjut, sekrettetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer,
bening, ataupun mikopurulen. Proseshilang timbul atau terus menerus lebih dari 2
minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi membran timpani. Perforasi yaitu
membran timpati tidak intake/terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri
KlasifikasiOMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)Proses peradangan terbatas pada mukosa
saja dan biasnaya tidak mengenaitulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
jarang menimbulkankomplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteaton.

OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe berbahaya)Disertai dengan kolesteaton.


Perforasi terletak pada maligna atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteaton
dengan perforasi sub total. Sebagian komplikasiyang berbahaya/total timbul pada atau
fatal, timbul OMSK tipe maligna

2. Etiologi

Sebagian besar OMSK merupakan lanjutan dari OMA yang prosesnya sudah berjalan
lebih dari 2 bulan. Bebrapa faktor penyebabnya adalah terapi yang lambat, terapitidak
adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2
bulan disebut sub akut. Sebagian kecil disebabkan oelh perforasi membran timpani
terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebabnya biasanya kuman gram
positifaerob, pada infeksi yang sudah berlansung lama sering juga terdapat kuman
gram negatifdan kuman anaerob.
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman stapilococcus aureus,
pneudomonasaeruginosa, streptococcus epidemidimis, gram positif lain, dan kuman
gram negatif lain.Bisanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran
napas atasmisalnya influenza/sakit tenggorok. Melalui salurang yang menghubungkan
antarahidung dan telinga (saluran tuba eustasius), infeksi di saluran napas atas yang
tidakdibagi dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

3. Tanda dan Gejalaa)

Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh pada telinga atau
gangguan pendengaran.

Nyeri telinga/tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya


tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat secara terus menerus atau intermiten
dan dapatterjadi pad salah satu atau pada kedua telinga.

4. Penatalaksanaan

Terapinya sering lama dan harus berulang karena :

Adanya perforasi membran timpani yang permanen

Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranosal

Telah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid

Gizi an kebersihan yang kurang

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSKdengan mastoiditis kornik, baik tipe bengna maupun maligna ialah sebagai
berikut :

 Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

 Mastoidektomi radikal

 Mastoidektomi radikal dengan modifikasi


 Miringoplastik

 Timpanoplasti

 Pendekatan ganda timpanoplastif.

5. Komplikasi

Kerusakan permanen dari telinga dengan berkurangnya pendengaran atau ketulian.

Mastoiditis, colesteaton, labirinitis, peradangan di sekitar otak, paralilsia wajah.

Paralisis nervus parsial, fistula labirin, labirinitis, labirinits supratif,


tromboflebitissinus lateral, abses eksito durat, abses subdural, meningitis, abses otak,
hidrosefalusotitis

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan audiometric

Biasanya didapatkan tuli konduktif. Tetapi dapat pula sensorineural. Beratnyaketulian


tergantung besar dan letaknya perforasi membran timpani serta keluhan danmobiltas
sistem penghantar suara di telinga tengah. Gangguan pendengaran dapatdibagi dalam
ketulian ringan, sedang, berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan
(audiometri/test berisik).

Derajat ketulian niai ambang pendengaran :

Normal 10 Db sampai 26 db

Ringan 27 db sampai 40 db

Sedang 41 db sampai 55 db

Sedang berat 56 db sampai 70 db

Berat 71 db sampai 90 db

Total lebih dari 90 db


Pemeriksaan radiologi

Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil


dengan pneumatisosi leb ini sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang nor
mal.Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteaton.
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Keperawatan

Identitas diri klien

Nama klien : ny. D

Tempat tanggal lahir : solo, 2 desember 1947

Umur : 69 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : S1 hukum

Suku : jawa

Status perkawinan : menikah

Pekerjaan : pegawai swasta

Keluarga terdekat : suami

Alamat :-

Tanggal masuk RS :-

Diagnose medic : OMSK (otitis media supratif kronik)

Riwayat Keperawatan

Keluhan utama :

Klien mengeluh telinga kanannya keluar cairan berwarna putih kental dan
mempengaruhi pendengaran klien. Klien mengeluh nyeri hilang timbul pada telinga
kanan (skala nyeri 2). Klien mengeluh seperti ada bunyi kritik-kritik pada telinga
kanan.

Riwayat perjalanan penyakit :


Klien mengatakan sudah 6 bulan pendengarannya berkurang dan telinga kanannya
keluar cairan yang berbau tidak sedap.

Riwayat penyakit yang lalu :

Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan dia
berobat,tetapi tidak di tindak lanjuti.

Riwayat keluarga :

Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti
klien.

Kondisi lingkungan :

Klien tinggal di tempat yang padat penduduk dan ramai

Aspek Psikososial, Mekanisme Koping, dan Aspek Spiritual :

Psikososial : klien mengatakan malu dengan keadaanya skarang (akan sakitnya).

Mekanisme koping : klien bersikap kooperatif dengan dokter maupun perawat


saatdilakukan pengkajian dan tindakan.

Spiritual : klien mengatakan selalu berdoa untuk cepat sembuh

Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : kompos mentis

TB : 156 cm

BB : 55 kg

Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg

N : 78x/menit

S : 36oC
RR :20x/menit,

Skala nyeri :2

Kepala :

bentuk bulat, kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala dan rambut bersih.

Wajah :

warna kulit putih, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada dahi, tidak adaedema.

Mata :

Bentuk : normal, Kesimetrisan : Simetris, Warna konjungtiva : konjungtivaananemis,


Sclera : anikterik, Penggunaan kacamata : tidak ada, Gerakan bola mata :simetris,
Respon terhadap cahaya : normal.

Telinga :

setelah dilakukan pemeriksaan otoskop tampak terdapat cairan berupa nanah dan juga
terjadi perforasi pada membrane timpani di telinga kanan. Klien jugamengeluh nyeri
pada telinga kanannya tersebut. Sedangkan pada telinga kiri terdapattumpukan
serumen namun tidak ada perforasi pada membrane timpani (telinga kiritampak
normal).

Hidung : warna putih, hidung simetris, tidak ada lesi, sumbatan dan pendarahan.Mulut
dan Bibir : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis, gigilengkap, tidak
ada penggunaan gigi palsu.

Penatalaksanaan atau Terapi

Obat tetes telinga H2O2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan ekstraksi serumen


Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri akut

2. Resiko Infeksi

Intervensi

Diagnosa Intervensi Implementasi

Nyeri akut Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri (1400)

Setelah dilakukan Definisi : pengurangan


tindakan keperawatan atau reduksi nyeri sampai
selama 2x24 jam pada tingkat
diharapkan nyeri kenyamanan yang dapat
berkurang dengan kriteria diterima oleh pasien.
hasil :
Lakukan pengkajian
160502 Mengenali kapan nyeri
nyeri terjadi
Gali pengetahuan dan
2345 kepercayaan pasien
mengenai nyeri
160501 Menggambarkan
faktor penyebab Gali bersama pasien
faktor yang dapat
2345
menurunkan atau
160503 Menggunkan memperberat nyeri
tindakan pencegahan
Anjurkan ibu agar
2345 menggunakan teknik

160505 Menggunakan relaksasi dan distraksi


analgesic yang rasa nyeri
direkomendasikan
12345

160511 Melaporkan
nyeri yang terkontrol

12345

Risiko infeksi Keparahan Infeksi (0703) Perlindungan infeksi


(6550)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan Definisi : pencegahan
selama 2x24 jam dan deteksi dini infeksi
diharapkan tidak ada pada pasien beresiko
infeksi pada pasien
Monitor adanya tanda
dengan kriteria hasil :
dan gejala infeksi
070301 kemerahan sistemik dan local

12345 Monitor kerentanan


terhadap infeksi
070303 cairan luka yang
berbau busuk Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
12345
Ajarkan pasien dan
070307 demam
keluarga pasien
12345 mengenai tanda dan

070312 menggigil gejala infeksi dan kapan


harus melaporkannya
12345
kepada pemberi layanan
kesehatan
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot-otot
penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara kerja mata manusia
pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara mengubah fokus lensa.
Ada berbagai macam kelainan pada mata, seperti: presbiopi, hipermetropi, miopi,
astigmatisma, katarak, imeralopi, xeroftalxni, keratomealasi, dan lain sebagainya.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Ada berbagai kelainan pada telinga, seperti:
tuli, congek, otitis eksterna, perikondritis, eksim, cidera, tumor, kanker, dan lain
sebagainya. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis. Kelainan-kelainan yang ada
pada kulit yaitu: jerawat, panu, kadas, skabies, eksim, biang keringat, dan lain
sebagainya. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan
kimia. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi sebagai
pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara. Kelainan yang ada
pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic glossitis, geografic tongue, fissured tongue,
glossopyrosis, dan lain sebagainya. Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat
di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Kelainan-kelainan
yang ada pada hidung yaitu: angiofibroma juvenil, papiloma juvenil, rhinitis allergica,
sinusitis, salesma dan influensa, anosmia, dan lain sebagainya.

3.2. Saran

Pada sistem indra ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. MediAction: Jogjakarta

Doenges,Marilynn G. 1999. Rencana Asuhjan Keperawaan Onkologi.Jakarta : EGC.

http://www.masrie.co.cc/2010/09/askep-kanker-kulit.html

http://nursingspirit.blogspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-pada-kanker.html

http://www.scribd.com/doc/38818822/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-
Gangguan-Sistem-Integumen

Anda mungkin juga menyukai