Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

DESAIN PESAN KESEHATAN YANG EFEKTIF


(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan kelas D)

Kamis, pukul 14.20 s.d 16.00 WIB


Ruang kuliah 3
Dosen Pengampu:
Afif Hamdalah, S.KM., M. Kes.

Disusun oleh :
Kelompok 6
Fakhrunnisa Nurfadilah Maulida (182110101026)
Cindy Aisha Safiudin (182110101083)
Karmelia Tyas Apriasari (182110101122)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Desain Pesan Kesehatan yang Efektif
ini dengan lancar.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Mury Ririanty, S.KM., M. Kes, Ibu Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes, dan
Bapak Afif Hamdalah, S.KM., M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi
Kesehatan serta teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah Desain Pesan Kesehatan yang Efektif ini
masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
memohon maaf atas kesalahan yang ada di dalam makalah ini. Kami juga memerlukan
kritik dan saran yang membangun supaya dalam pembuatan makalah-makalah
selanjutnya bisa lebih baik dari ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember, 9 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

2.1 Desain Pesan Kesehatan Yang Efektif ............................................................................. 2

2.1.1 Pengertian Desain Pesan ....................................................................................... 2

2.1.2 Prinsip Desain Pesan ............................................................................................. 3

2.1.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyampaikan Pesan ........................... 5

2.1.4 Kerucut Efektifitas Media Edgar Dale .................................................................. 5

2.1.5 Konsep Desain Pesan Efektif ................................................................................ 9

2.2 Metode, Sasaran, dan Media Promosi Kesehatan .......................................................... 10

2.2.1 Metode Promosi Kesehatan ................................................................................. 10

2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan ........................................................................................ 11

2.2.3 Media Promosi Kesehatan ................................................................................... 12

2.3 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Cetak ............................................................. 20

2.3.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Cetak ................................ 20

2.3.2 Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Cetak................................................. 22

2.3.3 Pengaruh Media Cetak Sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif .............. 25

2.4 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial ............................................................ 26

ii
2.4.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Sosial ............................... 26

2.4.2 Langkah-langkah Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Sosial.................... 31

2.4.3 Contoh Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial ................................................ 32

2.4.4 Pengaruh Media Sosial sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif............... 34

2.4.5 Analisis Desain Pesan Kesehatan ........................................................................ 34

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 37

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 37

3.2 Saran ............................................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap penyuluh kesehatan yang berperan dalam penyebarluasan pesan
kesehatan dituntut untuk dapat menyampaikan pesan secara cepat dan efektif kepada
masyarakat. Hal tersebut tentunya bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu,
diperlukan desain pesan kesehatan yang menarik supaya dapat menarik minat
masyarakat untuk mendengarkan dan mengikuti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah bagaimana agar sebuah
pesan dapat menyita perhatian komunikan untuk memperhatikan dengan baik atau
membaca pesan yang dimaksudkan. Dalam komunikasi kesehatan, media
mempunyai peranan penting dalam penyampaian pesan kesehatan kepada
masyarakat. Supaya pesan dapat tersampaikan secara efektif, dibutuhkan media
yang menarik dan mengandung daya persuasi. Terdapat berbagai macam media
yang dapat digunakan untuk komunikasi kesehatan, mulai dari media cetak dan
media sosial. Media cetak adalah media yang sering digunakan pada zaman dahulu.
Sedangkan pada zaman modern, media yang umum digunakan adalah media yang
dihasilkan dari perkembangan teknologi seperti media sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana desain pesan kesehatan yang efektif?
2. Apa saja metode, sasaran, dan media yang dalam promosi kesehatan?
3. Bagaimana desain pesan kesehatan berbasis media cetak?
4. Bagaimana desain pesan kesehatan berbasis media sosial?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui desain pesan kesehatan yang efektif.
2. Mengetahui apa saja metode, sasaran, dan media dalam promosi kesehatan.
3. Mengetahui desain pesan kesehatan berbasis media cetak.
4. Mengetahui desain pesan kesehatan berbasis media sosial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desain Pesan Kesehatan Yang Efektif


2.1.1 Pengertian Desain Pesan
Komunikasi diperlukan dalam proses penyampaian pesan atau
penyuluhan karena tanpa komunikasi tujuan dari hal tersebut tidak akan
tercapai. Komunikasi terjadi apabila ada komunikan memberikan pesan
kepada komunikan. Dari hal tersebut dapat dilihat pengertian pesan
merupakan informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, dapat berupa fakta, data, ide, dan makna. Pesan pada
dasarnya juga bisa diartikan sebagai hasil atau output berupa kalimat
pembicaraan lisan, tulisan, gambar, simbol atau sebagainya.
Arti kata desain menurut KBBI adalah kerangka bentuk atau
rancangan. Kata desain juga menunjukkan adanya suatu proses atau suatu
hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja dilakukan mulai dari
analisis masalah penyampaian pesan hingga pemecahan masalah yang
dirumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat dalam
bentuk prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya (Pti, n.d.).
Salah satu proses menspesifikasi kondisi untuk penyampaian pesan
adalah desain pesan. Desain pesan itu sendiri adalah suatu perencanaan
untuk merekayasa atau menjadikan bentuk fisik dari pesan atau
informasi. Desain pesan juga bisa dikatakan “pesan dalam bentuk fisik”
yang bisa berupa foto, video, ataupun desain komputer dan lain
sebagainya.
Terdapat 3 komponen utama yang digunakan dalam berbagai cara
unik untuk menghasilkan, menafsirkan, dan mentransmisikan pesan dari
berbagai jenis dalam situasi komunikasi yang tergantung pada tujuan dari
pesan itu sendiri, yaitu kata-kata, bentuk dan visual. (Sunandarid, 2016).
Desain pesan adalah suatu bentuk yang digunakan untuk
menyajikan sebuah informasi. Desain pesan merupakan perencanaan
bentuk fisik dari suatu pesan atau informasi. Desain pesan yang sering
digunakan dalam penyampaian pesan kesehatan adalah desain pesan
berbasis media cetak dan media sosial. Media cetak merupakan media
yang umum digunakan oleh para penyuluh kesehatan untuk menarik
perhatian masyarakat serta meningatkan pemahaman masyarakat terkait
materi yang sedang disampaikan. Sementara itu, media sosial merupakan

2
media yang biasanya dimanfaaatkan dalam penyebaran informasi-
informasi kesehatan melalui internet.
2.1.2 Prinsip Desain Pesan
Desain pesan memiliki prinsip prinsip yang juga harus diperhatikan
agar pesan tersebut efektif. Prinsip-prinsip desain pesan akan tidak sama
dalam penggunaanya, tergantung dari sifat medianya, apakah bersifat
statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya seperti foto, bagan, audio
atau film(Gesang Wahyudi, 2019). Prinsip desain pesan penyampaian
pesan meliputi prinsip (1) kesiapan dan motivasi, (2) penggunaan alat
pemusat perhatian, (3) partisipasi aktif komunikan, (4) perulangan, (5)
umpan balik, (6) persepsi, dan (7) daya serap(Pti, n.d.).
Prinsip motivasi dan kesiapan menjelaskan jika dalam
menyampaikan pesan, penerima pesan siap (siap pengetahuan prasyarat,
siap mental, siap fisik) serta memiliki motivasi yang tinggi sehingga
pesan yang tersampai akan efektif dan hasilnya juga akan memuaskan.
Kesiapan mental diartikan sebagai kesiapan kemampuan awal,
yaitu pengetahuan yang telah dimiliki penerima pesan yang dapat
dijadikan pijakan untuk mempelajari materi baru. Oleh sebab itu, dalam
menyusun desain pesan, komunikator harus lebih dahulu mengetahui
kesiapan komunikan melalui tes penjajagan atau tes prasayarat belajar
yang diberikan pada komunikan. Jika diketahui pengetahuan awal
komunikan belum mencukupi, maka dapat diadakan pembekalan
matrikulasi.
Sedangkan kesiapan fisik, berarti bahwa komunikan dalam
melakukan kegiatan penyampaian pesan tidak mengalami kekurangan
atau halangan, sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil penyampaian pesan. Misalnya untuk menyampaikan pesan
media audio, penerima pesan tidak boleh terganggu pendengarannya.
Motivasi adalah merupakan dorongan yang menyebabkan
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan itu
bisa berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi komunikan
untuk mengerti pesan yang disampaikan, semakin tinggi pula proses dan
hasil penyampaian pesannya. Oleh karena itu, dalam kegiatan
penyampaian pesan hendaknya komunikator berupaya mendorong
motivasi komunikan dengan menunjukkan pentingnya mempelajari pesan
penyampaian pesan yang sedang dipelajari, manfaat dan relevansi ntuk
kedepannya sehingga akan menghasilkan atau menumbuhkan motivasi.

3
Seperti contohnya bisa juga melalui pemberian hadiah dan hukuman agar
termotivasi.
Prinsip penggunaan alat pemusatan perhatian menjelaskan bahwa
perhatian yaitu terpusatnya pada mental terhadap suatu objek memegang
peranan penting terhadap keberhasilan penerimaan pesan. Prinsip
penggunaan alat pemusatan perhatian akan berhasil jika semakin
diperhatikan dan semakin gagal jika tidak diperhatikan. Apabila ingin
menghasikan suatu desain yang menarik perhatian masyarakat diperlukan
pertimbangan yang cerdas dalam mengorganisir elemen grafis. Ciri-ciri
desain yang baik adalah dapat menari perhatian orang, pesan didalamnya
mudah dipahami dan dimengerti, informasi visual serta dapat mengankat
intisari pesan didalamnya. Selain itu, desain yang dibuat menggambarkan
perasaan dan lingkungan orang yang melihat. Alat pengendali perhatian
yang paling utama adalah media dan tekniknya tetapi berikut cara -cara
yang dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian komunikan antara
lain:
 Mengaitkan pesan dengan pengalaman atau kehidupan komunikan.
 Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar,
bagan, dan media-media penyampaian pesan visual lainnya.
 Menghubungkan pesan yang sedang disampaikan dengan topik-topik
yang sudah disampaikan.
 Menggunakan musik penyeling.
 Mencipatakan suasana riang.
 Teknik penyajian yang bervariasi.
 Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
Prinsip partisipasi aktif komunikan menjelaskan jika komunikan
aktif berpartisipasi dan interaktif dalam penyampaian pesan maka
hasilnya akan meningkat. Prinsip meliputi aktifitas, kegiatan, atau proses
mental, emosional maupun fisik. Contoh aktifitas mental misalnya
mengidentifikasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk aktifitas emosional misalnya semangat, sikap,
positif terhadap penyampaian pesan, motivasi, keriangan, dan lain-lain.
Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan gerak badan seperti kaki,
tangan untuk melakukan ketrampilan tertentu.(Pti, n.d.)
Penyampaian pesan yang diulang ulang akan menghasilkan hasil
yang meningkat pula, itu merupan penjelasan dari prinsip perulangan.
Memberikan tinjauan singkat pada awal penyampaian pesan dan

4
ringkasan atau kesimpulan pada akhir penyampaian pesan bisa dilakukan
pada prinsip ini.(Gesang Wahyudi, 2019)
Prinsip umpan balik menjelaskan jika dalam penyampaian pesan
komunikan diberi umpan balik, hasilnya juga akan meningkat. Jika salah
diberikan pembetulan, dan jika benar diberikan konfirmasi atau
penguatan. Dengan demikian, penerima pesan akan tahu di mana letak
kesalahannya dan semakin mantap dengan pengetahuan yang
diperolehnya.(Gesang Wahyudi, 2019)
Prinsip selanjutnya yaitu persepsi. Persepsi adalah proses
menangkap objek-objek melalui alat alat indera dan diproyeksikan pada
bagian tertentu di otak, sehinggga dapat mengamati objek tertentu.
Persepsi menggerakkan proses asosiasi-asosiasi sehingga dapat
membandingkan, membedakan, menganalogi analogi dan menyimpulkan
pesan yang ditangkap oleh komunikan.
Prinsip daya serap berkaitan erat dengan kerja memori otak. Dalam
dunia psikologi terdapat dua klasifikasi yaitu, memori jangka panjang
dan memori jangka pendek. Pada umumnya memori gambar lebih baik
daripada memori kata. Hal ini sesuai dengan efek superioritas gambar
(picture superiority effect).
2.1.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menyampaikan Pesan
Dalam desain pesan kesehatan berbasis media cetak maupun media
sosial, keefektifan suatu pesan sangat ditentukan oleh bentuk pesan,
pemilihan warna, penambahan gambar, ukuran huruf, jenis huruf serta
pemilihan kata dalam pesan tersebut. Desain pesan harus disesuaikan
dengan karakteristik penerima pesan dengan memperhatikan usia, jenis
kelamin, latar belakang pendidikan serta latar belakang kebudayaan
penerima pesan. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian,
persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari
pesan atau informasi, agar suatu pesan dapat tersampaikan secara efektif.
Selain itu, perlu diperhatikan pula penggunaan bahasa, pemilihan warna,
penambahan gambar, ukuran huruf, jenis huruf, serta pemilihan kata
untuk membuat pesan tersebut menarik dan dapat menarik minat
komunikan untuk memperhatikan dan lebih memahami isi dari pesan
yang disampaikan.

2.1.4 Kerucut Efektifitas Media Edgar Dale


Dengan menggunakan perbandingan pada tingkat lapisan dalam
kerucut Edgar Dale, media yang hanya menggunakan kata-kata saja

5
rupanya kurang efektif atau intensitasnya lebih rendah dari pada media
yang disertai gambar. Oleh karena itu, sebaiknya pembuat pesan
kesehatan menambahkan gambar untuk menambah keefektifan dalam
penyampaian pesan. Akan tetapi, keefektifannya juga tergantung siapa
sasaran pesan tersebut, bentuk medianya, dan apa pesan tersebut
sehingga pembuat pesan juga harus pintar dan peka dalam membuat
media untuk pesan yang akan disampaikan. Berikut gambaran kerucut
pengalaman Edgar Dale.

Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale (the cone of experience)


lambang kata-kata hanya dapat diserap dalam memori sebesar 10 %
dibanding dengan gambar bergerak sebesar 30 %.
Secara berurutan kerucut pengalaman dari konkrit ke abstrak.
Berikut penjelasannya:
a. Pengalaman langsung (direct puposeful experiences)
Pengalaman langsung dilakukan dengan melihat, mendengar,
memegang dan merasakan. Aktivitas penyampaian pesan seperti
bermain drama, simulasi, membuat karya seni, eksperimen di
laboratorium. Komunikan dapat menangkap 90% pesan ketika
penyampaian pesan dengan pengalaman langsung.

6
b. Pengalaman tiruan atau tidak langsung (contriverd experiences
atau indirect experiences)
Tingkatan berikutnya penyampaian pesan yang di kreasi atau
dibuat. Sesuatu yang dibuat berbeda dengan aslinya, baik ukuran,
bentuk maupun kompleksitasnya. Pengalaman tidak langsung
melalui model yang dibuat tiruannya lebih diperlukan apabila
sesuatu yang asli tidak dapat ditampilkan secara langsung. Misal
komunikan ingin mempelajari sistem pencernaan manusia, maka
komunikator memanfaatkan tiruan dari model tersebut. Dalam
situasi seperti itu maka model tiruan lebih baik untuk penyampaian
pesan.
c. Pengalaman bersandiwara (dramatized experiences)
Penyampaian pesan ini biasanya digunakan dalam persoalan
yang bersifat abstrak dan simbolis. Keikutsertaan komunikan dalam
sandiwara dapat membantu lebih merasakan realita. Komunikan
menghayati karakter yang diperankan, dengan aktivitas tersebut
pesan dalam drama dapat tertanam langsung. Namun perlu
dibedakan bahwa partispasi dalam sandiwara lebih mengena
daripada sekedar menonton sandiwara. Walaupun kedua-duanya
mempunyai manfaat dalam penyampaian pesan.
d. Demonstrasi (demonstration)
Demontrasi dalam penyampaian pesan merupakan penjelasan
visual dari suatu ide, fakta atau proses. Dalam demonstrasi terdapat
dua kemungkinan, pertama komunikan hanya mengamati dan kedua,
komunikan sebagai demonstrator. Sebagai contoh, seorang
komunikator olah raga mendemontrasikan cara menggiring bola,
komunikan mengamati. Seorang komunikan mendemonstrasikan
cara kerja robotik hasil karyanya.
e. Karya wisata (field-trip)
Pada kegiatan karya wisata komunikan tidak hanya mengamati
suatu tempat yang dikunjungi, namun juga observasi dan
mewancarai pihak terkait. Suatu contoh, komunikan berkunjung di
daerah dengan angka demam berdarah yang tinggi, selain mengamati
langsung situasi dan kondisi lingkungan disana, komunikan juga
mewawancari masyarakat dalam berbagai hal sesuai dengan topik
yang diberikan.
f. Pameran (exhibits)

7
Pameran biasanya berisi pajangan foto-foto, poster, prototipe
hasil karya komunikator dan sebagainya. Dalam pameran terkadang
pengunjung disuguhi tayangan film dan juga terdapat kegiatan yang
melibatkan penonton langsung untuk mengoperasikan alat yang
dipamerkan.
g. Televisi dan gambar bergerak (television and motion picture)
Pada era sekarang televisi dan gambar bergerak bisa dikatakan
sebuah film. Film penyampaian pesan merupakan salah satu media
yang mengkombinasikan visual, audio dan gambar bergerak dalam
satu tampilan. Pesan pengalaman pada film tidak terlalu terpaku
pada ruang dan waktu seperti karya wisata. Film dapat memilah
materi-materi yang tidak penting dan dipusatkan pada beberapa hal
dipilih. Sehingga pesan disampaikan dalam film tidak melebar dan
fokus pada satu pokok bahasan.
h. Gambar diam, radio, dan rekaman (still picture, radio, and
recording)
Tingkat berikutnya pesan pengalaman dari media gambar
diam, radio dan rekaman. Pada tingkat ini menggunakan peralatan
audio dan visual yang cenderung mengandalkan imajinasi audien.
i. Lambang-lambang visual (visual symbol)
Lambang simbol seperti bagan, diagram, grafik, peta dan lain-
lain. Komunikator perlu menyesuaikan lambang simbol dengan
tingkat komunikan. Penyampaian pesan yang terbaik dengan
menugaskan langsung komunikan membuat lambang simbol
tersebut.
j. Lambang kata-kata (verbal symbol)
Lambang kata-kata merupakan puncak dari kerucut
pengalaman Edgar Dale. Suatu benda hanya dilukiskan dalam
susunan huruf yang membentuk suatu kata lalu tergabung dalam satu
kalimat yang menyampaikan makna di dalamnya. Sesuatu yang
konkrit diubah menjadi abstrak.
Kerangka kurucut pengalaman di atas memberikan gambaran
bahwa penyampaian pesan akan terekam dalam memori jangka panjang
jika disampaikan dalam bentuk konkrit dan begitu sebaliknya.
Komunikan akan menyimpan dalam memori 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan, 70% dari apa yang dikatakan, 50 % dari apa
yang dilihat dan didengar, 30% dari dilihat, 20% dari yang didengar dan
10% dari yang dibaca. (Gesang Wahyudi, 2019)

8
2.1.5 Konsep Desain Pesan Efektif
Teori muatan kognitif menyatakan bahwa hanya sedikit elemen
informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu
banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga
menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan
untuk membagi perhatian mereka di antara, dan mengintegrasikan secara
mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan (misalnya
teks dan diagram) proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan
yang tak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat
pemerolehan informasi. Menyajikan sejumlah sumber informasi secara
simultan, bahkan di dalam format yang terintegrasi (contoh: diagram dan
teks yang diintegrasikan secara fisikal), tidak selalu bisa efektif,
khususnya jika beberapa informasi yang akan diolah itu tidak diperlukan
dan berlebihan. Jika informasi yang berlebihan itu diintegrasikan dengan
informasi yang esensial, maka tidak ada pilihan lain selain
memprosesnya (contoh: teks tak diperlukan yang menyertai diagram
yang sudah komplit dan mudah dimengerti). (Pranata, 2004)
Tambahan-tambahan elemen auditori yang berlebihan dapat
melebihi kapasitas channelauditori sehingga elemen tambahan apa pun
(termasuk kata-kata, efek-efek suara, dan ilustrasi musik) yang tidak
diperlukan untuk membuat informasi mudah dimengerti atau yang tidak
terintegrasi dengan materi-materi utama akan menurunkan kapasitas
memori kerja yang efektif dan karenanya mempengaruhi proses
pemahaman dari materi-materi terpenting. Karena materi terpenting yang
diseleksi bagi pengolahan lebih lanjut menjadi lebih sedikit, maka
hasilnya adalah performansi yang lebih buruk. Jadi, ketika penerima
memfokuskan kapasitas pengolahan auditori mereka yang terbatas itu
pada penerimaan materi auditori yang didapat, mereka memiliki sedikit
sisa kapasitas untuk mengkonstruksi representasi-representasi yang lain
sehingga akan terjadi performansi yang lebih jelek.(Pranata, 2004)
Setiap memori kerja, visual maupun verbal, memiliki kapasitas
yang terbatas. Karena itu ketika informasi visual dan verbal dalam bentuk
teks ditampilkan ada kemungkinan memori kerja visual tidak dapat
menampung semua informasi sehingga akan ada informasi yang hilang.
Hal yang sama mungkin terjadi ketika sumber informasi verbal dalam
bentuk auditorial ditampilkan berbarengan dengan bentuk teks visual.
(Pranata, 2004) Ada 3 proses yang berlangsung saat seseorang
menerima 2 bentuk informasi (verbal dan visual), dalam waktu yang

9
sama, yaitu: 1) membuat gambaran verbal serta kesesuaian dengan
informasi verbal yang diterima; 2) membuat gambaran visual serta
kesesuaian dengan informasi visual yang diterima; dan 3) membuat
kesesuaian hubungan antara gambaran visual dengan gambaran verbal
yang sudah diterima.(Saguni, 2006) Tetapi jika informasi visual
ditampilkan secara visual dan informasi verbal ditampilkan secara
auditorial maka akan terbuka kesempatan memori kerja visual dan verbal
bekerja bersama sehingga penerima lebih mudah menyusun kode-kode
teks karena informasi ditangkap secara maksimal.
2.2 Metode, Sasaran, dan Media Promosi Kesehatan
2.2.1 Metode Promosi Kesehatan
Metode penyampaian pesan yang paling cocok digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan
menggunakan media massa yang berupa media cetak dan media sosial,
dikarenakan media tersebut merupakan media yang sudah tidak asing
bagi masyarakat zaman sekarang. Metode berbasis media massa ini
dapat digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi awareness dan diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat
menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran
promosi. Setiap metode yang ada memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Berdasarkan teknik komunikasi metodenya dibagi dua,
yaitu metode penyuluhan langsung dan tidak langsung. Metode
penyuluhan langsung ini, penyuluh bertatap muka atau berhadapan
langsung dengan sasaran, seperti contohnya kunjungan rumah,
pertemuan di balai desa atau posyandu, dan lainnya. Sedangkan metode
tidak langsung ini, penyuluh tidak berhadapan langsung dengan sasaran,
tetapi dengan perantara (media), seperti contohnya publikasi dalam
media cetak, melalui pertunjukan film dan sebagainya. (Siahaan, n.d.)
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode promosi
kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu pendekatan perorangan, pendekatan
kelompok, dan pendekatan masal. Pendekatan perorangan ini, penyuluh
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran
secara perorangan, antara lain adalah kunjungan rumah, hubungan
telepon, dan lainnya. Pendekatan kelompok ini, petugas promosi
berhubungan dengan sekelompok sasaran, seperti contohnya pertemuan,
demonstrasi, diskusi kelompok, pertemuan FGD, dan sebagainya,

10
berbedara dari pendekatan kelompok, pendekatan masal menyampaikan
pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak,
seperti contohnya pertemuan umum, pertunnjukan kesenian, penyebaran
tulisan/poster/media cetak lainnya, pemutaran film, dan lain-lain.
(Siahaan, n.d.)
Yang terakhir, berdasarkan indera penerima metode promosi
kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu melihat/memperhatikan, pendengaran,
dan kombinasi. Metode melihat atau memperhatikan ini, pesan yang
diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti penempelan poster.
Sedangkan metode pendengaran, pesan diterima oleh sasaran melalui
indera pendengar, contohnya penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah,
dan lainnya. Metode kombinasi merupakan gabungan dari dilihat,
didengar, dicium, diraba, dan dicoba, seperti contohnya demonstrasi cara.
(Siahaan, n.d.)
2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kemenkes, 2011).
Sasaran promosi kesehatan merupakan masyarakat yang sangat
heterogen, baik dari segi usia, tingkat pendidikan, latar belakang budaya,
latar belakang ekonomi, dan sebagainya. Menurut Maulana (2009),
sasaran promosi kesehatan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sasaran
primer, sekunder dan tersier.
1) Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah komponen masyarakat
yang akan diubah perilakunya. Masyarakat diharapkan
mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak
sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan
tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu
yang mudah. Perubahan perilaku masyarakat akan sulit dicapai
jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta
norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh
para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat
sangat diperlukan dalam 10 mempraktikkan PHBS (Maulana,
2009).

11
2) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat
turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS masyarakat
dengan cara berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan
PHBS, turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS,
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS, dan berperan
sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).
3) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik
yang berupa peraturan perundang undangan di bidang
kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang
dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya
(Kemenkes RI, 2011). Mereka diharapkan turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS masyarakat dengan cara
memberlakukan kebijakan atau peraturan perundang-undangan
yang mendukung terciptanya PHBS dan tidak merugikan
kesehatan masyarakat serta membantu menyediakan sumber
daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat
terciptanya PHBS di masyarakat (Maulana, 2009).
2.2.3 Media Promosi Kesehatan
1. Pengertian (Media Massa)
Media Massa adalah alat sebagai saluran untuk memberikan
informasi dan pesan yang menjangkau seluruh masyarakat dengan
cepat dan luas. Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai
digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang
secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Dalam pembicaraan sehari-hari, istiah ini sering disingkat menjadi
media (Wikipedia Media Massa).
2. Jenis-jenis Media Massa
a. Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas
dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa.
Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut:

12
surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam
jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia Media
Massa):
1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan
didistribusikan.
2. Media massa menjadi perantara dan mengirim
informasinya melalui saluran tertentu.
3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari
masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka
terima.
4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
b. Media massa modern
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan
teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media
lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa
seperti internet dan telepon seluler. Dalam jenis media ini
terdapat ciri-ciri seperti (Wikipedia Media Massa):
1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada
banyak penerima (melalui SMS atau internet
misalnya).
2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau
organisasi namun juga oleh individual.
3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu.
4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.
5. Penerima yang menentukan waktu interaksi.
3. Fungsi Media (Media Massa)
Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers,
fungsi pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial. Sementara itu, pasal 6 UU Pers Nasional melaksanakan
peranan sebagai berikut (Wikipedia Media Massa):
a) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-
nilai dasar demokrasi, dan mendorong terwujudnya supremasi
hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus
menghormati kebhinnekaan mengembangkan pendapat umum
berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar melakukan
pengawasan.
b) Sebagai pelaku media informasi. Pers itu memberi dan
menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada

13
masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena
memerlukan informasi.
c) Fungsi pendidikan. Pers itu sebagai sarana pendidikan massa
(Mass Education). Pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung
pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan
wawasannya.
d) Fungsi hiburan. Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan
untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-
artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan
karikatur.
e) Fungsi kontrol sosial. Fungsi ini terkandung makna demokratis
yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan).
2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat).
3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah).
4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-
tindakan pemerintah).
f) Sebagai Lembaga Ekonomi. Pers adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang pers dapat memanfaatkan keadaan di
sekitarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial
dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya
untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Media Promosi Kesehatan
a. Penggunaan Bahasa dalam Media Promosi Kesehatan
Bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
kepada orang lain (Walija, 1996). Dalam pembuatan desain pesan
kesehatan, keefektifan suatu pesan sangat dipengaruhi oleh
penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa dalam media pesan
kesehatan harus disesuaikan dengan target sasaran penerima
pesan. Terdapat dua ragam bahasa yang sering digunakan dalam
desain pesan kesehatan, baik dalam media cetak maupun media
sosial, yaitu ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa gaul.
1. Ragam Bahasa Jurnalistik

14
F. Rahardi mendefinisikan bahasa jurnalistik sebagai
salah satu ragam bahasa yang digunakan tidak hanya oleh dunia
persuratkabaran atau dunia pers atau media masa cetak
melainkan juga media massa audio, media massa audiovidual,
dan multimedia atau internet. Lebih lanjut is menyatakan bahwa
bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa yang
dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikan (Rahardi,
2006 : 65). Dalam desain pesan kesehatan, ragam bahasa ini
biasanya terdapat di dalam koran, majalah, dan media pers
lainnya.
2. Ragam Bahasa Gaul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat
(2008) “bahasa gaul artinya dialek bahasa Indonesia nonformal
yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu
untuk pergaulan”. Ragam bahasa ini merupakan ragam bahasa
baru. Dalam desain pesan kesehatan, ragam bahasa ini biasanya
terdapat pada media sosial seperti instagram, facebook, dan
sebagainya.
b. Penggunaan Warna dalam Media Promosi Kesehatan
Warna dapat didefinisikan sebagai sifat cahaya yang
dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis dari pengalaman
indra penglihatan (Monica dan Luzar, 2011). Dalam pembuatan
media promosi kesehatan, warna merupakan salah satu unsur
penting yang perlu diperhatikan karena warna dapat memberi efek
spontan bagi psikologis orang yang melihatnya, misalnya warna
hijau rumput dapat memberikan kesan yang menyegarkan.
Warna yang digunakan dalam pembuatan media pesan
kesehatan sebaiknya warna-warna yang cerah dan mencolok
karena warna yang cerah cenderung meningkatkan minat
seseorang untuk membaca dan memperhatikan. Selain itu,
pemilihan warna juga harus kontras antara tulisan dan gambar.
Adapun arti dari masing-masing warna adalah sebagai berikut:
1. Merah
Merah diasumsikan dengan api. Warna merah memberikan
kesan semangat, antusiasme, cinta, dan kekuatan.
2. Merah Muda
Merah muda diasumsikan dengan wanita. Warna merah muda
memberikan kesan kelembutan dan feminim.

15
3. Kuning
Kuning diasumsikan dengan sinar matahari. Warna kuning
memberikan kesan optimisme dan keceriaan.
4. Biru
Biru diasumsikan dengan laut dan langit. Warna biru
memberikan kesan kesejukan dan kedamaian.
5. Hijau
Hijau diasumsikan dengan tumbuhan. Warna hijau
memberikan kesan natural dan alami.
6. Ungu
Ungu diasumsikan dengan keagungan dan spiritualitas.
Warna ungu memberikan kesan kemewahan, imajinasi, dan
keajaiban.
7. Oranye
Oranye diasumsikan dengan musim semi dan jeruk. Warna
oranye memberikan kesan berenergi, kreativitas, stimulasi,
dan keunikan.
8. Cokelat
Cokelat diasumsikan dengan tanah atau bumi. Warna cokelat
memberikan kesan hangat, nyaman, dan aman.
9. Emas
Emas diasumsikan dengan perhiasan. Warna emas
memberikan kesan mewah.
10. Hitam
Hitam diasumsikan dengan malam dan kematian. Warna
hitam sebaiknya dihindari dalam pembuatan background
pesan kesehatan karena memberikan kesan suram dan kurang
menarik.
11. Putih
Putih diasumsikan dengan sinar dan kemurnian. Warna putih
memberikan kesan bersih dan suci.
12. Abu-abu
Abu-abu diasumsikan dengan netral. Warna abu-abu
memberikan kesan seimbang, sederhana, dan klasik.
c. Penggunaan Nada (Intonasi) dalam Media Promosi Kesehatan
Nada adalah bunyi yang beraturan, dan memiliki frekuensi
tunggal tertentu (Wikipedia Nada, 2017). Sedangkan intonasi
adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan

16
penekanan pada kata-kata tertentu di dalam kalimat (Wikipedia
Intonasi, 2018). Penggunaan nada atau intonasi dalam media
promosi kesehatan bertujuan untuk membedakan antara kalimat
yang berisi ajakan, perintah (mempertegas), dan larangan. Oleh
karena itu, media promosi kesehatan yang baik harus
memperhatikan penggunaan nada atau intonasi pada kalimat yang
akan digunakan sesuai dengan tujuan promosi kesehatan tersebut,
entah akan berisi ajakan, perintah (mempertegas), ataupun
larangan.
1. Ajakan (Himbauan)
Ajakan atau himbauan merupakan kalimat yang
menyatakan ajakan atau himbauan kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu secara bersama-sama. Dalam promosi
kesehatan, ajakan atau himbauan biasanya ditujukan untuk
mengubah perilaku seseorang dari yang kurang buruk menjadi
baik. Contoh ajakan dalam media promosi kesehatan:
a) “Ayo, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)”
b) “Mari terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)”
c) “Konsumsi makanan yang bergizi seimbang”
d) “Mari olahraga 30 menit setiap hari”
2. Perintah (Mempertegas)
Penegasan atau mempertegas merupakan sebuah
penekanan, penonjolan ide, atau ketegasan terhadap sesuatu hal
yang biasanya dianggap penting. Dalam promosi kesehatan,
mempertegas kalimat atau pernyataan dapat dikatakan sebagai
perintah, karena perintah identik dengan kalimat yang tegas.
Contoh kalimat penegasan atau perintah dalam media promosi
kesehatan:
a) “Jauhi virusnya, bukan orangnya!”
b) “Masyarakat hidup sehat, Indonesia kuat!”
c) “Gunakanlah pelayanan kesehatan!”
d) “Kenali HIV/AIDS, hapus stigma HIV/AIDS!”
e) “Say no to drugs!”
3. Larangan
Larangan merupakan suatu hal yang tidak boleh dilakukan
atau dilarang oleh suatu organisasi, masyarakat, ataupun

17
pemerintah. Larangan dalam promosi kesehatan bermacam-
macam, misal:
a) “Dilarang merokok! Merokok membunuhmu”
b) “Jangan mandi di sungai!”
d. Penggunaan Tokoh dalam Media Promosi Kesehatan
Penggunaan tokoh dalam media kesehatan menunjang
pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat atau tidak. Penggunaannya tergantung kepada siapa
sasaran dari pesan tersebut. Ada beberapa tokoh yang dapat
digunakan dalam media kesehatan, yaitu tokoh masayarakat atau
selebritis, korban dan animasi. Pada umumnya, sasaran untuk
penggunaan tokoh masyarakat pada media kesehatan adalah
orang tua, penggunaan selebritis untuk remaja, dan animasi untuk
anak-anak.
Penggunaan tokoh masyarakat dalam media kesehatan
merupakan salah satu bentuk dukungan sosial dari para tokoh
masyarakat yang disegani masyarakat. Promosi kesehatan yang
dilakukan akan lebih mudah dan masyarakat secara tidak
langsung akan menerima pesan tersebut dengan baik karena tokoh
yang mereka segani dan percayai ikut mendukung pesan yang ada
di media kesehatan tersebut. Lalu tokoh masyarakat bisa juga
digantikan oleh selebritis. Apabila selebritis atau idola masyarakat
digunakan dalam media kesehatan juga akan mendukung pesan
tersebut tersampaikan kepada masyarakat dengan baik serta
menarik perhatian bagi masyarakat yang mengidolakannya.
Masyarakat yang menyukai atau menggemari selebritis cenderung
akan mengikuti apa yang dilakukan dan dikatakan oleh idolanya
tersebut, sehingga membuat pesan dalah media kesehatan tersebut
dapat tersampaikan.

18
Figure 1 Penggunaan Tokoh Masyarakat dalam Media
Promosi Kesehatan
Foto korban yang dimasukkan dalam media promosi
kesehatan akan mendukung tersampainya pesan yang diberikan.
Dengan memasukkannya dalam media promosi kesehatan,
masyarakat yang akan menerima pesan akan merasa jera dan
takut untuk tidak berubah dan memilih untuk berubah atau
mengikuti pesan yang disampaikan.

Figure 2 Penggunaan Korban dalam Media Promosi Kesehatan

19
Seperti halnya selebritis, animasi juga akan mendukung
tersampainya pesan yang terdapat dalam media kesehatan. Anak-
anak yang sebagian besar menyukai tontonan film animasi pada
dasarnya secara langsung maupun tidak langsung dapat
terpengaruh, baik secara sosiologis maupun psikologis (Nashrur
Razzaq, 2018). Liputra (2011), menyimpulkan bahwa animasi
film pada saat ini sangat mempengaruhi sebagian besar cara
berpikir anak ,karena anak menyerap semua informasi yang ia
dapat dan mencoba untuk di praktekkan dalam kehidupannya
nyata sekarang ini. Media kesehatan dengan menggunakan
animasi bersifat sederhana dan lucu sehingga dapat lebih menarik
perhatian anak dan pesan yang disampaikan dapat maksimal.
Media kesehatan menggunakan animasi juga dibuat dengan
memiliki unsur humor agar informasi disampaikan lebih mudah
diingat oleh anak-anak.

Figure 3 Penggunaan Animasi dala Media Promosi Kesehatan


2.3 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Cetak
2.3.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Cetak
Menurut Notoatmojo (2010), media cetak yaitu suatu media statis
dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak umumnya terdiri
atas gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Adapun macam-macam media cetak, yaitu : poster, leaflet, brosur,
majalah, surat kabar, stiker, dan pamflet. Media cetak memiliki beberapa
karakteristik, yaitu:
1. Praktis

20
Meskipun di era modern ini media massa lebih praktis daripada
media cetak, media cetak pada zaman sekarang juga tidak kalah
praktis dari media massa. Media cetak merupakan media yang praktis
karena berbentuk nyata dan dapat dibawa ke mana saja.
Berkembangnya teknologi dan komunikasi juga membuat media
cetak zaman sekarang memiliki tampilan yang lebih menarik dan
lebih cepat sampai ke pembaca.
2. Daya Jangkaunya Luas
Media cetak dapat menjangkau masyarakat luas dan dapat memberi
informasi kepada masyarakat bahkan yang bertempat tinggal di
daerah pelosok sekalipun. Media cetak tidak memerlukan teknologi
seperti listrik atau internet untuk menjangkaunya sehingga
masyarakat di daerah pelosok yang di daerahnya belum terdapat
listrik maupun internet juga dapat menjangkaunya.
3. Tahan Lama
Media cetak merupakan media yang memiliki ketahanan yang cukup
lama dan dapat disimpan sehingga informasi yang ada di dalam
media cetak dapat dibaca berulang-ulang.
4. Informatif
Di dalam media cetak, terdapat berbagai macam informasi yang
dapat disampaikan secara naratif, mendalam, dan banyak sehingga
berita yang disampaikan memiliki sifat yang informatif serta dapat
menambah pengetahuan bagi para pembacanya.
5. Massal
Media cetak bersifat massal karena dapat dinikmati oleh semua
kalangan. Orang lanjut usia yang tidak mengenal atau tidak mahir
menggunakan teknologi seperti internet, dapat memperoleh informasi
melalui media cetak yang sudah mereka kenal sejak zaman dahulu.
6. Fleksibel
Media cetak bersifat fleksibel karena mudah dibaca di mana saja dan
kapan saja.
7. Mahal
Jika dibandingakan dengan media massa, media cetak pada
umumnya memiliki harga yang lebih mahal. Contohnya yaitu jika
ingin membaca buku, majalah, atau koran, kita harus membelinya
terlebih dahulu. Berbeda halnya dengan media massa yang sudah
dapat diakses jika kita memiliki jaringan internet tanpa harus
membelinya terlebih dahulu.

21
8. Terbatas Waktu
Media cetak memiliki masa yang singkat. Informasi yang relevan
sekarang, mungkin sudah tidak relevan di masa mendatang.
9. Kesalahan Cetak
Kesalahan cetak yang terdapat di dalam media cetak dapat
menyebabkan pembaca menjadi kesulitan untuk memahami maksud
dari informasi yang ada di dalamnya sehingga informasi tersebut
tidak dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu, salah cetak juga
dapat menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pembaca. Jika
terjadi kesalahan cetak, kesalahan tersebut hanya dapat diubah
dengan dua cara, yaitu dengan mencetak ulang atau melakukan
pembetulan di edisi selanjutnya.
10. Media Pasif
Media cetak merupakan media pasif karena tidak adanya interaksi
secara langsung antara pembaca dengan penulis.
11. Menghasilkan Limbah
Kertas-kertas dari media cetak yang sudah tidak terpakai seringkali
menyebabkan limbah yang mencemari lingkungan.
2.3.2 Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Cetak
Dalam menyusun desain pesan kesehatan yang efektif melalui
media cetak, diperlukan media cetak yang tepat sesuai dengan sasaran
pembacanya.
Menurut Machfoedz dan Suryani (2009), media cetak sebagai alat
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara
lain:
1. Booklet
Booklet merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan dalam bentuk buku, baik dalam bentuk tulisan maupun
gambar.

22
2. Leaflet
Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat, gambar, maupun kombinasi kalimat dan gambar.
Biasanya dalam penyuluhan kesehatan, leaflet ini dibagikan kepada
masyarakat supaya masyarakat dapat membaca dan lebih memahami
pesan kesehatan yang disampaikan.

3. Flyer (Selebaran)
Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet, tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.

23
4. Flip Chart (Lembar Balik)
Flip chart (lembar balik) merupakan media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya
dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar
peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi
yang berkaitan dengan gambar tersebut.

5. Rubrik
Rubrik merupakan media penyampaian pesan kesehatan dalam
bentuk tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
mengenai suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.

24
6. Poster
Poster merupakan suatu media cetak yang berisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok,
tempat-tempat umum, atau kendaraan umum. Poster juga dapat
digunakan sebagai alat untuk membantu menyampaikan pesan
kesehatan saat penyuluhan. Poster didesain semenarik mungkin
supaya masyarakat mau memperhatikan dan menyimak materi
penyuluhan.

2.3.3 Pengaruh Media Cetak Sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif
Media cetak dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga
media cetak merupakan media yang dapat menyampaikan pesan
kesehatan secara efektif. Dalam penyuluhan kesehatan, media cetak
seperti poster dapat digunakan sebagai alat untuk membantu dalam
penyampaian informasi kesehatan. Poster dibuat menarik dengan

25
pemilihan kata provokatif dan paduan warna yang menarik supaya dapat
menarik perhatian masyarakat untuk memperhatikan. Dengan demikian,
masyarakat dapat lebih memahami apa yang dibahas dalam penyuluhan
tersebut dan pengetahuan yang telah diperoleh masyarakat tersebut
diharapkan dapat mengubah perilaku mereka menjadi lebih sehat dari
sebelumnya.
2.4 Desain Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial
2.4.1 Karakteristik Desain Pesan Kesehatan dalam Media Sosial
Media sosial (sering disalahtuliskan sebagai sosial media) adalah
sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki,
forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan
bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia (Wikipedia Media Sosial).
Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan
pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri,
baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun
tidak yang mendorok nilai dari user-generated content dan persepsi
interaksi dengan orang lain, menurut Carr dan Hayes dalam (Nugraha,
2018).
Ardianto dalam buku Komunikasi 2.0 mengungkapkan, bahwa
media sosial online atau jejaring sosial online bukanlah media massa
online, karena media sosial memiliki kekuatan sosial yang sangat
mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat. Media
sosial dapat membentuk opini, sikap, dan perilaku publik atau
masyarakat. Fenomena media sosial dapat dilihat dalam kasus Prita
Mulyasari versus Rumah Sakit Omni Internasional. Hal inilah yang
membedakan antara media sosial dengan media massa (Elvinaro, 2011)
Darmastuti, dalam buku Komunikasi 2.0, mengutip pernyataan
Stanley J Baran dan Edward T Hall, bahwa komunikasi adalah dasar dari
suatu budaya. Komunikasi dan budaya adalah pasangan tak terpisahkan.
Perubahan pada salah satu sisi akan merubah sisi yang lainnya.
Darmastuti menambahkan bahwa komunikasi dengan media sosial akan
membawa pengaruh pada:
 Kepercayaan, nilai, dan sikap
 Pandangan dunia
 Organisasi sosial
 Tabiat manusia

26
 Orientasi kegiatan
 Persepsi diri dan orang lain (Elvinaro, 2011)
Media sosial mempunyai karakteristik atau ciri-ciri sebagai
berikut (Wikipedia Media Sosial):
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang, contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya.
d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Menurut Agrawal, et.al. (2011) dalam tulisannya yang berjudul
Information Diffusion in Social Networks: Observing and Influencing
Societal Interests, mengatakan bahwa tahap pertama yang harus
dilakukan untuk bisa memahami karakteristik anggota jejaring tersebut.
Pemahaman yang baik akan karakteristik forum jejaring sosial membantu
dalam memahami respons sosial terhadap informasi yang disampaikan.
Banyak media sosial yang menawarkan aplikasi dengan berbagai fitur
yang berbeda-beda antar satu aplikasi dengan aplikasi yang lainnya.
(Agrawal, Budak, & El Abbadi, 2011)
1. Google Analytics

2. Blogger/Blog Spot

3. Facebook

27
4. Twitter

5. Instagram

6. LINE

28
7. Google+

8. Whatsapp

9. Telegram

29
10. Tumblr

11. Wordpress

12. Wattpad

30
2.4.2 Langkah-langkah Menyusun Suatu Metode Berbasis Media Sosial
Menurut Cassel dkk., agar komunikasi kesehatan (yang akan
melibatkan aplikasi Internet) dapat persuasif, komunikasi itu harus
bersifat transaksional dan dependen-respons. Komunikasi transaksional
terbentuk apabila ada kesempatan untuk memberi dan menerima
pengajak dan yang diajak. Suatu metode komunikasi persuasif berbasis
internet telah memberikan aplikasi yang mudah untuk perubahan perilaku
berbasis teori. Secara khusus, the Transtheorical Stages of Change Model
menetapkan tahapan petunjuk pelaksanaan komunikasi persuasif.
 Aplikasi Teori untuk Perubahan Perilaku
Internet merupakan salah satu sarana komunikasi. Internet
dapat dengan mudah masuk ke dalam aplikasi yang didasarkan
pada teori interpersonal, terutama komunikasi persuasif (bujukan).
Aplikasi dapat dikembangkan dan dimasukkan ke dalam internet
seperti dalam bentuk google, blog, twitter, facebook, whatsapp,
instagram, line, tumblr, wattpad, dan lain sebagainya yang
menggunakan komunikasi persuasif untuk melibatkan seseorang
dalam suatu proses komunikasi personal, yang memperbesar
peluang menarik perhatian seseorang terhadap pesan-pesan
kesehatan yang disampaikan.
 Sebarkan ke Populasi Sasaran
Untuk mendapatkan suatu keefektivitasan sebuah pesan
kesehatan melalui media sosial diperlukan uji coba terlebih dahulu
untuk mendapatkan seberapa baik respon penerima terhadap pesan
yang disampaikan. Penyebaran informasi kesehatan melalui media
sosial harus dilakukan dengan intensitas kekerapan tertentu agar
pesan yang disampaikan akan selalu diingat oleh penerima atau
pembaca.

31
2.4.3 Contoh Pesan Kesehatan Berbasis Media Sosial
a. Facebook

b. Twitter

c. Line

d. Instagram

32
e. Blog

f. Tumblr

g. Wattpad

33
2.4.4. Pengaruh Media Sosial sebagai Desain Pesan Kesehatan yang Efektif
Media sosial memiliki pengaruh penting terhadap perubahan
perilaku manusia. Keberadaan media dapat membuat hubungan komunkasi
antar orang menjadi lebih dekat. Penyebaran pesan atau informasi melalui
media sosial lebih mudah dan lebih menarik. Pendidikan kesehatan melalui
media sosial menggunakan metode perluasan atau metode dua arah,
akibatnya, sesama penerima pesan dapat bertukar komentar dan
mengingatkan masing-masing lainnya melalui forum yang sudah
terbentuk.
2.4.5 Analisis Desain Pesan Kesehatan
Menginformasikan tentang kesehatan bisa dilakukan oleh semua
orang dan kapan saja berkat adanya media sosial. Berikut adalah
beberapa contoh media sosial yang digunakan untuk menginformasikan
tentang kesehatan.

34
35
36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Desain pesan adalah perencanaan suatu bentuk yang digunakan untuk
menyajikan sebuah informasi atau pesan. Desain pesan yang sering
digunakan dalam penyampaian pesan kesehatan adalah desain pesan
berbasis media cetak dan media sosial.
2. Prinsip desain pesan penyampaian pesan meliputi prinsip (1) kesiapan dan
motivasi, (2) penggunaan alat pemusat perhatian, (3) partisipasi aktif
komunikan, (4) perulangan, (5) umpan balik, (6) persepsi, dan (7) daya
serap(Pti, n.d.).
3. Menurut kerucut pengalaman Edgar Dale (the cone of experience), media
yang hasnya menggunakan kata-kata kurang efektif atau intensitasnya lebih
rendah daripada media yang disertai gambar, tetapi hal tersebut juga
bergantung sasaran dan isi pesan yang disampaikannya.
4. Informasi dapat ditangkap secara maksimal jika informasi visual
disampaikan secara visual dan informasi verbal disampaikan dengan cara
informasi auditorial karena akan membuka kesempatan memori kerja visual
dan verbal bekerja bersama.
5. Metode promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.
6. Ada 3 sasaran promosi kesehatan, yaitu sasaran primer, sekunder dan
tersier.
7. Media Massa adalah alat sebagai saluran untuk memberikan informasi dan
pesan yang menjangkau seluruh masyarakat dengan cepat dan luas.
8. Terdapat 2 jenis media massa yang memiliki ciri berbeda, yaitu media
massa tradisional dan media massa modern.
9. Fungsi dari media ialah untuk memenuhi hak masyarakat, pelakumedia
informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial, lembaga ekonomi.
10. Pembuatan media promosi kesehatan perlu memperhatikan penggunaan
bahasa, nada, tokoh, dan warnanya.
11. Menurut Notoatmojo (2010), media cetak yaitu suatu media statis dan
Menurut Machfoedz dan Suryani (2009), media cetak sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain: booklet,
leaflet, flyer, flipchart, rubrik, poster, dan foto.
12. Media cetak dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga media
cetak dapat menyampaikan pesan secara efektif.

37
13. Media sosial adalah media berbasis internet yang memungkinkan pengguna
berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara
seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang
mendorok nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan
orang lain (Caleb T. Carr dan Rebecca A. Hayes, 2015).
14. Menurut Cassel dkk., agar komunikasi kesehatan (yang akan melibatkan
aplikasi Internet) dapat persuasif, komunikasi itu harus bersifat
transaksional dan dependen-respons. Komunikasi transaksional terbentuk
apabila ada kesempatan untuk memberi dan menerima pengajak dan yang
diajak.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memohon maaf apabila masih
terdapat kesalahan dan kekurangan karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran sehingga penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Penulis juga
menyarankan kepada para pembaca untuk lebih memperbanyak lagi referensi
mengenai desain pesan kesehatan karena keterbatasan penulis dalam mencari
referensi pada penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang.

38
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, D., Budak, C., & El Abbadi, A. (2011). Information Diffusion In Social
Networks: Observing and Influencing Societal Interests. Santa Barbara
UCSB, 1-3.
Anon., 2017. Wikipedia Nada. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nada [Accessed 29 April 2019].
Anon., 2018. Wikipedia Intonasi. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Intonasi [Accessed 29 April 2019].
Anon., n.d. Wikipedia Media Massa. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Media_massa [Accessed 26 April 2019].
Anon., n.d. Wikipedia Media Sosial. [Online] Available at:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Media_sosial [Accessed 9 April 2019].
Elvinaro, A. (2011). Komunikasi 2.0 Teoritis dan Implikasi. Yogyakarta:
ASPIKOM Buku Litera dan Perhumas.
Erani, A.N., Dharmadji, A.G., Katherina, A.M.F., Cendhani, C., Wishesha, D.I.,
Nugraha, X., n.d. KOMIK : Kumpulan Obrolan Mahasiswa Intra Komahi.
Xavier Nugraha.
Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition.
Gesang Wahyudi, N., 2019. Desain Pesan Pembelajaran di Era Digital. journal
EVALUASI 3, 104. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v3i1.224
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
https://kbbi.kemendikbud.go.id. Diakses 2 Mei 2019.
Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan:
Panduan Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia. Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-
kesehatan/panduanpromkes-dbk.pdf.
Liputra, Samuel. 2011. Pengaruh Film animasi terhadap cara berpikir anak.
Jakarta : Universitas Multimedia Nusantara.
Machfoedz, I. & Suryani, E. (2009). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Maulana, HD. 2009. Promosi Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Monica dan Luzar, LC. 2011. Efek Warna dalam Dunia Desain dan Periklanan.
Jurnal Humaniora, 2 (2), 1085.
N.d. . Mediabistro. URL https://www.mediabistro.com/alltwitter/history-social-
media_b12770 (accessed 4.10.19).

39
Nashrur Razzaq, 2018. Media Animasi Promosi Kesehatan Tentang Pencegahan
Jajan Sembarangan untuk Siswa SDN Banjarwati Lamongan. Jurnal
Promkes Vol. 6, 167 – 177.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugraha, X. (2018). KOMIK: Kumpulan Opini Mahasiswa Intra Cimahi.
Yogyakarta: CV PENERBIT HARFEEY.
Pranata, M., 2004. Efek Redundansi: Desain Pesan Multimedia dan Teori
Pemrosesan Informasi 6, 12.
Pti, R., n.d. Desain Pesan dan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan: Aneka Masalah Bahasa
Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga.
Saguni, F., 2006. Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran
Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar. INSAN 8, 11.
Siahaan, M., n.d. Metode dan Media Promosi Kesehatan.
Sunandarid, 2016. Message Design: Apa itu Pesan Desain? Sunandarid. URL
https://www.sunandarid.com/message-design-apa-pesan-desain/ (accessed
4.7.19).
Tamimy, M.F., 2017. Sharing-mu, Personal Branding-mu: Menampilkan Image
Diri dan Karakter di Media Sosial. VisiMedia.
Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP.

40

Anda mungkin juga menyukai