Dosen Pengampu:
Ni‟mal Baroya, S.KM., MPH.
Disusun oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Dasar Kependudukan mengenai “Review Undang-Undang Administrasi
Kependudukan dan Alur Kepengurusan Dokumen Kependudukan Kabupaten Ngawi”.
Adapun tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kami.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan pada dosen pembimbing kami,
Ibu Ni‟mal Baroya, S.KM., MPH. yang telah membimbing kami sehingga dapat
menyusun tugas makalah pada mata kuliah ini dengan lancar dan baik. Kami juga
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami siap menerima setiap kritik dan
saran guna memperbaiki kesalahan sehingga menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan pasal pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013?
2. Bagaimana alur kepungurusan dokumen kependudukan Kabupaten Ngawi?
3. Bagaimana kesesuaian alur kepengurusan dokumen kependudukan
Kabupaten Ngawi dengan Undang-Undang Administrasi Kependudukan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan perbedaan pasal pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
2. Mengetahui alur kepungurusan dokumen kependudukan Kabupaten Ngawi,
3. Mengetahui kesesuaian alur kepengurusan dokumen kependudukan
Kabupaten Ngawi dengan Undang-Undang Administrasi Kependudukan.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai alur kepengurusan dokumen
kependudukan Kabupaten Ngawi
2. Sebagai bahan untuk mengevaluasi Standard Operational Procedure (SOP)
pembuatan dokumen kependudukan Kabupaten Ngawi.
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Kajian Perubahan Pasal pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Berikut ini merupakan beberapa ketentuan dalam UU Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan yang mengalami perubahan:
1. Ketentuan angka 14, angka 20, dan angka 24 pasal 1 diubah. Dalam UU Nomor
23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 1
Pasal 1
3
24. Unit Pelaksana Teknis Instansi Pelaksana, selanjutnya disebut UPT Instansi
Pelaksana, adalah satuan kerja di tingkat kecamatan yang bertanggung jawab
kepada Instansi Pelaksana.
Perubahan terjadi pada Pasal 1 nomor 14 yang semula KTP menjadi e-KTP
yang dilengkapi oleh cip. Pasal 1 nomor 20 yang semula petugas registrasi adalah
pegawai sipil menjadi pegawai yang diberi tugas. Pasal 1 nomor 24 yang awalnya
UPTD berubah menjadi UPT.
Pasal 5
Pasal 5
4
g. menyediakan blangko dokumen kependudukan selain blangko KTP-el melalui
Instansi Pelaksana; dan
h. pengawasan.
Pasal 6
Pasal 6
Perubahan terjadi pada huruf d Pasal 6 yang semula hanya berisi pengelolaan
dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi, berubah menjadi penyajian Data
Kependudukan berskala provinsi berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab.
Pasal 7
5
(1) g. penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian
yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri;
Perubahan terjadi pada ayat (1) huruf g Pasal 7 yang semula hanya berisi
pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota, menjadi
penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota berasal dari Data
Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri.
5. Ketentuan ayat (1) huruf c dan ayat (5) Pasal 8 diubah. Dalam UU Nomor 23
Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 8
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UPTD Instansi Pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan prioritas pembentukannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perubahan terjadi pada ayat (1) huruf c Pasal 8 yang semula hanya
menerbitkan menjadi mencetak, menerbitkan, dan mendistribusikan Dokumen
Kependudukan. Ayat (5) yang semula UPTD menjadi UPT dan pembentukannya
semula diatur oleh Peraturan Pemerintah berubah menjadi diatur oleh Peraturan
Menteri.
6. Ketentuan ayat (2) Pasal 12 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 12
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh bupati/walikota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
persyaratan.
6
Sedangkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2013 mengalami perubahan menjadi:
Pasal 12
(2) Petugas Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan
diberhentikan oleh bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri Sipil yang
memenuhi persyaratan.
Perubahan terjadi pada ayat (2) pasal 12, yaitu terdapat penambahan kata
„diutamakan‟. Isinya menjadi petugas registrasi yang diangkat dan diberhentikan oleh
bupati/walikota diutamakan dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.
7. Ketentuan ayat (1) Pasal 27 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 27
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di
tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak
kelahiran.
(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana
setempat paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.
Perubahan ayat (1) Pasal 27 hanya menyederhanakan kalimat yaitu kata „di
tempat terjadinya peristiwa‟ disederhanakan menjadi „setempat‟.
8. Ketentuan pasal 32 ayat 1 dan 3 diubah, dan ayat 2 dihapus. Dalam UU Nomor 23
Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 32
7
Sedangkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2013 mengalami perubahan menjadi:
Pasal 32
1. Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada
Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
1. Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua rukun tetangga atau nama lainnya di
domisili Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal kematian.
10. Ketentuan pasal 49 ayat 2 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 49
2. Pengakuan anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah melaksanakan
perkawinan sah menurut hukum agama, tetapi belum sah menurut hukum negara.
11. Ketentuan pasal 50 ayat 1, 2 dan 3 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006
berbunyi:
Pasal 50
8
1. Pengesahan anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir di luar
ikatan perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak
tersebut.
2. Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi
orang tua yang agamanya tidak mernbenarkan pengesahan anak yang lahir diluar
hubungan perkawinan yang sah.
3. Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Akta Kelahira
1. Pengesahan anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir dari
perkawinan yang telah sah menurut hukum agama, pada saat pencatatan
perkawinan dari kedua orang tua anak tersebut telah sah menurut hukum negara.
2. Pengesahan anak hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya telah
melaksanakan perkawinan sah menurut hukum agama dan hukum negara.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan
Sipil mencatat pada register akta pengesahan anak dan menerbitkan kutipan akta
pengesahan anak.
2. aa. tanggal perceraian; bb. sidik jari; cc. iris mata; dd. tanda tangan; dan ee.
elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang.
4. Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
yang digunakan untuk semua keperluan adalah Data Kependudukan dari
Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri,
antara lain untuk pemanfaatan: a. pelayanan publik; b. perencanaan
pembangunan; c. alokasi anggaran; d. pembangunan demokrasi; dan e.
penegakan hukum dan pencegahan kriminal.
13. Ketentuan pasal 63 ayat 1, 3, 4, 5 dan 6 diubah, dan ayat 2 dihapus. Dalam UU
Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 63
9
1. Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah
kawin wajib memiliki KTP.
2. Orang Asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki Izin Tinggal Tetap
dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memiliki KTP.
3. KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional.
4. Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada Instansi
Pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.
5. Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saat bepergian.
6. Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan
memiliki 1 (satu) KTP.
1. Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal
Tetap yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah
kawin wajib memiliki KTP-el.
3. KTP-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secara nasional.
4. Orang Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melaporkan perpanjangan
masa berlaku atau mengganti KTP-el kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal masa berlaku Izin Tinggal Tetap berakhir.
5. Penduduk yang telah memiliki KTP-el wajib membawanya pada saat bepergian.
6. Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) KTP-el.
(1) KTP mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah negara
Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat tanggal lahir,
laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan darah, alamat,
pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan tanggal
dikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama dan nomor
induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.
(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk
yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan Peraturan
10
Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap
dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruang untuk memuat
kode keamanan dan rekaman elektronik pencatatan Peristiwa Penting.
(4) Masa berlaku KTP:
(a) Untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun;
(b) Untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlaku Izin Tinggal
Tetap.
(5) Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku
seumur hidup.
(1) KTP-el mencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan peta wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat elemen data penduduk, yaitu NIK,
nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan,
golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku,
tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan tanda tangan pemilik KTP-el.
(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi nomor identitas tunggal untuk
semua urusan pelayanan publik.
(3) Pemerintah menyelenggarakan semua pelayanan publik dengan berdasarkan NIK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Untuk menyelenggarakan semua pelayanan publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Pemerintah melakukan integrasi nomor identitas yang telah ada dan
digunakan untuk pelayanan publik paling lambat 5 (lima) tahun sejak Undang-
Undang ini disahkan.
(5) Elemen data penduduk tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi
Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi,
tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.
15. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 ditambahkan 1 (satu) huruf, yakni huruf f. Pada UU
No 23 Tahun 2006 Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 68
11
a. kelahiran;
b. kematian;
c. perkawinan;
d. perceraian; dan
e. pengakuan anak.
12
Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi
elemen data pada Dokumen Kependudukan.
Perubahan yang terjadi yaitu untuk setiap orang dilarang memerintahkan dan/atau
memfasilitasi dan/atau melakukan manipulasi Data Kependudukan dan/atau
elemen data Penduduk.
13
Perubahan yang terjadi yaitu adanya penambahan penjabaran lebih lanjut dari
ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2006 menjadi ayat (3) pada UU Nomor 24 Tahun
2013
19. Di antara Pasal 79 dan Pasal 80 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 79A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 79A
20. Penyisipan Bab VIIIA diantara bab VIII dan bab IX. Dalam UU Nomor 23 Tahun
2006 berbunyi:
Pasal 83A
Tidak ada
Pasal 83A
Perubahan terjadi pada Bab VIII yaitu terjadi penambahan pasal 83A yang berisi
tentang pengangkatan dan pemberhentian pejabat struktural pada unit kerja
administrasi kependudukan.
14
21. Ketentuan Pasal 84 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
Pasal 84
Pasal 84
Perubahan terjadi pada Pasal 84 ayat (1) yaitu penggantian poin poin data pribadi
penduduk yang harus dilindungi. Sebelumnya pada UU 23 tahun 2006 berupa
catatan- catatan penting, pada UU 24 tahun 2013 dirubah menjadi elemen-elemen
data yang penting dari seseorang. Pasal 84 ayat (2) berupa penjabaran dari ayat
(1).
22. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 86 diubah dan di antara ayat (1) dan ayat (2)
disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a), sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut:. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi:
15
Pasal 86
1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses kepada petugas pada
Penyelenggara dan Instansi Pelaksana untuk memasukkan, menyimpan,
membaca, mengubah, meralat dan menghapus, mengkopi Data serta mencetak
Data Pribadi.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara
mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 86
1) Menteri sebagai penanggung jawab memberikan hak akses Data Pribadi kepada
petugas provinsi dan petugas Instansi Pelaksana.
1a) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menyebarluaskan Data
Pribadi yang tidak sesuai dengan kewenangannya.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, ruang lingkup, dan tata cara
mengenai pemberian hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Perubahan terjadi pada ayat 1 Pasal 6 yaitu yang semula berisi Petugas
Penyelenggaraan dan Instansi Pelaksana diberikan akses langsung oleh menteri
untuk memasukkan, menyimpan, dan membaca, mengubah, meralat dan
menghapus, mengkopi data serta mencetak data pribadi, berubah menjadi Menteri
memberikan hak akses pribadi hanya kepada petugas provinsi dan Instansi
Pelaksana. Penyisipan. Ayat 1a yang berisi petugas harus menjaga kerahasiaan
data pribadi yang tidak sesuai wewenang. Pada ayat 2 terjadi perubahan tempat
peraturan mengenai ketentuan umum pada ayat 1, yang semula diatur dalam
Peraturan Pemerintah, berubah diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 87
16
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memperoleh
dan menggunakan Data Pribadi Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Dihapus
24. Penyisipan Bab IXA diantara bab IX dan bab X. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006
berbunyi:
Tidak Ada.
Pasal 87 b
Perubahan terjadi pada Bab IX yaitu terjadi penambahan pasal 87A dan 87B yang
berisi tentang pendanaan dan penyediaan dana program dianggarkan dari
anggaran pendapatan dan belanja negara.
17
Pasal 94
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau
mengurangi isi elemen data pada Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah).
Perubahan terjadi pada pasal 94, yaitu hukuman dan denda yang diberikan
kepada orang yang memanipulasi atau sengaja mengubah data kependudukan,
semula berupa penjara paling lama 2 tahun dan denda Rp. 25.000.000 menjadi
penjara paling lama 6 tahun dan denda Rp. 75.000.000
Pasal 95A
18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah)
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan,
dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Setiap orang atau badan hukum yang Tanpa hak mencetak, menerbitkan,
Dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
Dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dan Huruf g dipidana dengan pidana penjara
Paling lama 10 (sepuluh) tahun dan Denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
28. Pada di antara Pasal 96 dan 97 disisipkan satu pasal yaitu Pasal 96 A yang
berbunyi :
Pasal 96 A
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, dan/atau
mendistribusikan Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
19
29. Ketentuan Pasal 101 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi sebagai
berikut: Pasal 101 sebelum amandemen berbunyi
Pasal 101
Perubahan terjadi perubahan nama dari KTP ke KTP- El, perubahan a dari
memberikan NIK ke setiap penduduk paling lambat 5 tahun menjadi wajib
memberikan NIK, penghapusan poin d pada pasal 101 sesudah amandemen
20
30. Ketentuan Pasal 102 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 102
Perubahan terjadi pada perubahan nama dari KTP menjadi KTP-EL, perubahan
kalimat di poin b
31. Ketentuan Pasal 103 diubah. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2006 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 103
21
Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini harus ditetapkan paling
lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini diundangkan. Semua
peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan harus disesuaikan dengan Undang-
Undang ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan
Perubahan yang terjadi pada pasal-pasal tersebut adalah yang pada awal hanya
memiliki satu paragraf mengenai masa paling lambat pelaksanaan peraturan
Undang-Undangan menjadi Pasal 103 yang memiliki ayat-ayat yaitu ayat (1) dan
(2).
Persyaratan Pelayanan untuk Penerbitan KTP baru bagi penduduk WNI syarat –
syaratnya berupa :
Telah berusia 17 ( tujuh belas ) tahun atau sudah nikah atau pernah nikah
Foto copy : KK, Kutipan akta kelahiran, kutipan akta nikah/buku nikah bagi
penduduk yang belum berusia 17 tahun.
FC : Ijazah terakhir pemohon
Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri ( SKDLN ) yang diterbitkan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang datang dari luar negeri karena pindah
Dokumen pendukung lainnya
Persyaratan Penerbitan KTP baru bagi Orang Asing yang memiliki Ijin Tinggal
Tetap dengan syarat – syarat sebagai berikut :
Kartu Keluarga
Kutipan Akta Kelahiran
Paspor dan Ijin Tinggal Tetap
22
Kutipan Akta Nikah/ Akta Cerai bagi penduduk yang belum berusia 17 ( tujuh belas )
tahun
Buku Catatan Orang Asing ( BOA )
Surat Keterangan Catatan Kepolisian
Permohonan KK Baru
23
Jenis permohonan ini dimaksudkan bagi penduduk yang belum terekam di data
keluarga dan data anggota keluarganya ke dalam pusat Bank Data Kependudukan
Nasional Persyaratan bagi pemohon kartu keluarga (KK) baru:
Pengantar dari RT dan RW;
1. Melampirkan fotocopy Buku Nikah/Akta Perkawinan (bagi pemohon yang sudah
menikah dan dilegalisir pejabat berwenang).
2. Surat Keterangan Pindah dan atau Surat Keterangan Pindah Datang.
3. Surat Pernyataan domisili bermeterai cukup yang ditandatangani tetangga terdekat
di tempat tujuan dengan melampirkan foto copy KTP yang masih berlaku.
4. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri yang diterbitkan oleh Dinas bagi
penduduk yang datang dari luar negeri karena pindah.
5. Perubahan KK karena penambahan anggota keluarga yang mengalami kelahiran.
24
Persyaratan Perubahan KK karena Penambahan Anggota Keluarga Bagi Orang
Asing yang Memiliki Izin Tinggal Tetap untuk Menumpang ke Dalam KK Warga
Negara Indonesia atau Orang Asing sebagai berikut:
1. Pengantar dari RT dan RW.
2. KK Lama atau KK yang ditumpangi.
3. Paspor.
4. Foto copy Kartu Identitas Tinggal Tetap yang dilegalisir.
5. Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
6. Perubahan KK akibat pengurangan anggota keluarga baik meninggal atau pindah.
Persyaratan Perubahan KK karena Perubahan KK Akibat Pengurangan Anggota
Keluarga Baik Meninggal atau Pindah sebagai berikut:
1. Pengantar dari RT dan RW.
2. KK Lama.
3. Foto copy Surat Keterangan Kematian yang dilegalisir dan atau
Surat Keterangan Pindah.
4. Penerbitan KK karena Hilang / Rusak.
Persyaratan Perubahan KK karena KK Hilang / Rusak sebagai berikut:
1. Pengantar dari RT dan RW.
2. Surat Keterangan kehilangan dari Kepolisian.
3. KK yang rusak.
4. Foto copy dokumen kependudukan dari salah satu anggota keluarga yang
dilegalisir; atau Dokumen keimigrasian bagi orang asing.
Persyaratan Pembetulan Data KK sebagai berikut:
1. Pengantar RT dan RW.
2. KK Lama.
3. Foto copy bukti pendukung yang dilegalisir sesuai dengan permohonan pembetulan
data dalam KK.
25
3. Petugas registrasi kelurahan mencatat dalam Buku Harian Peristiwa Penting dan
Kependudukan (BHPPK) dan Buku Induk Penduduk (BIP).
4. Lurah menandatangani Formulir permohonan KK.
Di Kecamatan:
1. Petugas Kecamatan melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan KK.
2. Camat menandatangani formulir permohonan KK.
Di Dinas:
1. Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base kependudukan
Kepala Dinas menerbitkan dan menandatangani KK.
Tata Cara Penerbitan Kartu Keluarga Bagi Orang Asing Tinggal Tetap
Dilaksanakan di Dinas:
1. Orang asing tinggal tetap melapor kepada Dinas dengan membawa persyaratan,
mengisi dan menandatangani formulir permohonan KK.
2. Petugas melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan KK.
3. Petugas menandatangani formulir permohonan.
4. Petugas melakukan perekaman data dalam database kependudukan.
Kepala Dinas menerbitkan dan menandatangani KK.
26
Semua berkas foto copy dilegalisir dan menunjukkan dokumen yang asli
pada saat mengajukan permohonan.
27
7. Foto copy dokumen Imigrasi bagi pemohon WNA yang dilegalisir oleh
instansi yang berwenang. (Dispencapil Kabupaten Ngawi, 2016)
b) Persyaratan untuk Pencatatan Kelahiran Terlambat
1. Mengisi Formulir pengajuan.
2. Surat Kelahiran dari Dokter/Bidan/Penolong Kelahiran atau Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Kebenaran Data Kelahiran jika Surat
Kelahiran dari Dokter/Bidan/Penolong Kelahiran tidak ada.
3. Foto copy surat nikah atau Akta Perkawinan orang tua yang dilegalisir oleh
instansi yang berwenang,
4. Foto copy KTP dan KK pemohon/ orang tua yang dilegalisir instansi yang
berwenang
5. Foto copy ijasah bagi anak yang tamat pendidikan sekolah.
6. Nama dan identitas saksi dengan melampirkan foto copy KTP yang dilegalisir
oleh instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya (setelah akta jadi)
7. Permohonan persetujuan penerbitan Akta Kelahiran Terlambat bermeterai
cukup.
8. Surat Kuasa bermeterai cukup bagi yang menguasakan.
4. Mekanisme Kewajiban Pemohon Pengajuan Pembuatan Akta Kelahiran
a. Mengisi dan menandatangani formulir pengajuan.
b. Pencatatan Kelahiran tidak dikenakan biaya retribusi.
c. Melampirkan persyaratan.
d. Pemohon Kelahiran Baru/ terlambat yang dikuasakan mengisi surat kuasa
bermeterai cukup.
e. Pencatatan Kelahiran yang melebihi jangka waktu tertentu/ terlambat dilampiri
dengan permohonan secara tertulis ditujukan kepada Kepala Dinas bermeterai
cukup dan selanjutnya akan diterbitkan.
f. Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan pencatatan kelahiran terlambat.
28
a. Penelitian Berkas
b. Memasukkan Data dalam Komputer
c. Pengecekan Data dan diparaf oleh Pemeriksa Data
d. Penandatanganan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
e. Distempel atau dicap
f. Penyerahan Akta Kelahiran pada Pemohon
g. Pembuatan Akta Kelahiran tidak dipungut biaya (gratis)
Pengajuan akta kelahiran dapat dilakukan sampai dengan usia 60 hari. Jika tidak
ada permasalahan dan persyaratan lengkap serta semua data sesuai, maka
pengurusan dapat selesai dalam jangka waktu 2 hari. Sedangkan penyelesaian
pembuatan akta kelahiran, berdasarkan UU No. 23 tahun 2006, adalah selama 14
hari kerja.
6. Alur Pendaftaran Online
a. Dengan menggunakan Browser ketik alamat website pengajuan
online: http://siak.ngawikab.go.id
b. Jika belum mempunyai User ID dan Password silahkan mendaftar pada menu
Pendaftaran yang berada di pojok kanan atas.
c. Melengkapi NIK, Nama Lengkap, Jenis Kelamin, Tempat Lahir, Tanggal Lahir,
Nomor Handphone, e-mail, Password dan Captcha kemudian klik Daftar.
Nomor handphone dan e-mail hanya dapat didaftarkan untuk 1 (satu) User ID.
(Jika NIK yang didaftarkan sebagai Kepala Keluarga, maka dapat mengakses
data anggotanya tetapi jika NIK yang didaftarkan sebagai anggota keluarga,
maka hanya dapat mengakses datanya sendiri)
d. Kemudian akan mendapat e-mail dan sms tentang kode untuk aktivasi dan
masukkan kode tersebut dan klik Simpan.
e. Selanjutnya dapat memasukkan nomor handphone dan password yang telah
dibuat.
f. Pengajuan harus disertakan upload asli dokumen persyaratan (tanpa dokumen
tidak akan diproses). (Rengga, 2019)
29
Surat Pengantar dari kelurahan untuk mengurus Akta Perkawinan / belum pernah
menikah (apabila belum satu kartu keluarga, surat pengantar lurah masing-masing
asli dan fotocopy rangkap 1)
Akta kelahiran suami dan istri
Kartu Keluarga suami dan istri
Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri
Ijazah terakhir suami dan istri
Ijin kawin atasan / KPI ; Bagi anggota TNI-POLRI
Pas foto suami dan istri
Paspor bagi suami atau istri orang asing
Sistem Mekanisme dan Prosedur :
1. Pasangan suami dan istri membawa foto KTP kepada RT/RW untuk memperoleh
surat pengantar.
2. Pasangan suami dan istri membuat surat keterangan belum menikah (N1, N2, N3,
N4).
3. Pasangan suami dan istri mengisi formulir pencatatan perkawinan pada Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ngawi dengan melampirkan persyaratan.
4. Pejabat pencatatan sipil mencatat pada register akta perkawinan dan menerbitkan
kutipan akta perkawinan.
5. Kutipan akta perkawinan diberikan pada masing-masing yaitu suami dan istri.
6. Suami dan istri berkewajiban melaporkan hasil pencatatan perkawinan kepada
instansi pelaksana tempat domisili. (Dispencapil Kabupaten Ngawi, 2017b)
30
Surat Keterangan Kematian dari Desa maupun kelurahan atau kecamatan
3. Setelah memperoleh formulir - formulir tersebut, selanjutnya Kantor Disdukcapil
untuk memproses Akta Kematian.
4. Pencatatan kematian dilakukan pada Dinas kependudukan dan Catatan Sipil tempat
domisili yang meninggal.
5. Pencatatan kematian dilakukan dengan memenuhi syarat berupa:
Surat Keterangan dari Kepala Desa dan / atau
Keterangan kematian dari dokter / paramedis
31
pengambilan data biometrik berupa sidik jari dan iris mata. Pengurusan dan
pembuatan KTP-el di Kabupaten Ngawi tidak dipungut biaya apapun (gratis), hal
tersebut sudah sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2013 pada pasal 79A yang
berbunyi bahwa pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan tidak dipungut
biaya.
2.3.2 Kartu Keluarga (KK)
Pembuatan Kartu Keluarga (KK) di Kabupaten Ngawi sudah sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 pasal 1 ayat 13 yang menyatakan bahwa
Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluarga yang memuat
data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota
keluarga.
2.3.3 Akta Kelahiran
Pembuatan Akta Kelahiran di Kabupaten Ngawi sudah memiliki prosedur
kepengurusan secara Online dan offline. Kepengurusan pengajuan Akta Kelahiran
sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2013 Pasal 27 Ayat (1) yang menerangkan bahwa
pengajuan dilakukan sampai usia 60 hari. Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sejak
tanggal kelahiran, pencatatan dan penerbitan Akta Kelahiran dilaksanakan setelah
mendapatkan keputusan Kepala Instansi Pelaksana setempat. Dengan ini persyaratan
keterlambatan pemohon pengajuan Akta Kelahiran tersebut tebal diterapkan
Kabupaten Ngawi pada UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 32 Ayat (1). Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh penduduk dalam pembuatan Akta Kelahiran adalah Pencatatan
kelahiran dalam Register Akta Kelahiran dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran
terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang tidak diketahui asal-usulnya atau
keberadaan orang tuanya, didasarkan pada laporan orang yang menemukan
dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari kepolisian. Hal tersebut sudah sesuai dalam
UU Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 28 Ayat (1).
2.3.4 Akta Perkawinan
Persyaratan maupun alur pembuatan akta perkawinan di Kabupaten Ngawi
sudah sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2013 pada pasal 58 yang memuat data-
data perseorangan dalam kependudukan. Dan pada pasal 68 disebutkan bahwa akta
perkawinan merupakan akta pencatatan sipil yang memuat data-data perseorangan
2.3.5 Akta Kematian
Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 yaitu pada pasal 44 ayat 1,
setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua rukun tetangga kepada instansi pelaksana
32
setempat atau nama lain kepada Instansi Pelaksana dilaksanakan secara berjenjang
kepada rukun warga atau nama lain, kelurahan/desa atau nama lain, dan kecamatan
atau nama lain. Hal ini dilakukan agar petugas pencatatan sipil dapat melakukan
register akta kematian. Pada alur kepengurusan akta kematian kabupaten Ngawi telah
sesuai dengan Undang-Undang yaitu dengan melapor kepada RT RW atau kepala
desa untuk mendapatkan dokumen yang dibutuhkan, lalu petugas disdukcapil akan
memproses akta kematian
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan Pasal pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang administrasi dilakukan karena
adanya perubahan dokumen seperti pasal 1 di mana KTP berubah nama menjadi
KTP-EL dengan dilengkapi chip, pasal 5 mengalami beberapa perubahan kalimat
dan penambahan, huruf d Pasal 6 yang semula hanya berisi pengelolaan dan
penyajian Data Kependudukan berskala provinsi, berubah menjadi penyajian Data
Kependudukan berskala provinsi berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab,
pasal 7 huruf g yang semula hanya berisi pengelolaan dan penyajian Data
Kependudukan berskala kabupaten/kota, menjadi penyajian Data Kependudukan
berskala kabupaten/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah
dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab
dalam urusan pemerintahan dalam negeri, dan pasal-pasal tentang administrasi
penduduk lainnya yang mengalami perubahan. Perubahan juga dilakukan karena
dalam pengurusan dokumen penduduk seperti KTP, KK, Akta kelahiran, akta
perkawinan, dan akta bisa dilakukan secara daring melalui website kependudukan
sipil wilayah masing-masing maupun mendatangi tempat secara langsung bagi
masyarakat yang masih kesulitan mengisi syarat melalui website.
3.2 Saran
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi penduduk dirubah
sedemikian rupa menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 agar dapat
memaksimalkan pelayanan dari pemerintah terkait administrasi penduduk.
Sehingga, Dinas Kependudukan dan Pencatatan SIpil Kabupaten Ngawi
sebaiknya meningkatkan pelayanan terkait administrasi penduduk seperti
memperbarui web dispendukcapil agar memudahkan masyarakat mengakses
informasi terkait alur pengurusan maupun syarat- syarat yang dibutuhkan. Bagi
masyarakat yang akan mengurus dokumen kependudukan sebaiknya lebih
memperhatikan syarat-syarat yang telah diberikan oleh pemerintah agar
pelayanan berjalan lebih mudah, dan diharapkan masyarakat Kabupaten Ngawi
34
dapat meningkatkan kesadaran terkait pentingnya pencatatan atau kepemilikan
dokumen kependudukan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36