Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam

kehidupan,keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Pendidikan di

Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara kesatuan

Republik Indonesia. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa dan negara dapat

ditentukan dari majunya pendidikan di negara tersebut.

Adapun tujuan pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan budi

pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam

rangka mencari kurikulum, sistem pendidikan, Dan metode pengajaran yang efektif

dan efesien khususnya mata pelajaran PPKn.

Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang

baik,cerdas,terampil,dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD

1945. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru memiliki tanggung jawab untuk
menanamkan kesadaran kepada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

diperlukan suatu solusi untuk memcahkan masalah tersebut.

Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan di tuntut untuk

mampu mengimbangi bahkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru atau tenaga pendidik harus

dapat menerapkan model-model pembelajaran dengan berbagai

jenis,pendekatan,metode,dan pengggunaan alat peraga atau media secara efektif dan

kreatif pada seluruh aspek yang akan dikembangkan pada diri anak didiknya, antara

lain aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang sesuai dengan potensi

yang dimiliki siswa.

Namun pada kenyataannya terdapat kesenjangan antara tujuan yang ingin

dicapai dengan paradigma yang diperggunakan. Apabila Seorang siswa tidak

termotivasi dalam mengikuti pelajaran maka Siswa tersebut akan sulit menerima

pelajaran tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran dalam kelas membuat

siswa bosan dan tidak menarik.

Berdasarkan sumber yang diambil dari guru pengajar PPKn jika dilihat dari

daftar nilai kelas VIII7 yakni dari 30 siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15

siswa perempuan terdapat 3 siswa atau 10 % dalam kategori Sangat Baik (SB) , 3

siswa atau 10 % dalam kategoori Baik (B), 15 siswa atau 50 % dalam kategori Cukup

(C), dan 9 siswa atau 30 % dalam kategori Kurang (K). Hal ini terlihat bahwa masih
banyak siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang

ditentukan 75.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam

kehidupan,keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Pendidikan di

Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara kesatuan

Republik Indonesia. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa dan negara dapat

ditentukan dari majunya pendidikan di negara tersebut.

Adapun tujuan pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan budi

pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam

rangka mencari kurikulum, sistem pendidikan, Dan metode pengajaran yang efektif

dan efesien khususnya mata pelajaran PPKn.

Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang

baik,cerdas,terampil,dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD

1945. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru memiliki tanggung jawab untuk
menanamkan kesadaran kepada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

diperlukan suatu solusi untuk memcahkan masalah tersebut.

Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan di tuntut untuk

mampu mengimbangi bahkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru atau tenaga pendidik harus

dapat menerapkan model-model pembelajaran dengan berbagai

jenis,pendekatan,metode,dan pengggunaan alat peraga atau media secara efektif dan

kreatif pada seluruh aspek yang akan dikembangkan pada diri anak didiknya, antara

lain aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang sesuai dengan potensi

yang dimiliki siswa.

Namun pada kenyataannya terdapat kesenjangan antara tujuan yang ingin

dicapai dengan paradigma yang diperggunakan. Apabila Seorang siswa tidak

termotivasi dalam mengikuti pelajaran maka Siswa tersebut akan sulit menerima

pelajaran tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran dalam kelas membuat

siswa bosan dan tidak menarik.

Berdasarkan sumber yang diambil dari guru pengajar PPKn jika dilihat dari

daftar nilai kelas VIII7 yakni dari 30 siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15

siswa perempuan terdapat 3 siswa atau 10 % dalam kategori Sangat Baik (SB) , 3

siswa atau 10 % dalam kategoori Baik (B), 15 siswa atau 50 % dalam kategori Cukup

(C), dan 9 siswa atau 30 % dalam kategori Kurang (K). Hal ini terlihat bahwa masih
banyak siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang

ditentukan 75.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam

kehidupan,keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara. Pendidikan di

Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara kesatuan

Republik Indonesia. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa dan negara dapat

ditentukan dari majunya pendidikan di negara tersebut.

Adapun tujuan pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan budi

pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam

rangka mencari kurikulum, sistem pendidikan, Dan metode pengajaran yang efektif

dan efesien khususnya mata pelajaran PPKn.

Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang

baik,cerdas,terampil,dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD

1945. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru memiliki tanggung jawab untuk
menanamkan kesadaran kepada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

diperlukan suatu solusi untuk memcahkan masalah tersebut.

Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan di tuntut untuk

mampu mengimbangi bahkan mampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru atau tenaga pendidik harus

dapat menerapkan model-model pembelajaran dengan berbagai

jenis,pendekatan,metode,dan pengggunaan alat peraga atau media secara efektif dan

kreatif pada seluruh aspek yang akan dikembangkan pada diri anak didiknya, antara

lain aspek aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa yang sesuai dengan potensi

yang dimiliki siswa.

Namun pada kenyataannya terdapat kesenjangan antara tujuan yang ingin

dicapai dengan paradigma yang diperggunakan. Apabila Seorang siswa tidak

termotivasi dalam mengikuti pelajaran maka Siswa tersebut akan sulit menerima

pelajaran tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran dalam kelas membuat

siswa bosan dan tidak menarik.

Berdasarkan sumber yang diambil dari guru pengajar PPKn jika dilihat dari

daftar nilai kelas VIII7 yakni dari 30 siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15

siswa perempuan terdapat 3 siswa atau 10 % dalam kategori Sangat Baik (SB) , 3

siswa atau 10 % dalam kategoori Baik (B), 15 siswa atau 50 % dalam kategori Cukup

(C), dan 9 siswa atau 30 % dalam kategori Kurang (K). Hal ini terlihat bahwa masih
banyak siswa yang masih berada dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang

ditentukan 75.

II. KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Pengertian Belajar

Menurut Makmun (dalam Abdul Rahmat 2015:2) Belajar ialah” suatu proses

perubahan perilaku atau pribadi sesorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu”,sedangkan menurut Sudjana (dalam Abdul Rahmat 15:2) mengemukakan

bahwa belajar adalah “ proses yang tandai dengan adanya perubahan pada diri

individu”. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada siri individu

berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya”.

2. Kajian Pembelajaran PPKn

Menurut Winataputra (2005) (dalam Winarto 2013:7) mengartikan

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Suatu Kajian yang mempunyai objek telaah

kebajikan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikaan dan

ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang

relevan, yang secara koheren, diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler

kewarganegaraan,aktivitas sosial-kutural kewarganegaraan, dan kajian ilmiah

kewarganegaraan.
3. Hasil Belajar Siswa

Menurut Reigeluth (dalam Jamil Suprithatiningrum, 2016:37) hasil belajar

adalah pembelajaran yang di pakai sebagai pengaruh yang di memberikan suatu

ukuran dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga

mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance)

yang di indikasikan sebagia suatu kapabilitas kemampuan yang telah di peroleh.

4. Model Pembelajaran

Dalam pandangan Sagala (2009:148), (dalam Subur 2015:24) bahwa model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk

mencapai belajar peserta didik untuk memcapai tujuan belajar tertentu, dan fungsi

sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merncanakan dan

elaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran adalah kerangka

konsepptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

1. Model Pakem

Drs. Daryanto (2012: 111) (dalam Ratna Ekalia) Mengatakan “PAKEM

(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) merupakan

model pembelajaran memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan

yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan sikap dan pemahaman


dengan meningkatkan kepada belajar sambil bekerja sementara guru

menggunakan berbagai sumber alat bantu belajar. TermasuK pemanfaatan

lingkungan supaya pembelajaran lebih menyenangkan,menarik dan

efektif.

III. METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo, peneliti melakukan

observasi pada bulan Agustus-Oktober 2017. Dalam melaksanakan proses belajar

sehari-hari peneliti menemukan suatu kejanggalan dalam hasil belajar siswa dalam

pembelajaran PPKn.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII7 SMP Negeri 8 Gorontalo,

dengan jumlah keseluruhan 30 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa

perempuan.

3. Variabel Penelitian

a. Variable input yaitu menyangkut karakteristik siswa didalam kelas VIII7 di

SMP Negeri 8 Gorontalo yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan

kelas, guru pelaksana tindakan, bahan pelajaran yang di ajarkan,sumber


belajar yang digunakan,prosedur eveluasi,lingkungan pembelajaran dan alat-

alat lingkungan lainnya.

b. Variable proses yaitu kehadiran,aktivitas siswa,sumber belajar, dan prosedur

evaluasi. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran PPKn dengan

menggunakan Model PAKEM

c. Variable output merupakan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilaksanakan berdasarkan beberapa komponen-komponen

meliputi : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap (observasi) pengamatan dan

tahap refleksi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik Pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (Pengamatan),

Wawancara (Interview), Kuisioner (angket), dan Dokumentasi, Sugiyono 2008:62-63

(Dalam Suandi:2015:21)

Adapun tekhnik pengumpulan data PTK (Penelitian Tindakan Kelas) data

bersumber dari:

1) Observasi

Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap situasi dan

kondisi kelas VIII7 yang menjadi subjek penelitian.


2) Tekhnik Dokumentasi

Tekhnik ini adalah suatu cara pengumpulan data melalui arsip-arsip dan lain-

lain. Melalui tekhnik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data dengan

menggunakan bahan-bahan tertulis atau dokumen berupa gambar.

IV. H ASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu

penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan nyata

didalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya penelitian tindakan

kelas diatntarannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang

diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan

tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dikelas.

Penelitian ini dialakukan sebanyak dua kali pertemuan dalam satu siklus.

Untuk memperbaiki berbagai tindakan proses belajar mengajar didalam tindakan.

Dalam pelaksana penelitian ini, peneliti telah merencanakan menerapkan Model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Yang dalam hal ini

dituangkan dalam perangkat pembelajaran sebagai acuan untuk mengajar yaitu

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan penelitian ini, kriteria

ketuntasaan minimal ditentukan adalah 75. Yang artinya bahwa hasil belajar

dikatakan tuntas apabila bisa mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah

ditentukan.
Tabel 2
Aspek Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I pertemuan I

Siklus I Pertemuan

Tahap Kategori

SB B C K

Jumlah Siklus I Pertemuan I 5 8 10 3

Presentase ( % ) 19 % 31% 38% 38%

Siklus I Pertemuan II

Jumlah Siklus I Pertemuan II 10 14 2

Presentase ( % ) 38 % 54% 8%

Tabel di atas menunjukan hasil observasi kegiatan guru dalam proses

belajar mengajar siklus I pertemuan I memiliki 26 aspek di dalamnya . dari 26

aspek yang diamati yaitu 5 atau 19% aspek criteria sangat baik (SB), 8 atau

31% aspek criteria Baik (B), 10 atau 38% kriteria Cukup (C),3 atau 12% kriteria

Kurang (K).

Berdasarkan Uraian diatas , hasil pengamatan kegiatan guru di dalam kelas

pada siklus I pertemuan I menunjukan bahwa kemampuan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran mencapai Kriteria ketuntasan minimal yaitu

75%. Inilah yang menjadi acuan bagi peneliti untuk bisa melakukan peningkatan

pada pertemuan berikut.


Hasil belajar siswa dilihat pada aspek afektif seperti bekerja sama dalam kelompok,

tanggung jawab, sopan santun dalam berbicara, dan menghargai pendapat orang lain

masih kurang maximal . Dimana siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang

diberikan dalam kelompok belum dikerjakan semaksimal mungkin karna masih ada

siswa yang hanya bermain dan saat pemaparan materi kepada kelompok lain atau

kepada siswa lain masih terjadi keributan dikarenakan masih ada siswa yang tidak

setuju dengan pendapat orang lain,takut atau masih kurang percaya diri terhadap

kemampuannya karana takut salah, dan ada siswa pada saat kelompok lain presentasi

atau melemparkan pertanyaan siswa tersebut tidak mengehargai. maka sopan santun

dalam berbicara dalam kelas masih kurang.

Dilihat dari tabel diatas menunjukan bahwa pada aspek kerja sama terdapat 28

siswa, aspek Tanggung Jawab 20 siswa, aspek sopan santun 23 siswa, menghargai

pendapat orang lain 17 siswa . Dan dari 30 siswa 4 orang atau 13% yang mendapat

kriteria sangat baik (SB), 20 orang atau 67% yang mendapat kriteria Baik (B) , 4

orang atau 13% yang mendapat kriteria Cukup (C), sedangkan 2 orang atau 7% yang

mendapat Kriteria Kurang (K).

Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Adanya keributan dalam proses pembelajaran

2. Sikap siswa dalam proses pembelajaran kurang maximal

3. Sikap percaya diri siswa kurang maximal


4. Kerja sama dalam kelompok masih kurang maximal

Dari kesimpulan diatas didapatkan beberapa sosulusi terhadap permasalahan

proses penerapan model pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan yaitu:

1). Guru harus selalu mengawasi siswanya dengan cara berjalan mendekati

setiap kelompok yang sedang bekerja dalam kelompoknya masing-

masing

2). Guru harus lebih menanamkan sikap yang baik dalam kelas seperti

sopan, santun dan lebih menghargai pendapat orang lain.

3).Guru harus lebih memotivasi siswa agar lebih percaya diri

4). Guru harus lebih membimbing siswa dalam menggunakan model

PAKEM harus intensif ,agar siswa lebih memahami model

pembelajaran, sehingga siswa dapat menegrti masalah yang

diberikan secara kelompok maupun secara individual.

Pada pelaksanaan siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel diatas bahwa

peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum mencapai target, pada siklus I

pertemuan I sudah mencapai 53% yakni 5 orang atau 16% dari 30 orang siswa yang

mendapat nilai SB,11 orang atau 37% dari 30 orang siswa yang mendapatkan nilai
B,12 orang atau 40% dari 30 orang siswa yang mendapat nilai C,2 orang atau 7%

dari 30 orang siswa yang mendapat nilai K.

Dengan melihat hasil dari siklus I Pertemuan I yang belum mencapai target

75% artinya masih diperlukan 22% sekitar 7 orang siswa yang nilainya harus

mencapai batas minimal yang menjadi standar peneliti.

didapatkan beberapa solusi terhadap permasalahan proses penerapan model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan yaitu:

a. Guru harus selalu mengawasi siswanya dengan cara berjalan

mendekati setiap kelompok yang sedang bekerja dalam kelompoknya

masing-masing

b. Guru harus lebih menanamkan sikap yang baik dalam kelas seperti

sopan santun dan lebih menghargai pendapat orang lain.

c. Guru harus lebih memotivasi siswa agar lebih percaya diri

d. Guru harus lebih membimbing siswa dalam menggunakan model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan harus intensif ,agar

siswa lebih memahami model pembelajaran, sehingga siswa dapat mengerti

masalah yang diberikan secara kelompok maupun secara individual.

e. Guru harus memancing siswa dalam berinteraksi


f. Guru harus memancing siswa agar bertanya mengenai kejelasan dari materi

yang guru berikan.

g. Guru harus memberikan rangsangan sehingga siswa aktif dalam proses

pembelajaran

h. Guru harus memberikan motivasi serta pendekatan yang persuasif sehingga

mereka akan lebih memahami dan mendapat dorongan untuk meneingkatkan

hasil belajar.

Hasil refleksi kemudian dijadikan rumusan untuk diterapkan pada pertemuan

berikut sebagai upaya perbaikan. Dengan melihat ketuntasan hasil belajar siswa

masih dibawah standar Kriteria ketuntasan minimal, dan model Pembelajaran Aktif

Kreatif Efektif dan Menyenangkan dianggap guru mitra sebagai model pembelajaran

yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru menyarankan kepada peneliti

untuk melanjutkan tindakan ini pada pertemuan II.

Setelah mengetahui masih ada masalah pembelajaran didalam kelas, peneliti

melakukan lanjutan peneliti melakukan lanjutan perbaikan siklus I pertemuan II.

Peneliti melaksanakan penelitian siklus I Pertemuan II ini pada hari senin, tanggal 30

april 2018. Magsud dari tindakan dari siklus I Pertemuan II ini adalah sebagai

perbaikan atau peningkatan kekurangan-kekurangan pada pertemuan I yakni agar

lebih memotivasi siswa supaya aktif didalam pembelajaran. Pada pertemuan I, siswa

yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 16 orang Atau 53% dan yang belum

tuntas dalam belajar yaitu 14 orang atau 47% . jika dilihat dari hasil presentasi
tersebut, ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria, ketuntasan minimal yang

dikehendaki. Sehingga inilah yang menjadi acuan perbaikan dalam siklus I

pertemuan II. Tindakan dama siklus I pertemuan II ini dilakukan berdasarkan

tahapan-tahapan yang telah direncanakan.

Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung

bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan

informasi yang keudian di simpan dalam memori dan organisasi kognitif, selanjutnya,

ketrampilan tersebut di wujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam

merespons dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa

ataupun lingkungannya.

Peristiwa belajar muncul bersamaan dengan hadirnya manusia dimuka bumi

ini. Belajar adalah merupakan aktivitas manusia yang sangat vital secara terus

menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup karna belajar adalah

perubahan yang relative permanen dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau

latihan yang diperkuat. Dalam hal ini adapun teori menurut Sudjana (dalam Abdul

Rahmat 15:2) mengemukakan bahwa belajar adalah “ proses yang tandai dengan

adanya perubahan pada diri individu”. Belajar diartikan sebagai proses perubahan

tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu

dengan lingkungannya”.
Pelaksanaan proses pembelajaran yang akan dilakukan adalah sebagai suatu

perpaduan untuk mencapai suatu potensi untuk melatih dalam menemukan

kemampuan secara individu. Dalam hal ini adapun teori Menurut B. Uno (dalam

Subur 2015:1) Belajar adalah aktivitas seseorang dalam rangka memiliki kompotensi

dalam bentuk ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dipandang

sebagai proses elaborasi dalam upaya pencarian magna yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan atau kompotensi personal.

Berdasarkan uraian dari belajar dapat di simpulkan bahwa belajar dapat

mempengaruhi suatu pengalaman seseorang dalam proses pembelajaran yang dapat

merubah individu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sama halnya yang dilakukan

peneliti dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 8 Gorontalo kelas VIII7

dengan menerapkan model PAKEM untuk menberikan pengalaman kepada siswa

yang dapat meningkatkan potensi siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam proses belajar akan menyebabkan hasil belajar pada individu yang

belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu melakukan perilaku belajar yang

berbeda-beda. Hasil belajar menjadi suatu yang dijadikan untuk mengetahui seberapa

jauh seseorang menguasai bahan yang di ajarkan. Dengan mengetahui hasil belajar,

maka itu dapat menjadi motivasi bagi siswa agar menjadi lebih baik lagi dan

meningkat dari sebelumnnya dalam melakukan proses belajar.


Hasil belajar merupakan hal terpenting dalam pembelajaran karna hasil belajar

yang menentukan kemampuan yang telah dicapai oleh setiap individu, dalam proses

belajar, baik dari aspek kognitif,afektif dan psikomotorik. Adapun teori yang yang

berhubungan dengan hasil belajar yaitu menurut Bloom (dalam Thobroni 2015:21)

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,afektif dan psikomotorik.

1. Domain Kognitif mancakup:

a. Knowledge (pengetahuan,ingatan);

b. Comprehension ( pemahaman, menjelaskan,meringkas,contoh);

c. Application (menerapkan)

d. Analysis (menguraikan,menentukan hubungan);

e. Synthesis (menguraikan,menentukan hubungan)

f. Evaluating (menilai)

2. Domain Afektif mencakup:

a. Receiving (sikap mene rima);

b. Responding (memberikan respons);

c. Valuing (nilai)

d. Organization (orgaisasi);

e. Chracteriztion (karakterisasi)
3. Domain Psikomotor mencangkup:

a. Initiatory;

b. Pre-routine;

c. Routinized

d. Keterampilan Produktif,tehnik,fifik,sosial,manajerial,dan

Intelektual

Hasil belajar yaitu yang menjadi ukuran oleh guru kepada siswa , dari hasil

belajar guru dapat melihat dan mengukur kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pembelajaran, dalam mencapai tujuan pendidikan, Sama halnya dengan

teori Menurut Reigeluth (dalam Jamil Suprithatiningrum, 2016:37) yaitu hasil

belajar adalah pembelajaran yang di pakai sebagai pengaruh yang di memberikan

suatu ukuran dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga

mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance)

yang di indikasikan sebagai suatu kapabilitas kemampuan yang telah di peroleh.

Berdasarkan hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar suatu

ukuran dari proses belajar yang dilakukan oleh individu untuk mengetahui sampai

dimana kemampuan yang telah dicapai oleh individu dengan kondisi yang berbeda-

beda , seperti yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian di SMP Negeri 8

Gorontalo kelas VIII7 yakni mengukur hasil belajar siswa dengan mencakup 3 aspek

yaitu kognitif,afektif dan psikomotor. Meningkatkan pengetahuan yaitu guru

membagikan LKS kepada siswa dimana cara ini dapat mengukur pengetahun siswa,
dan sikap yaitu guru mengajak Siswa bermain dengan tujuan untuk memperdalam

materi ( guru meminta setiap perwakilan kelompok maju kedepan untuk mengocok

dadu sebanyak 2 kali, dan mencabut kartu yang berisi pertanya, sesuai dengan angka

dadu yang telah dikocok. Kemudian pertanyaan dilempar kepada kelompok lain,

disisni guru dapat mengukur siswa dalam sikap yaitu, tanggung jawab, sopan santun

dalam berbicara dan menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan ketrampilan

yaitu guru membagikan kertas berwarna yang berisi pertanyaan kepada masing-

masing kelompok dimana guru mengukur ketrampilan siswa dalam kemampuan

berinteraksi sesama teman, kemampuan berkomunikasi, kemampuan menghubungkan

materi yang diajarkan dalam kehidupan nyata dan ketepatan mengerjakan tugas.

Memang pada dasarnya banyak hal-hal dan factor-faktor yang perlu dilewati

oleh guru dalam mencapai keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Tetapi dalam

proses pembelajaran banyak hal dan tehnik pula yang bisa dilakukan oleh guru untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu tehnik yang perlu diterapkan dan masih

sangat penting dikembangkan oleh seoorang guru yaitu menerapkan model atau

starategi pembelajaran yang dimana model atau strategi pembelajarn bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan yang lain dari model atau strategi yaitu

sisawa menjadi senang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hanya

tergantung pada model atau starategi oleh guru.

Dalam suatu proses belajar mengajar guru harusnya menggunakan suatu model

agar proses pembelajaran dapat terarah karna model pembelajaran yaitu seluruh
rangkaian penyajian materi ajar yang mencakup semua aspek sebelum dan sesudah

pembelajaran. Dalam hal ini adapun teori pandangan Sagala (2009:148), (dalam

Subur 2015:24) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

peserta didik untuk mencapai belajar peserta didik untuk memcapai tujuan belajar

tertentu, dan fungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam

merncanakan dan pelaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dalam suatu pembelajaran yang menggunakan model diharapakan dapat

mempengaruhi suatu proses pembelajaran yang akan menciptakan semangat dari

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, karna guru harus membawa siswa

kedalam situasi yang nyaman tampa ada unsur keterpaksaan. Sama halnya dengan

teori yang dikemukakan oleh Samani (2000: 23) (dalam Subur 2015:26), suatu model

pembelajaran dapat dikatakan baik jika berhasil dalam 2 hal; proses dan produk. Jika

model pembelajaran mampu menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan (

Lear and fun) dan mendorong siswa untuk aktif belajar dan berfikir kreatif, maka

model itu dikatakan baik. Demikian juga apabila juga model pembelajaran dapat

mencapai tujuan secara lebih efektif dan prokdutif maka model itu juga dikatakan

sebagai model pembelajaran yang baik

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa karna model pembelajaran

yaitu sesuatu yang akan membawa siswa pada keadaan yang menyenangkan dan
siswa akan paham terhadap penyampaian materi serta guru mampu mengorganisir

siswa pada saat pembelajaran berlangsung. dengan mengacu pada langkah-langkah

pembelajaran. seperti yang dilakukan guru selama proses Dalam penelitian selama

siklus I pertemuan I sampai siklus I Pertemuan II. Guru menggunakan model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan selama proses pembelajaran

yang dilakukan guru mendorong siswa untuk aktif dengan Guru senantiasa

menyajikan ide baru dan perluasan konsep dengan Membagi siswa menjadi 4

kelompok, disini guru dapat mendorong siswa lebih aktif dan berfikir kreatif .

Sebagaimana telah diketahui bersama dalam melaksanakan proses

pembelajaran tidak mudah, karena memiliki banyak hambatan. Oleh karena itu yang

bisa dilakukan dalam meningkatkan keberhasilan siswa guru harus bisa mengatasi

hambatan tersebut. Sebab peran guru sebagai pembimbing dan dan fasilitator bagi

siswa dalam proses rekontruksi ide dan konsep PPKn sehingga siswa lebih banyak

menemukan ide-ide sendiri dalam mengikuti pembelajaran melalui model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan yang bekerja secara kelompok

dan saling tukar pendapat terhadap materi yang diberikan guru sehingga siswa lebih

leluasa untuk mengutarakan apa yang menjadi buah pikirannya.

Pada siklus I pertemuan I dan siklus I pertemuan II, masalah-masalah yang terjadi

sebelumnya di upayakan tidak akan terulang dengan cara menerapkan model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Adapun cara penerapan

yaitu: dimulai guru menyampaikan kompotensi yang ingin dicapai, guru menyajikan
materi sebagaimana biasa, untuk mengetahui daya serap siswa dengan membagi 4

kelompok, guru membagi wacana/materi dan kertas berwana yang berisi pertanyaan

untuk dibaca dan pertanyaan di jawab, kemudian guru dan siswa menetapkan yang

pertama berperan dan siapa yang menjadi pendengar begitu juga kelompok lainnya

bertukan peran, kemudian menugaskan siswa secara bergiliran/acak menyampaikan

hasil diskusi tersebut sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil diskusi

mereka, dan siswa di ajak bermain deng menentukan siapa yang mewakili setiap

kelompok mengocok dadu sebanyak dua kali.angka yang ada di dadu adalah angka

yang sesuai kartu yang berisi pertanyaan kemudian Kemudian pertanyaan dilempar

kepada kelompok lain. Kemudian guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari,

lalu guru memberikan motivasi, dan guru memberikan evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan diatas baik dari

observasi awal, siklus I pertemuan I, siklus I pertemuan II, Diketahui terjadi

perubahan yang lebih baik dari hasil belajar sswa dan cara belajar siswa dengan

menggunakan model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan pada

materi Lembaga-Lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat , dan Membandingkan

sistem pemerintahan presidensial dengan sitem parlementer.

Pada evaluasi awal, siswa yang mencapai ketuntasan dalam belajar hanya 6

orang dengan presentasi 20% sementara target yang ditentukan yaitu 75%. Hal

demikian berarti belum mencapai target yang di tentukan. Sehingga perlu ada

perbaikan tindkan pada pertemuan berikut.


Dalam penelitian siklus I pertemuan I dilakukan pengamatan terhadap aspek

kognitif dimana dilakukan tes tertulis yang diberikan guru kepada siswa guru

mengukur seberapa jauh pengetahuan mereka ternyata pada pertemuan I masih

terdapat siswa yang belum menjawab pertanyaan dengan tetap. disini terlihat bahwa

dari 30 siswa yang mampu menjawab pertanyaan hanya sekitar 17 orang atau 57%

dan sisanya adalah 13 orang atau 43% yang masih belum tepat menjawab soal

kemudian pada aspek kognitif seperti bekerja sama dalam kelompok tanggung jawab,

sopan santun dalam berbicara, dan menghargai pendapat orang lain masih terlihat

kurang dalam mengimlementasikan dalam kelas. Kemudian pada aspek psikomotor

terdiri dari kemampuan berinteraksi sesama teman, kemudian berkomunikasi,

kemampuan menghubungkan materi yang di ajarkan kedalam kehidupan nyata dan

ketepatan dalam mengerjakan tugas masih kurang dikarenakan masih banyak siswa

yang tidak aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian siklus I pertemuan I dikaji apa yang menjadi permasalahan

pada observasi awal, kemudian diperbaiki pada siklus I pertemuan I. Setelah

dilakukan perbaikan tindakan pada siklus I pertemuan I dengan menggunakan model

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ketuntasan belajar meningkat

menjadi 16 orang dengan presentasi 53% yang menunujukan kategori sangat baik

(SB) hanya 16%,Baik (B) 37%, Cukup (C) 40%, dan Kurang (K) 2% .Hal ini berarti

menghampiri target yang diharapkan. Karena model pembeajara ini dianggap dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, maka guru menyarankan untuk melanjutkan


tindakan ini pada siklus I Pertemuan II dengan menggunakan model Pembelajaran

Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan.

Pada Siklus I Pertemuan II, dilakukan penyempurnaan atau perbaikan

tindakan dari pada siklus I pertemuan I. Pada pertemuan ini dikaji apa saja yang perlu

diperbaiki. Setelah dilakukan perbaikan pada pertemuan ini pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotor, ketuntasan siswa lebih meningkat lagi menjadi 9 orang

dengan presentasi 83% yang menunujukan kategori (SB) 23%, Baik (B) 60%, Cukup

(C) 17% dengan demikian hampir seluruh siswa mengalami ketuntasan dalam belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi peningkatan kegiatan guru, hal ini

dapat dilihat pengamatan guru mengajar pada siklus I pertemuan I dimana

menunjukan kategori sangat baik (SB) hanya 16%, Baik (B) 37%,Cukup (C)

40%.Kurang (K). Kemudian pada pertemuan II dapat dilihat dari hasil pengamatan

guru menunjukan pada kategori Sangat Baik (SB) 23%,Baik (B) 60%,Cukup (C)

17,Kurang (K) 0%. Dari hasil pengamatan KBM tersebut sudah terlihat ada

peningkatan pada pertemuan II.

Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian pada pelajaran

PPKn dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif

dan Menyenangkan yang dimagsudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa telah

mengalami tindakan atau bisa dikatakan telah memenuhi Kriteria ketuntasan minimal

dinyatakan berhasil pada siklus I Pertemuan II.


V.KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Dari hasil kegiartan pembelajaran yang telah dilakukan selama dilakukan selama dua

kali pertemuan, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Aktif Kreatif

Efektif dan Menyenangkan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila Dan

Kewarganegaraan dengan materi Mendeskpripsikan Lembaga-Lembaga Pelaksana

Kedaulatan Rakyat dan Membandingkan sistem pemerintahan presidensial dengan

sistem parlementer kelas VIII7 SMP Negeri 8 Gorontalo, yang dilakukan berdasarkan

tahapan perencanaan pembelajaran (RPP), yang dalam hal ini tahapan-tahapan

tersebut termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Adalah kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup.

Pelaksana model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila

Dan Kewarganegaran di kelas VIII7 SMP Negeri 8 Gorontalo sebagaimana yang telah

peneliti lakukan adalah sesuai dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi.

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn dengan melalui

model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan di kelas VIII7 SMP

Negeri 8 Gorontalo telah menunjukan adanya perkembangan hasil belajar siswa


dengan perolehan persentase aktivitas belajar siswa pada pertemuan I yaitu 53%

dengan kategori sangat baik (SB) dan Baik (B) dan pertemuan II sekitar 83% dengan

kategori sangat baik (SB) dan Baik (B).

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis memberikan berapa saran yang

berhubungan dengan penerapan model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan Dalam Pembelajaran PPKn.

1) Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan model Aktif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan tidak sedikit, maka sebaiknya kegiatan pembukaan pelajaran

dikurangi atau menciutkan materi untuk materi yang sama.

2) Keributan disaat proses pembelajaran, maka sebaiknya guru harus selalu

mengawasi siswanya dengan cara berjalan dan mendekati setiap kelompok

yang sedang bekerja dalam kelompoknya masing-masing.

3) Hendaknya guru meperhatikan karakter masing-masing siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung,menguasai materi dan bahan ajar.

4) Menjadi sorang guru bukan hanya mendidik namun bagaimana menjadi

seorang guru.

5) Guru harus mampu mengaplikasikan model pembelajaran yang digunakan

didalam proses belajar mengajar, agar supaya siswa tidak bosan dan metode

pelajaran tidak terkesan menonton.


6)

DAFTAR PUSTAKA

Adarani.Isfar.2014.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Generatif Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan DI Kelas VIIIB SMP Negeri 3 Paguyaman.UNG
Ali.Yolanda.2016.Meningkatkan Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dengan menggunakan mode
l Word Square di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negari 04
Satap Dulupi.UNG
Baharuddin Dkk,2015.Teori Belajar Dan Pembelajaran.Yogyakarta.Ar-Ruzz Media

Bedjo.Dkk,2009.Pendidikan Kewarganegaraan (Civit Education) Laboratorium


Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Unlam.Banjarmasin
Dwiyatmi,Harini,Sri,Dkk.2012.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta.Pustaka
Belajar
Ertikanto,Chandra,2016.Teori Belajar Dan Pembelajaran.Yogyakarta.media
akademi

Erwin,Dkk.2011.Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Edisi


Revisi).Refika Aditama.Bandung
Huda,Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran.Yogyakarta.
Pustaka pelajar

Ma’ruf.Findi.Kristi.,2015. Meningkatkan hasil belajar melalui metode resitasi


pada mata plajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas x
sekolah menengah kejuruan negeri 3 gorontalo.UNG
Rahmat,Abdul.2015. Belajar dan pembelajaran.gorontalo.ideas.Publising

Rusman.2016.ModeSl-model pembelajaran.Jakarta.Rajawali Pers


Subur, 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah. Yogyakarta. Kalimedia

Suprihatiningrum.Jamil, 2016. Strategi pembelajaran. Yogyakarta, Ar-ruzz media

Tanaiyo,Firawati,2015.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui gabungan


Model Pembelajaran Example Non Example dengan model Complete
Sentence Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Di Kelas VIIB SMP Negeri 3 Gorontalo.UNG
Thobroni, M.2015.Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta.Ar-Ruzz Media

Winarto.2013.Pembelajaran Pendidkan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan


Penilaian. Jakarta. PT Bumi Aksara
Sumber Internet :

Ekalia,Ratna.2013. Pengaruh Penggunaan Model Pakem terhadap penguasa


materi aggota tubuh pada mata pelajaran ipa pada anak autis.UNESA
Belajaryuk89.blogspot.com/2010/12/pembelajaran-pakem.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai