Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Disusun Oleh:
Dan harapan kami semua makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebuh baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 5
1.2 Rumusan dan Masalah .................................................................................................................. 6
1.3 Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................................................ 7
2.1 Definisi Asma ............................................................................................................................... 7
2.2 Anatomi dan Fisiologis Respirasi ................................................................................................. 8
2.2.1 Pengertian pernafasan. .......................................................................................................... 8
2.2.2 Fungsi pernafasan ................................................................................................................. 8
2.2.3 Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan yaitu: ....................... 8
2.2.4 Saluran pernafasan ................................................................................................................ 9
2.3 Etiologi........................................................................................................................................ 14
2.4 Patofisiologis............................................................................................................................... 15
2.5 Patoflodiagram ............................................................................................................................ 17
2.6 Penatalaksanaan Medik ............................................................................................................... 18
2.7 Tanda dan Gejala ........................................................................................................................ 20
2.8 Pencegahan ................................................................................................................................. 21
2.8.1 Menjaga lingkungan dari potensi alergi .............................................................................. 21
2.9 Penatalaksanaan Keperawatan .................................................................................................... 22
BAB III ....................................................................................................................................................... 23
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................................... 23
3.1 Pengkajian ................................................................................................................................... 23
3.2 Data dasar pengkajian klien ........................................................................................................ 23
3.3 Diagnosa keperawatan ................................................................................................................ 24
3.4 Intervensi keperawatan ............................................................................................................... 24
3.5 Evaluasi ....................................................................................................................................... 28
BAB IV ....................................................................................................................................................... 28
PENUTUP .................................................................................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 29
4.2 Saran ................................................................................................................................................. 29
Daftar pustaka ................................................................................................................................... 29
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang sering di jumpai pada anak-anak yaitu penyakit
asma, kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia baik Negara maju
maupun Negara berkembang. Termasuk Indonesia, peningkatan ini di duga
berhubungan dengan meningkatnya industry sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
Walau berdasarkan pengalaman klinis dan dan berbagai penelitian asma
merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak tetapi gambaran klinis
asma pada anak bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya
serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala
tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga mengakibatkan pengobatan tidak
adekuat.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu
dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena
pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya
pengobatan simpomatik pada waktu serangan mungkin bisa di atasi oleh penderita
atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksi yang memerlukan waktu lebih
lama, sering menjadi problem tersendiri.
Penyakit Asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan
diperkirakan 4-5% populasi penduduk di amerika serikat terjangkit oleh penyakit
ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia
dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus
lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terjadi predisposisi
laki-laki : perempuan = 2:1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia,
hal itu terambil dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
berbagai provinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukan asma menduduki urutan
ke 5 dari 10 penyebab kesakitan dan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di
Indonesia atau sebesar 5.6%. tahun 1995, pravelensi asma di Indonesia sekitar 12
per 1.000 pendudukan, dibandingkan bronchitis kronik 11 per 1000 penduduk dan
obstruksi paru 2 per 1000 penduduk.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di
Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus
asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit
ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup,
produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007).
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Asma
Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan sulit
bernafas. Terjadi pada Saluran. Terjadi pada saat saluran pernafasan memberikan
respon yang berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau
gangguan.Asma adalah penyakit inflamsi (radang) kronis saluran nafas
menyebabkan peningktan hiperinponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodic berulang berupa mengi ( nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas dan dada
terasa berat.
Saluran pernafasan dari tas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : rongga
hidung, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-par (bronkiolus,
alveolus)
b) Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Bila terjadi redang disebut pharyngitis. Faring terbagi menjadi 3
bagian yaitu :
1. Nasofaring
Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka
kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana), yaitu:
Dua tuba eustachius (audiotorik) yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.
Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan
udara pada kedua sisi kendang telinga.
Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan
jaringan limfatik yang terletak didekat naris
internal. Pembesaran pada adenoid dapat
menghambat aliran darah.
2. Orofaring
Dipisahkan dari nasoparing oleh palatum lunak muscular, suatu
perpanjangan palatum keras tulang.
Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil
yang menjulur kebawah dari bagian tengah tepi bawah palatum
lunak.
Amandel palatinum terletak pada kedua sisi ororfaring
posterior.
3. Laringofaring
Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan
gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.
c) Laring
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan
nafas terhadap masuknya maknanan dan cairan. Laring dapat tersumbat,
antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya
difetri) dan tumor.
Di bagian laring terdapat beberapa organ yaitu :
Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup
larynx sewaktu orang menelan. Bila waktu makan kita
berbicara (epiglotis terbuka), makanan bisa masuk ke larynx
sehingga kita menjadi tersedak. Pada saat bernafas epiglotis
terbuka tapi pada saat menelan epiglotis menutup laring. Jika
masuk kedalam laring maka akan batuk dan dibantu bulu-bulu
getar silia untuk menyaring debu, kotoran-kotoran.
Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak
dapat disaring, dilembabkan atau dihangatkan yang
menimbulkan gangguan tubuh dan sel-sel bersilia akan rusak
adanya gas beracun dan dehidrasi.
Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan
dikendurkan, sehingga sela-sela antara pita-pita tersebut
berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Selama
pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat
keluar masuk.
Gambar : laring
d) Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20
cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium
bersilia dan sel cangkir.
e) Percabangan bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier
dengan diameter semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah
percababgan bronchial yang selanjutnya berurutan adalah bronki,
bronkiolus, terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan
alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan
sampai memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
Gambar : paru-paru
f) Paru-paru (bronkiolus, alveolus)
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam sususnan
tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu
struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru
menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru
berbentuk seperti spons dan bersisi idara dengan pembagian ruang sebagi
berikut:
Paru kanan memiliki 3 lobus’
Paru kiri memiliki 2 lobus.
2.4 Patofisiologis
Bronkhopasme
Edema mukosa
Penghambat
Sekresi
kartikosteroid
meningkat
Inflamsi
2.5 Patoflodiagram
PathwayAsma
Gejala dan tanda penyakit asma sangat beragam dari satu pasien ke
pasien lain, dan sangat individual dari waktu ke waktu. Asma dicirikan
dengan adanya wheezing episodik, kesulitan bernapas, dada sesak, dan batuk.
Frekuensi gejala asma sangat bervariasi. Beberapa pasien mungkin hanya
mengalami batuk kering kronis dan yang lain mengalami batuk yang
produktif. Beberapa pasien memiliki batuk yang tidak sering, serangan asma
mendadak dan lainnya dapat menderita gejala itu hampir secara terus-
menerus. Frekuensi gejala asma mungkin semakin buruk di malam hari;
variasi sirkadian pada tonus bronkodilator dan reaktivitas bronkus mencapai
titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan gejala-gejala dari
bronkokontriksi (Tierney dkk, 2002).
2.8 Pencegahan
2.8.4 Berolahraga
Langkah ini merupakan tips terbaik untuk menjaga tubuh
dan pikiran yang sehat. Jadi, jika kita rentan terhadap aktivitas
olahraga, segeralah berkonsultasi dengan dokter, untuk
mengetahui cara mengelola gejala asma. Jika kita kambuh selama
permainan atau olahraga, hentikan apa yang kita lakukan sampai
benar-benartenang.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia jenis kelamin, ras dll
b. Informasi dan diaqnosa medis yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
e. Riawayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk lesu tidak bergairah pucat tidak
ada nafsu makan sakit pada dada dan pada jalan nafas
Sesak setelah melakukan aktivitas/ menghadapi suatu krisis emotional
Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
Batuk dan susah tidur karena nyeri dada
f. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga + asma
Riwayat keluarga + menderita penyakit alergi seperti rintis alergi sinusitis
dermatitis, dan lain lain
Tanda :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai dengan tingkat
kemampuan atau situasi klien
Rencana Tindakan Keperawatan
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernafasan pernafasan dan kronisnya proses penyakit
Tinggikan kepala tempat Pengiriman oksigen dapat dipebaiki
tidur, bantu pasien untuk dengan posisi duduk tinggi dan latihan
memilih posisi yang nafas untuk menurunkan kolaps jalan
mudah untuk bernafas nafas, dyspnea dan kerja nafas
Penurunan getaran fibrasi diduga ada
Palpasi Premitus pengumpulan cairan atau udara terjebak
Gelisa dan ansietas adlah manifestasi
Awasi tingkat kesadaran umum pada hipoksia
atau status mental
Kolaborasi
Awasi atau Gambarkan Pa CO2 biasanya meningkat ( bronchitis,
seri GDA dan nadi emfisema) dan Pa O2 secara umum
oksimetri menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan
derajat lebih kecil atau lebih besar
c. Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dyspnea, kelemahan, produksi sputum, anoreksia, mual
atau muntah.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Penurunan berat badan, kehilangan masa otot, tonus otot buruk,
kelemhan mengeluh gangguan sensasi pengecap, keengganan
untuk makan, kurang tertarik pada makanan.
Tujuan :
Setelah dilakuakan tindakan diharapkan kebutuhan nutidi klien
terpenuhi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat yang tepat.
Rencana Tindakan Keperawatan :
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan Pasien distress pernafasaan akut
makanan saat ini sering anoreksi karena dipsneaa,
produksi sputum dan obat
Dorong periode istirahat Membantu menurunkan kelemahan
semalam 1 jam sebelum dan selama waktu makan dan
sesudah makan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan msukan kalori total
Hindari maknan penghasil Dapat menghasilkan distensi
gas dan minuman karbonat abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerakan diagfragma dan
dapat meningkatkan dipsnea
Timbang berat badab sesuai Berguna untuk menentukan
indikasi kebutuhan kalori, menyusun tujuan
berat badan dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
Kolaborasi
Konsul ahli gizi atau nutisi Metode makan dan kebutuhan kalori
pendukung tim untuk di dasarkan pada situasi atau
memberikan makanan yang kebutuhan individu untuk
mudah dicerna, secara nutrisi memberikan nutrisi maksimal dengan
seimbang upaya minimal pasien
3.5 Evaluasi
Keberhasilan penatalaksanan keperawatan tercermin pada pencapaian
hasil yang di harapkan dan tujuan klien. Bandingakan perilaku klien dengan hasil
yang diharapkan dan tujuan klien yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketidakberhasilan pada pencapaian hasil dan tujuan klien mengindikasikan
diprlukannya modifikasi pendekatan yang digunakan dengan melakukan
pengkajian kembali kondisi klien, merevisi diagnosa keperawatan, dan
menyesuaikan tindakan keperawatan yang dipilih.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan sulit
bernafas. Terjadi pada Saluran. Terjadi pada saat saluran pernafasan memberikan
respon yang berlebihan dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau
gangguan.Asma adalah penyakit inflamsi (radang) kronis saluran nafas
menyebabkan peningktan hiperinponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodic berulang berupa mengi ( nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas dan dada
terasa berat.
4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu
kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pada pembaca, sehingga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
Daftar pustaka
Imam dan wahid, 2013.Keperawatan medical bedah asuhan keperawatan pada
gangguan sistem respirasi.jakarta:TIM.
Andra dan mariza, 2013.KMB keperawatan medical bedah.yogyakarta:nuha
medika.
Priscilla dan Karen, bauldoff. 2014. Buku ajar keperawatan medical
bedah.jakarta:EGC.