Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG

Perbaikan transparansi dan akuntabilitas fiskal merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan
perombakan sistem sosial yang kita lakukan selama era reformasi sejak krisis ekonomi tahun
1997-1998. Di sektor ekonomi, kita ingin beralih dari sistem perencanaan terpusat kepada sistem
yang lebih banyak menggunakan mekanisme pasar. Dalam bidang politik, reformasi itu ingin
menggantikan sistem politik otoriter masa lalu dengan sistem demokrasi. Dalam sistem
pemerintahan, kita ingin merombak sistem pemerintahan sentralistis masa lalu diganti dengan
memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah. Perencanaan terpusat pada masa Orde
Baru telah menciptakan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Privatisasi dan deregulasi masa itu juga
digunakan untuk memindahkan hak milik negara kepada kroni penguasa politik. Akibatnya,
produktivitas dan efisiensi perekonomian nasional kita menjadi semakin menurun dan berakhir
pada krisis tahun 1997-1998. Sistem politik yang demokratris sekarang ini memberikan jaminan
kebebasan berserikat dan bersuara termasuk mendirikan partai politik. Dewasa ini, TNI dan Polri
tidak lagi memiliki wakil di DPR dan menduduki jabatan sipil. Presiden dan wakil presiden serta
kepala daerah kini dipilih langsung oleh rakyat berdasarkan platform atau janji politiknya dan
tidak lagi dipilih oleh MPR atau DPRD. Di masa lalu, MPR sekaligus menyusun GBHN. Pada
gilirannya, sistem ekonomi pasar hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien jika ada
perlindungan hak milik individu serta transformasi informasi pasar yang simetris. Yang terakhir
ini termasuk transparansi dan akuntabilitas keuangan negara. Sistem politik yang demokratis dan
sistem pemerintahan yang didasarkan pada otonomi daerah juga menuntut adanya transparansi
serta akuntabilitas keuangan negara. Tanpa itu, rakyat tidak akan mau membayar pajak dan
investor tidak mau membeli Surat Utang Negara (SUN) kecuali dengan tingkat suku bunga yang
sangat tinggi. Konflik antar daerah dapat dipicu oleh perasaan curiga karena tidak transparan
dan tidak akuntabelnya keuangan negara. UUD 1945 dan ketiga UU tentang Keuangan Negara
Tahun 2003-20042 serta UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK menugaskan BPK sebagai satu-
satunya auditor untuk memeriksa laporan keuangan ketiga lapis pemerintahan di Indonesia:
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai