2012
Daftar Isi
Panduan Menggunakan Modul .............................................................................................................................. 4
Kerangka Materi Pelatihan ..................................................................................................................................... 6
01. Pembukaan dan Penjelasan Tujuan Pelatihan ................................................................................................ 10
02. Situasi HIV dan AIDS Pada Penasun dan Harm Reduction di Indonesia ......................................................... 12
Kelengkapan Sesi_02: Situasi HIV/AIDS pada Penasun dan HR di Indonesia ............................................ 17
03. Harm Reduction dan Outreach ....................................................................................................................... 18
Kelengkapan Sesi 03_HR dan Outreach ............................................................................................... 22
04. Membuka Lapangan Baru dan Kontak Awal ................................................................................................... 24
Kelengkapan Sesi_04: Membuka Daerah Baru ..................................................................................... 28
05. Membangun Komunikasi Lapangan................................................................................................................ 31
Agar para pelatih dapat menggunakan materi yang disediakan di dalam modul ini secara efektif,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pelatih perlu membaca secara lengkap modul ini dan berbagai bahan pendukung pelatihan.
Modul ini terdiri dari 4 bagian:
a. Prosedur melaksanakan sesi.
b. Panduan untuk melakukan bermain peran, diskusi, dan curah pendapat pada setiap
modul.
c. Bahan Presentasi untuk sesi-sesi tertentu yang memerlukan penjelasan lebih dalam dari
fasilitator.
d. Bahan Bacaan yang diharapkan bisa memberikan informasi lebih jauh tentang topik-
topik yang dibicarakan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini adalah 35 jam yang terdiri dari aktivitas
kelas selama 31.5 jam yang berupa pemberian materi, diskusi, bermain peran dan kajian kasus
dan aktivitas di luar kelas selama 3.5 jam yang berupa rekreatif. Jadwal kegiatan dan kisi-kisi
materi pelatihan disediakan untuk mengetahui gambaran besar dari isi modul.
3. Struktur setiap sesi di dalam modul ini memiliki format yang standar yang sama yaitu berupa
pengantar sesi, penyampaian materi/diskusi/latihan, ice breaking, dan kesimpulan sesi yang
berupa penegasan beberapa pesan kunci pada sesi yang bersangkutan.
4. Karena tujuan utama dari pelatihan adalah peningkatan ketrampilan dalam kegiatan outreach,
maka setiap hari akan diadakan latihan/praktek dari salah satu materi yang didiberikan dalam
hari itu. Diharapkan dengan adanya sesi praktek ini, semua peserta memiliki kesempatan untuk
mencoba ketrampilan yang diperkenalkan pada hari itu. Sesi-sesi praktek/latihan diberikan
setiap malam.
Hari 2
Outbond/Team - Peserta dapat membentuk Disesuaikan dengan tempat (apakah perlu Disesuaikan dengan
Building team, menentukan tujuan dikelola sendiri atau mau dikontrakkan?) Aktivitasnya
team dan bekerjasama
dalam team
Hari 5
19 HAM & HR - Peserta memahami nilai - Pengantar - Slide Presentasi
dasar intervensi HR - Intervensi berbasis Hak Asasi Manusia - Flip Chart
- Peserta mampu - Diskusi: Situasi kekerasan dan diskriminasi
mengidentifikasi kebijakan terhadap penasun di wiayah jangkauan
yang berpotensi melanggar - Pesan Kunci
HAM pada penasun
Tujuan:
Peserta mengetahui tujuan pelatihan, alur dan rencana tindak lanjut dari pelatihan.
Pengantar
Program penanggulangan HIV/AIDS pada penasun khususnya melalui penjangkauan di Indonesia
dilakukan sejak tahun 1999. Saat ini puluhan lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil
melakukan kegiatan penjangkauan kepada penasun dan pasangan seksualnya di berbagai propinsi di
Indonesia.
Tahun 2009 WHO, UNAIDS dan UNODC merekomendasikan s paket intervensi komprehensif bagi
penasun untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil dampaknya. Pelaksanaan paket
intervensi komprehensif bertujuan untuk merealisasikan akses universal berbagai layanan kesehatan
penting bagi penasun untuk mencegah penularan HIV, merawat dan mengobati berbagai penyakit yang
diakibatkan oleh HIV/AIDS.
Prinsip utama yang menjadi dasar dalam implementasi paket komprehensif ini adalah keterpaduan
diantara intervensi-intervensi yang dikembangkan. Oleh karena itu, keterkaitan dan koordinasi antar
berbagai intervensi menjadi faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi program penanggulangan
HIV/AIDS di kelompok penasun. Lembaga yang melaksanakan sebuah intervensi tertentu perlu
memastikan keterpaduannya dengan intervensi yang dilaksanakan oleh lembaga lain. Pengembangan
sistem rujukan yang kuat menjadi tuntutan mendasar untuk menerapkan prinsip keterpaduan ini.
Outreach dijadikan platform dari berbagai komponen intervensi komprehensif. Outreach sangat efektif
untuk mengakses kelompok-kelompok penasun yang tersembunyi dan juga media yang sangat efektif
untuk menjalankan LJASS, promosi kondom, pemberian informasi kepada penasun serta merujuk
penasun ke layanan TRM atau perawatan HIV. Dalam kaitannya dengan paket komprehensif, kegiatan
penjangkauan ini merupakan komponen yang mendasar bagi setiap program pencegahan dan
perawatan HIV. Dengan kata lain, tanpa outreach paket intervensi komprehensif tidak bisa berjalan
optimal.
Pentingnya kegiatan oureach ini harus didukung oleh sumber daya manusia yang mumpuni, yakni
petugas outreach (PO) yang qualified dan handal. PO dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai
pengetahuan yang mumpuni tentang konsep intervensi terpadu Harm Reduction, posisi outreach dalam
program intervensi dan pengetahuan strategis lainnya. Lebih lanjut, PO harus trampil untuk membuka
akses, melakukan komunikasi dan edukasi kepada penasun, menawarkan berbagai upaya pengurangan
resiko, memberikan dukungan pada para penasun untuk mepertahankan perubahan perilaku lebih baik,
lebih aman dengan mengembangkan rujukan layanan khusunya yang terkait adiksi atau perawatan
HIV/AIDS. Dalam kegiatan oureach, PO juga mendorong agar penasun dan pasangannya agar terlibat
dalam upaya advokasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka para PO perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan terkait tugas dan tanggung jawab mereka. Pelatihan ini rancang secara khusus untuk
membekali pengetahuan dan keterampilan para PO dalam pelaksanaan outreach.
1. Memberikan pemahaman pada para peserta tentang intervensi komprehensif HR dan posisi
outreach dalam intervensi.
2. Memberikan keterampilan pada para Petugas Outreach (PO) untuk; membuka akses dan
memperluas jangkauan, melakukan komunikasi dan konseling pengurangan resiko, untuk
merujuk para dampingan ke pelayangan kesehatan.
3. Memberikan informasi setrategis terkait perkembangan Napza, HIV/AIDS, HAM, dan
Kebijakan terkait NAPZA dan HIV/AIDS
Waktu : 30 menit
Prosedur :
Tujuan Pelatihan:
Metode
Kasus AIDS pertama kali di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987 di Bali. Pada tahun 1993
terjadi peledakan pertama di Indonesia yaitu dengan penambahan kasus baru selama tahun 1993
melebihi angka seratus. Bila dilihat pada pertambahan kasus baru setiap tahun, sejak pertama kali
Indonesia melaporkan kasus HIV/AIDS maka terjadi peningkatan yang sangat cepat dan tajam.
Pola penularan HIV/AIDS di Indonesia didominasi oleh hubungan heteroseksual. Pada tahun
2000, di Indonesia terjadi perubahan yang sangat menyolok penularan HIV/AIDS, yaitu melalui
pengguna Napza suntik yang menggunakan jarum suntik tidak seteril secara bergantian. Pada kurun
waktu 10 tahun mulai 1995 – 2005 proporsi penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril
meningkat lebih dari 50 kali lipat, dari 0,65 % pada tahun 1995 menjadi 35,87 % pada tahun 2004
(Depkes, 2006).
Penularan HIV dikalangan pengguna Napza suntik (Penasun) terjadi melalui beberapa cara
penggunaan alat suntik tidak steril secara bergantian, melalui perilaku risiko tinggi (sek vaginal atau anal
tanpa kondom), penularan ibu ke anak (mother-to-child transmission = MTCT).
Pemerintah telah merespon permasalahan penggunaan Napza dan HIV/AIDS mulai dari respon
kebijakan, pengembangan program intervensi, pelibatan masyarakat dan stakeholders. Program
Intervensi dengan pendekatan Harm Reduction sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1999. Yayasan
Hati-Hati Bali telah memulai kegiatan penjangkauan dan pendampingan pada Penasun untuk mencegah
penularan HIV. Lokakarya Nasional Pertama pada tahun 1999 yang membahas mengenai kaitan antara
penggunaan Napza dengan cara suntik dan HIV/AIDS di Puncak, Bogor adalah respon awal terhadap isu
HIV/AIDS dan Penasun. Pada tahun 2003 Departemen Kesehatan RI memasukan pengurangan dampak
buruk Napza menjadi salah satu pendekatan yang harus dalam penanggulangan HIV/AIDS pada
Penasun. Komitmen Sentani pada tahun 2004 merupakan respon politis pertama untuk penerapan
pengurangan dampak buruk Napza.
Respon kebijakan berupa; Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006. Kepmenkes RI
No.567/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) telah diterbitkan. Uji Coba PTRM di Indonesia ditetapkan dengan
SK Menkes Nomor 494/MENKES/SK/VII/2006 tentang Penetapan RS dan Satelit Uji Coba PTRM serta
Pedoman PTRM. Didukung dengan SK Menkokesra selaku Ketua KPAN Nomor
02/PER/MENKO/KESRA/I/2007: Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Melalui Pengurangan
Dampak Buruk Penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik. Undang-Undang No 35 tahun
2009 tentang Narkotika, Surat edaran Mahkama Agung No 7 tahun 2009 tentang menempatkan
pemakai narkoba ke dalam panti terapi dan rehabilitasi, dan PP no 25 tahun 2011 tentang wajib lapor
pecandu Narkotika.
Tujuan
Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan;
Waktu : 40 menit
Metode : Brainstorming
Ceramah dan Tanya jawab
Prosedur
Pengantar I : 5 Menit
Tujuan :
1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini
2. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini
Waktu : 5 menit
Perlengkapan :-
Prosedur :
Waktu : 10 Menit
Prosedur :
• Fasilitator memaparkan situasi HIV/ AIDS, Intervensi Harm Reduction di Indonesia (Slide
Paparan 02_Situasi HIV/AIDS)
Bagian III
Sharing Situasi HIV/AIDS, HR dan Kasus LAJSS
Tujuan
1. Peserta dapat memberikan informasi tentang situasi HIV/AIDS, HR, dan kasus LJSS di
wilayah masing-masing
2. Peserta menunjukan data kasus HIV/AIDS, HR dan Kasus LJSS di lembaga dan wilayah
masing-masing
3. Peserta dapat saling menanggapi dan memberikan feed back terhadap info dari peserta
lain.
Waktu : 20 menit
Prosedur :
1. Fasilitator meminta para peserta menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS, HR dan kasus
LJSS di lembaga dan wilayah kerja masing-masing.
2. Fasilitator memastikan bahwa masing-masing lembaga dan wilayah telah ada perwakilan
yang menyampaikan situasi terkini tentang HIV/AIDS, HR dan kasus LJSS.
3. Peserta memberikan tanggapan dan feed back terhadap informasi yang telah disampaikan
oleh peserta lain.
Tujuan :
Waktu : 5 menit
Prosedur :
1. Fasilitator menyampaikan pada para peserta bahwa sebagai PO, peserta harus selalu
mengetahui inforamsi terkini tentang HIV/AIDS dan HR, di daerahnya dan di level Nasional.
2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya.
• Pertanyaan ini bersifat terbuka dan bisa ditambah jika menurut Fasilitator perlu.
• Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengetahui Program HR apa yang dilaksanakan oleh lembaga,
apa yang berjalan dengan baik, apa yang tidak dilaksanakan? Bagaimana dukungan semua pihak?
Adakah pihak yang kontra. Apa rencana PO yang perlu diperbaiki dalam pelaksanaan Program.
Panduan Pertanyaan:
1. Bagaimana perilaku penggunaan napza dan penggunaan jarum suntik pada penasun di wilayah
anda bekerja?
2. Seberapa tahu anda tentang perilaku seks dari penasun di wilayah anda bekerja?
3. Layanan HR apa saja yang ada di wilayah anda? Seberapa jauh dimanfaatkan oleh penasun di
situ?
4. Selain lembaga anda, apakah ada lembaga lain yang bekerja di bidang HR?
5. Bagaimana respon Penasun dan stakeholder terhadap program HR di wilayah jangkauan anda?
Pengantar
WHO, UNAIDS dan UNODC pada tahun 2009 secara bersama-sama merekomendasikan suatu
paket intervensi komprehensif harm reduction untuk mengurangi perilaku berisiko dan memperkecil
dampaknya. Selain itu dengan dilaksanakannya paket intervensi komprehensif tersebut diharapkan bisa
lebih merealisasikan akses universal terhadap berbagai layanan kesehatan yang penting bagi penasun
untuk mencegah penularan HIV dan merawat serta mengobati berbagai penyakit yang diakibatkan oleh
AIDS. Landasan dasar dari model intervensi ini adalah outreach(penjangkauan dan pendampingan)
dalam semua aktivitas dan layanan yang dikembangkan. Prinsip Intervensi komprehensif adalah
pragmatis jangka pendek, efektif, menggunakan berbagai strategi, serta melibatkan pecandu dan
mantan pecandu dalam berbagai kegiatan. Model ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan para
penasun dan pasangan seksualnya.
Outreach sebagai landasan intervensi adalah strategi efektif untuk menemukenali, melibatkan,
dan memungkinkan Penasun mengurangi risiko tertular HIV. Beberapa studi menunjukkan bahwa
outreach efektif dan berperan penting dalam program pencegahan HIV komprehensif dikalangan
Penasun dan pasangan seksual mereka. Secara sederhana posisi outreach dalam kegiatan intervensi
dapat digambarkan sebagai berikut;
Outreach merupakan kegiatan penjangkauan yang berbasis masyarakat dengan tujuan utama
adalah mendorong upaya untuk meningkatkan kesehatan dan pengurangan resiko terhadap penularan
HIV bagi individu maupun kelompok yang sulit dilayani secara efektif oleh penyedia layanan kesehatan
masyarakat pada umumnya. Tujuan utama PO melakukan outreach adalah untuk:
Walaupun tujuan ini disusun secara kronologis, namun penting untuk dipahami bahwa pada saat
Pekerja Outreach (PO) bekerja di masyarakat, proses untuk menjalankan model ini dapat menjadi lebih
luwes sesuai kebutuhan masyarakat dan perseorangan pada waktu itu. Misalnya, tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang penyebaran HIV merupakan kegiatan yang berkesinambungan
selama pelaksanaan program.
Tujuan:
Prosedur:
Perlengkapan
Metod
Bagian I :
Pembukaan (5’)
• Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dalam sesi ini.
Bagian II:
Diskusi Outreach dan Intervensi Komprehensif HR
Tujuan:
Waktu : 45 menit
Perlengkapan : Kertas Flip Chart, meta plan dan spidol warna warni, kertas plano
Prosedur :
Prosedur :
Fasilitator meminta salah seorang peserta memperagakan gaya dia pergi ke
Lapangan untuk melakukan penjangkauan dan para peserta yang lain menirukan.
Bagian IV:
Harm Reduction dan Outreach
Tujuan :
Waktu : 30 menit
Prosedur :
Bagian V.
Pesan kunci dan penutup
Tujuan :
Prosedur
• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran outreach dalam
intervensi
• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan proses outreach
• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan peran PO
• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya.
Kelompok 1.
Pengalaman Outreach Tantangan dan Hambatan
Kelompok 2.
Peserta mendiskusikan Program Intervensi HR di Wilayah mereka, hal yang akan dibahas
adalah:
Kelompok 3.
Peserta untuk mendiskusikan Peran PO dalam Outreach. Hal yang akan didiskusikan adalah;
Tujuan :
1. Memahami langkah praktis membuka wilayah baru dan melakukan kontak awal
2. Memahami jaringan sosial penasun
3. Dapat membuat peta jaringan sosial penasun
Posedur
Perlengkapan
• Plano
• Spidol warna warni dan ketas meta plan warna warni
Bagian I.
Pembukaan
Tujuan:
• Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dari membuka lapangan
baru dan membuat kotak awal, membuat peta sosial penasun dan memanfaatkannya untuk
membuka wilayah baru
• Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
Bagian II :
Diskusi (sharing ) Pengalaman
Membuka Wilayah Baru dan Pemetaan Sosial
(Do and Do NOT)
Tujuan :
1. Peserta dapat saling belajar dari pengalaman Peserta lain dalam membuka wilayah baru dan
melakukan kontak awal.
2. Peserta dapat mengambil pelajaran baik (Do the best Pratices) dan pelajaran buruk (Do NOT)
dari praktik membuka akses baru .
Waktu : 25 menit
Prosedur
Prosedur: Fasilitator menawarkan pada peserta yang mau memimpin kegiatan Ice Breaking
Bahan : Role play membuka lapangan baru_pemetaan social (Gunakan 04_ Panduan Role Play
membuat peta hubungan sosial penasun).
Prosedur
Bagian IV
Memanfaatkan Jaringan Sosial Penasun untuk memulai kontak
dengan Penasun wilayah baru (25 menit)
Tujuan :
Waktu : 25 menit
Perlengkapan
• Fasilitator menjelaskan tujuan sesi ini adalah untuk memberikan pemahaman pada para peserta
tentang jaringan social penasun dan memanfaatkannya dalam memulai kontak baru.
• Fasilitator memanfatkan peta hasil diskusi untuk memulai kontak awal dengan penasun
• Fasilator meminta dua orang voluntir untuk memerankan kegiatan kontak awal (Gunakan
04_Panduan melakukan kontak awal) atau (gunakan slide presentasi 04_panduan membuka
lapangan baru_ Pemetaan)
• Fasilitator menekankan bahwa kegiatan membuka kontak awal bisa dimulai dengan
mamanfaatkan jaringan sosial penasun, mulailah kontak dengan memperkenalkan diri pada
penasun dan program. Penasun juga bisa diminta referensi teman-teman yang bisa dijangkau
selanjutnya. Peta sosial akan membantu PO dalam membuka wilayah baru dan melakukan
kontak awal.
Waktu : 10 menit
Prosedur
• Fasilitator menekankan kembali Tips membuka Wilayah baru dan membuat kontak awal.
(Gunakan slide 04_pemetaan jika perlu)
• Fasiltator menekankah bahwa petingnya pemetaan social untuk membuka wilayah baru dan
memanfaatkan jaringan social penasun untuk memulai kontak awal.
• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya.
Kenali wilayah kerja anda, Orang berpengaruh diwilayah anda, Stake holder local, dan
karateristik wilyah.
Kenali Penasun dan karateristiknya, Petakanlah hubungan antara penasun satu dengan yang
lainnya. Manfaatkan hasil pemataan ini untuk anda berkerja dilapangan
Datanglah ke tempat penjangkauan kenalkan diri anda dan lengkapi diri dengan ID. Taati
etika kerja jaga kepercayaan KD
Pada sesi ini peserta akan berbagi pengalaman bagaimana membuka Wilayah baru. Pengalama
sukses dan pengalaman tidak sukses dalam membuka wilayah baru.
Fasilitator meminta peserta mengingat pengalaman suksesnya dalam memulai melakukan penjangkauan
di wilayah baru. Fasilitator mencatat poin jawaban peserta di kertas Plano.
Tanyakan:
1. Selama menjadi PO berapa wilayah yang menjadi tanggung jawab penjangkauan anda?
2. Wilayah mana saja? Bagaimana cara anda pertama kali masuk ke wilayah X?
3. Siapa yang anda temui pertama kali di wilayah X?
4. Apakah anda mengidentifikasi jaringan pertemana penasun di wilayah x?
5. Bagaimana cara mengidentifikasinya?
6. Siapa sumber informasi untuk mendapatkan informasi adanya penasun di wilayah X
7. Dari mana anda mendapat informasi penasun di wilayah X pertama kali?
8. Bagaimana anda mengenalkan diri sebagai PO dengan penasun di wilayah X pertama kali?
9. Bagaimana anda menjaga kontak dengan penasun di wilayah X?
10. Apakah anda membuat peta wilayah ?
11. Apakah anda mengidentifikasi layanan yang ada di wilayah X?
12. Apakah anda mengidentifikasi tongkrongan? Ada berapa tongkorongan di wilayah X?
Setiap poin jawaban peserta di tulis di kertas Plano. Pada kertas plano di tulis
Dialog ini diteruskan sampai jaringan petemanan Penasun X dan teman dari teman Penasun X
teridentifiakasi semua. Dan terbentuknya sebua peta jaringan sosial Penasun X
Pada saat Role Play berlangsung semu.a peserta memperhatiakan dan membuat peta sosial di kertas
yang telah dibagikan.
Setelah selesai Fasilitator meminta 3 orang Voluteer tadi duduk di tempat mereka masing-masing.
Fasilitator menjelaskan bagaimana peta jaringan sosial ini dapat digunakan untuk membuaka wilayah
baru atau menjangkau penasun baru.
1. Fasilitator meminta Peserta kembali memperhatikan peta sosial yang sudah dibuat pada sesi
sebelumnya.
2. Fasilitator meminta 2 orang peserta sebagai voluntir maju kedepan.
Pesan Kunci:
Prosedur
Perlengkapan
Metode
1. Role Play
2. Penjelasan Slide dan Tanya jawab
Tujuan :
3. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini
4. Peserta dan Fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini
Waktu : 5 menit
Perlengkapan :
Prosedur :
Waktu : 30 menit
Metode : Role Play (Panduan 05_membangun Komunikasi)
Perlengkapan : Naskah Perkenalan Diri pada penasun dan stake holder
Prosedur :
• Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktik memperkenalkan diri pada Klien baru dan
orang-orang yang berpengaruh pada klien
• Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri ke stakeholder local.
• Fasilitator meminta peserta memperkenalkan diri di depan BEM mahasiswa, organisasi
kepemudaan
• Peserta lain memperhatikan dan member komentar (Luar Biasa, Bagus, atau Lumayan)
• Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk mengenalkan lembaga meneriakan yel-yel
lembaga/tim POnya.
• Peserta menirukan teriakan yel-yel lemaga/Tim PO yang diminta Fasilitor
• Peserta member komentar dan member applause
Bagian V :
Praktik membicarakan Napza, HIV/AIDS dan IMS (30 menit)
Waktu : 30 Menit
Metode : Role Play (gunakan 05_panduan_membangun komunikasi)
Perlengkapan :
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan bahwa pada sesi ini para peserta akan melakukan praktik
menyampaikan informasi tentang Napza, IMS, HIV/AIDS pada Penasun dan tokoh
masyarakat. Peran anda dalam praktik ini akan didapat dalam naska scenario yang akan
dibagikan.
• Fasilitator membagikan naska scenario yang telah disiapkan (Skenario Role Play
O5_Komunikasi di Lapangan )
• Peserta mempelajari dan mempersiapkan diri untuk praktik. (beri waktu 5-10 menit) jika ada
pertanyaan dari peserta fasilitator memberikan penjelasan.
• Fasilitator meminta relawan untuk tampil ke depan kelas mempraktikan scenario yang dia
dapat.
• Peserta lain memberikan memperhatikan dan memberikan apresiasi terhadap peserta yang
sedang memerankan berbicara depan umum
• Peserta lain bisa juga memberikan kritik dan memberikan solusi terhapad kekurangan
peserta yang dikritik.
Bagian V
Membangun Komunikasi Lapangan
(10’)
Tujuan :
Waktu : 10 menit
Prosedur :
Pilihlah salah satu dari dua skenario di bawah ini untuk dipraktekkan:
Setting:
• Anda seorang PO hari ini anda akan menemui sekelompok pecandu di Wilayah jangkauan
anda.
• Kelompok pecandu ini sudah berkumpul di tongkrongan yang berupa rumah kosong yang
sering dijadikan tempat mereka berkumpul. Saat anda datang sudah ada 5 orang; 3 diantara
mereka Penasun, seorang pacar penasun, satu orang preman lokal. Jarak beberapa meter
ada 2 orang tidak dikenal, dan beberapa tukang ojek nongkrong.
Peran anda :
Hari ini anda akan memperkenalkan diri dan program HR yang dilakukan oleh lembaga anda pada
stakeholder lokal. Anda akan mengenalkan diri ke Lurah di wilayah kerja anda.
Setting:
Anda menemui Pak Lurah di kantornya jam 10 pagi. Lurah mempersilahkan anda duduk dan
memberi waktu 10 menit untuk anda menjelaskan maksud kedatangan anda.
Anda sebagai PO akan memperkenalkan diri dan program HR di Lembaga Anda yang dijalankan di
wilayah kelurahan yang menjadi wilayah kerja Pak Lurah yang anda temui. Saat anda
Pilihlah salah satu dari tiga skenario di bawah ini untuk dipraktekkan:
1. Setting tongkrongan.
Anda sebagai seorang PO hari ini akan mendatangi tongkrongan yang sering digunakan para
penasun dan pecandu drug lainnya berkumpul. Tujuan anda adalah menjelaskan informasi tentang
Napza. Perlengkapan anda adalah ID, Brosur Napza dan Bahan Bacaan Napza. Selain itu anda juga punya
daftar alamat layanan tentang lembaga yang dapat memberikan pelayanan Rehabilitasi Napza.
Anda menemui seorang Penasun Dampingan yang berperilaku berisiko. Pada saat pertemuan
sebelumnya anda mengetahui bahwa Dampingan ini adalah seksual aktif dan pernah melakukan
hubungan seks baik dengan pacarnya atau dengan WPS.
Anda akan memberikan informasi tentang IMS pada dampingan dan menawarkannya alat
pencegah (kondom). Dampingan bersikap tertutup dan menolak menerima kondom. Anda diminta
memperagakan pemakaian kondom pada Dampingan anda. Pastikan anda membawa perlengkapan
penjangkauan, termasuk kondom, alat peraga, dan juga bahan bacaan yang mendukung pekerjaan anda.
Anda hari ini menemui Dampingan yang sudah mulai mengeluh tentang rasa sakit saat kencing.
Anda akan membicarakan tentang HIV/AIDS dan mendorong dia untuk VCT. Tugas anda adalah
membicarakan tentang HIV/AIDS dan cara menularnya dan cara mengetahu seseorang terinfeksi (VCT).
Anda juga menawarkan dia untuk VCT dan memberikan informasi rujukan VCT.
Anda bertindak sebagai PO. Anda bisa memilih tema pembicaraan sesuai dengan orang yang anda ajak
bicara:
1. Kondisi tekini penasun diwilayah anda dan wilayah teman baru anda
2. Program HR yang ada di wilayah teman anda dan wilayah anda
3. Informasi dasar HIV atau Narkoba (untuk sasaran umum)
4. Mengenalkan lembaga anda (untuk sasaran umum)
5. Pengenalan program harm reduction (untuk sasaran umum)
6. Menggali informasi situasi penggunaan napza di Yogya (untuk sasaran umum)
• Bagaimana langkah anda mendapatkan teman baru yang anda outreach itu?
• Bagaimana anda memperkenalkan diri?
• Dimana anda bertemu dan berdiskusi, pukul berapa, ada siapa saja yang hadir?
• Apa yang anda dapatkan dan apa respon dari teman anda terhadap tema pembicaran?
Catatlah hal-hal penting dari pertemuan anda dan apa tindak lanjut dari pertemuan ini.
Catatan ini dibuat dalam bentuk laporan PO. Dikumpul ke Panitia besok pagi sebelum sesi pertama.
Pengantar
Kegiatan penjangkauan (outreach) adalah salah satu cara untuk membawa layanan kesehatan
dan layanan lainnya kepada individu atau kelompok orang yang karena status sosialnya tidak bisa
menjangkau atau dijangkau oleh layanan public, termasuk layanan kesehatan. Salah satu kunci
keberhasilan dari kegiatan penjangkauan adalah orang yang melakukan penjangkauan (petugas
penjangkau/outreach worker) mempunyai kedekatan khusus dengan kelompok yang dijangkau (misal:
berasal dari kelompok masyarakat yang sama, mempunyai latar belakang masalah yang sama, dll).
Dengan kesamaan latar belakang maka outreach worker akan lebih mudah diterima oleh kelompok yang
dijangkau. Peningkatan keterampilan dari outreach worker juga menjadi penting dalam mendukung
kegiatan penjangkauan.
Untuk dapat membawa layanan kepada para penasun dan membuat mereka mau menggunakan
layanan, maka dibutuhkan hubungan yang positif antara outreach worker dan penasun. Dalam
hubungan yang positif berarti penasun merasa nyaman saat berkomunikasi (berbicara dan
mendengarkan) dengan outreach worker. Dalam hubungan tersebut outreach worker harus dapat
melakukan komunikasi sesuai dengan kondisi alami penasun, membina hubungan yang baik (rapport),
bersama menyusun komitmen untuk perubahan perilaku, serta memberikan informasi tentang perilaku
berisiko dan strategi untuk mengurangi perilaku tersebut. Outreach worker perlu mempunyai beberapa
keterampilan teknik dasar konseling untuk dapat melakukan berbagai kegiatan tersebut di atas secara
optimal. Dengan demikian, diharapkan bahwa outreach worker akan mampu menjalin komunikasi yang
efektif dengan para jangkauannya dalam mendukung kegiatan penjangkauan.
Tujuan
Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan:
1. Mempunyai pengetahuan tentang beberapa teknik dasar konseling yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi efektif dengan jangkauan.
2. Mampu mempraktekkan beberapa teknik dasar konseling yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan efektif.
Waktu : 90 menit
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Role play dan diskusi
Prosedur
BAGIAN 1
PRESENTASI MATERI DAN TANYA JAWAB
Waktu : 45 menit
Prosedur :
1. Fasilitator membuka diskusi mengenai apa yang biasa dilakukan oleh PO saat menjangkau.
2. Fasilitator mengarahkan diskusi mengenai komunikasi dengan jangkauan, dengan cara
menanyakan kepada peserta, kesulitan apa aja yang sering dialami saat berkomunikasi dengan
jangkauan, kemudian mencatatnya di flipchart fasilitator menggali informasi mengenai
pengetahuan dan pengalaman PO terkait komunikasi dengan jangkauan dan teknik konseling.
3. Fasilitator memberikan pengantar bahwa dalam berkomunikasi dengan jangkauan, diperlukan
beberapa “tips dan trik” agar komunikasi yang terjadi lancar dan terbuka kaitkan dengan
masalah-masalah yang diungkapkan pada diskusi awal (no.2).
4. Fasilitator menampilkan slide presentasi sampai slide 10.
5. Lanjutkan dengan tanya jawab; jelaskan lebih lanjut jika peserta membutuhkan penjelasan.
BAGIAN II
ROLEPLAY DAN LATIHAN
Tujuan :
1. Peserta bisa mempraktekkan beberapa teknik konseling dasar dalam berkomunikasi dengan
efektif
Waktu : 45 menit
Perlengkapan : LCD projector, spidol, flip chart, slide presentasi, kertas berisi tugas untuk kelompok
yang berperan sebagai PO
Prosedur :
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 diminta untuk mencari
pasangan dari kelompok 2. Jika ada “sisa” peserta, mereka diminta untuk berperan sebagai
pengamat.
2. Kelompok 1 diminta untuk berperan sebagai penasun dan diminta untuk mempersiapkan
sebuah cerita untuk diceritakan kepada PO (lihat scenario role play pada panduan sesi_07).
Skenario I
A, laki-laki, 18 tahun, menggunakan heroin suntik, selama 3 bulan, sebelumnya ganja dan alkohol sejak
SMP. Saat ini duduk di kelas 3 SMA dan terancam dikeluarkan dari sekolah karena sering bolos. Orang
tua belum tahu kalau A menggunakan narkoba. A ditemui di tempat tongkrongan, sedang menunggu
teman untuk membeli putaw dan tampak gelisah.
Skenario II
B, perempuan, 23 tahun, ibu rumah tangga, mempunyai 1 orang anak berumur 4 tahun. Suaminya baru
saja meninggal, belum jelas penyebabnya, diduga HIV/AIDS. B dan suami sama-sama pengguna heroin
suntik sejak 3 tahun yang lalu. B ditemui di rumahnya. Seorang teman B memberi tahu petugas lapangan
kalau B sering berkeluh kesah kepadanya karena bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
***
Pengantar
Salah satu tujuan dalam kegiatan penjangkauan adalah membantu penasun untuk mengurangi
perilaku berisiko. PO dan klien bersama-sama melakukan penilaian mengenai perilaku berisiko yang
dilakukan klien, alasan dari perilaku tersebut serta situasi yang memicu munculnya perilaku berisiko.
Dari penilaian tersebut, PO bisa mendorong penasun untuk melakukan perubahan perilaku dengan
tujuan untuk mengurangi dampak buruk dari perilaku berisiko.
Untuk membantu klien melakukan penilaian perilaku berisiko dan memberikan dukungan untuk
secara terus menerus beperilaku yang lebih sehat, PO dapat menggunakan teknik dasar konseling. Sesi
ini akan bertujuan agar peserta dapat memahami konsep risiko, perilaku berisiko dan bisa menerapkan
teknik dasar konseling yang sudah didapat dari sesi sebelumnya untuk membantu klien melakukan
penilaian dan perubahan perilaku berisiko.
Tujuan
Pada akhir sesi ini para peserta pelatihan akan:
3. Mempunyai pengetahuan tentang risiko, situasi risiko (kerentanan), penilaian perilaku berisiko
dan melakukan penilaian risiko.
4. Mampu membantu peserta melakukan:
a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga
b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV
c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis dengan
situasinya
d. Mendukung upaya perubahan perilaku dari penasun yang didampinginya
Metode :
1. Brainstorming
2. Ceramah dan tanya jawab
3. Diskusi kelompok
4. Role play
Prosedur
1. Bagian I : Pengantar dan brainstorming (5 menit)
2. Bagian II : Ceramah (penanyangan slide) dan tanya jawab (20 menit)
3. Bagian III : Diskusi kelompok (30 menit)
4. Bagian IV : Diskusi pleno (45 menit)
5. Bagian V : Role play (15 menit)
6. Bagian VI : Penutup dan pesan kunci (5 menit)
Tujuan:
1. Peserta memahami tujuan sesi ini dan aktifitas yang akan dilakukan selama sesi ini
2. Peserta dan fasilitator saling mengetahui aturan main dalam sesi ini
Waktu: 5 menit
Perlengkapan: -
Prosedur:
1. Fasilitator membuka sesi dengan perkenalkan diri.
2. Fasilitator menyampaikan garis besar sesi, dengan menyebutkan tujuan, waktu dan aktifitas
yang akan dilakukan selama sesi.
3. Fasilitator menggali informasi mengenai pengetahuan dan pengalaman peserta sehubungan
dengan penilaian perilaku berisiko dan tingkat perubahan motivasi pada klien.
Waktu : 20 Menit
Perlengkapan :
1. Slide presentasi
2. LCD
Prosedur :
1. Fasilitator menjelaskan konsep RIsiko, Perilaku Berisiko dan Situasi Risiko.
2. Fasilitator menjelaskan konsep penilaian risiko dan pengurangan risiko.
3. Fasilitator menjelaskan tentang tahapan dan cara melakukan penilaian risiko:
a. Diskusi tentang Pengetahuan HIV dengan penasun yang didampinginga
b. Penilaian terhadap perilaku berisiko tertular HIV
c. Menegosiasikan pilihan penasun terhadap upaya pengurangan risiko yang realistis
dengan situasinya
Tujuan : Peserta memahami konsep yang diberikan dengan mendiskusikan contoh kasus
Waktu : 30 menit
Perlengkapan :
1. Kasus kertas (scenario)
2. Flip chart
3. Spidol
Prosedur :
1. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok; masing-masing kelompok mendapatkan masing-masing
kasus (Kasus Andri, Burhan dan Anna) untuk didiskusikan (lihat bagian 1. Skenario dari
Kelengkapan Sesi_08).
2. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang apa yang akan dilakukan oleh mereka sebagai
PO ketika menghadapi perilaku berisiko dan situasi risiko yang dimiliki oleh subjek kasus
tersebut. Hal-hal apa saja yang penting untuk dipertimbangkan dalam mendorong si subjek
untuk pengurangan risiko?
3. Peserta berdiskusi dalam kelompok selama 30 menit dan menuliskan hasil diskusi pada kertas
flip chart
Tujuan : Peserta memahami kasus yang diberikan dan mempunyai persepsi yang sama tentang
kasus yang berhubungan dengan perilaku berisiko dan motivasi untuk melakukan
perubahan perilaku.
Waktu : 45 menit
Perlengkapan :
1. Spidol
2. Flip chart
Prosedur :
1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kasus.
Tujuan : Peserta memahami penerapan teknik dasar konseling dalam membantu klien melakukan
evaluasi perilaku berisiko, kebutuhan akan pengurangan perilaku berisiko, penilaian tingkat motivasi dan
cara meningkatkan motivasi.
Waktu : 20 menit
Perlengkapan : Skenario, perlengkapan standar outreach (tanda pengenal, alat tulis, materi Komunikasi
Informasi Edukasi/KIE).
Prosedur :
1. Satu kelompok yang ditunjuk diberikan skenario untuk diperankan berdasarkan kasus yang
sudah didiskusikan
2. Kelompok tersebut diberi waktu 5 menit untuk mempersiapkan diri
3. Kelompok memainkan peran berdasarkan skenario dalam waktu 10 menit
4. Peserta yang lain menjadi pengamat
5. Sesudah role play dilakukan, peserta yang lain memberi pendapat kemudian disimpulkan oleh
fasilitator (5 menit).
Waktu : 5 menit
Prosedur :
1. Fasilitator menyampaikan kembali tentang pentingnya keterampilan konseling dalam
membantu klien melakukan penilaian perilaku berisiko, kebutuhan untuk pengurangan perilaku
berisiko dan tingkat motivasi perubahan; serta cara meningkatkan motivasi untuk berubah .
2. Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi selanjutnya.
S K E N A R I O: PENILAIAN RISIKO
Andri
Andri adalah seorang manajer perusahaan multinasional yang sangat sibuk. Sampai saat ini dia masih
lajang walaupun sering berganti-ganti pacar. Sudah sejak lama karena kesibukan dan tekanan
pekerjaannya, dia sering menggunakan ekstasi dan shabu-shabu selain minum alkohol.
Enam bulan yang lalu, kawan-kawan dekatnya memperkenalkan dia dengan putaw. Mereka
berkelompok biasanya menginap di daerah Puncak atau ke Ancol untuk menyuntik putaw. Pada
kesempatan ini mereka biasanya membawa pasangan mereka masing-masing atau kenalan yang
ditemui di café atau restoran sebelum mereka menginap.
Meskipun Andri pernah membaca bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik
bersama dan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, tetapi dia tidak merasa perlu
untuk berhati-hati karena semua kawan menyuntiknya adalah orang yang berpendidikan. Dan tidak ada
seorangpun pasangan seksualnya yang berprofesi sebagai pekerja seks. Sampai dengan saat ini belum
ada seorangpun diantara mereka yang pernah menjalani tes antibodi HIV.
Andri berpendapat bahwa kemungkinan dia terinfeksi HIV sangat kecil. Kalaupun ada, penularan itu
terjadi apabila dia sedang ketagihan dan nyuntik dengan orang yang belum begitu dikenalnya yang dia
temui di bar.
Burhan
Burhan adalah laki-laki Batak yang tidak mempunyai pekerjaan tetap serta tidak lulus SMU. Pekerjaan
utama dia adalah preman di daerah Jakarta Barat. Dia menggunakan berbagai jenis obat-obatan mulai
dari ganja, rohipnol, dan akhir-akhir ini semakin sering menggunakan putaw, selain tentu saja alkohol.
Saat ini dia menyewa rumah kecil di daerah kumuh yang ditinggalinya bersama pacar terbarunya. Lima
tahun yang lalu Burhan pernah menjalani tes antibodi HIV melalui program pencegahan HIV yang
dilaksanakan oleh sebuah LSM dan hasil tesnya adalah negatif.
Dia tidak mengenal seorangpun yang telah terinfeksi HIV/AIDS, oleh karena itu dia memandang enteng
terhadap masalah ini. Burhan berpendapat bahwa dia dapat tertular HIV karena penggunaan peralatan
nyuntiknya bersama-sama rekannya. Dia dan teman-temannya membersihkan jarum suntik dengan
pemutih sebelum menggunakannya. Meskipun Burhan memahami bahwa hubungan seks tanpa
kondom berisiko tinggi, tetapi dia tidak menggunakannya kecuali bila pasangannya memaksa.
Anna adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa. Sejak masih SMU di
kota kelahirannyaManado, dia telah menggunakan ganja bersama dengan rekan-rekan sekolahnya.
Setelah meneruskan pendidikannya ke pulau Jawa, lepas dari pengawasan orangtua, dia mulai
menggunakan berbagai jenis narkoba mulai dari ekstasi, shabu-shabu sampai dengan putaw. Selain itu
dia juga mengkonsumsi minuman beralkohol.
Untuk menunjang gaya hidupnya, dia memberikan pelayanan seksual kepada orang yang mampu
membayarnya. Pada saat itu dia memiliki pacar yang kadang-kadang menginap di rumah kontrakannya.
Setiap berhubungan seksual dengan pacarnya yang sekarang atau dengan pacar-pacar terdahulunya, dia
tidak pernah menggunakan kondom. Sementara itu, kalau sedang stone karena suntikan putaw, Anna
lebih sering tidak menggunakan kondom.
Walaupun Anna belum pernah tes antibodi, tetapi dia berpendapat bahwa kemungkinan tertular HIV
sangat kecil karena tamunya kebanyakan orang-orang yang berpenampilan bersih. Menurut Anna
kemungkinan terbesar dia tertular HIV adalah melalui penggunaan bersama jarum suntik yang kadang-
kadang dilakukannya bersama IDU-lainnya.
Skenario 1.
Setelah melakukan Role Play, peserta memberikan feedback terhadapa peran yang dimainkan.
Fasilitator melakukan ringkasan dan debriefing dari permainan peran yang telah dilakukan
Skenario 2.
1. PO mendatangi IDU yang sudah terpapar informasi NAPZA, IMS dan HIV/AIDS dan sudah
berkeluarga.
2. PO mengajak PO untuk membicarakan resiko prilakunya termasuk resiko perilaku seks.
3. IDU menyampaikan pada PO bahwa dia ingin memakai kondom tetapi IDU masih ragu.
4. IDU juga ingin berhenti memakai narkoba suntik.
5. PO ingin menjelaskan tentang kondom dan menyakinkan IDU agar memakai kondom. PO juga
ingin membantu IDU berhenti menggunakan narkoba suntik.
6. Bagaimana upaya PO untuk mendukung rencana IDU tersebut IDU. PO mempraktikan cara
menegosiasikan perubahan prilaku yang akan dilakukan oleh IDU.
7. Ingat prinsip perubahan prilaku bisa dimulai dari hal kecil yang paling mudah dilakukan sampai
pada hal yang paling ideal. Contoh perubahan ideal orang tidak menggunakan napza suntik lagi.
Tapi hal ini tidak mudah, maka perlu dimulai dengan pengurangan resiko yang paling masuk
akal.
Setelah melakukan Role Play, peserta memberikan feedback terhadapa peran yang dimainkan.
Fasilitator melakukan ringkasan dan debriefing dari permainan peran yang telah dilakukan
Pangantar
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang bersatu dalam suatu organisasi/perkumpulan
yang tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk anggota. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan anggota serta masyarakat secara adil.
Salah satu upaya untuk mendukung perubahan perilaku dalam rangka menahan laju epidemi
HIV/AIDS di kalangan pengguna Napza suntik (penasun) adalah melakukan intervensi pada kelompok
penasun. Perubahan Prilaku tidak dapat hanya mengandalkan kekuatan individu, melainkan diperlukan
komitmen kelompok, komitmen kelompok yang dibangun secara bersama-sama. Oleh karena itu, PO
perlu mengeksplorasi kelompok penasun agar diketahui nilai kelompok apa yang dapat mendukung
atau menghambat perubahan prilaku mereka.
Kelompok dalam kehidupan Penasun dapat berperan untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif dan membangkitkan semangat partsipatif anggotanya untuk berprilaku yang aman dan berpikir
kritis tentang pemecahan masalah. Selain itu juga melalui kelompok dukungan, penasun akan
mendapatkan pengalaman dan ketrampilan dalam hal berorganisasi.
Dalam perjalanannya, Kelompok sangat dinamis, karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya, antara lain, pengaruh inisiator, kepentingan anggota kelompok, dan konflik yang
timbul dalam kelompok. Setiap kelompok membutuhkan waktu untuk berkembang menjadi sebuah
Tim. Sebagai Fasiitator maka PO dapat mendorong Penasun untuk mengidentifikasi jaringan sosial
penasun dan kelompoknya. Langkah ini dapat dilihat sebagai sebuah proses terbangunnya sebuah
Kelompok, yakni:
1) Forming: Tahap dimana penasun berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Pada tahap
ini mungkin ada yang memilih tidak bergabung, ada juga yang meresa ragu. Apakah anggota
lain menerima saya? PO berperan sebagai Ice breaker agar semua penasun nyaman dalam
perkenalan dengan anggota kelompok.
2). Informing: Tahap penjelasan dimana anggota kelompok diberi penjelasan tentang tugas yang
akan dilakukan. Ada interaksi antara penasun karena mereka sadar bahwa menuju tujuan
yang sama yakni perubahan perilaku yang lebih baik.PO membantu kelompok untuk
menentukan visi, misi dan tujuan kelompok. Pengenalan agenda dan kegiatan dibantu oleh
PO.
3). Storming. Tahap membangun masing-masing penasun mengambil peran. Seringkali dalam
tahap ini terjadi konflik. PO membantu anggota agar berperan aktif dalam kelompok. PO juga
akan menghadapi konflik kepentingan anggota, untuk itu PO harus netral, terbuka dan tetap
bersahabat.
4). Norming: tahap stabilitasi dimana aturan, ritual, dan prosedur ditetapkan dan diterima.
Identitas peran disepakati bersama dan menciptakan suasana kebersamaan. PO berperan
untuk membantu memudahkan proses menentukan aturan,ritual dan prosedur dan
pembagian tanggung jawab kelompok.
Untuk itu keterampilan mengeksplorasi kelompok penasun dan menemukan orang penting (clique)
dalam kelompok penasun. Selanjutnya, PO bisa saja mendorong kelompok penasun untuk membentuk
norma baru yang mendukung perubahan prilaku untuk pengurangan resiko penasun dan kelompoknya.
Tujuan:
Prosedur:
Perlengkapan
4. Kertas Plano
5. Meta Plan warna warni
6. Spidol warna warni
Metode
Waktu : 90 menit
Tujuan :Peserta memahami Tujuan sesi dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya
Waktu : 5 menit
Prosedur :
Bagian II
Dinamika Kelompok Penasun (30 ‘)
Tujuan :
Waktu : 30 menit
Perlengkapan : Slide presentasi , Kertas Plano, spidol warna warni
Prosedur :
Bagian III :
Ice Breaking (5 menit)
Bagian IV :
Eksplorasi Peran kelompok dalam
pengurangan risiko
Tujuan:
1. Peserta dapat mengeksplorasi kelompok penasun dan orang penting dalam kelompok penasun.
2. Peserta dapat mengidentifikasi kelompok yang mendukungan dan tidak mendukung perubahan
prilaku penasun.
3. Peserta dapat meng identifikasi peran peran PO untuk melakukan intervensi kelompok
penasun
Waktu : 40 menit
Perlengkapan : Kertas Flip Chart, meta plan, spidol dan kertas Plano
Prosedur :
• Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok. Tiap kelompok akan didampingi oleh seorang
fasilitator kelompok.
• Fasilitator memandu diksusi kelompok untuk membuat mengeksplorasi kelompok penasun dan
orang-oroangpeta interaksi sosial penasun, jaringan resiko, jaringan dukungan dalam kelompok
penasun (gunakan panduan 09_Panduan diskusi kelompok penasun)
• Fasilitor mengamati jalannya diskusi dan menjaga agar setiap peserta berpartisipasi.
• Fasilitator meminta perwakilan peserta untuk menjelaskan hasil diskusinya.
• Hasil diskusi kelompok akan di tempel di dinding kelas untuk digunakan pada sesi lain sebagai
alat peraga.
Waktu : 10 menit
Prosedur
Pesan Kunci:
Orang berkelompok karena kesamaan kepentingan, tujuan dan membentuk identitas. Penasun
mengidentitaskan diri sebagai korban adalah contoh kelompok yang bisa dimobilisasi. Karena dengan
identitas korban mereka punya kepentingan untuk menuntut haknya.
Pengantar
Fasilitasi adalah gabungan dari ilmu dan seni. Memfasilitasi artinya membuat pekerjaan lebih
mudah atau tidak terlalu sulit. Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang bersatu dalam suatu
organisasi/perkumpulan yang tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk anggota. Untuk
meningkatkan derajat kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan anggota serta masyarakat secara adil.
Fasilitator adalah orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih mudah karena
kemampuannya dalam menstrukturkan dan memandu partisipasi anggota-anggota kelompok. Seorang
fasilitator bekerja dengan mengaplikasikan satu set keahlian spesifik, metode, teknologi, digabung
dengan perhatian yang cermat dan sensitifitas pada orang lain. Dengan cara itu, fasilitator akan
membawa kelompok pada penampilan terbaiknya. Keahlian fasilitator meramu teknologii kelompok
dengan gaya pribadinya akan menciptakan sebuah seni fasilitasi. Kelompok yang difasilitasi akan dapat
beroperasi dengan fleksibilitas dan kreatifitas maksimum dalam batasan yang realisitik.
Fasilitator bekerja dengan sebuah kelompok yang anggota dan pemimpinnya sangat dekat
dalam bekerja sama untuk mencapai hasil kesepakatan yang menguntungkan. Memfasilitasi sebuah
kelompok membutuhkan pengetahuan bagaimana sebuah tim membangun diri dari waktu ke waktu
dan kemampuan untuk mengajar dan mendemonstrasikan pada tim proses dan metode kelompok.
Penasun yang punya karateristik dan kebutuhan sendiri. Mereka punya identitas dalam
kelompoknya sehingga untuk mencapai tujuan bersama maka peran PO sebagai fasilitator sangat
penting. Dinamika kelompok Penasun sangat dinamis mulai dari pembentukan kelompok sampai
mereka bertransformasi menjadi kelompok yang berkesadaran tinggi akan hak-hak mereka, antara lain
kelompok penasun yang menuntut hak layanan kesehan, hak untuk direhabilitasi. Pembentukan
kelompok penasun seperti kelompok dukungan peserta Rumatan Methadon, Kelompok Penasun
terinfeksi HIV dan berbagai kelompok lainnya sudah banyak terbentuk saat ini. Namun, disisilain, masih
banyak penasun yang belum bisa membentuk kelompok untuk kepentingan dan kebutuhan dirinya.
Padahal secara alami penasun punya nilai atau norma kelompok yang mereka pegang teguh, misalnya
nilai solidaritas dan selektif terhadap “orang n”. Kondisi inilah yang harus di fasilitasi oleh PO agar
mereka mau membentuk kelompok agar mereka dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kehidupan
mereka. Pada sesi ini akan dijelaskan peran Petugas Outreach sebagai Fasilitor kelompok Penasun
Tujuan:
Perlengkapan
1. Flip Chart
2. Slide Presentasi
3. Buku Bacaan
Metode
Bagian 1:
Pembukaan (5’)
Tujuan:
1. Peserta memahami Tujuan sesi ini adalah agar para peserta dapat memahami berbagai teknik
fasilitasi kelompok dan dapat melakukan fasilitasi kelompok.
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dalam sesi ini
Bagian II:
Kosep Dasar Fasilitasi Kelompok
Tujuan :
Waktu : 30 menit
Perlengkapan : Slide dan Spidol
Metode : Presentasi dan Tanya Jawab
Bagian III:
Energizer : (5 menit)
Bagian IV :
Studi Kasus
Fasilitasi Kelompok untuk Pengurangan Risiko
Tujuan:
Waktu : 50 menit
Prosedur :
• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan arti Fasilitasi, Fasilitator
dan sikap dasar fasilitator
• Fasilitator menutup sesi dengan menyebutkan bahwa peran PO sebagai fasilitator kelompok
penasun untuk melakukan pengurangan resiko
Kasus 1.
Boy adalah seorang IDU aktif, berumur 20 tahun, bekerja serabutan bersama teman-temannya.
Diantara teman-temannya adalah IDU yang juga teman pakawnya. Boy adalah suami dan bapak dari
seorang anak. Dia juga sering ikut kelompok pencinta motor gede. Kondisi kesehatan Boy saat ini mulai
menurun. Boy sudah merasa capek dan ingin berhenti menggunakan narkoba. Teman pakaw Boy juga
mempunyai teman yang suka menyuntik. Beberapa dari mereka juga ada yang mau berhenti. Ada juga
yang mau memeriksakan kesehatannya.
Kasus 2.
Ching ling seorang pecandu dan mempunyai seorang anak. Bekerja di salah satu perusahaan konveksi.
Dia mempunyai teman kerja yang tergabung dalam asosiasi marketing pakaian bayi. Dia juga sering
kongkow dengan teman-temannya di tempat hiburan. Sebagai pecandu dia mempunyai beberapa orang
teman dekat yang sering pakaw bersama-sama. Ching ling mendapat informasi tentang cara penularan
HIV dari salah majalah yang pernah dibacanya. Saat ini dia binggung mau mengetahui statusnya, apakah
dia terinfeksi. Seorang temannya memberi tahu bahwa yayasan anda punya program intervensi HR.
Anda mengenal teman Ching ling tersebut.
Kasus 3
Rence seorang mahasiswi di salah satu universitas. Dia seorang pecandu napza suntik. Untuk
mendapatkan Napza dia sering berkumpul dengan teman-teman pria. Teman-teman prianya itu adalah
mahasiswa dari lain kampus. Teman Rence ada yang bekerja di pusat hiburan. Ada juga yang berprofesi
pengamen. Sebagai mahasiswa Rince aktif di kegiatan Kampus. Rince dapat informasi bahwa HIV dapat
ditularkan dari pertukaran jarum suntik dan menyuntik bersama-sama secara bergantian. Untuk itu dia
ingin menggunakan jarum suntiknya sendiri atau memakai jarum baru.
Kasus 4.
Tom seorang pengamen dan seorang pecandu napza suntik. Dia juga pecandu alkhol. Tom sering
menyuntik bersama-sama dengan temannya dengan jarum suntik bergantian. Tiga orang temannya
adalah teman dekat yang selalu pakau besama. Tom sering melakukan hubungan seks dengan wps
langganannya. Tom sering mengalami abses karena penyuntikan. Sejak kematian teman dekatnya, Tom
merasa khawatir dengan kondisinya. Dia ingin berhenti menyuntik dan ingin memeriksakan
kesehatannya. Tapi dia tidak mau langsung ke pelayanan kesehatan karena takut ketahuan dia seorang
pecandu. Halte bis dekat kampus X adalah tempat Tom sering kongkow dengan teman-temannya
sambil minum alcohol.
Untuk Mendukung Pengurangan Risiko Individual: Pilihlah seorang teman untuk berperan sebagai
penasun yang anda ajak untuk melakukan kegiatan ini. Gambaran penasun bisa anda pilih satu dari tiga
kasus yang diajukan dalam sesi 8 (di bawah ini).
Andri
Andri adalah seorang manajer perusahaan multinasional yang sangat sibuk. Sampai saat ini dia masih lajang
walaupun sering berganti-ganti pacar. Sudah sejak lama karena kesibukan dan tekanan pekerjaannya, dia sering
menggunakan ekstasi dan shabu-shabu selain minum alkohol.
Enam bulan yang lalu, kawan-kawan dekatnya memperkenalkan dia dengan putaw. Mereka berkelompok biasanya
menginap di daerah Puncak atau ke Ancol untuk menyuntik putaw. Pada kesempatan ini mereka biasanya
membawa pasangan mereka masing-masing atau kenalan yang ditemui di café atau restoran sebelum mereka
menginap.
Meskipun Andri pernah membaca bahwa penularan HIV dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik bersama
dan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, tetapi dia tidak merasa perlu untuk berhati-hati
karena semua kawan menyuntiknya adalah orang yang berpendidikan. Dan tidak ada seorangpun pasangan
seksualnya yang berprofesi sebagai pekerja seks. Sampai dengan saat ini belum ada seorangpun diantara mereka
yang pernah menjalani tes antibodi HIV.
Andri berpendapat bahwa kemungkinan dia terinfeksi HIV sangat kecil. Kalaupun ada, penularan itu terjadi apabila
dia sedang ketagihan dan nyuntik dengan orang yang belum begitu dikenalnya yang dia temui di bar.
Burhan
Burhan adalah laki-laki Batak yang tidak mempunyai pekerjaan tetap serta tidak lulus SMU. Pekerjaan utama dia
adalah preman di daerah Jakarta Barat. Dia menggunakan berbagai jenis obat-obatan mulai dari ganja, rohipnol,
dan akhir-akhir ini semakin sering menggunakan putaw, selain tentu saja alkohol.
Saat ini dia menyewa rumah kecil di daerah kumuh yang ditinggalinya bersama pacar terbarunya. Lima tahun
yang lalu Burhan pernah menjalani tes antibodi HIV melalui program pencegahan HIV yang dilaksanakan oleh
sebuah LSM dan hasil tesnya adalah negatif.
Anna
Anna adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri di Pulau Jawa. Sejak masih SMU di kota
kelahirannyaManado, dia telah menggunakan ganja bersama dengan rekan-rekan sekolahnya. Setelah
meneruskan pendidikannya ke pulau Jawa, lepas dari pengawasan orangtua, dia mulai menggunakan berbagai
jenis narkoba mulai dari ekstasi, shabu-shabu sampai dengan putaw. Selain itu dia juga mengkonsumsi minuman
beralkohol.
Untuk menunjang gaya hidupnya, dia memberikan pelayanan seksual kepada orang yang mampu membayarnya.
Pada saat itu dia memiliki pacar yang kadang-kadang menginap di rumah kontrakannya. Setiap berhubungan
seksual dengan pacarnya yang sekarang atau dengan pacar-pacar terdahulunya, dia tidak pernah menggunakan
kondom. Sementara itu, kalau sedang stone karena suntikan putaw, Anna lebih sering tidak menggunakan
kondom.
Walaupun Anna belum pernah tes antibodi, tetapi dia berpendapat bahwa kemungkinan tertular HIV sangat kecil
karena tamunya kebanyakan orang-orang yang berpenampilan bersih. Menurut Anna kemungkinan terbesar dia
tertular HIV adalah melalui penggunaan bersama jarum suntik yang kadang-kadang dilakukannya bersama IDU-
lainnya.
Untuk Fasilitasi Pengurangan Risiko Kelompok, bagilah kelas dalam 5 kelompok. Pilihlah salah satu dari
anggota kelompok untuk melakukan fasilitasi pengurangan risiko kelompok. Skenario dari kelompok bisa
memanfaatkan scenario role play pada sesi 10: Fasilitasi Kelompok (di bawah ini)
Kasus 1.
Boy adalah seorang IDU aktif, berumur 20 tahun, bekerja serabutan bersama teman-temannya. Diantara teman-
temannya adalah IDU yang juga teman pakawnya. Boy adalah suami dan bapak dari seorang anak. Dia juga sering
ikut kelompok pencinta motor gede. Kondisi kesehatan Boy saat ini mulai menurun. Boy sudah merasa capek dan
ingin berhenti menggunakan narkoba. Teman pakaw Boy juga mempunyai teman yang suka menyuntik. Beberapa
dari mereka juga ada yang mau berhenti. Ada juga yang mau memeriksakan kesehatannya.
Kasus 2.
Ching ling seorang pecandu dan mempunyai seorang anak. Bekerja di salah satu perusahaan konveksi. Dia
mempunyai teman kerja yang tergabung dalam asosiasi marketing pakaian bayi. Dia juga sering kongkow dengan
teman-temannya di tempat hiburan. Sebagai pecandu dia mempunyai beberapa orang teman dekat yang sering
pakaw bersama-sama. Ching ling mendapat informasi tentang cara penularan HIV dari salah majalah yang pernah
dibacanya. Saat ini dia binggung mau mengetahui statusnya, apakah dia terinfeksi. Seorang temannya memberi
tahu bahwa yayasan anda punya program intervensi HR. Anda mengenal teman Ching ling tersebut.
Setelah Anda selesai mempraktekkan kedua latihan di atas, buatlah catatan pribadi tentang pelajaran
apa yang bisa anda ambil dari proses role play tersebut.
Pengantar
Rujukan bertujuan untuk membantu Penasun mengakses rentang layanan yang dibutuhkan
namun tidak tersedia di lembaga perujuk. Rujukan dapat menjawab kompleksitas kebutuhan Penasun
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki pihak/lembaga lain. Sistem rujukan dibangun melalui
jaringan kerja antar lembaga/institusi melalui kesepakatan kerjasama.
Rujukan merupakan komponen yang tidak terpisahkan dalam program intervensi pada
kelompok Penasun terkait dengan terbatasnya ketersediaan dan aksesibilitas berbagai layanan yang
dibutuhkan. Merujuk dalam pengertian program Intervensi adalah
- memberikan informasi yang jelas dan tepat tentang layanan yang dipromosikan kepada
orang yang dirujuk.
- Menawarkan waktu untuk mengakses layanan yang direkomendasikan
- Memberi kartu rujukan pada dampingan
- Berkoordinasi dengan lembaga penyedia layanan (lembaga yang menerima rujukan)
- Menginformasikan bahwa ia merujuk seorang klien ke lembaga yang bersangkutan.
- Berkoordinasi dengan MK untuk follow up dan dokumentasi rujukan (dengan
memberikan copy kartu rujukan yang diberikan pada dampingan)
Petugas Outreach (PO) sebagai pelaksana rujukan harus mengetahui berbagai unsur penting
dalam rujukan, yakni; a). Unsur Rujukan, yang terdiri dari;
- Perujuk
- Orang yang dirujuk (Penasun dan pasangannya)
- Jenis layanan
- Penyedia layanan (lembaga yang menerima rujukan)
- Kartu rujukan
Berbagai jenis rujukan dapat diberikan oleh PO kepada Penasun dan pasangannya. Namun,
sebelum memberikan rujukan PO harus mempertimbangkan bahwa apa yang dirujuk adalah benar-
benar kebutuhan Penasun atau pasangannya. Jenis rujukan yang diberikan harus memang diketahui dan
bisa diakses oleh yang diberi rujukan. Jenis rujukan yang bisa ditawarkan antara lain; Layanan kesehatan
dasar. Untuk itu para PO harus sudah punya daftar pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya,
waktu buka layanan, jenis layanan, kontak person, administrasi rujukan yang diperlukan dan sistem
rujukan yang berlaku di layanan kesehatan.
Tujuan:
Perlengkapan
Metode
Tujuan : Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi sebelum dan berikutnya
Waktu : 5 menit
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dalam sesi ini
Bagian II.
Pemetaan layanan Kesehatan dan Kesenjangan Pelayanan
Tujuan :
Waktu : 35 menit
Perlengkapan : Flip Chart, Spidol, kertas plano, Panduan diskusi kelompok
Metode : Diskusi kelompok
Prosedur :
Bagian III
Ice Breaking : (5 menit)
Bagian IV.
Informasi Rujukan LJSS, TRM,VCT, ART
Waktu : 35menit
Tujuan :
• Peserta dapat memberikan informasi yang benar kepada Penasun tentang LJSS, TRM, VCT, dan
ART
Prosedur
Tujuan : Memberikan ringkasan dan pesan kunci pada para peserta tentang perlunya menyampaikan
rujukan yang benar, dapat diakses, dan sesuai kebutuhan penasun dan pasangannya
Waktu : 10 menit
Prosedur
Pada akhir sesi Fasilitator menekankan bahwa PO adalah petugas penjangkau dan pendamping KD di
lapangan, bukan petugas medis, penegak hukum atau pemberi layanan kesehatan. Jika ada masalah
terkait layanan kesehatan, hukum, atau test HIV maka PO harus merujuk pada layanan atau orang yang
berkompeten. Pastikan tempat rujukan, cara merujuk, waktu dan syarat mendapat layanan.
Pada sesi ini peserta yang sudah dibagi dalam kelompok menurut lembaga masing-masing akan
memetakan layanan yang ada dan kebutuhan penasun dan pasangan penasun. Peta ini akan
memperlihatkan kesenjangan antara layanan yang ada dan kebutuhan penasun dan pasangannya.
Untuk mengatasi kesenjangan ini maka PO/ Lembaga harus bermitara dengan lembaga atau penyedia
layanan lainnya. PO harus tahu alur rujukan bagaimana mengakses layanan yang ada di lembaga, di
wilayah, di lembaga lain atau di penyedia layanan lainnya.
Dalam diskusi ini peserta diminta membuat peta layanan yang ada dilembaga, di wilayah, di layanan
lainnya. Peserta diminta mebuat alur dan cara mengaksesnya. Gunakan contoh panduan dibawah ini:
1. Fasilitator meminta peserta mengidentifikasi layanan yang ada di lembaga mereka, di wilayah
mereka dan peyedia layanan lainnya yang bisa diakses.
2. Fasilitator meminta peserta mengidentifikasi kebutuhan layanan yang diperlukan penasun dan
pasangannya.
3. Fasilitasi meminta kelompok membuat matrik layanan yang ada dan kebutuhan penasun dan
pasangannya. Apa yang ada ? Apa yang dibutuhkan? Kemana mendapatkan layanan jika tidak
ada dan bagaimana mengaksesnya
4. Fasilitator meminta kelompok membuat alur bagaimana cara merujuk KD ke pelayanan yang ada
baik di lembaga maupun di lembaga lain di wilayah mereka atau di luar lembaga mereka.
5. Fasilitator meminta peserta menjelaskan matrik dan alur yang sudah mereka buat.
6. Fasilitator menyampaikan pada peserta bahwa petaan yang telah mereka buat dapat digunakan
sebagai acuan mereka mebuat rencana kerja lembaga untuk merujuk KD
7. Fasilator meminta peserta memajang hasil kerja kelompok mereka ditempat yang strategis.
Kasus 1.
KD mau VCT dan minta periksa kesehatannya
Saat anda melakukan penjangkauan ulang, ada KD (penasun aktif) menyampaikan keluhan pada
anda. KD merasa kondisinya tidak fit, sering deman dan dieare. Kondisi ini sering berulang. KD sudah
mencoba mengkonsumsi multivitamin dan obat deman yang dibelinya sendiri di apotik. Melihat kondisi
KD memerlukan pemeriksaan kesehatannya di layanan kesehatan. KD belum tahu status HIVnya. KD
ingin melakukan VCT. KD adalah orang yang kesulitan dalam hal keuangan, sehingga dia akan
memanfaatkan layanan jika layanan tersebut dapat diakses dengan biaya murah bahkan kalau bisa
grastis.
Anda diminta mendiskusikannya dengan KD agar dia dapat dirujuk ke layanan VCT dan layanan
kesehatan. Dalam diskusi ini anda harus menunjukan bagaimana cara (alur) jika anda merujuknya ke
layanan VCT dan layanan kesehatan. Jelaskan cara mengakses layanan VCT dan Layanan Kesehatan.
Pastikan KD mengerti alur rujukan yang anda berikan. Gambarkan alurnya pada kertas Plano. Lengkapi
daftar tempat rujukan yang anda bisa akses di wilayah anda, alamat dan orang yang bisa dikontak jika
anda merujuk KD. Buat juga bagaimana mekanisme anda memantau bahwa KD benar memanfaatkan
layanan yang anda rujuk.
Kasus 2.
Keluarga KD minta Alur rujukan jika anaknya mau di rehab atau mengakses Terapi Rumatan Metadon
Anda telah menjangkau KD di wilayah anda dan sudah banyak KD dan keluarganya akrab
dengan anda. Suatu hari orang tua KD (Penasun kambuhan) mengajak anda berdiskusi. Setelah diskusi
diketahui bahwa orang tua KD ingin anaknya dikirim ke panti rehabilitasi atau ke Terapi Rumatan
Metadon. Orang Tua KD minta anda memberi rujukan beberapa tempat rehabilitasi yang bisa diakses
dan Pelayanan Terapi Rumatan Metadon. Mereka ingin mendapat gambaran cara mengakses pusat
layanan Terapi Rumatan Metadon dan tempat rehabilitasi berdasarkan metode rehab, tempat,
pelaksana, cara mengaskse, biaya dan aturan rehab. Mereka juga ingin tahu bagaimana mengakses
tempat layanan rehabilitasi tersebut.
Anda sebagai PO diminta alur rujukan ke tempat TRM dan rehabilitasi dengan berbagai latar
belakang dan pelaksana. Misal Bagaimana mengakses TRM dan panti rehab berbasis masyarakat,
berbasis agama, berbasis medis. Panti rehab yang dikelola oleh Pemerintah seperti BNN, Kemensos atau
Pemda.
Alur rujukan ini harus anda gambarkan di kertas plano dan bisa dimengerti oleh KD. Buat juga
daftar tempat rujukan yang anda ketahui, cara mengakses, mekanismenya dan orang yang bisa di temui
Kasus 3.
Anda sedang melakukan penjangkauan, tiba-tiba ada KD yang menyampaikan berita pada anda
bahwa kawannya seorang penasun yang juga KD anda. Saat ini sedang menghadapi masalah dengan
pihak kepolisian karena kasus LAJSS. Anda sebagai seorang PO diminta bagaimana cara mencarikan
bantuan hukum bagi KD yang sedang bermasalah dengan hukum tersebut. Untuk itu anda diminta
membuat alur cara KD tersebut dapat mendapat bantuan hukum. Paling tidak anda harus membantunya
kepada siapa KD tersebut minta bantuan agar dia mendapat bantuan hukum dalam menghadapi proses
ini.
Buatlah alur rujukan KD tersebut sehingga dia dapat memperoleh bantuan hukum. Alur rujukan
ini harus bisa dimengerti penasun. Supaya mudah anda bisa membuatkan alurnya dalam bentuk
diagram alur. Pastikan dalam alur ini ada penjelasan tempat, alamat, kontak person, waktu, dan cara
menpatakan rujukan.
Dari pihak kepolisian anda diminta alur jika seorang Penasun memerlukan layanan LAJSS. Alur
ini diperlukannya untuk memastikan apakah KD yang ketangkap benar menuruti alur yang telah di
tetapkan atau tidak. Anda diminta membuat alur rujukan jika seorang KD memerlukan LAJSS. Dimana
tempat layanan LAJSS, Bagaimana mengaksesnya, apa syaratnya dan kreteria dirujuk ke Pelayanan
LAJSS, siapa kontak person dan kapan waktu layanan?.
Keterampilan berbicara di depan umum (Public Seaking) adalah seni dan ibarat keterampilan
berenang, naik sepeda, menyetir mobil dan mengendarai motor. Berbicara di depan umum merupakan
keterampilan yang bisa dipelajari oleh setiap orang. Dasar dari semuanya adalah kemauan, latihan dan
latihan.
Siapapun anda dan apapun profesi anda, keterampilan berbicara di depan umum sangat
penting. Sebagai Petugas Outreach yang selalu berinteraksi dengan banyak orang tentu anda dituntut
untuk terampil berbicara di depan umum. Secara luas, berbicara di depan umum adalah semua
aktivitas berbicara (komunikasi lisan) di depan orang banyak, termasuk dalam rapat, membawakan
acara, presentasi, diskusi, briefing, atau mengajar di kelas.
Proses Berbicara di depan Umum meliputi dua tahap, yaitu; persiapan dan penyampaian. Pada
tahap penyampaian terbagi tiga bagian, yakni pembukaan, pembahasan, dan penutupan. Persiapan
meliputi persiapan mental, fisik, dan materi. Persiapan mental diantaranya; bersikap rileks, kenali
ruangan, kenali audience, dan kuasai materi. Persiapan Fisik adalah memastikan kondisi badan dan
suara fit, misalnya menjaga agar mulut/tenggorokan tetap basah. Persiapan Materi antara lain dengan
membaca literatur dan menyusun pointer atau outline.
Teknik penyampaian materi ada empat, yaitu: membaca naskah (Reading from complete text),
menggunakan catatan (Using notes), hapalan (memory), dan menggunakan alat bantu visual sebagai
catatan (Using Visual Aids as Notes).
Pembukaan, diawali dengan kata dan kalimat yang bisa menarik perhatian audien. Hindari
membuka pembicaraan dengan mengakui ketidaksiapan atau keterpaksaan. Teknik membuka dapat
dimulai dengan cara: langsung menyebut pokok persoalan yang akan dibicarakan; mengajukan
pertanyaan provokatif, menyatakan kutipan, teori, ungkapan, peristiwa, atau pepatah.
Penyampaian atau pemaparan materi. Teknik pemaparan materi antara lain; deduktif, induktif,
dan kronologis. Selama pembicaraan, perhatikan power suara agar tetap audible, jelas, dinamis, dan
sebaiknya gunakan kata-kata dan istilah yang umum dan dimengerti oleh pendengar. Jika memakai
istilah teknis maka berikan penjelasan. Misal ketika berbicara dengan pendengar yang tidak akrab
dengan istilah IDU maka beri penjelasan arti IDU.
Pentupan, jika materi pembicaraan sudah disampaikan atau waktu sudah habis, langsung tutup,
lalu ucapkan salam. Teknik penutup antara lain; menyimpulkan, menyatakan kembali gagasan utama
dengan kalimat berbeda, mendorong audience untuk bertindak, kutipan sajak, kitab suci, pribahasa,
atau ucapan ahli dan memuji khalayak.
Selanjutnya, beberapa elemen berbicara di depan umum yang perlu diperhatikan, yaitu; (1)
Teknik Vokal; intonasi, nada bicara, aksentuasi (penekanan) pada kata-kata tertentu yang dianggap
penting, atur kecepatan suara, artikulasi/kejelasan pelafalan kata, dan lagu kalimat; (2) Kontak mata
sangat perlu dijaga, sapukan pandangan ke seluruh audience; (3) Gesture atau gerakan tubuh; alami,
spontan, wajar, tidak dibuat-buat, jangan berlebihan, variatif, tidak melalukan gerakan tubuh yang tidak
bermakna, seperti memegang kerah baju, meremas-remas jari, dan menggaruk-garuk kepala; dan (4)
Antusiasme. Tunjukan antusiasme pada waktu berbicara walaupun topik yang anda bawakan kurang
Tujuan:
Pada akhir sesi ini peserta akan:
• Peserta mampu mengidentifikasi tips dan isu penting pada saat melakukan presentasi di
dalam sebuah forum.
Prosedur:
Perlengkapan
Metode
Bagian 1
Pembukaan (5’)
Tujuan:
• Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan sesi-sesi berikutnya
Waktu : 5 menit
Prosedur :
Bagian II
Presentasi: Teknik dan Tips
Tujuan :
Waktu : 20 menit
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan Teknik dan Tips berbicara di depan umum (Gunakan slide
presentation 13_berbicara depan umum )
• Fasilitator dan peserta melakukan tanya jawab tentang presentasi
Bagian III
Ice Breaking (5 menit)
Prosedur : Fasilitator memimpin ice breaking atau energizer untuk mencairkan suasana kelas
Bagian IV
Sharing Pengalaman Melakukan Penyuluhan/Ceramah
Tujuan:
• Peserta dapat berbagi dan saling belajar pengalaman peserta lainnya dalam melakukan
Penyuluhan/ceramah
Waktu : 20 menit
Prosedur :
• Fasilitator meminta peserta untuk mencerita pengalamam mereka dalam memberikan cerama
dengan tema IMS, HIV/AIDS dan HR.
• Fasilitator dapat memulainya dengan menanyakan pada peserta Pernahkan Anda melakukan
Penyuluhan tentang Napza, HIV/ADS, IMS atau tentang program yang dijalankan oleh lembaga
anda? (Gunakan panduan brainstorming 13_Panduan 1 berbicara didepan umum)
• Fasilitator mencatat pengalaman baik atau buruk yang diceritakan oleh peserta.
• Peserta memberikan komentar terhadap pengalaman peserta lainnya.
Bagian IV
Presentasi Program HR untuk umum
Tujuan :
Waktu : 50 menit
Prosedur
Bagian V.
Pesan Kunci dan Penutup
Waktu : 10 menit
Tujuan :
Waktu : 10 menit
Prosedur
1. Pengalaman terbaik peserta berbicara didepan umum tentang program HR (NAPZA, IMS dan
HIV/AIDS)
2. Kapan anda melakukan ceramah, temanya apa, peserta siapa berapa banyak peserta?
3. Bagaimana persiapan anda? Bagaimana tanggapan peserta?
4. Bagaimana anda mengakhiri pembicaraan anda?
5. Apakah anda diundang lagi setelah itu atau adakah peserta yang mengajak anda mendiskusikan
tema yang anda sampaikan setelah anda presentasi?
Kelompok 1.
Berbicara di depan stakeholder lokal tentang Program Harm Reduction. Anda diundang oleh
panitia peringatan hari AIDS di Kecamatan . Anda ditunjuk sebagai pembicara dengan topik:
Program HR yang dilakukan oleh Lembaga. Sebagai wakil lembaga anda diminta mempersiapkan
bahan untuk presentasi dalam pertemuan itu. Anda akan diberi waktu pemaparan selama 10
menit.
Setting :
Stakeholder lokal telah berkumpul di aula kecamatan, mereke terdiri dari Camat dan para unsur
muspika, staf kecamatan, kepala puskesmas, perwakilan polsek kecamatan, 4 orang lurah dan 3
tokoh agama, 5 tokoh pemuda dan Anda di beri waktu 10 menit oleh Panitia untuk
memperkenalkan diri dan memperkenalkan program. Perlengkapan yang ada dalam
peretemuan ini hanya ada kertas Plano, Spidol dan Peta kecamatan.
Kerangga presesentasi anda harus ada : Pembuka, Isi dan Penekanan Pesan yang ingin
disampaikan (tentang Program HR yang dilakukan oleh lembaga anda) dan penutup.
Kelompok 2.
Anda menjelaskan program Layanan Alat dan Jarum Suntik Steril di depan organisasi masyarakat
Setting :
Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional dilakukan oleh organisasi masyarakat. Anda di
undang untuk menjadi pembicara dalam acara tersebut. Para peserta yang hadir terdiri dari
Kelompok 3.
Setting:
Pada pertemuan mingguan kelompok Penasun anda diminta menjelaskan tentang VCT. Ini
adalah pertemuan terbuka di DIC. Peserta pertemuan adalah Penasun, Pasangan Penasun,
Orang Tua penasun dan juga ada 5 orang relawan. Waktu diberikan selama 10 menit. Anda
harus menyampaikan tentang mengapa VCT, siapa saja yang perlu VCT, dimana layanan VCT
dan apa keuntungan VCT, bagaimana cara mengaskses layanan VCT. Penjelasan anda ringkas
padat menarik, mulailah dengan pembukaan, isi dan penekanan tentang pesan (VCT) dan
pentup pesan.
Anda diminta memberikan komentar terhadap presentasi teman-teman. Komentar anda mengenai;
1. Persiapan (apakah pembicara terlihat mempersiapkan diri dengan baik, persiapan materi dan
bahan presentasi?)
2. Pembukaan ( Bagaimana pembicara membuka pemicaraanya)
3. Penyampaian (Bagaimana penyampaiannya jelas, focus, dapat dimengerti; bahasa yang
digunakan, bahasa tubuh, mejaga kontak dengan pendengar, vocal yang jelas,; dll)
4. Penutupan (bagaiman pembicara menutup pembicaraa; pesan kunci dan penegasan pesan?)
5. Hal-hal terbaik menurut anda dalam presentasi ini?
Sebagai komentator anda; mulailah dengan melihat sisi positif dan terbaik dari pembicara, berikan
apresiasi dan sampaikan solusi dari kekurangan pembicara.
Pengantar
Salah satu peran Petugas Outreach (PO) adalah menyampaikan informasi terkait kegiatan dan
layanan Harm Reduction pada penasun, pasangan penasun dan masyarakat umum. Untuk itu, maka
perlu bagi PO meningkatkan pengetahuan mereka tentang kegiatan dan layanan Harm Reduction.
Pengusaan informasi ini akan memambah kepercayaan diri PO dan kepercayan Penasun pada PO. Pada
gilirannya akan memudahkan PO mengajak penasun untuk berubah prilaku dari yang berisko menjadi
prilaku yang kurang berisiko bahkan tidak berisiko tertular HIV.
Informasi apa saja yang perlu dikuasi oleh PO? Secara mendasar PO harus mengetahui informasi
tujuan program intervensi, kegiatan yang dilakukan, informasi terkait adiksi, Nafza Suntik, IMS dan
HIV/AIDS. Informasi layanan adiksi, perawatan HIV/AIDS, sistem rujukan, layanan rujukan, dan terapi
rehabilitasi mutlak diketahui PO.
Sebagai contoh, pada saat PO menemui dampingan dan saat berbicara masalah infeksi menular
seksual, maka pertanyaan mendasar yang sering diungkapkan adalah:
“Apakah ada yang maskud dari Infeksi Menular Seksual?“ Mengapa IMS berbahaya? Kemana saya bisa
berobat kalau saya kena IMS? Seorang PO harus mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan lugas
dan benar. Begitu juga dengan masalah adiksi, HIV/AIDS dan tempat pelayanan.
Selanjut, PO dituntut untuk mampu mengkomunikasikan atau menyampaikan informasi yang
benar dan dalam bahasa yang mudah dimengerti penasun. Kemampuan berkomunikasi ini jangan
dibayangkan bahwa PO harus memakai bahasa teknis medis yang rumit. Kemampuan berkomunikasi
dengan penasun atau pecandu drug lainnya merupakan keterampilan tersendiri yang perlu dimiliki oleh
PO. Istilah atau bahasa prokem pecandu perlu dipahami oleh PO, karena ini akan memudahkan PO
dalam berinteraksi dan masuk dalam komunitas penasun.
Disisi lain, karena PO bekerja dalam kerangka kerja Lembaga, maka PO harus mengerti tujuan
lembaga, tujuan program Harm Reduction yang dilakukan oleh lembaganya. PO harus bisa menjelaskan
apa nama lembaga, alamat, kegiatan lembaga dan pengurus lembaga dan kontak person lembaga. PO
harus bisa menjelaskan alur program, karena sering kali pertanyaan timbul, Mengapa kami ditemui?
Mengapa kami ditanya-tanya? Apakah kami dilaporkan ? dan masih banyak lagi pertanyaan dampingan
pada saat awal kontak. Keterampilan menjelaskan tujuan program akan memudahkan PO menarik
kepercayaan penasun.
PO juga harus bisa membuat perencanaan kegiatan agar kegiatan penjangkauan dan
pendampingan terarah. Perencanaan ini meliputi; perencanaan kerja harian, mingguan, dan bulanan.
Pencatatan kegiatan dilapangan perlu dilakukan. Keterampilan membuat laporan kegiatan menjadi
penting bagi PO agar dia bisa mengetahui rencana apa yang bisa dilaksanakan dan rencana apa yang
tidak terlaksana oleh PO. PO harus mampu menggali kebutuhan penasun dan pasangannya.
Secara ringkas maka pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh PO adalah: Pengetahuan
tentang program HR, tujuan Program, IMS, HIV/AIDS, NAPZA, Adiksi, sistem rujukan, tempat layanan,
dan keterampilan berkomunikasi dan berbicara didepan umum. Keterampilan membuat rencana,
melaksanakan dan mengevalusi rencana penjangkauan perlu dimiliki oleh PO. Perlu diingat bahwa PO
akan menemui penasun, keterampilan menemu kenali penasun, kebiasaan, jaringan social dan jaringan
• Peserta mengetahui informasi dasar yang harus dimiliki oleh petugas outreach agar mampu
memberikan informasi yang memadai tentang kegiatan dan layanan Harm Reduction
Prosedur:
Perlengkapan
Metode
Bagian 1
Pembukaan (5’)
Tujuan:
• Peserta memahami pentingnya penguasaan informasi dasar tentang kegiatan dan layanan Harm
Reduction dan kaitannya dengan tugas Petugas Outreach
Waktu : 5 menit
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dalam sesi ini
Tujuan :
Waktu : 35 menit
Prosedur :
• Fasilitator menanyakan informasi apa saya yang dimiliki oleh PO terkait kegiatan dan layanan
HR (Gunakan panduan pertanyaan 14_Panduan pengetahuan)
• Fasilitator meminta peserta menuliskan informasi yang dimiliki peserta pada kertas Flip chart
dan meminta peserta menempelkan pada kertas Plano
• Fasilitator meminta Peserta menuliskan kebutuhan informasi apa yang diperlukan untuk
mendukung tugasnya sebagai PO dalam Kegiatan dan Layanan HR
• Fasilitator dan peserta menganalisa bagaimana kesenjangan penguasaan informasi oleh PO dan
kebutuhan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan dan layanan HR .
Bagian III:
Ice Breaking
Waktu : 5 menit
• Peserta dapat membuat usulan penguatan penguasaan informasi kegiatan dan layanan HR bagi
PO
Waktu : 35 menit
Perlengkapan : Petunjuk diskusi, kertas Plano, Spidol dan kertas flip chat
Prosedur
• Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok, sesuai dengan jumlah lembaga
yang ikut pelatihan
• Fasilitator meminta kelompok untuk membuat daftar usulan penguatan penguasaan
informasi kegiatan dan layanan HR bagi PO. Usulan berisikan: Nama Kegiatan, Tuiuan,
Metode, Waktu dan Tempat. (Lihat panduan 14_Panduan Pengetahuan )
• Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi kelompok di kelas besar.
• Hasil diskusi dijadikan usulan untuk rencana tindak lanjut setelah pelatihan.
Metode :
Bagian V.
Pesan kunci dan penutup
Tujuan :
Waktu : 10 menit
Prosedur:
• Fasilitator menekankan kepada peserta bahwa PO perlu menguasai informasi dasar tentang
kegiatan dan layanan Harm Reduction
• Fasilitator meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan informasi dasar apa saja
yang perlu dikuasai oleh PO terkait kegiatan dan Layanan HR
• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya.
Panduan 1: Brain storming Informasi dan Pengetahuan Dasar yang dimiliki oleh Peserta
1. Sebagai Petugas Outreach program Harm Reduction di wilayah anda, informasi tentang apa saja
yang anda ketahui terkait Intervensi komprehensif Program Harm Reduction? Sebutkan!
2. Fasilitator mencatat di kertas Plano
3. Fasilitator menanyakan informasi, pengetahuan dan keterampilan apa yang anda butuhkan lagi?
Kemana atau bagaimana cara anda mendapatkan kebutuhan informasi, pengetahuan atau
keterampilan tersebut? Bentuknya apa?
4. Fasilitator mencatat dan mengklasifikasikan kebutuhan peserta.
5. Fasilitator dan peserta saling memberikan feedback.
6. Fasilitator menutup dengan menekankan bahwa PO dalam program HR wajib mengetahui dan
mengerti informasi terkait intervensi komprehensif program HR dan situasi up to date Program
di wilayahnya.
Tujuan:
• Peserta memahami bahwa permasalahan emosional (kejenuhan & ketegangan diri dalam kerja)
bisa menyebabkan burnout, dan pada kasus-kasus tertentu bisa menjadi salah satu penyebab
relapse
• Peserta mengenali ciri kepribadian diri dan reaksi diri terhadap berbagai faktor yang bisa
mempengaruhi kejenuhan & ketegangan diri dalam kerja
• Peserta mendiskusikan strategi-strategi yang bisa digunakan untuk mengelola kejenuhan dan
ketegangan akibat pekerjaan sesuai kepribadian
Metode:
1. Presentasi materi mengenai stress, stressor dan burnout pada petugas outreach dan
kemungkinan relapse
2. Tes kepribadian (Color code test) dan pembahasan mengenai tiap tipe kepribadian
3. Diskusi kelompok mengenai strategi penanganan stressor bagi tiap tipe kepribadian
Prosedur:
Bagian 1
Presentasi mengenai stress kerja
Tujuan : Pengantar agar peserta mengetahui kerentanan pekerjaan mereka terhadap stress dan
kemungkinan relapse sebagai recovering addict
Waktu : 20 menit
Prosedur :
- definisi stress, stressor dan dampaknya pada fisik dan kesehatan psikologis
- stress dan burnout pecandu cenderung hipersensitif pada stress; mengarah pada kerentanan
untuk relapse
- diakhiri dengan pengantar bagian kedua kepribadian tiap orang bisa berbeda, cara menyikapi
stress juga mungkin akan berbeda
Bagian 2
Tes Kepribadian (color-code test - Hartman)
Tujuan : Peserta mengetahui tipe kepribadian mereka dan mulai memikirkan stressor apa saja
yang mungkin akan lebih mempengaruhi tipe kepribadian tersebut
Waktu : 45 menit
Perlengkapan : Tes color code (lembar soal dan jawaban), presentasi power-point)
Prosedur:
- Hasil tes ini seperti zodiac, tidak ada satu yang lebih baik daripada yang lain
- Setiap orang memiliki semua (keempat) “warna” tersebut dalam dirinya, hanya kadarnya saja
yang berbeda-beda; hasil tes hanya menunjukkan kecenderungan “warna” yang lebih dominan
dalam kepribadian orang tersebut.
- Tiap “warna” bisa memiliki cara berbeda dalam menghadapi stress
- Tidak perlu merasa lebih baik atau lebih buruk terhadap orang dengan warna berbeda; semua
hanya variasi, dan semua memiliki kelebihan masing-masing.
Tujuan : Peserta mendiskusikan dan mendaftar strategi-strategi praktis yang bisa dilakukan
untuk mencegah relapse berdasar tipe kepribadiannya dan hasil diskusi bisa dijadikan
pegangan bagi peserta, sekaligus sebagai masukan bagi peserta lain.
Waktu : 25 menit
Prosedur :
- Semua orang punya strategi mengatasi stress masing-masing. Yang penting, strategi yang
dilakukan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
- Jika muncul jawaban yang ambigu (misal: “selesaikan masalah”), gali lebih dalam, misalnya “apa
yang dimaksud dengan ‘menyelesaikan masalah’, bisa beri contoh?”
- Hasil diskusi bisa menjadi catatan bagi peserta dan menjadi masukan bagi peserta lain mengenai
trik-trik apa saja yang bisa dilakukan untuk mengelola stress kerja.
Hartman membagi jenis kepribadian menjadi 4 kategori utama, yang ia kategorikan dengan warna
Merah, Biru, Putih dan Kuning. Berikut penjelasan singkat mengenai tiap kategori:
Orang-orang Merah cenderung dominan, sangat menyukai kekuasaan, dan kadang bersikap
manipulatif untuk mendapatkan kekuasaan/power. Merah sangat sulit menghadapi figur-figur
otoritas karena dapat “mengambil” kekuasaan yang mereka inginkan. Senang bekerja dan
menyelesaikan pekerjan namun menolak dipaksa mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi minat
mereka. Orang Merah juga ingin tampil hebat dan berpengetahuan di mata orang lain, lebih ingin
dihormati dan dikagumi daripada dicintai orang lain. Kekuatan mereka adalah dorongan mereka
untuk menyelesaikan pekerjaan. Mereka secara umum sangat bertanggung-jawab, mudah
mengambil keputusan, mau berinisiatif dan bisa bersikap tegas dan asertif.
• Yang memotivasi untuk bertindak adalah kebutuhan akan kedekatan emosional dengan orang
lain
• Emosional, berkomitmen, perfeksionis
• Sangat mudah memberi dan mengorbankan diri untuk merawat
• Memiliki disiplin diri namun sulit memaafkan dan memendam kejengkelan
• Santun, tulus, namun mudah khawatir dan merasa bersalah
Orang-orang Biru senang melakukan kebaikan bagi orang lain, dan sangat mementingkan kebutuhan
orang lain di atas kepentingan pribadi. Orang Biru sangat ingin dicintai dan mencintai, dan butuh
diingat dan dihargai. Mereka cenderung sangat sensitif dan membutuhkan ekspresi kasih sayang
yang tulus, jika tidak, mereka mudah merasa kecewa dan sakit hati. Biru cenderung memiliki
integritas yang tinggi dan kode moral yang kuat. Mereka sangat menyukai hubungan yang dekat
dan hangat (intim). Mereka mampu melayani orang lain dengan baik, karena sifat mereka yang
setia, tulus dan selalu memikirkan orang lain.
• Yang memotivasi untuk bertindak adalah keinginan adanya situasi yang damai
• Diplomatis dan pendamai
• Kurang percaya diri dan kurang asertif, cenderung pasif
• Toleran dan sabar namun sulit mengambil keputusan
• Mudah membaur, baik hati
• Cenderung menerima dan kurang termotivasi
Orang-orang Putih sangat membutuhkan situasi yang damai dan tanpa konflik. Mereka sangat
menghindari konfrontasi, dan menginginkan kehidupan yang tanpa gangguan atau ketidak-
nyamanan. Salah satu kekuatan mereka adalah kemampuan mereka untuk tetap tenang dalam
situasi yang penuh konflik. Mereka sangat toleran dan mampu beradaptasi dengan baik pada situasi
apapun. Mereka tidak menyukai kata-kata kasar dan kurang suka menonjolkan diri, namun
merupakan pendengar yang baik. Orang Putih rela mengikuti keinginan orang lain demi situasi yang
damai. Meskipun demikian, Putih sebenarnya cukup mandiri dan tidak suka disuruh-suruh. Putih
ingin bisa mengerjakan segala sesuatu sendiri, sesuai keinginannya, dan berada di belakang layar,
agar tidak menjadi pusat perhatian.
• Yang mendorong untuk bertindak adalah keinginan untuk mendapatkan kesenangan diri
• Gembira, menyenangkan dan antusias; tanpa beban
• Senang bermain namun cenderung dangkal
• Seringkali impulsif, tidak disiplin dan setengah-setengah
• Karismatis dan populer
• Kadang mementingkan diri sendiri
Orang-orang Kuning melihat hidup sebagai sebuah pesta. Mereka sangat menyukai perhatian dari
orang-orang sekitarnya. Mereka sering merasa kurang yakin dengan diri sendiri, sehingga dukungan
dari orang lain menjadi sangat penting. Orang Kuning sangat ingin menjadi pusat perhatian, aangat
supel dan mudah bergaul. Mereka menyukai aksi dan suka mencari petualangan. Hidup mereka
sangat diarahkan untuk mencari kesenangan dan kebahagiaan. Orang-orang Kuning sangat
membutuhkan teman dan hubungan sosial untuk bisa merasa nyaman. Kekuatan mereka adalah
mereka sangat disukai oleh teman-teman mereka, karena selalu penuh antusiasme dan optimis.
Mereka selalu terlihat karismatik, spontan dan mudah didekati.
Warna “Kombinasi”
1. Merah-Biru
• Cenderung merupakan kombinasi yang sulit
• Kadang menyinggung orang lain dalam menyelesaikan tugas (Merah), kemudian merasa
bersalah karenanya (Biru)
Pengantar
Mendefinisikan relawan bukanlah hal yang mudah disepakati, namun bentuk dan peran
merekalah yang bisa dilihat dan dimaknai. Kerelawanan secara umum dapat dikemukakan sebagai
perwujudan seseorang untuk menyumbangkan; pikiran, tenaga, dan sumber daya dalam rangka
membantu sesama. Dalam kontek saling menolong sesama inilah maka dalam intervensi Harm
Reduction, peran relawan sangat dibutuhkan. Menurut Kamus Merriam-Webster definisi relawan
adalah; a) Seseorang yang menunjukkan keinginan untuk melakukan pelayanan; (b) orang yang
memberikan pelayanan tanpa pertimbangan atau alasan hukum. Sedangkan Kamus Cambridge
memberikan dua definisi untuk “relawan”: (a) Seseorang yang melakukan sesuatu tanpa diminta atau
ditunjuk dan sering tanpa meminta atau menerima bayaran; (b) seseorang yang melakukan sesuatu
tanpa dipaksa, terutama menolong sesama.
Keberadaan relawan sangat diperlukan dalam intervensi HR, untuk itu perlu ada perhatian
khusus terhadapnya. Jika lembaga mencari relawan, maka kriteria yang diutamakan adalah memiliki
kemampuan dan kemauan tinggi untuk mencapai tujuan intervensi. Relawan harus mengetahui tujuan
intervensi HR dan ukuran keberhasilannya, seperti halnya staf program, mereka harus
bertanggungjawab untuk tampil sesuai ukuran tersebut. Relawan juga perlu mendapatkan pelatihan
agar mereka dapat menjalankan tugas mereka. Jika lembaga membutuhkan, dan kinerja relawan
memenuhi kreteria, maka relawan dapat dijadikan staf program intervensi HR.
Menjadi relawan dalam program intervensi HR, tidak berarti mereka bisa bekerja semau dan
sesukanya. Mereka juga harus mengikuti aturan dan etika yang berlaku dilembaga, misalnya selalu
menjaga perilaku yang tidak berisiko menularkan HIV/AIDS, mendukung nilai kelompok agar menjauhi
perilaku berisiko. Jika terjadi pelanggaran aturan oleh relawan, maka pendidikan dan punishment harus
diberikan.
Tantangan dan peluang dalam menghadapi permasalahan penasun semakin kompleks, sehingga
sangat diperlukan sumber daya manusia yang mau bekerja dengan penuh komitmen dan punya hati.
Bekerja di issue HR akan banyak sekali menghadapi tantangan sekaligus peluang untuk berbuat baik.
Secara umum bekerja di issu HR akan sering berhadapan dengan para pecandu dalam kondisi
kecanduan, sakit, bahkan tidak jarang menemukan klien meninggal. Kondisi kerja pun sering
menghadapi tekanan para penegak hukum. Perubahan perilaku pecandu sulit terukur dan kadang kala
relapse sehingga pekerja diisue HR sering prustasi menghadapinya.
Disisi lembaga, sebelum merekrut staf atau relawan perlu dilakukan seleksi dengan menanyakan
mengapa mereka mau bekerja dalam program intervensi Harm Reduction. Pertanyaan ini akan menggali
nilai-nilai (value) calon staf atau relawan terhadap program intervensi. Kompleknya permasalahan di isu
HR dan HIV, menuntut para pekerja yang terlibat, baik staff program maupun relawan mau tidak mau
melihat sisi lain dari arti bekerja, yaitu sisi bekerja dengan hati, bukan hanya bekarja dengan
pengetahuan dan keterampilan saja. Ketika kita bekerja dengan hati, kemauan kita akan lebih kuat.
Pikiran kita akan semakin tajam, sehingga akan lebih produktif dibanding bekerja tanpa hati. Dorongan
hatilah yang menggerakkan pikiran, kemauan dan tindakan kita.
Tujuan
• Peserta memahami konsep kerelawanan dalam kegiatan social
• Peserta memahami landasan utama bekerja dengan Penasun adalah empati dan komitmen
yang kuat
Prosedur:
Perlengkapan
4. Flip Chart
5. Buku Bacaan
Metode
• Game of lifecourse
Bagian 1
Pembukaan
Tujuan : Peserta mengetahui tujuan sesi dan kegiatan yang akan dilakukan pada sesi ini.
Waktu : 5 menit
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dalam sesi ini
Tujuan :
Waktu : 30 menit
Perlengkapan : Metaplan
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan kepada peserta tentang tugas yang harus dikerjakan secara pribadi:
o Menuliskan alasan yang pernah disampaikan kepada orang lain tentang mengapa
bekerja di bidang HR atau lembaga ini. Tulisan ini simpanlah di saku sebelah
kanan/tempelkan dengan perekat di sebelah kanan dada Peserta
o Menuliskan berbagai alasan yang belum pernah diungkapkan kepada orang lain tentang
bekerja di bidang sosial atau lembaga ini.
o Setalah selesai, minta kepada setiap peserta untuk berbagi kepada sejumlah orang lain
tentang alasan-alasan mengapa terlibat dalam kegiatan sosial dan lembaga saat ini (baik
yang pernah dikatakan kepada orang lain atau belum)
• Fasilitator merangkum berbagai alasan mengapa orang bekerja di bidang sosial dan ditulis dalam
kertas flipchart
• Setelah selesai kegiatan ini, hasil rangkuman ditempel di kelas untuk mengingatkan berbagai
alasan mengapa kita bekerja di bidang harm reduction
Waktu : 5 menit
Porsedur : Fasilitator melihat kondisi peserta jika sudah diperlukan ice breaking atau energizer
maka Fasilitator melakukannya
Bagian IV.
Refleksi: Makna Program HR bagi Saya
Tujuan :
Waktu : 50 menit
Perlengkapan : Kertas plano, Koran dan majalah bekas, pewarna, spidol, gunting, lem dan solatif
Prosedur :
Bagian V.
Pesan kunci dan penutup
Tujuan :
• Memberikan pesan pada para peserta bahwa bekerja di program intervensi adalah kerja yang
harus dimulai dengan kemauan, komitmen dan jiwa yang peduli terhadap para penasun
Waktu : 10 menit
Prosedur
• Fasilitator menyebutkan bahwa bekerja di isu HR beda dengan bekerja diisu lainnya
Bekerja diisu HR adalah pilihan, komitmen untuk peduli dan bisa membantu diri dan
penasun
• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya.
Pengantar
Masih ingatkah anda, dari mana anda mendapatkan informasi tentang seks pertama kali?
Membicarakan masalah seks secara terbuka dalam masyarakat kita masih menghadapi kendala kultural.
Informasi tentang seks seringkali dicari sendiri tanpa panduan dan pendidikan yang memadai.
Akibatnya, informasi tentang praktik prilaku seks berisiko sangat minim. Keadaan ini diperparah lagi jika
kelompok yang melakukan praktik seks berisiko ini adalah para penasun.
Penasun dapat tertular atau menularkan IMS termasuk HIV melalui hubungan seks dan praktik
penyuntikan dengan alat suntik yang tidak steril secara bersama-sama atau bergantian. Praktik
pemakaian kondom secara konsiten dikalangan penasun masih rendah.
Pada sisi lain, karena faktor budaya pula maka pandangan masyarakat terhadap anak
perempuan dan laki-laki sering bias jender. Sering kali penilaian bias jender kita temui pada masyarakat
umum. Pelayan kesehatan dan pelayanan rehabilitasi kecanduan masih berbasis lelaki mind set.
Pembahasan masalah seks, gender dan penasun adalah isu besar yang perlu diketahui oleh para
PO, sehingga PO dapat menyampaikan informasi seks yang sehat, aman dan nyaman pada penasun dan
pasangannya.
Jenis Kelamin mengacu pada perbedaan biolgis/anatomis antara perempuan dan laki-laki, contoh: laki-
laki memiliki penis, sedang perempuan memiliki vagian, bisa hamil dan menyusui.
Gender mengacu pada perbedaan peran-peran dan tanggung jawab social untuk perempuan dan lelaki
yang dikonstruksi oleh budaya, missal: laki-laki sebagai pencari nafkah, perempuan mengurus anak dan
rumah tangga. Perlu diingat bahwa;
• Orientasi seksula adalah pilihan jenis kelamin dalam memina relasi dan berhubungan seksual,
ada 3 orientasi seksual, yakitu; heteroseksual, biseksual, dan homoseksual.
Tujuan:
• Peserta memahami bahwa penasun berisiko tertular atau menularkan HIV melalui prilaku seks
yang tidak aman
• Peserta terampil membicarakan seks dengan nyaman pada penasun
• Peserta mampu mepromosikan dan mempraktekan penggunaan kondom
Prosedur:
Perlengkapan
1. Flip Chart
2. Slide Presentasi
3. Kondom
4. Dildo
5. Buku Bacaan
Metode
Bagian I
Pembukaan (5’)
Tujuan : Peserta memahami Tujuan sesi ini dan kaitannya dengan tugas PO di lapangan
Waktu : 5 menit
Prosedur :
Bagian II :
Kehidupan seks di kalangan Penasun
Tujuan :
• Peserta mengetahui resiko HIV dikalangan penasun dari prilaku seks mereka
Waktu : 30 menit
Prosedur :
Bagian III:
Ice Breaking : (5 menit)
Waktu : 20 menit
Tujuan :
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan pengertian seks berisiko sebagai salah satu faktor risiko pada penasun
• Peserta memeberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap penjelasan dari Fasilitator
Waktu : 20 menit
Tujuan :
Perlengkapan: kondom
Dildo
Prosedur :
Bagian V
Pesan kunci dan Penutup
Waktu : 15 menit
Prosedur
• Fasilitator menyampaikan pesan bahwa penting bagi PO untuk menjelaskan pada penasun
akan resiko prilaku seks, menyampaikan informasi seks dan pemakaian kondom. “Seks
aman nyaman pakai kondom”
• Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan menyebutkan sesi
selanjutnya
Sekarang anda diskusikan dengan teman-teman lembaga anda bagaimana pelaksanaan Outreach yang
dilakukan di wilayah anda? Hubungkan dengan pelayanan dan komponen intervensi yang ada, misalnya
dengan penyediaan layanan LAJSS, PTRM, VCT, kesehatan dasar, pemeriksaan IMS, diagnosis dan
pengobatan TB dan perawatan ketergantungan Napza. Hubungkan juga dengan dukungan stakeholder
local dan masyarakat.
1. Apa yang telah menjadi pembelajaran terbaik selama anda melakukan oureach?
2. Apa yang menjadi tantangan dalam melakukan outreach?
3. Buatlah rencana anda untuk mengoptimalkan Outreach diwilayah anda. Rencana nya harus
SMART (Systematic, Measurable, Applicable, Rational and Time Frame/ Terencana baik, terukur,
dapat dilaksanakan, masuk akal, dalam waktu yang tertentu).
4. Jika ada kekurangan atau belum bisa dilakukan karena PO belum tahu caranya, atau belum
trampil, atau belum pernah pelatihan, maka buatlah usulan untuk pengayaan. Usulan ini tentu
harus masuk akal dan bisa dilaksanakan dalam waktu yang tertentu.
5. Anda boleh mengkritisi pelaksanaan Program Intervensi yang ada saat ini.
6. Hasil diskusi dirangkum dalam bentuk kertas kerja lembaga dan dikumpulkan ke Panitia
7. Format dan bentuk kertas kerja lembaga hasil diskusi bebas. Tampilkanlah yang terbaik dan
menarik menurut anda. Hasil kerja anda menunjukan kinerja anda dan lembaga. Jika ini baik
maka dapat dijadikan pembelajaran bagi lembaga lain (reward menunggu)
Pengantar
Dalam menjalankan pekerjaannya, PO seringkali menghadapi tantangan-tantangan terkait
peraturan atau kebijakan negara yang belum berpihak kepada kegiatan penjangkauan. PO diharapkan
memahami bahwa kegiatan yang dilakukannya merupakan kegiatan yang mendukung perlindungan hak
atas kesehatan kepada masyarakat. Kesadaran ini akan mendukung aktivisme dalam menghadapi
berbagai tantangan di lapangan. Selain itu, tantangan terkait hukum yang dialami oleh PO berbeda-
beda, sehingga diperlukan suatu forum untuk curah pendapat dan membahas variasi permasalahan dan
solusinya.
Tujuan:
• Peserta mengetahui bahwa kegiatan penjangkauan merupakan bentuk upaya perlindungan hak
atas kesehatan (HAM).
• Peserta mengetahui berbagai tantangan terkait kebijakan negara yang dihadapi petugas
lapangan
• Peserta mengetahui berbagai kemungkinan cara menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Prosedur:
Perlengkapan
• Flip chart, kertas plano, note card, spidol, papan tulis, contoh kasus, pertanyaan panduan
(terdapat dalam slide)
Metode
Bagian 1
Pembukaan (5’)
Tujuan:
• Peserta memahami bahwa sesi yang akan dilakukan adalah untuk memahami bahwa kegiatan
penjangkauan merupakan bentuk upaya perlindungan kesehatan pecandu dan orang lain.
Waktu : 5 menit
Prosedur :
Bagian II
Pemaparan dan Diskusi mengenai HAM dan Harm
Reduction
Tujuan :
• Peserta mampu memahami mengapa harm reduction merupakan bentuk upaya perlindungan
hak asasi manusia
• Peserta mampu memahami variasi tantangan yang dihadapi oleh PO sekaligus memahami
berbagai variasi solusinya.
Waktu : 85 menit
Prosedur :
• Fasilitator menggali dari peserta mengenai tujuan, manfaat, dan siapa penerima manfaat dari
kegiatan penjangkauan yang dilakukannya (ditulis di kertas flipchart) (10 menit)
• Fasilitator menyampaikan materi umum tentang harm reduction sebagai bentuk upaya
perlindungan HAM, serta bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk kesehatan diri dan
orang lain, serta bahwa negara wajib mendukung kegiatan harm reduction. (materi HAM dan
HR) (30 menit)
• Pada akhir pemaparan, fasilitator memandu curah pendapat dari peserta mengenai
pengalaman-pengalaman tantangan terkait hukum yang dihadapi oleh PO. (15 menit)
• Setelah curah pendapat, fasilitator memandu mengaitkan dan mengelompokkan tersebut yang
terjadi karena masalah pada kebijakan dan karena masalah pada penerapannya (oknum). (10
menit)
• Setelah dikelompokkan, fasilitator memandu diskusi dan curah pendapat mengenai cara-cara
menghadapi permasalahan praktis tersebut. Hasilnya ditulis di kertas flipchart. (15 menit)
• Fasilitator menyimpulkan bahwa ada permasalahan yang harus dihadapi secara praktis, dan ada
permasalahan yang harus dihadapi secara advokasi kebijakan. (5 menit)
Pengantar
Salah satu peran Petugas Outreach (PO) adalah menyampaikan informasi terkait kegiatan dan
layanan Harm Reduction pada penasun, pasangan penasun dan masyarakat umum. Untuk itu, maka
perlu bagi PO untuk memahami secara baik mengenai aspek hukum dari program harm reduction.
Pekerjaan PO seringkali bersinggungan dengan permasalahan hukum yang dihadapi oleh penasun
maupun keluarganya. Pada titik ini, diharapkan PO memiliki cukup pengetahuan untuk dapat
memberikan saran maupun bantuan teknis kepada penasun dan keluarga.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika memiliki penggolongan penasun
sesuai kepentingan hukum. Pada tatanan pelaksanaan, undang-undang ini masih harus terus
disosialisasikan pada stakeholder, tentunya terutama pada pelaksana program penanggulangan
narkotika, termasuk PO.
Tujuan:
Prosedur:
Perlengkapan
• Flip chart, kertas plano, note card, spidol, papan tulis, contoh kasus, pertanyaan panduan, daftar
Institut Penerima Wajib Lapor, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu, Surat
Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penempatan Korban Penyalahgunaan
Narkotika di lembaga Rehabilitasi, Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 2171/
Menkes/SK/10/2011 Tentang Tata cara Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.
Metode
Tujuan:
Waktu : 5 menit
Prosedur :
• Fasilitator menjelaskan garis besar sesi ini dengan menyebutkan tujuan dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dalam sesi ini
Bagian II
Identifikasi persoalan hukum yang dihadapi program harm
reduction di Indonesia
Tujuan :
• Peserta mampu memahami berbagai aspek hukum dari program harm reduction di Indonesia
• Peserta mampu mengidentifikasi berbagai persoalan hukum yang dihadapi oleh PO dari
berbagai setting di Indonesia
Waktu : 20 menit
Perlengkapan : Pertanyaan pemandu (Gunakan pertanyaan pemandu ), spidol, kertas plano, note
card, papan tulis
Prosedur :
Tujuan
Waktu : 35 menit
Perlengkapan : Petunjuk diskusi, kertas plano, spidol, kertas flip chat, contoh kasus
Prosedur
• Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok, sesuai dengan jumlah lembaga
yang ikut pelatihan
• Fasilitator meminta kelompok untuk membuat analisis sesuai contoh kasus
• Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi kelompok di kelas besar.
• Fasilitator memandu peserta untuk mendiskusikan hasil kerja kelompok
Metode :
Bagian IV.
Pesan kunci dan penutup
Tujuan :
Waktu : 25 menit
Prosedur:
Bagian II
Panduan Pertanyaan
Apakah teman-teman pernah mengahadapi atau mendengar persoalan hukum terkait kegiatan harm
reduction di Indonesia?
Sebutkan beberapa contoh persoalan hukum yang pernah dihadapi atau didengar?
Bagian III
Contoh-contoh Kasus
Contoh Kasus 1
Pak Rizal baru saja mengetahui bahwa Tino, anaknya, kecanduan narkotika. Pak Rizal menemukan Tino
sedang memakai putau di kamar tidurnya. Tidak ditemukan stok putau pada penguasaan Tino. Pak Rizal
tinggal di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Pak Rizal tidak tahu harus berbuat apa.
Contoh Kasus 2
Dokter Bram adalah seorang dokter di RS. RA Kartini, Jepara, Jawa Tengah. Suatu hari datang pasien
bersama orang tuanya. Pasien tersebut bermaksud mencari pengobatan atas kecanduan anaknya
terhadap narkotika.
1. Apakah dr. Bram harus melaporkan bahwa anak tersebut menggunakan narkotika? Apa
konsekuensinya?
2. Jika harus melapor, ke mana dokter Bram harus melaporkan? Bagaimana prosedur pelaporan
tersebut?
Contoh Kasus 3
Dimas adalah seorang tersangka kasus pencurian sepeda motor di Jakarta. Pada keterangannya, Dimas
menyatakan bahwa dirinya mencuri sepeda motor karena terdesak kecanduannya untuk membeli
putau.
Instruksi: Untuk menentukan apakah sesi ini bisa menjawab kebutuhan anda, maka silakan anda
berikan penilaian yang jujur atas sesi yang baru saja anda selesaikan. Silakan lingkari angka yang
menujukkan penilaian ini (5 sangat bagus – 1 Sangat kurang). Di sediakan pola beberapa baris di bagian
akhir dari lembar evaluasi ini, jika anda menginginkan komentar lain.
Komentar:
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________