Anda di halaman 1dari 10

Rangkuman

Teori Belajar dan Pembelajaran

Oleh :

Nama : Dipo Ario Kusuma

NIM : E1A018018

Kelas : A

Prodi : Pendidikan Biologi

Universitas Mataram

2019
A. Teori Belajar Tingkah Laku
Menurut teori belajar tingkah laku atau behaviorisme, belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Adapun
para pendukung teori belajar aliran behaviorisme antara lain; John Watson, Edward
Thorndike, dan B.F Skinner.
1. John Watson
Watson menyatakan bahwa hanya tingkah laku yang teramati saja yang dapat
dipelajari dengan valid dan reliable. Watson mengabaikan berbagai perubahan
mental yang mungkin terjadi dalam proses belajar dan menganggapnya sebagai
faktor yang tidak perlu di perhatikan. Namun, tidak berarti bahwa semua perubahan
mental yang terjadi dalam diri peserta didik tidak penting. Dalam hal ini Watson
lebih memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak dapat diukur, meskipun
tetap mengakui bahwa hal itu cukup penting.
2. Edward Thorndike
Thorndike adalah ahli yang berpendapat bahwa pengalaman adalah sumber
gagasan-gagasan dan hanya tingkah laku nyata saja yang dapat dipelajari. Dalam
hal ini, dia berpendapat bahwa belajar dapat terjadi kalua ada stimulus dan ada
respons pada individu yang belajar. Oleh karena itu, teori belajar yang digagas oleh
Thorndike disebut juga sebagai teori stimulus dan respons (S-R). Menurut
Thorndike, ada tiga hukum pokok yang berlaku dalam proses belajar manusia yaitu:
hukum kesiapan, hukum akibat, dan hukum latihan.
Hukum kesiapan, menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons
akan mudah terbentuk dan lebih kuat jika individu atau kelompok peserta didik
sudah untuk belajar. Hukum akibat, bahwa jika setelah melakukan suatu tindakan
kemudian diikuti oleh akibat yang menyenangkan maka akan ada kecenderungan
untuk diulang pada saat yang berbeda dan sebaliknya. Hukum latihan menyatakan
bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi lebih kuat dengan adanya
latihan yang berkelanjutan.
3. B.F Skinner
Skinner mendeskripsikan hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan perubahan tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan. Dia
menemukan bahwa penghargaan tidak perlu diberikan setiap ada reaksi stimulus-
respon. Respon yang diberikan oleh peserta didik tidallah sesederhana itu, sebab
pada dasarnya setiap stimulus yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan
interaksi ini akhirnya mempengaruhi respon yang dihasilkan tersebut. Skinner
menyatakan bahwa perubahan tingkah laku tergantung pada konsekuesi.
Konsekuensi yang menyenangkan dinamakan penguatan, sedangkan konsekuensi
yang tidak menyenangkan disebut dengan hukuman.

Teori-teori belajar aliran behaviorisme memiliki beberapa karakteristik pokok


seperti: sederhana dan mudah dipahami, dapat digunakan untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang berasosiasi dengan pembelajaran, dan didasarkan pada hasil
penelitian yang terkontrol.

B. Teori Belajar Kognitif


Teori yang berorientasi pada aspek kognitif manusia lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar. Menurut teori belajar aliran kognitivisme, ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu terbangun melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Beberapa ahli yang mendukung
berkembangnya aliran kognitivisme antara lain ialah Jean Piaget, David Ausubel, dan
Jerome Bruner.
1. Jean Piaget
Teori Piaget terfokus pada perkembangan pola berpikir mulai dari bayi sampai
dewasa. Menurut Piaget, belajar adalah proses aktif dan berkaitan dengan interaksi
individu dengan lingkungannya. Jean Piaget membagi fase perkembangan kognitif
ini menjadi empat tahap yakni:
 Tahap sensorimotor, pada tahap ini anak mempelajari lingkungan
melalui gerakan dan perasaan serta mempelajari objek secara permanen.
 Tahap praoperasional, dalam tahap ini seorang anak akan memiliki
kemampuan berpikir magis yang lebih berkembang dan mulai
memperoleh keterampilan motorik.
 Tahap operasional konkrit, anak dapat berpikir logis tetapi kemampuan
berpikirnya sangat konkrit
 Tahap operasional-formal, anak sudah dapat mengembangkan
kemampuan berpikir yang bersifat abstrak.

Piaget menyatakan bahwa proses belajar berlangsung melalui tiga tahap


yakni: asimilasi, akomodasi, dan penyeimbangan. Asimilasi adalah proses
penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta
didik. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif atau mental pada
karakteristik kejadian atau objek yang dipikirkannya. Ekuilibrasi merupakan
penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

2. David Ausubel
Menurut Ausubel, peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
pengatur kemajuan belajar dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada mereka.
Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mencangkup
semua materi pelajaran yang akan dibahas dalam proses pembelajaran. Pendidik
haris menguasai isi atau materi pelajaran dengan baik. Hanya dengan demikian
seorang pendidik akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum,
dan inklusif, yang mewadahi apa yang diajarkan itu.
3. Jerome Bruner
Teorinya memandang manusia sebagai pemikir, pengelola, dan pencipta
informasi. Bruner mengusulkan teori yang disebut belajar melalui investigasi bebas.
Menurut teori ini, proses belajar akan dapat berlangsung dengan aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, definisi, dan
sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan
yang menjadi sumbernya. Belajar melalui proses mencari dan menemukan dari
Bruner adalah model pembelajaran yang dikembangakan berdasarkan pada
pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivistik.
Menurut Bruner, belajar memiliki empat komponen yaitu rasa ingin tahu dan
ketidakpastian, struktur pengetahuan, sekuensi, dan motivasi.
 Rasa Ingin Tahu dan Ketidakpastian
Kemauan dan kemampuan belajar dapat diaktifkan dengan
menghadapkan peserta didik pada masalah yang menantang mereka untuk
mencari alternative solusinya. Kondisi dan sumber belajar yang menantang
untuk melakukan eksplorsi adalah “ketidakpastian” yang memicu rasa ingin
tahu.
 Struktur Pengetahuan
Bruner menyatakan bahwa pendidik perofesional harus mampu
menspesifikasi pola atau struktur pengetahuan agar dapat lebih mudah
diikuti oleh peserta didik.
 Sekuensi
Bruner menyatakan bahwa model penyajian materi pembelajaran
sebaiknya berlangsung melalui sekuensi atau tahapan-tahapan tertentu
yakni mulai dari tahap Enaktif (hands-on, concrete), ke tahap Ikonik
(visual), dan terakhir ke tahap simbolik (description or mathematical
symbols).
Dalam tahap Enaktif, peserta didik secara langsung dilibatkan dalam
kegiatan memanipulasi objek-objek yang berkaitan dengan materi pelajaran
secara langsung.
Dalam tahap Ikonik, berhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Tahap ikonik adalah
tahapan pembelajaran suatu pengetahuan yang dipresentasikan dalam
bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan situasi
konkret.
Pada tahap simbolik peserta didik memanipulasi simbol-simbol atau
lambing objek tertentu.
 Motivasi
Motivasi berkaitan dengan sanksi dan penghargaan. Motivasi bias
berupa dorongan dari luar diri atau dalam diri seseorang. Motivasi dari
dalam diri seseorang disebut motivasi intrinsik dan motivasi dari luar atau
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang terjadi karena
adanya kenginan mendapatkan hadiah atau menghindari sanksi. Sedangkan
motivasi ekstrinsik berkaitan dengan pujian dan lain-lain.
C. Teori Belajar Humanisme
Teori belajar humanisme adalah teori yang paling abstrak dan lebih mendekati
dunia filsafat dibandingkan dunia pendidikan. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar
dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya. Teori manapun
dapat dimanfaatkan asalkan bertujuan untuk memanusiakan manusia
(mengaktualisasikan diri sebagai manusia) dapat tercapai. Beberapa pakar pendukung
teori belajar aliran humanism adalah Abraham Maslow, John Dewey, David Klob, dan
Habermas.
1. John Dewey
Dewey meyakini bahwa interaksi manusia dengan lingkungan
memberikan kontribusi pada gagasan bahwa belajar adalah bagian dari
kegiatan membimbing diri sendiri untuk menemukan sesuatu.
2. Abraham Maslow
Dia percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya dikenal sebagai teori “hirarki kebutuhan”.
Adapun urutan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut:
 Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar.
 Kebutuhan akan rasa aman.
 Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi.
 Kebutuhan untuk dihargai.
 Kebutuhan untuk aktualisasi diri.
3. David Kolb
Kolb membagi proses belajar ke dalam empat macam, yaitu;
pengamatan konkkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konsep-tualisasi,
eksperimentasi aktif. Pada tahap paling awal dalam proses belajar, seorang
peserta didik hanya sekedar mampu ikut mengalami suatu kejadian Dia
belum mempunyai kesadaran tentang hakekat kejadian tersebut. Pada tahap
kedua yaitu pengamatan aktif dan reflektif, peserta didik tersebut akan
mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian yang dialaminya
serta berusaha memikirkan dan memahaminya. Tahap selanjutnya peserta
didik akan belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang sesuatu hal
yang pernah diamatinya. Tahap terakhir yaitu eksperimentasi aktif, peserta
didik diharapkan sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke
situasi yang baru.
Kolb berpendapat bahwa peserta didik dapat dikelompokan ke dalam
empat tipe, yakni aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis. Peserta didik tipe
aktivis cenderung suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru
yang menantang seperti curah pendapat atau aktivitas meniyelesaikan
masalah. Peserta didik tipe reflektor biasanya cenderung berhati-hati dalam
mengambil keputusan, konservatif atau mempertimbangkan dengan cermat
akan baik buruknya suatu keputusan. Peserta didik tipe teoritis cenderung
kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian
yang sifatnya subjektif. Adapun peserta didik dengan tipe pragmatis
umumnya menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari apa yang
dipelajari. Mereka tidak suka bertele-tele membahas aspek teoritis-filosofis
berkaitan dengan sesuatu konsep atau masalah.
4. Habermas
Dia meyakini bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi
dengan lingkungan dan dengan sesame manusia. Dengan asumsi ini, dia
membagi tipe belajar menjadi tiga macam, yaitu: belajar teknis, belajar
praktis, belajar emansipatoris.
Dalam belajar teknis, peserta didik belajar bagaimana berinteraksi
dengan alam sekelilingnya. Dalam belajar praktis, peserta didik juga belajar
berinteraksi, tetapi lebih kepada interaksi antara peserta didik dengan orang-
orang disekelilingnya. Dalam belajar emansipatoris, peserta didik berusaha
mencapai pemahaman dan kesadaran sebaik mungkin tentang perubahan
kultural dari suatu lingkungan.

Teori humanistik akan sangat membantu kita memahami proses belajar serta
melakukan proses belajar dalam dimensi yang lebih luas, jika kita mampu
menempatkan pada konteks yang tepat. Ide-ide, konsep-konsep, dan taksonomi-
taksonomi yang dibahas dalam teori ini telah membantu membuka pikiran kita untuk
lebih memahami hakikat jiwa manusia.

D. Teori Belajar Sosial


Teori belajar ini merupakan perluasan dari teori belajar perilaku tradisional.
Teori belajar sosial ini banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan dan
aplikasi model pengajaran langsung. Menurut Bandura, ada empat fase belajar dari
pemodelan yaitu: fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.
Fase pehatian merupakan tahap awal dalam proses belajar melalui pemodelan
adalah memberikan perhatian pada suatu model. Seorang peserta didik akan
memberikan perhatian pada model-model yang menarik, popular,atau yang dikagumi.
Ciri tingkah laku yang dapat mempengaruhi perhatian adalah kompleksitas dan
relevansinya.
Fase retensi merupakan fase yang bertanggung jawab atau peng-kodean tingkah
laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan. Pengkodean adalah proses
mengubah pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Suatu proses retensi yang
paling penting adalah pengulangan. Pengulangan secara mental (pengulangan tertutup),
apabila individu membayangkan dirinya sendiri sedang melakukan tingkah laku model.
Pengulangan secara motorik (pengulangan terbuka), yaitu dengan cara individu
melakukan tindakan yang kasat mata, proses pengulangan sangat berguna sebagai alat
bantu memori.
Fase Reproduksi, dalam fase ini bayangan dalam memori akan membimbing
penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru dipelajari. Fase reproduksi
mengijinkan model untuk melilhat apakah komponen-komponen suatu urutan tingkah
laku telah dikuasai oleh si pengamat. Kekurangan penampilan hanya dapat diketahui
apabila si pengamat diminta untuk menampilkannya. Dalam fase reproduksi ini, orang
yang menjadi model hendaknya memberikan umpan balik pada aspek-aspek yang
sudah benar dari penampilan, namun yang lebih penting lagi adalah ditunjukan pada
aspek-aspek yang masih salah dari penampilan. Umpan balik sedini mungkin dalam
fase reproduksi ini merupakan suatu variable penting dalam perkembangan penampilan
keterampilan peserta didik.
Fase Motivasi adalah tahap terakhir dari proses belajar observasional ini. Si
pengamat akan meniru model apabila mereka berpikir atau merasa bahwa jika mereka
mampu melakukan sesuatu seperti yang dicontohkan oleh model atau gurunya itu, maka
akan memperoleh penghargaan atau penguatan.

Beberapa implikasi umum teori ini terhadap desain proses pembelajaran antara
lain: belajar melalui kegiatan mengamati model (observing), hasil belajar atau luaran
yang diharapkan (expectation), berkembangnya rasa percaya diri (confidence), seting
atau pengaturan tujuan (goals), dan pengaturan diri siswa (self regulation).

Belajar melalui pengamatan (observing), peserta didik harus diberikan akses


sesering mungkin untuk memodel atau menyontoh pengetahuan keterampilan, dan
perilaku baik yang dan relevan yang menjadi tujuan pembelajaran.

Luaran yang diharapkan (expectations), merefleksikan kepercayaan individu


tentang apa konsekuesi yang akan didapatkan jika melakukan suatu tindakan atau
perilaku tertentu.
Pengembangan rasa percaya diri (confidence). Siswa akan belajar dengan lebih
aktif dan efektif jika mereka memiliki rasa percaya diri untuk menyelesaikan tugas-
tugas akademik yang diberikan kepadanya. Pembelajaran harus dirancang dengan cara
yang membantu mereka untuk mengembangkan dan mempertahankan percaya diri
mereka untuk belajar.

Seting atau pengaturan tujuan (goals). Pembelajaran harus membantu siswa


untuk menetapkan tujuan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhannya. Praktik
pembelajaran harus mendukung upaya siswa untuk mencapai tujuan yang jelas,
spesifik, dan cukup menantang.

Manajemen diri (self regulation). Pendidik harus mendukung semua siswa


dalam upaya mereka untuk menjadi pembelajar mandiri. Selain mengembangkan rasa
percaya diri dan penetapan tujuan yang relevan pendidik juga harus membantu peserta
didik menjadi terampil mengevaluasi dan merefleksi diri sendiri.

E. Konstruktivisme
Ahli filsafat pendidikan menggunakan istilah konstruktivisme sebagai teori
epistemologi yang merujuk pada sifat alami pengetahuan bagi seseorang. Dalam
konteks teori belajar, maka semua pandangan yang memberikan peluang kepada
peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuan dan keterampilannya secara aktif
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, menjadi bagian
dari aliran teori belajar kontruktivisme.
Pandangan “konstruktivis kognitif” dikembangkan dari ide Jean Piaget, yang
lebih menekankan pentingnya proses kognitif yang bersifat individual. Aliran atau
pandangan konstruktivis kognitif menekankan pentingnya keterlibatan langsung siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
Pembelajaran yang berlandaskan cara pandang kontruktivisme meliputi empat
tahap yaitu:
 tahap apresiasi,
 tahap eksplorasi,
 tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan
 tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme meliputi empat kegiatan,
antara lain yaitu:
 melibatkan pengetahuan awal peserta didik,
 melibatkan pengalaman nyata,
 terjadinya interaksi sosial, dan
 membangun kepekaan terhadap masalah lingkungan.

Petunjuk tentang proses pembelajaran yang mengacu pada cara pandang


konstruktivisme juga dikemukakan oleh Dahar. Dalam hal ini guru perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut:

 menyiapkan benda-benda nyata untuk digunakan para peserta didik,


 memilih pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik,
 memperkenalkan kegiatan yang layak dan menarik,
 memberi kebebasan untuk menolak saran guru,
 menekankan penciptaan pertanyaan dan masalah serta pemecahannya,
 menganjurkan para peserta didik untuk saling berinteraksi atau
berkomunikasi,
 menghindari istilah teknis dan menekankan pentingnya kemampuan
berpikir,
 menganjurkan peserta didik untuk berpikir dengan caranya sendiri,
 memperkenalkan kembali materi dan kegiatan yang sama setelah
beberapa waktu berlalu.

Anda mungkin juga menyukai