Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau seringkali

disebut Pemilukada, adalah Pemilihan Umum Untuk Memilih Kepala Daerah Dan

Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat

yang memenuhi syarat dalam Pemilihan Umum. Masyarakat diberikan hak dan

kebebasan untuk memilih dan menentukan pemimpinnya sendiri yang memiliki

integritas dan kapasitas yang tinggi. Dasar hukum penyenggalaraan Pemilukada

adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Keterpilihan pemimpin dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah merupakan representase rakyat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

sesuai sumber daya dalam meningkatkan ketenteraman dan kesejahteraan

masyarakat sebagai konsumen. Oleh karena itu, proses politik yang kompetitif, bebas

dan transparan serta mencerminkan nilai dan norma-norma kemasyarakatan itulah

yang diharapkan.

Dalam konteks Pemilihan Umum Kepala Daerah, pemimpin yang berkualitas

adalah pemimpin yang dihasilkan dari proses Pemilihan Umum Kepala Daerah yang

berkualitas. Pemilihan Umum Kepala Daerah yang berkualitas dan berintegritas

adalah tugas semua pihak yakni pemerintah, penyelenggara pilkada, aparat

keamanan, tokoh masyarakat, dan para pemilih. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah yang dilakukan secara langsung oleh rakyat, merupakan kali pertama

di Kabupaten Malaka yakni pada tanggal 09 Desember 2015.

1
Kegiatan ini berjalan dengan aman dan kondusif karena didorong oleh

kesadaran masyarakat yang peduli terhadap pemilukada tersebut, dengan harapan

dapat memilih calon Bupati dan Wakil Bupati yang tepat dan selalu mengutamakan

dan mempedulikan kepentingan rakyatnya. Pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala

Daerah di Kabupaten Malaka merupakan tonggak sejarah titik awal dari otonomi

secara murni, artinya dengan pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah secara langsung membuktikan bahwa demokrasi sudah tumbuh secara murni

di Kabupaten Malaka.

Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Malaka Tahun 2015 diikuti

oleh tiga pasangan calon (Paslon) yaitu: Paslon nomor urut 1 (satu) atas nama

Agustinus Klaran-Paulus Seran Bauk (TULUS) yang merupakan perwakilan dari

partai PPP, PAN, PKPI; Paslon nomor urut 2 (dua) atas nama Stefanus Bria Seran-

Danil Asa (SBS-DA) yang merupakan perwakilan dari partai PDIP, GOLKAR,

NASDEM, DEMOKRAT; dan Paslon nomor urut 3(tiga) atas nama Ludovikus

Taolin - Benny Chandradinata (TABE) yang merupakan perwakilan dari partai

GERINDRA dan PKB.

Melalui Pemilukada di Kabupaten Malaka diharapkan agar seleksi

kepemimpinan yang dilakukan partai-partai oleh masyarakat yang selama ini hanya

dipilih oleh sekian orang, dengan perubahan mekanisme pemilihan yang ada

sekarang, dapat melahirkan pemimpin yang kredibel dan betul-betul untuk menjadi

pemimpin yang dapat membangun dalam kualitas yang maksimal dan prima.

Dinamika lembaran politik akan semakin berarti apabila bobot kedaulatan rakyat dan

2
pola kinerja lembaga-lembaga politik termasuk partai-partai politik mampu berbicara

soal bagaimana masyarakat memahami sekaligus menghayati setiap tarikan nafas,

denyut nadi dan detak jantung rakyat dalam memberikan mandat kekuasaan. Untuk

itu kesiapan infrastruktur politik dan perilaku masyarakat selaku pemilih akan

menentukan agenda politik lokal tersebut berlangsung secara demokratis.

Dalam Pemilukada Kabupaten Malaka, masyarakat Buruh Tani yang menjadi

fokus dalam penelitian ini merupakan hal yang perlu diperhatikan. Masyarakat

Buruh Tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Masyarakat Buruh Tani yang

bekerja di sektor pertanian khususnya lahan persawahan. Diketahui bahwa di Desa

Uamanen Lawalu memiliki lahan persawahan yang sangat luas. Oleh karena itu tentu

saja sebagian petani sawah tentunya tidak akan sanggup jika hanya bekerja dengan

mengandalkan tenaganya sendiri tanpa membutuhkan bantuan tenaga tambahan guna

meringankan beban pekerjaannya. Maka, kehadiran Masyarakat Buruh Tani Sawah

di Desa Umanen Lawalu merupakan kelompok masyarakat yang sangat membantu

petani sawah dalam hal menanam, merawat hingga memanen tanaman padi mereka

dengan baik.

Kelompok Masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu dibetuk pada

tahun 2010 oleh bebrapa masyarakat yang awalnya tidak memiliki pekerjaan yang

dapat menjamin kebutuhan hidup mereka. Awal dibentuknya hanya beranggotakan

23 orang dengan Nama “Mentari Petani”, seiring berjalannya waktu terjadi

peningkatan jumlah anggota kelompok hingga mencapai 572 orang pada tahun 2015

yang tersebar di 7 (tujuh dusun yang ada di Desa Umanen Lawalu. Jasa mereka

akan digunakan pada saat menanam, merawat serta memanen. Berkaitan dengan

3
bagaimana cara mendatangkan mereka dengan cara melakukan kontak person

dengan pemimpin atau anggota kelompok lainnya dalam kelompok Buruh Tani

tersebut minimal satu hari sebelum dilakukan pekerjaan yang dimaksud. Terkait

dengan upah yang akan diberikan selalu dibahas diawal sebelum melakukan

pekerjaan yang akan dikerjakan.

Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu tentunya merupakan

masyarakat yang sudah masuk kategori usia angkatan kerja dan usia siap bekerja.

Berhubungan dengan Pemilihan Umum Kepala Daerah di Kabupaten Malaka

Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu mendapat kesempatan yang sama

untuk mengikuti proses penentuan pemimpin baru di Kabupaten Malaka.

Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Malaka ditetapkan Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTT berjumlah 137.719 pemilih, yang terdiri

dari 66.098 pemilih laki-laki dan 71.621 pemilih perempuan. Daftar Pemilih Tetap

(DPT) tersebut secara garis besar dapat digambarkan bahwa jumlah pemilih petani

dan Buruh Tani di Kabupaten Malaka saja mendekati setengah dari DPT tersebut.

Hal ini berkaitan dengan data Sakernas (satuan kerja nasional) 2015, yang

termasuk angkatan kerja di Kabupaten Malaka berjumlah 77.293 jiwa, diantaranya

74.744 jiwa sudah bekerja dan 3.179 jiwa merupakan kategori mencari pekerjaan

atau pengangguran. Dari kelompok penduduk yang bekerja sektor pertanian

merupakan sektor terbanyak yang menyerap tenaga kerja dengan jumlah 45.063

pekerja. Apabila masing-masing membawa satu orang keluarganya saja maka akan

diperoleh 90.126 suara khusus masyarakat Petani dan Buruh Tani dan belum

termasuk masyarakat dari bidang lain, ini merupakan sebuah angka jaminan untuk

4
memenangkan perebutan suara. Hal ini sangat disadari oleh para kontestan, sehingga

terdapat salah satu pasangan yang maju sebagai calon kepala darah dan wakil kepala

daerah karena mengandalkan suara dari para petani dan buruh tani tersebut.

Pasangan Calon tersebut adalah Stefanus Bria Seran-Daniel Asa (SBS-DA). Hal ini

disuarakan dalam kampanye terkait dengan visis-misinya untuk memperhatikan

masyarakat petani dan Buruh Tani, sebelum Pemilihan Umum Kepala Daerah

Kabupaten Malaka dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah, berapa pun jumlah

peserta yang ikut sebagai peserta atau calon pemimpin, nantinya hanya satu

pasangan calon yang akan keluar sebagai pemenang. Kabupaten Malaka telah

melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan diikuti oleh 3 (tiga) pasangan

calon. Hasil Pemilukada tersebut memutuskan bahwa, pasangan Agustinus Klaran -

Paulus Seran Bauk (TULUS) memperoleh 5.075 Suara (5,96%), pasangan Stefanus

Bria Seran - Daniel Asa (SBS-DA) memperoleh 44.776 Suara (52,60%), dan

pasangan Ludovikus Taolin - Benny Chandradinata (TABE) memperoleh 35.279

Suara (41,44%).

Jelas bahwa yang memenangkan pertarungan dalam pesta demokrasi yang

berlangsung di Kabupaten Malaka adalah pasangan calon Stefanus Bria Seran -

Daniel Asa (SBS-DA) memperoleh 44.776 Suara (52,60%). Hasil tersebut diperoleh

dari kerja keras masing-masing pasangan calon Bupati Dan Wakil Bupati di

Kabupaten Malaka. Namun Keikutsertaan Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen

Lawalu Kecamatan Malaka Tengah dalam memberikan suara hingga ikut dalam

memberikan bantuan baik material maupun non material tidak Seperti yang

5
diharapkan . Hal ini disebabkan banyak Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen

Lawalu tidak ikut membeikan suara dalam Pemilikada di Kabupaten Malaka.

Berdasarkan data hasil Pemilihan Umum yang peneliti temui dalam penelitian ini,

khusus Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu sebanyak 563 orang yang

terdaftar sebagai daftar pemilih tetap(DPT) yang tidak menggunakan hak suaranya

lebih banyak dari yang menggunakan hak suraya yakni 340 orang. Hal ini bisa saja

dikarenakan budaya primodialisme yang bersifat kekeluargaan, suku dan agama

serta juga mobilisasi atau dikerahkan oleh seseorang atau kelompok tertentu.

Berangkat dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian ilmiah dengan judul Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Dalam

Pemilihan Kepala Daerah kabupaten malaka Periode 2015-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka perumusan masalah penelitian

ini adalah adalah : Bagaimanakah partisipasi politik Masyarakat Buruh Tani di Desa

Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka dalam Pemilihan Bupati

dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka periode 2015-2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mendeskripsikan Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani di Desa

Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka dalam

pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka Periode 2015-2020

6
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Partisipasi Politik Masyarakat

Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah Dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka Periode 2015-2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Untuk menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan dibidang

politik khususnya dalam kajian mengenai Partisipasi Politik Masyarakat

Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu dalam Pemilihan Umum Kepala

Daerah Kaupaten Malaka Periode 2015-2020.

2. Selanjutnya manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah temuan

yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

(manfaat) dalam pengembangan keilmuan terutama yang berkaitan

langsung dengan kegiatan sosial politik masyarakat atau kajian sosiologi

politik.

3. Manfaat penelitian ini tidak hanya dalam memperkaya teori, tetapi hasil

temuan yang diolah secara proporsional dan profesional, diharapkan

menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam merancang level

kebijakan mengenai proses Pemilihan Umum Kepala Daerah, khususnya

di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka.

7
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan partisipasi politik bagi

seluruh Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka

Tengah Kabupaten Malaka.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

3. Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ilmu

pengetahuan dibidang ilmu politik khususnya dalam kajian mengenai

Partisipasi Politik Masyarakat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1.Hasil Peneltian Terdahulu

Berkaitan dengan rencana penelitian ini, ada hasil penelitian terdahulu yang

mengkaji tentang Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Dalam Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Malaka Periode 2015-2020. Oleh karena itu, fokus perhatian penulis

pada pendekatan atau sudut pandang keilmuan tertentu, yaitu ilmu politik. Oleh karena

itu, hasil penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti, dengan judul

1. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilukada Tahun 2012 di Kabupaten Pati

(Studi Kasus di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati), Oleh Syaiful

Huda. Kecenderungan politik uang (money politic) dalam pemilihan umum akan

berdampak pada menurunnya tingkat partisipasi politik masyarakat untuk

menentukan pilihan politiknya.

Praktek money politic di Desa Tegalharjo pada Pemilukada Kabupaten Pati,

pada tahun 2012, menunjukkan bahwa kesadaran politik masyarakat di Desa

Tegalharjo masih sangat rendah. Pilihan politik mereka sudah dibeli dengan uang.

Dampaknya adalah pada penghambatan proses demokratisasi aras lokal di Kabupaten

Pati. Melihat kultur dan latar belakang ekonomi masyarakat di Desa Tegalharjo yang

mayoritas adalah petani, membuat mereka tidak paham terhadap realitas politik yang

terjadi di Kabupaten Pati. Hal itu menjadi alasan fundamental bagi mereka untuk

menerima uang dari para kandidat dalam Pemilukada di Kabupaten Pati pada tahun

2012. Fakta ini menunjukkan bahwa partisipasi politik masyarakat di Desa Tegalharjo

9
mudah dikendalikan oleh oknum yang berkepentingan. Penelitian ini untuk

mengetahui respon masyarakat di Desa Tegalharjo dalam mengikuti Pemilukada serta

faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik. Penelitian ini merupakan

penelitian studi lapangan field research yang bersifat empiris-analitik, dengan

menggunakan pendekatan sosiologis politik yang lebih mengukur atau menilai sosial

politik masyarakat Tegalharjo. Subyek penelitian ini adalah masyarakat di Desa

Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati yang diambil sample sebanyak 100

orang sebagai responden dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 4.601

orang. Metode penelitian ini, menggunakan metode observasi, penyebaran angket

(kuesioner), wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

faktor yang paling berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa

Tegalharjo, adalah money politic sebesar (76%).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat korelasi yang sangat

jelas dengan peneliti sekarang dengan Judul Partisipasi Politik Masyarakat Buruh

Tani Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Malaka Periode 2015-2020. Ada

kesamaan yang sangat jelas antara hasil penelitian sebelumnya dengan peneliti

sekarang adalah sama-sama meneliti tentang partisipasi politik. Disisi lain, terdapat

juga perbedaan yang sangat jelas, di mana hasil penelitian sebelumnya meneliti

tentang partisipasi masyarakat pasca pemilihan kepala daerah namun peneliti

sekarang, lebih memfokuskan pada Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Di

Desa Umanen Lawalu.

10
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jermi Nau, tentang partisipasi politik masyarakat

dalam mengikuti Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kupang di Kelurahan

Oepura

Penelitian ini difokuskan pada partisipasi politik masyarakat khususnya

dalam pelaksanaan Pemilihan Walikota Kupang dan Wakil Walikota Kupang.

Partisipasi politik dalam masyarakat sangat luas yang ditandai dengan partisipasi

politik dalam pemilihan Walikota Kupang dan Wakil Walikota Kupang.

Tingginya angka partisipasi politik dalam mengikuti Pemilihan Walikota dan

Wakil Walikota Kupang di Kelurahan Oepura sebesar 97,7%. Tingkat partisipasi

masyarakat tinggi inilah bukti bahwa kinerja para penyelenggaraan Pemilihan

Umum dalam mengambil hati masyarakat benar-benar maksimal. PeranLurah

dalam melakuakan sosialisasi ditingkat RT.sangat penting, sosialisasi politik bagi

masyarakat ini juga sangat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat lebih mengerti dan paham pentingnya hak

suara mereka karena satu hak suara dapat menentukan masa depan kehidupan

dikemudian hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasai masyarakat antara lain

berupa faktor eksternal yang berasal dari luar yang mengakibatkan 2,3% pemilih

tidak menggunakan hak pilihnya. Faktor eksternal ini yaitu berupa faktor

administrasi, faktor sosialisasi, faktor politik, dan budaya primodialisasi.

Sedangkan faktor internal adalah yang berasal dari kelompok masyarakat itu

sendiri yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Faktor

internal yaitu berupa teknis dan faktor pekerjaan.

11
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat korelasi yang sangat jelas

dengan peneliti sekarang dengan Judul Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Malaka Periode 2015-2020. Ada kesamaan yang

sangat jelas antara hasil penelitian sebelumnya dengan peneliti sekarang adalah sama-

sama meneliti tentang partisipasi politik. Di sisi lain, terdapat juga perbedaan yang sangat

jelas, di mana hasil penelitian sebelumnya meneliti tentang partisipasi masyarakat pasca

pemilihan kepala daerah namun peneliti sekarang, lebih memfokuskan pada Partisipasi

Politik Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Partisipasi Politik

Dalam Kamus Politik, partisipasi memiliki arti mengambil bagian, ikut serta dan

turut berperan. Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai

pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh

Pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan,

mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau

tidak efektif (Huntington,dkk, 1994:4). Partisipasi politik menjadi salah satu aspek

penting suatu demokrasi. Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik.

Adanya keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut

dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta

menentukan isi keputusan politik.

12
Menurut Budiardjo (1982:1), partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan

jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota

suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan

pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya.

 Menurut Herbert Mc Closky (Budiardjo, 2008:183-184), partisipasi politik adalah

kegiatan-kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui cara mereka

mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak

langsung, dalam proses pembuatan atau pembentukan kebijakan umum.

 Menurut Ramlan Surbakti (1992:140), partisipasi politik sebagai keterlibatan warga

negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau

mempengaruhi hidupnya.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi politik menurut Hutington dan

Nelson kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud

untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Selanjutnya Ramlan

Surbakti sebagaimana yang dikutipoleh Cholisin (2007:150) memberikan definisi singkat

mengenai partisipasi politik sebagai bentuk keikut sertaan warga negara biasa dalam

menentukan segala keputusan yang menyangkut kehidupan.

13
Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai

bermacam-macam bentuk dan intensitas. Jumlah orang yang mengikuti kegiatan yang

tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita waktu, seperti memberikan

suara dalam pemilu, besar sekali. Sebaliknya, kecil sekali jumlah orang yang secara aktif

dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam politik. Kegiatan sebagai aktivis politik ini

mencakup antara lain menjadi pemimpin dari partai atau kelompok kepentingan. Dan

tentunya hal ini menjadi hal yang sangat penting bagi kita untuk dilaksanakan terkait

dengan pentinya partisipasi bagi kehidupan kita.

Partispasi warga negara (private citizen) bertujuan untuk mempengaruhi

pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,

terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan,

legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Samuel P. Huntington dan Joan Nelson,

1977:3). Partispasi warga negara yang legal bertujuan untuk mempengaruhi seleksi

pejabat-pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang diambil mereka (Norman H. Nie

dan Sidney Verba, 1975:1). Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam

demokrasi karena Keputusan politik yang diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan

mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Karena itu masyarakat berhak ikut serta

menentukan isi keputusan politik. Untuk tidak dilanggarnya hak-hak sebagai warga

negara dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

14
2.2.2 Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Berikut ini bentuk-bentuk partisipasi politik sesuai buku Partisipasi Politik; Tak

Ada Pilihan Mudah (1984) oleh Samuel Huntington dan Joan M. Nelson.

a) Kegiatan pemilihan, Yaitu yang mencakup memberikan suara, sumbangan - sumbangan

untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon,

atau melakukan tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

b) Lobbying, yaitu upaya - upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat -

pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud untuk

mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut

sejumlah besar orang.

c) Kegiatan organisasi, yang menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam

suatu organisasi dengan tujuan utamanya untuk mempengaruhi proses pengambilan

keputusan oleh pemerintah.

d) Mencari koneksi, yaitu tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat

pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat yang hanya dirasakan

oleh satu orang atau beberapa orang saja.

e) Tindakan kekerasan, yaitu upaya untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan

yang dilakukan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap pejabat

pemerintahan atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan

politik (dalam bentuk kudeta dan pembunuhan), mempengaruhi kebijaksanaan

pemerintah (dalam bentuk huruhara dan pemberontakan, atau mengubah seluruh sistem

15
politik (dalam bentuk revolusi). Kekerasan hanya dilakukan setelah tertutupnya

kesempatan berpartisipasi politik secara damai.

2.2.3 Faktor-faktor Pendukung Partisipasi Politik

1) Pendidikan politik

Menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk

memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,

meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak,

kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara.

2) Kesadaran politik

Menurut Drs.M. Taupan, Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang

menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan dalam

kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran politik atau keinsafan hidup

bernegara menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat tugas-tugas

negara bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari

seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkelai.

3) Sosialisasi politik

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses

dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada

politik. adapun alat yang dapat dijadikan sebagai perantara atau sarana dalam

sosialisasi politik, antara lain: keluarga (family), sekolah dan partai politik.

16
2.2.4 Faktor-faktor penghambat Partisipasi Politik

Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain;

1. Minimnya Pendidikan Politik

Faktor penghambat merupakan faktor yang menghambat sebuah kebebasan dan

pergerakan seseorang untuk berkreasi dalam hal prefensi politiknya. Aktivitas politik

masyarakat akan mengalami pasang surut ketika tidak adanya kesadaran secara baik dari

masyarakat terkait apa itu politik dan apa itu demokrasi. Masyarakat yang melibatkan diri

dalam sebuah aktivitas politk ini merupakan masyarakat yang sudah terdoktrin dan sudah

terpengaruh dengan berbagai doktrin-doktrin dari orang-orang yang memainkan politik

secara kotor.

2. Pemilih yang tidak rasional

Pemilih yang tidak rasional diakibatkan karena Masyarakat Buruh Tani di Desa

Uamenen Lawalu masih sangat kuat menganut paham primodialisasi serta kuatnya

mobilisasi hal ini berujung pada tipe pemilih yang tradisional dalam menentukan pilihan

mereka karena mereka terlibat serta menentukan pilihan mereka berdasarkan suku serta

di ajak oleh orang lain untuk mendukung serta memilih calon tertentu dengan tidak

melihat latar belakang kandidat calon tersebut.

3. Budaya Primodialisasi

Budaya juga sangat berpengaruh masyarakat dalam mengikuti sebuah hajatan

politik dalam hal karena adanya budaya primodialisasi dan sukuisme baik dari kesamaan

suku, agama, dan ras. Budaya masyarakat Buruh Tani di desa Umanen Lawalu

17
Kecamatan Malaka Tengah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai primodialisme karena

pertarungan antar suku dan agama sangat menjadi prioritas mereka dalam hal menjadi

seorang pemimpin. Persaingan antar suku di desa Umanen Lawalu menjadi suatu hal

yang wajar dalam kehidupan sosial politik mereka. Fenomena primodialisme ini sangat

berimplikasi pada pola berpikir masyarakat terus terkukung dalam ketidakrasionalitasan

memilih pemimpin mereka. Bagi mereka memilih suku mereka berarti suatu prospek bagi

mereka untuk mengangkat harkat dan martabat suku mereka.

4. Apatis

Sifat apatis juga merupakan suatu sifat yang acu tak acu ataupun masah bodoh

dengna kegiatan proses pemilihan kepala desa. Apatisme yang sedang terjadi dalam

masyarakat merupakan suatu budaya yang tiding asing lagi dalam kanca perpolitikan di

Indonesia. Faktor dari penyebabnya apatisme merupakan suatu kejenuhan dari

masyarakat dari setiap kepemimpinan yang ada di Indonesia khususnya kepemimpinan di

desa karena bagi mereka setiap kepemimpinan itu sama saja bahkan mereka tidak bisah

merubah atau membuat suatu perubahan untuk kesejahteraan masyarakat.

2.3. Masyarakat Buruh Tani

Pengertian buruh di masyarakat adalah orang yang bekerja di wilayah-wilayah

“ kasar” seperti pekerja bangunan, pekerja yang bekerja dipabrik. Merujuk ke Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain

dengan mendapat upah. Sedangkan karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu

lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah). Meskipun

KBBI memadankan kedua kata buruh dan karyawan dengan kata pekerja (orang yang

18
melakukan suatu pekerjaan), tetapi kedua istilah pertama punya perbedaan yang

mendasar, setidaknya berdasarkan apa yang didefinisikan KBBI.

Buruh Tani adalah masyarakat pekerja di bidang pertanian yang diikat dengan

hubungan kerja setiap hari atau dalam jangka waktu tertentu. dan menerima upah sesuai

dengan banyaknya hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan

yang disediakan. Umumnya buruh tani adalah orang yang mengerjakan pekerjaan yang

sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman. (Sajogyo, 1995: 112).

Dalam penelitian ini Masyarakat Buruh Tani yang dimaksud adalah pekerja lepas

di bidang pertanian karena mereka hanya bekerja pada sektor pertanian. Buruh tani dalam

pengertian yang sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dengan bekerja dan

mengambil upah dari para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah. Sebagian besar

dari mereka bekerja atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan dilepas dari hari ke hari.

Di samping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu juga melakukan

perdagangan kecil-kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil pertanian secara kecil-

kecilan, berdasarkan komisi dan kadang-kadang ada juga dari mereka yang menanami

sebidang tanah kehutanan dengan perjanjian (Sajogyo, 1995: 112).

Dalam tingkah lakunya terhadap orang-orang yang di luar dari kelompoknya,

buruh tani biasa menyerah saja pada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya, tetapi

ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. Kelompok ini biasanya curiga terhadap

segala sesuatu yang datang dari luar lingkungannya. Akan tetapi sekalipun

kedengarannya bertentangan, pada akhirnya buruh tani itu paling percaya kepada

pertimbangan para majikan mereka. Tentu saja kepercayaan itu ada batasnya, tetapi

19
dalam berhubungan dengan mereka, sekurang-kurangnya buruh itu tahu di mana mereka

berada. Dalam beberapa keadaan pendapat para majikan itu sangat menentukan,

sedangkan pendapat orang-orang yang berusaha menjadi pemimpin buruh tani dalam

perjuangan mereka untuk memperbaiki kondisi hidup, tidak diterima. Terbukti bahwa

pendapat mereka kurang diperhatikan dibandingkan dengan pendapat majikan. Tidak ada

jawaban atau badan pemerintahan yang benar-benar memberikan perhatiannya, baik

langsung maupun tidak langsung, memperhatikan rencana masa depan, misalnya dengan

menabung. Sajogyo memberikan ciri-ciri buruh tani, sebagai berikut:

a. Kegiatan Ekonomi

1. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai

pekerja harian.

2. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami tanah-

tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami oleh para

pemilik lahan

b. Pada waktu mereka tidak dipekerjakkan sebagai buruh, para buruh tani melakukan

perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan

gajinya

c. Kedudukan sosial

1. Para Buruh Tani berada di tingkat terendah dalam lapisan masyarakat. Mereka

tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak mempunyai kedudukan

yang akan dipertahankan maupun yang akan hilang.

2. Buruh hidup untuk menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau

orang yang menjamin kehidupan mereka di masa depan. Kenyataan ini

20
mempunyai implikasi penting terhadap rencana pembangunan yang telah

dipertimbangkan sebaik-baiknya berada di luar pengertian buruh tani.

3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang kecerdasan dan

pengalaman untuk mengelola pertanian. Mereka bekerja sebagai buruh tani

sepanjang hidup. Oleh karena itu, mereka sedikit memahami pekerjaan

pertanian seperti mencangkul, menanam, merawat, dan memanen.

Buruh tani sebagai kelompok tani, tidak selamanya terikat kepada desa mereka.

Banyak dari mereka berasal dari tempat lain, dan jika telah datang waktunya mereka

berpindah ke tempat yang baru di mana mereka berharap menemukan kesempatan untuk

berhasil atau mendapatkan gaji yang lebih besar dan kerja yang lebih ringan (Sajogyo,

1995: 113-114).

2.4. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada)

Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilihan umum

untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian tersebut dinyatakan pada Pasal 1

Ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

Pada awalnya kepala daerah baik gubernur, wali kota maupun bupati yang sebelumnya

dipilih langsung oleh DPRD, sejak bulan Juni 2005 dipilih secara demokratis oleh rakyat

secara langsung melalui proses Pemilihan Umum Kepala Daerah yang dikenal dengan

istilah Pemilukada. Akan tetapi, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilukada dimasukkan dalam rezim

pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil

21
Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah yang pertama kali

diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 adalah Pemilukada

DKI Jakarta 2007 (http://id.wikipedia.org/wiki/pemilihan umum kepala daerah di

Indonesia).

Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang dapat

menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat dibutuhkan penyelenggara pemilihan

umum yang profesional serta mempunyai integritas, kapabilitas, dan akuntabilitas. Oleh

karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007

sudah diganti dengan undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011

tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang meliputi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota.

Terbitnya undang-undang baru mengenai penyelenggaran pemilihan umum, yaitu

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilukada,

pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang kemudian beberapa ketentuan diubah. Perubahan tersebut

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005

tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah yang kemudian diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2005, kemudian dilakukan perubahan kedua melalui Peraturan Pemerintah Nomor

25 Tahun 2007, dan yang terakhir beberapa ketentuan tersebut dilakukan perubahan

ketiga melalui Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008.

22
2.5.Kerangka Pikir

2.5.1.Gambar Alur Pikir

Partisipasi Politik
Masyarakat Buruh Tani

Bentuk-bentuk Partisipasi Politk

a) Ikut memilih
b) Ikut mengawasi
c) Ikut sebagai tim sukses
d) Ikut memberikan
dukungan materi
e) Abstai(tidak ikut memilih)

Faktor Pendukung dan Faktor


Penghambat

Pemilihan Umum
Kepala Daerah
Kabupaten Malaka

Keterangan :

Garis Komando

23
1.4.1. Penjelasan Kerangka Pikir

Pemilihan Kepala Daerah merupakan pemilihan umum untuk memilih kepala

daerah dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah

setempat yang memenuhi syarat. Pada pemilihan kepala daerah masyarakat diharapkan

untuk berpartisipasi langsung dalam mengikuti proses politik di daerah, karena setiap

warga masyarakat yang sudah memenuhi syarat (umur 17 tahun ke atas) dan yang sudah

menikah tapi belum berumur 17 tahun juga mempunyai hak serta tanggung jawab politik

untuk dipilih dan memilih.

Sebagai pelaku atau aktor politik, partisipasi aktif dari masyarakat sangat

menentukan kualitas dari pemilihan dan keterpilihan Kepala Daerah. Hal tersebut

didasarkan peran masyarakat dalam memilih, dipilih serta turut mengawasi jalannya

proses tersebut. Selain itu keterlibatan partisipasi politik masyarakat desa juga didukung

dengan menjadi tim sukses baik itu keluarga maupun simpatisan, bahkan ada juga yang

terlibat dalam memberikan dukugan secara moril dan materi. Dalam proses tersebut,

peran partisipasi politik masyarakat juga diharapkan dan diarahkan pada suatu proses

politik yang beretika pada aturan serta nilai-nilai sosial budaya kemasyarakatan.

Kecenderungan bahwa adanya partisipasi politik masyarakat juga dipengaruhi

oleh faktor pendidikan, ekonomi, agama serta suku. Partisipasi politik masyarakat

dibedakan menjadi 3 macam yakni partisipasi apatis, mobilisasi dan otonom. Berdasarkan

hal tersebut, maka paritisipasi masyarakat dalam mengikuti pastisipasi politik terkadang

dimobilisasi oleh calon-calon kepala daerah maupun kelompok tertentu dengan

pemberian atau adanya iming-iming baik berupa barang maupun janji.

24
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa partisipasi politik masyarakat daerah pada

penilain yang rasional atau otonom dengan setiap jalan tahapan pemilihan kepala daerah.

Walaupun demikian ada juga masyarakat yang tidak peduli atau acuh tak acuh karena

dalam proses politik pemilihan kepala daerah hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan.

Namun menjadi perhatian yang serius dari semua elemen pendukung Pemilihan Kepala

Daerah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai konsumen

di daerah tersebut. Berdasarkan peran partisipasi politik masyarakat tersebut, maka yang

menjadi indikator dari peran kepala daerah yang berkualitas.

1.5.Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah batasan yang berisi istilah-istilah berangkat dari

konsep-konsep yang digunakan untuk menjelaskan atau paling tidak mendeskripsikan

kerangka pikir yang dibangun. Dalam penelitian ini definisi konseptual dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Partisipasi politik adalah kegiatan warga atau masyarakat yang bertindak sebagai

pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk memengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.

2. Buruh Tani adalah masyarakat pekerja di bidang pertanian yang diikat dengan

hubungan kerja setiap hari atau dalam jangka waktu tertentu dan menerima upah

sesuai dengan banyaknya hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang atau jenis

pekerjaan yang disediakan.

3. Pemilihan Kepala Daerah merupakan pemilihan umum untuk memilih kepala daerah

dan wakil kepala daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat

yang memenuhi syarat.

25
1.6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang terdiri atas istilah-istilah turunan dari

definisi konseptual di mana istilah-istilah dimaksud merupakan istilah-istilah yang akan

digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, aspek-aspek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Partisipasi politik adalah keikutsertaan Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen

Lawalu dalam mengikuti keseluruhan proses Pemilihan Kepala Daerah seperti ikut

memilih, ikut mengawasi, ikut sebagai tim sukses, ikut memberikan dukungan moril

dan materil.

2. Buruh Tani adalah masyarakat pekerja di bidang pertanian yang diikat dengan

hubungan kerja setiap hari atau dala jangka waktu tertentu. dan menerima upah sesuai

dengan banyaknya hari kerja, atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan

yang disediakan. Umumnya buruh tani adalah orang yang mengerjakan pekerjaan

yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.

3. Pemilihan kepala daerah adalah suatu pemilihan kepala daerah yang disingkat

Pemilukada dipilih secara langsung oleh warga atau Masyarakat Buruh Tani di Desa

Umanen Lawalu yang memenuhi syarat.

Melihat adanya fenomena politik yang sangat menarik dalam masyarakat Buruh

Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah, maka peneliti tertarik untuk

meneliti lebih jauh tentang paertisipasi politik Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen

Lawalu Kecamatan Malaka Tengah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara

Langsung di Kabupaten Malaka Tahun 2015. Dalam hal ini, apakah masyarakat Buruh

Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah ketika berpartisipasi dalam

26
kegiatan politik untuk Memilih Bupati dan Wakil Bupati. Didasari dengan adanya budaya

politik yang partisipan serta adanya kesadaran politik untuk berperilaku memilih secara

logis, cerdas, dan kritis dengan menggunakan hati nuraninya atau ada faktor-faktor lain

yang mempengaruhi perilaku memilihnya seperti faktor sosiologis, psikologis, atau faktor

pilihan rasional yang terdapat pada Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu

Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Fokus Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

dengan memberikan fokus penelitian pada faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

politik Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah

dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Malaka periode 2015-2020.

3.2. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian Deskriptif

Kualitatif, dengan mengkaji berbagai informasi dari berbagai data yang diperoleh pada

saat penelitian dan data yang diambil dari sumber lain seperti jurnal dan media masa.

Data tersebut diinterpretasi berdasarkan pembahasan persoalan dalam rangka menjawab

permasalahan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena melalui

metode tersebut, maka fokus perhatian peneliti pada Partisipasi Politik Masyarakat Buruh

Tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah dalam Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Malaka periode 2015-2020.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengamatan (Observasi):

Observasi dalam penelitian ini adalah peneliti dengan saksama mengamati

secara langsung terhadap data penelitian pada partisipasi politik masyarakat

28
buruh tani di Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah dalam

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Malaka periode 2015-2020.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan melalui komunikasi atau kontak pribadi antara peneliti

dengan sumber data (informan) serta pihak-pihak terkait dengan menggunakan

teknik purposive. Pihak-pihak yang terkait antara lain, penyelengara

Pemilukada, aparat desa dan Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu

Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka. Dengan demikian para

informan akan ditanya berdasarkan panduan wawancara atau pedoman

wawancara yang disiapkan oleh peneliti.

c. Studi Literatur

Data yang diperlukan dalam menjawab penelitian dicari dalam bahan pustaka

atau literature seperti Koran dan juga dokumentasi.

3.4. Informan

Informan yang akan diwawancara oleh peneliti berjumlah 15 orang terdiri atas

berbagai informan dengan menggunakan teknik purposif (purposive sampling ),

merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan. Mereka dipilih karena dipercaya mewakili satu populasi

tertentu. Untuk lebih jelas mengenai jumlah informan yang akan diwawancarai oleh

peneliti dapat dilihat pada Tabel berikut :

29
Tabel 3.1. Jumlah Informan

No. Informan Jumlah Informan

1 Masyarakat Buruh Tani 6 Orang

3 Perangkat desa 3 Orang

4 Kepala desa 1 Orang

5 Penyelenggara Pemilukada 5 Orang

Total 15 orang

3.5. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2012), sumber data terdiri atas:

a. Data primer adalah sumber data (Informan) yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data atau peneliti.

b. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

3.6. Lingkup dan Lokasi Penelitian

3.6.1. Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil ruang Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani

Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah

3.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malaka khususnya Desa Umanen

Lawalu Kecamatan Malaka Tengah.

30
3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari, menyusun data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit melakukan sintesa, menyusun kerangka

ke dalam pola, memilih data mana yang penting/relevan, dipelajari dan membuat

keputusan yang mudah untuk dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,

2012). Dalam teknik analisis data menggunakan tiga cara yaitu:

1. Kategorisasi adalah proses analisis data, di mana data-data yang telah dikumpulkan

kemudian dikategorikan secara sistematis, setelah itu data-data tersebut kemudian

diinterpretasikan.

2. Interpretasi data adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturan-

keteraturan yang ditemukan dalam proses penelitian.

3. Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari

pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.

31
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Latar Belakang Historis Desa Umanen Lawalu

Desa Umanen Lawalu dibentuk pada Tahun 1981. Desa ini merupakan salah satu

desa yang berada di Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka Provinsi Nusa

Tengara Timur. Berdasarkan catatan sejarah dalam Buku Induk Desa Umanen Lawalu,

secara historis masyarakat Desa Umanen Lawalu terletak di wilayah Kabupaten Malaka.

Sebelum Desa Umanen Lawalu berkembang, dahulunya wilayah ini berbentuk

Tamukung yang dipimpin oleh bapak Cornelis Seran, kemudian berkembang menjadi

Desa yang dipimpin oleh Bapak Yan Berek, barulah Terbentuk Desa Umanen Lawalu.

Bapak Yan Berek merupakan Kepala Desa Pertama di Desa Umanen Lawalu, setelah

selesai masa kepemimpinanya Bapak Yan Berek kemudian digantikan oleh bapak Mukti

Leki, Kepala Desa Uamnen Lawalu yang berikutnya adalah Bapak Nemensen Manek

Luan, kepala desa di periode berikutnya adalah Bapak Maksi Malli. Roda pemerintahan

terus berjalan, pergantian kepala desa pun terus berlanjut hingga Bapak Nikson Leki

kepala desa yang menggantikan Bapak Maksi Malli , Marthen seran menggantikan Bapak

Maksi Malli, dan Kepala Desa Umanen Lawalu yang sekarang adalah Bapak Emanuel

Bria Mali beliau adalah Kepala Desa yang menjabat di Desa Umanen Lawalu sekarang.

4.1.2. Kondisi Geografis

Desa Umanen Lawalu merupakan salah satu dari 16 (enam belas) desa yang berada

dalam wilayah Kecamatan Malaka Tengah dan berada pada sebelah selatan Kecamatan

32
Malaka Tengah. Jarak antara Kantor Desa Umanen Lawalu dengan Kantor Kecamatan

Malaka Tengah ±2 km. Wilayah Desa Umanen Lawalu terdiri dari daratan yang cukup

tinggi dari permukaan laut dan sebagian dari daratan diperuntukan untuk pertanian,

perdagangan dan perindustrian, sedangkan sebagaiannya sudah dipadati pemukiman

penduduk. Luas Wilayah Desa Umanen Lawalu sesuai profil Desa Umanen Lawalu tahun

2015 adalah seluas 356,75 Ha/M2. Batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan

Desa Umakatahan dan Desa Wehali, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Angkaes,

sebelah timur berbatasan dengan Desa Naimana, Desa Umakatahan dan sebelah barat

berbatasan dengan Desa Laran

4.1.3. Penduduk dan Mata Pencaharian

a. Penduduk Desa

Penduduk Desa Umanen Lawalu pada akhir bulan Desember 2015 berjumlah 523

KK dengan jumlah sebanyak 2751 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1316 jiwa dan

perempuan 1435 jiwa, yang tersebar dalam 7 (Tujuh) dusun. Untuk lebih jelasnya

mengenai mata pencaharian penduduk ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Presentase

1. Laki-Laki 1316 47,8 %


2. Perempuan 1435 52,2 %
Jumlah 2751 100 %
Sumber: Kantor Desa Umanen Lawalu Tahun 2015

33
Berdasarkan tabel diatas maka dapat digambarkan bahwa, penduduk Desa

Umanen Lawalu berjumlah 2751 (100%) jiwa dengan rincian Laki-laki berjumlah 1316

(47,8%) jiwa dan perempuan berjumlah 1435 (52,2%) jiwa. Terlepas dari jumlah

pendudk di atas agar kita dapat mengetahui berapa banyak masyarakat Desa Umanen

Lawalu yang bisa terdaftar sebagai daftar pemilih tetap, maka perlu dilakukan

pengelompokan penduduk berdasarkan umur agar memudahkan kita untuk dapat

menentukan jumlah masyarakat yang yang akan terdaftar sebagai daftar pemilih tetap

dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Malaka tahun 2015. Untuk lebih jelasnya

mengenai mata pencaharian penduduk ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 4.3

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Usia

Kelompok Umur (Tahun)


No Jumlah Jiwa Porsentase
Laki-Laki/
Perempuan
1 0-10 482 Jiwa 17,5 %
2 11-20 432 Jiwa 15,7 %
3 21-30 418 Jiwa 5,2 %
4 31-40 523 Jiwa 19 %
5 41-50 431 Jiwa 15,7 %
6 51-60 215 Jiwa 7,8 %
7 61-70 131 Jiwa 4.8 %
8 71-80 119 Jiwa 4.3 %
Total 2751 Jiwa 100 %
Sumber: Data Desa Umanen Lawalu Tahun 2015

Tabel di atas menjelaskan tentang jumlah keseluruhan penduduk yang menempati

wilayah Umanen Lawalu, dimana dominasi masyarakat yang tergolong kategori sebagai

pemilih pada Pemilukada sangat besar jumlahnya dibanding yang belum tergolong

sebagai pemilih dalam pemilukada yakni berjumlah 2037 jiwa seperti yang terterah pada

latar belakang penulisan karya ilmiah ini, sementara jumlah anak berusia dibawah umur

34
berjumlah 482 jiwa. Penlis mengamati bahwa jumlah pemilih terbanyak berdasarkan usia

didominasi oleh umur 17-60 Tahun, sedangkan umur 61-80 hanya berjumlah 250 jiwa.

b. Mata pencaharian Penduduk

Desa Umanen Lawalu selain sebagai petani/nelayan, Buruh Tani ada juga sebagai

pedagang, PNS, Guru, TNI/POLRI, tenaga medis, pengemudi, pensiunan, pengusaha dan

lain-lain. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk ini dapat dilihat

pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 4.2

Mata Pencaharian Penduduk Desa Umanen Lawalu

No Mata Pencaharian Jumlah


1 PNS 76(2,8%)
2 TNI/POLRI 21(0.8%)
3 Guru/Dosen 186(6,8%)
4 Tenaga Medis 48(1,8%)
5 Petani/nelayan 863(31,4%)
6 Pengemudi 57(2,1%)
7 Pedagang 126(4,6%)
8 Pensiunan 135(4,9%)
9 Buruh Tani 572(20,8%)
10 Pengusaha 83(3%)
11 Lain-lain 595(21,6%)
Jumlah 2751 (100%)
Sumber: Data Desa Umanen Lawalu Tahun 2015

Tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk lebih banyak yang berprofesi

sebagai Petani dibandingkan dengan jumlah mata pencaharian lainnya. Menurut

pengamatan penulis hal tersebut terjadi karena mutu pendidikan di pedesaan yang masih

tergolongong rendah sehingga masyarakat Desa Umanen Lawalu masih banyak yang

mempertahankan trasdisi dan kebudayaan lama yakni sebgai petani berhubung luas lahan

35
perkebunan dan persawahan yang sudah ada dan dikelola oleh nenek moyang mereka

sehinnga mereka cukup melanjutkan saja. Selain mempertahankan tradisi tersebut,

merupakan suatu keharusan yang membuat masyarakat bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan hidup juga untuk kebutuhan lain yang tak kalah penting seperti biaya sekolah.

4.1.4. Pendidikan Penduduk

Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dari yang tidak mengerti

menjadi mengerti, dari tidak paham menjadi paham dan dari bodoh menjadi pintar,

karena pendidikan adalah suatu hal yang utama untuk merubah pola pikir seseorang

menjadi lebih baik sehingga bisa mengatasi dan meminimalisir semua keadaan dan

masalah yang sedang terjadi dikehidupan masyarakat sekitarnya.

Desa Umanen Lawalu merupakan desa yang berada dekat dengan pusat Kota

Betun Kecamatan Malaka Tengah, sehingga tingkat pendidikan masyarakat Desa

Umanen Lawalu tergolong cukup baik. Hal ini disebabkan jumlah masyarakat yang buta

huruf atau yang belum sekolah lebih sedikit disbanding yang sekolah atau yang telah

menamatkan pendidikan terakhirnya. Pada umumnya pendidikan penduduk di Desa

Umanen Lawalu, berdasarkan data yang diperoleh dari pemerintahan setempat dapat

diketahui bahwa pendidikan penduduk Desa Umanen Lawalu belum begitu tinggi dimana

sebagian besar berada pada tingkatan pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

Pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini adalah rincian data

klasifikasi penduduk Umanen Lawalu sesuai dengan pendidikan pada tahun 2015.

36
Tabel 4.4 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan tahun 2015

Klasifikasi Pendidikan yang dicapai / Porsentase


No Jumlah
ditamatkan
1 Buta aksara/ Buta Huruf 844 30%
2 Tamat SD/ Sederajat 535 20%
3 Tamat SMTP/ Sederajat 523 19%
4 Tamat SMTA/ Sederajat 467 17%
5 Tamat Perguruan Tinggi/ Akademi 382 14%
6 Total 2751 100%
Sumber: Data Desa Umanen Lawalu Tahun 2015

Tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Umanen

Lawalu tergolong tinggi. Hal ini disebabkan dari 2751 jiwa hanya 844 jiwa didominasi

oleh masyarakat yang tidak sekolah dan yang belum sekolah. Sedangkan yang bersekolah

dari SD hingga jenjang SMTA dan perguruan tinggi mencapai 1907 jiwa.

4.1.5. Agama dan Kepercayaan Penduduk

Sebagian besar masyarakat Desa Umanen Lawalu beragama katholik dengan

jumlah 2613 orang, berikutnya adalah Kristen protestan dengan jumlah 108 orang.

Sekalipun pemeluk Agama Katholik jumlahnya lebih besar di banding dengan pemeluk

agama Kristen Protestan tetapi toleransi kehidupan antar umat beragama berlangsung

sangat baik. Hal itu dapat dilihat dari setiap hari raya Natal maupun hari raya paskah,

kedua pemeluk agama saling menjaga hubungan dengan baik. Fenomena ini

menunjukkan bahwa hubungan umat beragama di Desa Umanen Lawalu sangat

harmonis. Untuk lebih jelasnya mengenai agama dan kepercayaan penduduk ini dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

37
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Agama

Jenis Kelamin
No Agama Jumlah
penduduk Laki-laki Perempuan
1316(50,4%) 1435 (49,6%) 2751 (100 %)
1 Khatolik 1248 (45,4%) 1365(49,6%) 2613(95 %)
2 Protestan 51(1,8 %) 57 (2 %) 108 (4%)

3 Islam 3(0,1%) 3(0,1%) 6 (0,2 %)

4 Hindu 0 0 0

5 Budha 0 0 0

6 Lain-lain 0 0 0

Jumlah 1316(50,4%) 1435 (49,6%) 2751 (100 %)

Sumber: Data Desa Umanen Lawalu Tahun 2015

Menurut data Desa Umanen Lawalu bahwa agama yang paling dominan adalah

agama katholik dengan jumlah 2613 (96%) juwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah

1385 (49,85%) juwa sedangkan perempuan berjumlah 1395 (50,14%) jiwa. Sedangkan

agama minoritas Adalah Agama Islam dengan jumlah 6 jiwa atau 0,2% dari jumlah

keseluruhan Masyarakat Desa Umanen Lawalu.

4.1.6. Kondisi Sosial Budaya

Keberagaman Indonesia adalah anugrah yang sering tidak disadari dan lalai

dikelola, sama halnya dengan penduduk Desa Umanen Lawalu yang memiliki

keberagaman suku, agama, dan ras dengan ciri khas dan budaya masing-masing.

Kebudayaan dari masing-masing penduduk turut memberi warna bagi identitas penduduk

di Desa Umanen Lawalu. Pertumbuhan kebudayaan yang tidak sama juga memberikan

pengaruh pada keberagaman itu sendiri.

38
Desa Umanen Lawalu sebagai bagian dari bangsa yang majemuk dan beragam,

memiliki penduduk yang memeluk dan beribadat beberapa macam agama. Keberagaman

itu tidak menjadi suatu hambatan bagi masyarakat Desa Umanen Lawalu untuk turut

mengambil bagian dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten

Malaka Periode 2015-2020. Budaya primodialisasi di Desa Umanen Lawalu masih sangat

begitu kental dan sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Desa Umanen Lawalu.

Kuatnya budaya primodialisme dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah Kabupaten Malaka tahun 2015 menjadi indikator utama masyarakat untuk

berpartisipasi secara aktif.

Dampak sosial budaya dibidang pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan

sangat erat kaitannya, terlihat dari kehidupan sehari-hari dari masyarakat yang sangat

menghormati/menghargai perbedaan budaya dari masing-masing suku/etnis dan

mengutamakan hidup bergotong royong dalam pembangunan.

4.1.7. Birokrasi Pemerintahan

Birokrasi pemerintahan Desa Umanen Lawalu terdiri atas seorang kepala desa,

dibantu oleh seorang sekretaris desa dan tiga kepala urursan yakni kepala urusan

pemerintahan, kepala urusan umum dan kepala urusan pembangunan serta badan

perwakilan desa (BPD) dengan tugas-tugasnya sebagai berikut. Tugas kepala desa (UU

N0 6 tahun 2014 Bab V pasal 26 ayat 1) kepala desa disini bertugas untuk

menyelenggarakan pemerintah desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan

masyarakat desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Sedangkan menurut UU No 6

tahun 2014 pasal 48 dan 49 menjelaskan tentang perangkat desa dan tugasnya.

39
Kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari sekretaris desa,

pelaksanaan kewilayahan dan pelaksana teknis ketiga perangkat ini memiliki tugas untuk

membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Dalam pemerintahan desa, kepala urusan pemerintahan memiliki tugas, membantu

kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan, administrasi

pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertinban masyarakat desa. Kepala urusan

umum memiliki tugas, membantu sekretaris desa dalam melaksanakan administrasi

umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta

mempersiapakan bahan rapat dan laporan.

Kepala urusan pembangunan memiliki tugas, untuk membantu kepala desa dalam

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan ekoni

masyarakat dan potensi desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan

pelayanan masyarakat serta penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas

pembantuan.

Disisi lain menurut UU No 6 tahun 2014 Pasal 55 menjelaskan tentang fungsi dari

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yakni membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarkat

dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

40
Gambar 4.2

Struktur Pemerintahan Desa Umanen Lawalu

KEPALA DESA BPD

EMANUEL BRIA ALLI KORNELIS KLAU


TANGKIS

SEKRETARIS DESA

GASPAR SERAN BEREK

KAUR KAUR UMUM KAUR


PEMERINTAHAN PEMBANGUNAN
MODESTA IKU
FELIKS LEKI FUKIRMIN MUTI

Sumber: Profil Desa Umanen Lawalu 2015

Berdasarkan strukstur desa diatas peneliti beranggapan bahwa kepala desa

dengan badan perwusyawaratan desa (BPD) merupakan mitra keja dalam membuat atau

merancang suatu regulasi untuk mengatur serta membangun desanya. Terlepas dari itu

sekertaris serta para kaur desa merupakan suatu pelengkap struktur yang tersistem dan

mempunyai peran serta yang begitu penting dalam membangun dan melayani

administrasi dan kebutuhan masyarakat desanya. Segala kebutuhan serta aspirasi

masyarakat disampaikan kepada BPD kemudian itu aspirasi masyarakat tersebut

didiskusikan bersama kepala desa mengingat bhwa kepala desan dan BPD merupakan

mitra kerja dan setelah itu melakukan rapat bersamah serta memusyawarakan untuk

mufakat secara kolektif kolegial untuk memcahkan probloematika atau fenomena-

fenomena kesenjangan dalam kehidupan sosial masyarakat.

41
4.1.8. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah Periode 2015-2020

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malaka Periode

2015-2020 dimulai dari tahap pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007. Proses pencalonan Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malaka saat itu ada tiga calon pasangan calon yakni

Paslon nomor urut 1 (satu) atas nama Agustinus Klaran-Paulus Seran Bauk (TULUS)

yang merupakan perwakilan dari partai PPP, PAN, PKPI; Paslon nomor urut 2 (dua) atas

nama Stefanus Bria Seran-Danil Asa (SBS-DA) yang merupakan perwakilan dari partai

PDIP, GOLKAR, NASDEM, DEMOKRAT; dan Paslon nomor urut 3(tiga) atas nama

Ludovikus Taolin - Benny Chandradinata (TABE) yang merupakan perwakilan dari

partai GERINDRA dan PKB.

Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mengkampanyekan program

kerjanya kepada masyarakat yang pelaksanaannya diatur oleh panitia pemilihan. Panitia

pemilihan menetapkan tempat, mekanisme, sistem dan waktu pelaksanaan kampanye.

Masa kampanye ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, yaitu

masa kampanye selama-lamanya empat belas hari. Tiga hari sebelum pelaksanaan

pemungutan suara masing-masing calon dilarang melaksanakan kampanye dalam bentuk

apapun.

Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Malaka telah dilaksanakan pada tanggal

09 desember 2015. Dalam Pemilukada tersebut terdapat tiga pasangan calon yakni

Pemilukada Kabupaten Malaka Tahun 2015 diikuti oleh tiga pasangan calon (Paslon)

yaitu: Paslon nomor urut 1 atas nama Agustinus Klaran-Paulus Seran Bauk (TULUS)

yang merupakan perwakilan dari partai PPP, PAN, PKPI; Paslon nomor urut 2 atas nama

42
Stefanus Bria Seran-Danil Asa (SBS-DA) yang merupakan perwakilan dari partai PDIP,

GOLKAR, NASDEM, DEMOKRAT; dan Paslon nomor urut 3 atas nama Ludovikus

Taolin-Benny Chandradinata (TABE) yang merupakan perwakilan dari partai

GERINDRA dan PKB. Secara umum Hasil penghitungan suara (real count) KPU

propinsi NTT menetapkan bahwa Pilkada Kabupaten Malaka dimenangkan oleh Paslon

nomor urut 2 atas nama Stefanus Bria Seran - Danil Asa (SBS-DA) yang merupakan

perwakilan dari partai PDIP, GOLKAR, NASDEM, DEMOKRAT dengan perolehan

suara mencapai 44.776 Suara (52,60%) suara. Disusul oleh paslon nomor urut 3 yaitu

Taolin Ludovikus-Benny Chandradinata (TABE). Memperoleh 35,279 Suara (41,44%)

suara. Serta yang memperoleh suara terendah adalah paslon nomor urut 1 Agustinus

Klaran-Paulus Seran Bauk (TULUS). Memperoleh 5.075 suara (5,96%).

Dari ketiga pasangan Calon Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah tersebut

di atas, Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah awalnya sangat sulit didudga

terkait dengan siapa yang akan menduduki kursi nomor satu di Kabupaten Malaka.

Karena berdasarkan Latar belakang pemilih yang ada di Desa Umanen Lawalu

didominasi oleh suku Tetun/fehan, suku Timor, Suku Marae dan Kemak sedangkan

mayoritas agama yang mendiami di Desa Umanen Lawalu adalah Agama Katolik dan

agama minoritas adalah Agama Islam. Selanjutnya Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa

Umanen Lawalu lebih mendominasi adalah SD dan SMP sedangkan yang tamatan SMA

dan perguruan tinggi masih sangat minim. Dilihat dari tingkat pekerjaan Masyarakat

Desa Umanen Lawalu mayoritasnya Petani dan Buruh Tani. (Kantor Desa Umanen

Lawalu)

43
Berhubungan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan masyarakat, agama

masayarakat merupakan penegelompokan penduduk, tetapi secara umum dapat dikatakan

bahwa hal tersebut merupakan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil sensus tahun 2014 di

Desa Umanen Lawalu terdapat 426 KK dengan 2751 jiwa yang terbagi menjadi 1316

laki-laki dan 1435 perempuan (Profil desa umanen lawalu). Sedangkan masyarakat yang

terdaftar sebagai pemilih dan yang menggunakan hak pilihnya adalah 2.158 dengan

rincian 1.019 laki-laki dan 1.139 pemilih perempuan sementara yang meggunakan hak

pilihnya sebanyak 1.160 suara(53,75%) suara, denagn rincian 415(40,73%) laki-laki dan

569 (49,96%) suara. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel.

Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Desa Umanen Lawalu

Jenis Kelamin
Masyarakat Desa Total
Umanen Lawalu Laki-laki Perempuan
(DPT) 1.019 jiwa 1.139 jiwa 2.158 jiwa
Pengguna Hak Pilih 415 jiwa 569 jiwa 1.160 jiwa
Partisipasi 40,73% 49,96% 53,75%

Melihat lebih Khusus mengenai Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu

sendiri Berdasarkan hasil sensus tahun 2014 di Desa Umanen Lawalu terdapat 572

penduduk yang berprofesi sebagai Buruh Tani dengan rincian 304 orang laki-laki dan 268

orang perempuan (Profil Desa Umanen Lawalu). Sedangkan masyarakat yang terdaftar

sebagai pemilih Tetap sebanyak 563 orang. Namun ada pun Masyarakat Buruh Tani yang

terdaftar sebagai pemilih Tetap sebanyak sebanyak 9 orang, hal ini disebakan karena

yang bersagkutan sedang berada di luar kota. Masyarakat Buruh Tani yang menggunakan

44
hak pilihnya adalah 223 dengan rincian 116 laki-laki dan 107 pemilih perempuan, yang

meggunakan hak pilihnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.
Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu yang menggunakan hak pilihnya dalam
Pemilukada Kabupaten Malaka Tahun 2015.

Jenis Kelamin Total


No Peserta Pemilukada
Laki-Laki Perempuan
1 Masyarakat Buruh Tani 304 (53%) 268(47%) 572 (100%)
2 DPT 296(53%) 265(47%) 563 (100%)
3 Pengguna Hak Pilih 116(21%) 107(19%) 223(40%)
Yang Tidak
4 Menggunakan Hak 182 (32%) 158(28%) 340(60,39%)
Pilihnya

Sumber: Data Salinan Panitia Pemilukada Kabupaten Malaka Tahun 2015

Berdasarkan data di atas, Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani di Desa

Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka Dalam Pemilihan

Kepala Daerah Tahun 2015 sangat rendah karena sebanyak 223 jumlah Masyarakat

Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu yang menggunakan hak pilihnya dari 572

Masyarakat Buruh Tani yang terdaftar sebagai DPT dalam Pemilihan Umum Kepala

Daerah Kabupaten Malaka. Tingkat Partisipasi Masyarakat Buruh Tani di desa umanen

lawalu yang rendah bias saja merupakan bukti bahwa kinerja para penyelenggara

Pemilihan Umum yang belum maksimal, seperti dalam hal sosialisasi, para

penyelenggara memberikan pendidikan politik bagi Masyarakat Buruh Tani. Sosialisasi

tersebut mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun keadaan daerah menjadi

lebih baik lagi. Namun hal tersebut justru berbalik arah dimana Masyarakat Buruh Tani

45
Desa Umanen Lawalu Kecamatan Malaka Tengah kurang terdorong untuk ikut dalam

Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Malaka. Hal lain yang menyebabkan

kurangya Partiaipasi Masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu, dikarenakan yang

bersangkutan dengan sendirinya tidak mau terlibat dalam pemilihan umum Kepala

Daerah yang berlangsung di Kabupaten Malaka dengan alasan sibuk. Ada pula yang

sedang berada di luar daerah pada saat berlangsungnya Pemilukada Kabupaten Malaka

Periode 2015-2020.

4.2. Pembahasan Dan Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Partisipasi politik

Menurut Budiardjo (1982:1), partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan

jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota

suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan

pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagainya. Hal ini diprkuat dengan data

yang ditemui ketika peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Emanuel Bria Mali

selaku Kepala Desa di Desa Umanen Lawalu pada hari Selasa, 11 April 2018 yang

mengatakan bahwa:

“….pada saat sebelum dilakukan pemilihan umum hingga pasca pemilihan umum
di kabupetn malaka ini, masyarakat menyadari akan pentingnya berpartisipasi.
Mereka mengikuti setiap proses pemilikada yang ada hingga sampai dengan hasil
perhitungan suaranya. Masyarakat datang ke TPS untuk memberikan suaranya
ada juga yang mengawasi jalannya proses pemilihan tersebut.....”

46
Berdasarkan pernyataan tersebut untuk mewujudkan keberhasilan dalam

menghasilkan pemimpin daerah, inisiatif dan kreatifitas dari anggota masyarakat yang

lahir dari kesadaran dan tanggung jawab sebagai manusia yang hidup bermasyarakat dan

diharapkan tumbuh berkembang sebagai suatu partisipasi. Sehubungan dengan partisipasi

masyarakat dalam Pemilukada. Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat secara

aktif masyarakat dapat juga keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Hal ini terutama

berlangsung dalam proses politik dan juga proses sosial, hubungan antara kelompok

kepentingan dalam masyarakat sehingga demikian mendapat dukungan dalam

pelaksanaannya.

4.2.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu kecamatan

Malaka Tengah dalam Pemilukada Kabupaten Malaka Tahun 2015, dianalisis melalui

empat indikator yakni: pertama) keikutsertaan masyarakat dalam memilih, kedua)

keikutsertaan masyarakat dalam mengawasi pelaksaan pemilihan, ketiga) keikutsertaan

masyarakat dalam tim sukses atau sebagai tim sukses, keempat) keikutsertaan masyarakat

dalam memberi dukungan materi.

4.2.2.1.Keikutsertaan dalam memilih

Dalam sebuah proses memilih tentunya Masyarakat tidak pernah lepas dari

keterlibatan secara langsung yang lahir dari diri sendiri maupun keterlibatan politik

karena dimobilisasi. Hal ini tentunya juga terjadi di Buruh Tani Desa Umanen Lawalu,

47
dimana peneliti menemukan bahwa ada kelompok masyarakat tertentu yang masih murni

memilih pemimpinnya karena pilihan hatinya sendiri tanpa terkontaminasi dengan pilihan

orang lain. Mereka percaya bahwa dengan memilih berdasarkan nurani dan tanpa desakan

orang lain akanmelahirkanpemimpin yang berkualitas yang memandang kepemimpinan

itu adalah sebuah tanggung jawab untuk melayani. Hal ini diperkuat dengan hasil

wawancara peneliti dengan salah satu informan dari masyarakat Buruh Tani yang

mengatakan:

“…semua kegiatan politik dalam pemilukada saya terlibat aktif secara


langsung. Karena ada keluarga saya yang ikut dalam perebutan untuk
menjadi kepala desa kami ini. Dan saya diajak unhtuk memberi dalam hal
mendukung dia secara materi maupun moril.... .”

Namun demikian, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Masyarakat Buruh Tani Desa

Umanen Lawalu pun tidak akan pernah lepas dari mobilisasi sebagai sebuah proses dalam

memilih pemimpin yang tanpa disadari telah mempengaruhi prefensi politiknya untuk

menentukan siapa yang akan menjadi pilihannya. Selain karena mobilisasi, keterlibatan

masyarakat dalam memilih ini juga tidak lepas dari budaya primodialisme yang amat

kental terjadi di daerah itu walaupun peneliti tidak bisa menapik bahwa janji-janji yang

ditawarkan ikut ambil bagian untuk mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam

memilih calonnya. Hal ini nampak jelas dalam wawancara peneliti bersama Bapak Ester

Seran selaku Masyarakat Buruh Tani yang mengatakan bahwa:

“.....selama proses kegiatan politik di kampung ini saya tidak mengikuti


sekalipun juga tetapi pada saat pemilihan saya datang memilih. Itu juga
karena saya dipaksa oleh keluarga saya........”.

48
Penjelasan dan pernyataan yang berbeda juga disampaikan oleh informen Buruh

Tani lain yang berinisial RK yang mengatakan bahwa:

“.....pada saat pemilihan berlangsung saya sedang bekerja, tetapi karna saya
sadar akan tugas saya sebagai warga negara indonesia saya harus ikut
berpartisipasi untuk mengikuti pemilukada, karena nama saya terdaftar
sebagai DPT maka saya pun datang ke TPS untuk memberikan suara dalam
pemilukada tersebut....”

Dua pernyataan diatas tentu kontradiktif satu dengan yang lainnya yang lahir

karena setiap masyarakat mempunyai spekulasi-spekulasi yang berbeda. Ada yang

melibatkan diri secara penuh karena adanya faktor dimobilisasi atau dikerahkan oleh

pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam Pemilukada tersebut. Disisi lain ada pun

masyarakat secara sukarela terhadap kegiatan politik di desa dalam proses kampanye dan

pertemuan-pertemuan tertentu yang melibatkan masyarakat.

4.2.2.2. Keikutsertaan Masyarakat Dalam Mengawasi Pelaksaan Pemilihan

Keiktsertaan masyarakat Buruh Tani dalam Pemilukada di kabupaten Malaka baik

yang bersifat sukarela maupun dimobilisasi tentunya akan berdampak langsung pada

keterlibatan masyarakat dalam proses pengawasaan pelaksanaan Pemilukada, yang mana

peneliti menemukan ada kelompok masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu yang

betul-betul mengawasi pelaksanaan pemilihan yang menjadi konsekuensi dari pilihan hati

yang menginginkan pesta demokrasi rakyat tersebut dicederai dengan hal-hal yang tidak

seharusnya terjadi, seperti ungkapan hati seorang Masyarakat Buruh Tani yang berinisial

UT kepada peneliti:

49
“....secara pribadi pada saat pemilihan berlangsung saya datang ke TPS untuk
melihat langsung apakah ada kecurangan yang terjadi atau tidak karena saya
sendiri adalah pendukung paket TABE.....”

Namun hal tersebut akan berbeda jika peneliti membandingkannya dengan

masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu lainnya yang menentukan pilihan atas

dasar mobilisasi atau pun karena diiming-imingi oleh sesuatu yang mana keikutsertaan

dalam proses pengawasan terhadap pelaksanaan pemilihan amat sangat kecil dan terkesan

apatis. Hal ini pun tidak lepas dari orientasi politik yang bukan untuk menghasilkan

pemimpin yang berkualitas dan dapat memimpin daerah tetapi hanya melihat pemilihan

ini sebagai sebuah hajatan lima tahunan yang seharusnya dilaksanakan ataupun sebagai

bentuk formalitas semata seperti kata seorang informan yang berinisial TL kepada

peneliti yang menyatakan bahwa :

“.....Pemilukada di daerah ini hanyalah sebuah pemilihan yang dilakukan


setiap lima tahun sekali, jadi apa bila saya tidak ikut pun tidak masaklah
karena ini semua adalah pilihan saya sendiri untuk tidak terlibat dalam
pemilihan tersebut. Apalagi misalnya saya dipilih sebagai pengawas dalam
pemilukda tersebut saya tidak mau karena pemilukada itu bagi saya adalah
suatu kebohongan dari para calon untuk mendapatkan kekuasaan.....”

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor budaya sukuisme dan

dimobilisasi menjadi pendukung sekaligus pendorong bagi masyarakat setempat. Tingkat

kesadaran akan hak politis mereka masih terkukung di dalam budaya primordialisme dan

dimobilisasi. Masayarakat yang terkukung dalam budaya promodial dan bisa dimobilisasi

adalah kebenyak darai masyarakat yang secara tingkat pendidikannya masih rendah jadi

ketika diajak oleh orang lain maka mereka akan dengan mudah mengikuti perkataan

orang atau ajakan orang.

50
4.2.2.3. Keikutsertaan Masyarakat Dalam Tim Sukses Atau Sebagai Tim Sukses

Keikutsertaan masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu dalam proses

Pemilukada pun tidak lepas dari keterlibatan mereka menjadi tim sukses salah satu tim

sukses sebagaimana terjadi dalam setiap hajatan politik 5 tahunan di daerah lain.

Keterlibatan mereka menjadi Tim Sukses pun tidak lepas dari tuntutan peran yang harus

dimainkan dengan beragam alasan yang tentunya mendasari diri mereka memilih turut

terlibat aktif dalam pemilukada ini. Sebagaimana, yang diungkapkan oleh salah seorang

masyarakat Buruh Tani yang bernama Ibu Sarinda Klau yang mengatakan bahwa :

“saya senang dengan pemilukada ini karena dipilih menjadi tim sukses jadi
dengan begitu saya juga mau belajar jadi tim sukses. Selain itu juga secara
pribadi otomatis saya menjadi masayarakat indonesia yang menyadari
pentingnya berpartisipasi dalam pemilukada khususnya di Kabupaten Malaka
ini.....”

Penjelasan dan pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informen lain yang

mengatakan bahwa:

“.....selama proses pemilihan kepala daerah yang terjadi di daerah ini maupun
yang sebelunya yang masi bergabung dengan kabupaten Belu saya seringkali
melibatkan diri dalam kegiatan politik tersebut, tetapi pada pemilhan kali ini
saya memperoleh tugas yang sangat saya sukai yaitu menjadi tim sukses.....”

Alasan-alasan tersebut tentu menjadi landasan peneliti untuk menyimpulkan

bahwa masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu yang memilih jadi tim sukses

dikarenakan oleh tuntutan peran sebagai pendukung calon tertentu dan juga sebagai

tempat dirinya belajar menjadi tim sukses yang tentunya akan mempengaruhi dirinya di

masa mendatang.

51
4.2.2.4. Keikutsertaan masyarakat dalam memberi dukungan moril dan materi

Selain keikutsertan masyarakat menjadi tim sukses salah satu calon, masyarakat

pemilih pun dituntut untuk bisa ikut serta dalam memberikan dukungan baik dukungan

suara, moril dan materi. Tentunya dukungan-dukungan ini perlu dilakukan sebagai

sebuah investasi jangka panjang yang akan dirasakan bukan setahun dua tahun tetapi

untuk masa yang akan datang seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan kepada

peneliti:

“.....semua kegiatan politik dalam pemilukada saya terlibat aktif secara


langsung.Karena ada keluarga saya yang ikuti dalam memperebutkan untuk
menjadi pemimpin di kabupaten kami ini. Dan saya diajak untuk memberi
dalam hal mendukung dia secara materi maupun moril .....”

Berdasarkan pernyataan tersebut tentu menjadi dasar bagi peneliti untuk

membuat suatu kesimpulan dimana faktor dimobilisasi yang menyebabkan sebagian besar

masyarakat buruh tani di desa uamenen lawalu dalam mengikuti pemilukada di kabupaten

malaka tahun 2015. Selain itu tingkat pendidikan Masyarakat Buruh Tani di Desa

Umanen Lawalu sendiri belum begitu tingggi sehingga begitu diajak langsung ikut tetapi

yang diharpkan adalah dari kesadaran sendiri untuk memberikan dorongan terkait

pemilukada itu sendiri tidak ada.

4.3. Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu Kecamatan

Malaka Tengah dalam Pemilukada Kabupaten Malaka Tahun Tahun 2015

Dalam analisis politik modern partisispasi politik meruapakan suatu masalah

yang penting dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama hubungannya dengan

52
Negara berkembang. Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik

adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung

atau tidak langsung, memengaruhi kehidupan kebijakan (public policy).

Partisipasi politik tidak lebih dari keterlibatan individu sampai pada bermacam-

macam tingkatan, atau juga dijelaskan secara subtantif bisa berarti upaya atau usaha

terorganisir oleh konstituen atau warga Negara yang baik untuk memilih para

pemimpin yang mereka nilai baik juga.Partispasi ini mereka melakukannya dengan

penuh tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dalam lingkup suatu bangsa dan

negara. Partisipasi politik ditekankan pada aspek untuk mendukung kepentingan-

kepentingan atau visi dan misi elit politik tetentu.

Sebagai masyarakat yang bijak kita harus turut serta dalam proses pemilihan

umum dalam rangka menentukan pemimpin yang akan memimpin kita. Dengan

demikian, secara tidak langsung kita akan menentukan pembuat kebijakan yang akan

berusaha mensejahterakan masyarakat secara umum.

Dalam proses pemilukada, sebagai masyarakat yang cerdas kita harus mampu

menilai calon yang terbaik yang sekiranya mampu dan mau mendengarkan aspirasi

masyarakat agar pembangunan yang akan dilakukan sesuai dengan keinginan

masyarakat dan tidak memilih calon yang hanya mementingkan diri sendiri atau

kelompoknya saja sehingga melupakan janji-janji yang sudah diucapkan dalam masa

kampanye. Sebagai pemilik hak pemilih dalam pemilihan kita jangan sampai menyia-

nyiakan hak suara hanya untuk iming-iming sementara yang dalam artian kita harus

53
memberikan suara kita kepada calon yang tepat. Ketidakikutsertaan kita sebenarnya

justru akan membuat kita susah sendiri karena kita tidak turut memilih tetapi harus

mengikuti pemimpin yang tidak kita pilih.

Disisi lain banyak keterlibatan masyarakat dimobilisasi untuk menentukan

pilihan mereka entah baik dari kandidat itu sendiri maupun dari tim suskesnya. Hal ini

diketahui ketika penelititi melakukan wawancara kepada salah seorang informen

masyarakat buruh tani yang berinisial SP terkait keterlibatan dalam mengikuti proses

perpolitikan yang mengatakan bahwa:

“…..keterlibatan saya dari mengikuti perkembangan proses perpolitikan


yang ada di desa kami ini sungguh sangat tidak aktif. Kadang-kadang saya
mengikuti hajatan politik tersebut juga karena di ajak oleh tim sukses dari
para calon. Jadi saya ini ikut-ikut saja......”

Hal ini diperkuat oleh informen dari Masyarakat Buruh Tani yang lain yang berinisial
RK yang mengatakan bahwa:

“….saya mengikuti dalam hal berpartisipasi secara langsung dalam setiap


proses perpolitikan itu karena ada calon yang bakal bertanding itu
merupakan kakak dari saya punya teman. Makanya saya diajak sekaligus
terus dipaksa untuk melibatkan diri dalam setiap kegiatan....”.

Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa keterlibatan

Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu dalam berpartisipasi langsung dalam

proses perpolitikan yang terjadi dalam desa mereka itu karena di mobilisasi atau

dikerahkan oleh tim sukses maupun kandidat itu sendiri. Hal berimplikasi pada pola

54
pikir masyarakat yang berujung pada ketidakrasionalitasan dalam berfikir sekaligus

bertindak sesuai kehendak sendiri sampai pada menentukan pilihannya.

Secara ototmatis ketika masyarakat yang turut terlibat yang dimobilisasi akan

terbawa terus perilakunya sampai pada titik akhir dari sebuah Pemilihan Kepala

Daerah yakni dalam memberikan prefensi politiknya untuk menentukan siapa yang

akan menjadi pilihannya. Adapun masyarakat yang secara berpartisipasi aktif

mengikuti kegiatan politik itu merupakan suatu kesadaran sendiri secara politik tetapi

melainkan karena adanya budaya primodialisme serta adanya janji-janji. Hal tersebut

sebagaimana disampaikan oleh salah satu informen yang mengatakan bahwa:

“.....semua kegiatan politik dalam Pemilukada di Kabupaten Malaka ini saya


terlibat aktif secara langsung. Karena ada keluarga saya yang mengikuti
dalam memperebutkan untuk menjadi pemimpin di daerah ini kami ini. Dan
saya diajak untuk memberi dalam hal mendukung dia secara materi maupun
moril.....”

Penjelasan dan pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Ibu Neny Bau

lain yang mengatakan bahwa

“…selama proses kegiatan politik di kampung ini saya tidak mengikuti


sekalipun juga tetapi pada saat pemilihan saya datang memilih. Itu juga
karena saya dipaksa oleh keluarga saya....”

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi

kontradiksi pemikiran setiap masyarakat.Yang dimana setiap masyarakat mempunyai

spekulasi-spekulasi yang berbeda. Ada yang melibatkan diri secara penuh karena

adanya faktor dimobilisasi atau dikerahkan oleh pihak-pihak yang memiliki

55
kepentingan dalam pilkades tersebut. Disisi lain adapulah masyarakat secara apatis

terhadap kegiatan politik di desa dalam proses kampanye dan pertemuan-pertemuan

tertentu yng melibatkan masyarakat.

Hal ini jelas terlihat bahwa masyarakat masi terkukung oleh budaya apatis

karena mereka mengamati bahwa setiap pemimpin belum atau secara sepenuhnya

tidak menghiraukan aspirasi mereka tetapi lebih mengutamakan kepentingan

kroninya. Maka dari itu terlepas budaya apatis dari masyartakat tetapi pada saat

pemilihan masyarakat yang apatis tadi turut melibatkan diri memberikan pilihannya

hanya sekedar memenuhi tuntutan hak politis mereka. Adapun masyarakat yang

secara apatis sepenuhnya tidak melibatkan diri mereka mulai dari kegiatan kampanye

sampai pada proses pemilihan. Hal ini diketui ketika peneliti melakukan wawancara

dengan seorang Masayarakat Buruh Tani yang mengatakan:

“……saya ini paling benci namanya politik.Makanya saya malas mengikuti


kegiatan politik. Setiap pemimpin yang kita pilih sebelumnya juga tidak
memberikan dampak yang baik untuk memajukan daerah ini. Jadi
Pemilukada kali ini saya tidak mau ikut lagi jangan sampai terjadi hal yang
sama dengan pemimpin-pemimpin yang lalu.....”

Penjelasan dan pernyataan yang sama juga disampaikan oleh informen Bapak Aser
Fahik yang mengatakan bahwa:

“…….saya tidak mengikuti pemilihan bukan berarti saya tidak mengerti


tentang politik. Saya sangat paham tentang politik. Pada saat pemilihan
saya sebenarnya ingin mengikuti pemilihan tetapi saat mau pergi mengikuti
pemilihan saya di ajak oleh suami saya untuk tidak mengikuti pemilihan.....”

56
Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa ada masyarakat

yang memliki sifat apatis yang begitu tinggi dalam hal kegiatan hajatan politik,

bukan karena diajak ataupun terpengaruh dengan masyarakat yang lain melainkan

mereka sangat sudah amat membenci namanya politik. Hal ini berujung pada

kekecewaan karena setiap pemimpin yang dilahirkan tidak sepenuhnya

memperhatikan setiap problematika yang dialami oleh masyarakat setempat.

Problematika infrastruktur jalan dan jembatan yang sangat mempengaruhi sekalipun

memperhambat setiap aktivitas masyarakat.

Disisi lain adapun masyarakat yang secarah sepenuhnya memahami arti

penting politik tetapi karena terpengaruh dengan anggota keluarganya yang memiliki

sifat apatis makanya pada saat pemilihan mereka tidak datang memberikan hak

politis mereka. Peneliti beranggapan bahwa sudah ada doktrinisasi yang sudah

dilakukan oleh anggota keluarganya untuk tidak mengikuti pilihan.

Budaya pengaruh mempengaruhi sangat kental yang sudah mengakar sekalipun

mentradisi dalam kehidupan masyarakat setempat hal ini berujung pada

ketidakrasionalitasan masyarakat dalam memahami arti penting dari sebuah pilkada.

Budaya apatis, dimobilisasi ataupun dikerahkan sudah menjadi budaya masyarakat

setempat. Disisi lain ada masyarakat yang secara sadar mengikuti seluruh kegiatan

politik pemilihan kepala Daerah dari awal sampai pada perhitungan suara. Hal ini

diketahui ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang informen dia

mengatakan bahwa:

“……saya sebagai tokoh adat dalam hal inisebagai panutan dalam


masyarakat saya harus memberikan efek jerah yang baik untuk masyarakat

57
saya tetapi setiap usaha yang saya lakukan mulai dari ikut memilih, ikut
mengawasi, ikut sebagai tim sukses, ikut memberikan dukungan materi untuk
mengajarkan kepada masyarakat bahwa kita semua memilikin hak untuk
terlibat dalam kegiatan hajatan poilitik di desa kita ini......”

Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang Masyarakat Buruh Tani yang
berinisial AB mengtakan bahwa:

“.....semua kegiatan politik di desa ini saya ikuti sampai habis. Saya melihat
banyak masyarakat yang tidak melibatkan diri makanya saya sebagai tokoh
dalam masyarakat harus memberikan pemahaman kepada masyarakat yang
memilki sikap apatis ataupun acu tak acuh terhadap politk......”

Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti berkesimpulan bahwa kesadaran

akan pemahaman arti suatu tokoh dalam masyarakat sudah memiliki nilai akuntabel

dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat yang tidak memiliki rasa

tanggung jawab terhadap proses perpolitikan yang terjadi di desa mereka. Berbagai

kegiatan yang mereka lakukan itu semua untuk mencari dan memberikan rangsangan

dalam hal mengajarkan masyarakat bahwa setiap masyarakat yang sudah terdaftar

sebagai pemilih harus turun memberikan kontribusi politis mereka secara langsung

maupun tidak langsung.

Tetapi semua usaha yang mereka lakukan dalam hal memberikan pemahaman

kepada masyarakat tidak semua yang mengikuti ataupun menerima dengan baik.

Disisi lain ada sebagian masyarakat yang menerima dengan baik walaupun itu bukan

kesadaran mereka sendiri tetapi melainkan dari bentuk pemahaman yang diberikan

oleh tokoh masyarakat kepada mereka. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh

seorang pemilih Buruh Tani mengatakan bahwa:

58
“.....sebelumnya saya tidak mengikuti kegiatan politik tetapi pada saat saya
dinasihati dalam hal diberikan pemahaman maka secara sadar saya
langsung mengikuti semua kegiatan politik di desa ini. Sampai saya
ditawarkan untuk menjadi tim sukses untuk salah satu kandidat.....”

Dari pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa bentuk keteladanan yang

harus menjadi panutan bagi masyarakat. Dalam artian bahwa pendidikan politik

menjadi kunci utama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya

kepada pemilih. Hal diatas mengajarkan kaum mudah untuk terlibat langsung secara

aktif dalam kegitan hajatan politik entah itu kampanye ataupun menjadi tim sukses.

Itu membawa dampak yang positif kepada Buruh Tani supaya terus berpartisipasi

aktif dalam semua kegiatan hajatan poilitik bukan hanya di desa saja melainkan

kegiatan hajatan politik yang lainnya baik dari pusat sampai ke desa.

4.2.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat

a. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung masyarakat Buruh Tani desa Umanen Lawalu

untuk berpartisipasi langsung secara aktif, meleburkan diri di berbagai kegiatan

hajatan politik yakni:

1. Pendidikan politik

Merupakan suatu sarana yang sangat urgen dalam membangun casana

pengetahuan serta wawasan masyarakat untuk memahami arti asas demokrasi

maupun politik itu sendiri. Tetapi pendidikan politik itu sangat tidak menjamin

masyarakat Buruh Tani desa Umanen Lawalu memilih dan menentukan pilihan

59
mereka secara rasional, hal ini diketahui ketika peneliti melakukan wawancara

dengan seorang informen dari KPU yang mengatakan bahwa:

“…….pendidikan politik melalui sosialisasi sudah sekali terjadi di


desa.Walalupun pendidikan politik sangat penting tetapi tergantung dari
pribadi setiap orang untuk menentukan pilihan mereka.......”
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti beranggapan bahwa pendidikan

politik memang sangat penting dalam membetuk polah pikir masyarakat tetapi

pendidian politik tidak menjamin proses pemilihan bisah sesuai asas jujur,adil

dan rahasia.

2. Kuatnya budaya primodialisme

Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Malaka menjadi indikator

utama dalam masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif untuk mendukung

serta memberikan bantuan secara material maupun moril. Hal ini diketahui

ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang Masyarakat Buruh Tani

yang mengatakan:

“…….pada pemilihan kepala daerah kemarin saya melihat banyak


masyarakat terlibat karena mendukung calon yang berasal dari suku
maupun atas nama kesamaan agama mereka dan secara tidak langsung
terjadinya gap di antara suku maupun agama karena perbedaan presepsi
dan pilihan mereka.......”

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa budaya

primodialisme sudah sangat mengakar dan menjadi tradisi masyarakat desa

Umanen Lawlalu khususnya Masyarakat Buruh Tani dalam menentukan

pilihan mereka. Faktor pendukung Partisipasi politik masyarakat Buruh Tani

desa Umanen Lawalu yakni faktor primodialisasi atas nama suku menjadi

indikator utama dalam masyarakat untuk mengikuti kegiatan politik di desa

60
mereka. Kesadaran akan sukuisme seperti ini akan merusak citra rahim

demokrasi maka dari itu perlu ditingkatkan kesadaran atas kemauan sendiri

bukan karena atas nama suku maupun agama melainkan sadar secara politik.

3. Mobilisasi

Disisi lain mobilisasi sangat memengaruhi konstituen supaya terlibat

dalam kegiatan politik di desa karena masyarakat di doktrin serta di kerahkan

oleh tim sukses atau oleh keluarga dari calon kandidat. Hal ini diketahui ketika

peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Kepala Desa Uamenen Lawalu

yang mengatakan:

“…….masyarakat disini sangat terpengaruh dengan omongan orang.


Keluarga saya banyak yang mimilih seta terlibat karena di ajak
orang......”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor budaya sukuisme

dan dimobilisasi menjadi pendukung sekaligus pendorong bagi masyarakat

setempat. Hal ini sungguh sangat memperhatikan keadaan demokratisasi di

desa Umanen Lawalu. Tingkat kesadaran akan hak politis mereka masih

terkukung di dalam budaya primodialisme dan di mobilisasi.

61
b. Faktor Penghambat

1. Minimnya pendidikan politik

faktor penghambat merupakan faktor yang menghambat sebuah kebebasan

dan pergerakan seseorang untuk berkreasi dalam hal prefensi politiknya. Aktivitas

politik masyarakat desa akan mengalami pasang surut ketika tidak adanya

kesadaran secara baik dari masyarakat terkait apa itu politik dan apa itu demokrasi.

Masyarakat yang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas politk ini merupakan

masyarakat yang sudah terdoktrin dan sudah terpengaruh dengan berbagai doktrin-

doktrin dari orang-orang yang memainkan politik secara kotor. Hal ini diketahui

ketika peneliti melakukan wawancara dengan bapak maksi nahak selaku ketua RW

01 yang mengatakan bahwa:

“……..minimnya pendidikan politik sehingga kesadaran akan hak politik


mereka untuk berfikir secara rasional untuk menentukan pilihan mereka
secara hati nurani tidak diaktualisasikan mereka akan memilih berdasarkan
kesamaan suku dan ajakan orang.......”

Pernyataan dan penjelasan yang sama juga di sampaikan oleh informen lain

yang mengatakan:

“….selama ini sangatlah minim pendidikan politik ataupun sosilasasi politik


dari KPU ataupun dari lembaga-lembaga terkait politik itu sendiri....”

Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa yang menjadi

penghambat bagi masyarakat adalah banyak masyarakat yang belum memahami apa

itu politik itu sendiri makanya tingkat budaya primodialisasi dan apatis serta

dimobilisasi sangat begitu kental dan sudah sangat membudaya di kehidupan

masyarakat setempat. Budaya dokrin mendoktrin, ajak mengajak dan di mobilisasi

62
menjadi aktivitas rutin dalam kehidupan politik Masyarakat Buruh Tani Desa

Umanen Lawalu karena tingkat akan pendidikan politik dan kesadaran politik masih

sungguh sangat rendah.

2. Pemilih yang tidak rasional (irasional pemilih)

Pemilih yang tidak rasional diakibatkan karena masyarakat Masyarakat Buruh

Tani Desa Umanen Lawalu masih sangat kuat menganut paham primodialisasi serta

kuatnya mobilisasi hal ini berujung pada tipe pemilih yang tradisional dalam

menentukan pilihan mereka karena mereka terlibat serta menentukan pilihan mereka

berdasarkan suku serta di ajak oleh orang lain untuk mendukung serta memilih calon

tertentu dengan tidak melihat latarbelakang kandidat calon tersebut. Hal ini diketahui

ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang informen yang mengatakan

bahwa:

“……pada saat pemilihan kemarin saya di ajak oleh seorang teman untuk
memilih calon kepala desa yang berasal dari suku mereka. Saya di ajak
berulang ulang sehingga pada akhirnya saya mengikuti kemauannya.....”

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa tipe pemilih seperti

itu merupakan tipe pemilih yang sudah terkonstruksi dengan doktrinisasi oleh orang

yang memiliki kepentingan yang begitu besar dalam pemilihan kepala daerah

tersebut. Hal ini membuat pemilih seolah kian tak peduli dengan calon kandidat yang

memiliki integrits dan visioner yang begitu bagus. Dan bermanfaat kepada

pembangunan serta kesejahteraan masyarakat.

63
3. Budaya Primodialisasi

Budaya juga sangat berpengaruh masyarakat dalam mengikuti sebuah hajatan

politik dalam hal karena adanya budaya primodialisasi dan sukuisme baik dari

kesamaan suku, agama, dan ras. Budaya masyarakat Buruh Tani di desa Umanen

Lawalu Kecamatan Malaka Tengah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

primodialisme karena pertarungan antar suku dan agama sangat menjadi prioritas

mereka dalam hal menjadi seorang pemimpin. Persaingan antar suku di desa Umanen

Lawalu menjadi suatu hal yang wajar dalam kehidupan sosial politik mereka.

Fenomena primodialisme ini sangat berimplikasi pada mindset berpikir masyarakat

terus terkukung dalam ketidakrasionalitasan memilih pemimpin mereka. Bagi

mereka memilih suku mereka berarti suatu prospek bagi mereka untuk mengangkat

harkat dan martabat suku mereka. Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan

wawancara dengan seorang Masyarakat Buruh Tani berinisial AB yang mengatakan

bahwa:

“.....saya ikut berpartisipasi karena yang menjadi seorang calon adalah


keluarga saya sendiri yakni memiliki suku sama. Setelah dia mencalonkan
diri saya dengan keluarga-keluarga yang lain selalu mensuport dan
memebrikan dukungan materi maupun moril kepada dia. Ketika dia menjadi
pemimpin maka secara langsung suku kami menjadi panutan bagi
masyarakat di desa kami ini........”

Penjelasan dan pernyataan yang sama disampikan oleh informen Masyarakat Buruh

Tani berinisial JS mengatakan bahwa:

“………saya melibatkan diri dalam pesta demokrasi Pemilihan Kepala


Daerah ini karena bukan di ajak ataupun di paksa oleh orang melainkan
saya melibatkan diri sepenuhnya karena saudara saya juga menjadi seorang
calon Kepala Daerah....”

64
Dari pernyataan-pernyataan diatas peneliti beranggapan bahwa masyarakat

yang melibatkan diri bukan merupakan unsur pemahaman mereka terhadap apa itu

politik melainkan mereka melibatkan diri karena adanya unsur kesamaan suku.

Karena bagi mereka siapa yang menjadi Kepala Daerah sacara tidak langsung

mengangkat nama baik suku mereka. Ajang persaingan suku untuk memperebutkan

siapa yang menjadi pemimpin itu sudah biasa dan menjadi hal yang lumrah bagi

mereka. Hal seperti ini membuat masyarakat yang di kategorikan sebagai pemilih

rasional terpengaruh dengan polah tingkah laku masyarakat yang masih memiliki

sifat budaya primodialisasi ini.

4. Pemilih Tradisional
Seperti yang dijelaskan oleh Firmanzah (2008), jenis pemilih kategori ini

memiliki orientasi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik

atau seorang kontestan sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan.

Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budayanya, nilai, asal-

usul, faham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih calon pemimpin. Kebijakan

seperti ekonomi, kesejahteraan, pemerataan pendapatan dan pendidikan, serta

pembangunan dianggap sebagai parameter kedua. Hal ini diketahui setela peneliti

melakukan wawancara denag salah seorang Masyarakat Buruh Tani yang berinisial

RM yang menyatakan bahwa :

“.....soal pemilihan ini kita harus tau soal calon yang kita pilih itu, jadi
kalau memang dia itu bagian dari keluarga kita otomatis kita harus pilih dia
sebagai pemimpin di Kabupaten Malaka ini....secara pendidikan saya
memang tidak tamat bangku sekolah dasar tetapi jika saya sudah memilih

65
dan mau bergerak untuk keluarga saya dalam pemilihan berarti tidak ada
seorang pun yang dapat mengganggu gugat keputusan saya”

Biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian


pemimpin, mitos dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah
satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah
dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.

5. Apatis

Sifat apatis juga merupakan suatu sifat yang acu tak acu ataupun masah bodoh

dengna kegiatan proses pemilihan kepala desa. Apatisme yang sedang terjadi dalam

masyarakat merupakan suatu budaya yang tiding asing lagi dalam kanca perpolitikan

di Indonesia. Faktor dari penyebabnya apatisme merupakan suatu kejenuhan dari

masyarakat dari setiap kepemimpinan yang ada di Indonesia khususnya

kepemimpinan di desa karena bagi mereka setiap kepemimpinan itu sama saja bahkan

mereka tidak bisah merubah atau membuat suatu perubahan untuk kesejahteraan

masyarakat. Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang

Masyarakat Buruh Tani berinisial AB yang mengatakan bahwa:

“.....saya tidak mengikuti kegiatan hajatan politik dari awal sampai pada
pemilihan.alasannya adalah karena setiap pemimpin yang dilahirkan beberapa
periode ini itu semuanya sama saja mereka tidak pernah sama sekali
mensejahterakan masyarakat secara utuh bahkan mereka hanya mementikan
keluarga serta suku mereka sendiri......”

Dari pernyataan diatas peneliti berangapan bahwa inilah tipe politik patron

klien yang sedang terjadi di Desa Umanen Lawalu. Yang mana setiap pemimpin

yang dilahirkan hanya mementingkan keluarga, suku dan agama mereka sendiri

tanpa memberikan perhatian secara sepenuhnya kepada seluruh warga masyarakat

66
Masyarakat Buruh Tani Desa Umanen Lawalu. Maka dari itu masyarakat atau suku

yang selama ini yang di diskreditkan itu secara langsung memilih jalan lain yaitu

tidak peduli lagi dengan proses pemilihan yang terjadi di desa mereka.

67
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan berbagai data yang diperoleh serta fakta-fakta

yang terjadi di lapanagan, maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Partisipasi masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu adalah keikutsertaan

kegiatan – kegiatan yang yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pada

saat pemilikada. Untuk itu dibutuhkab juga sosialisasi terkait pemilukada karena

sosialisasi sangatlah penting dimana dengan sosialisasi masyarakat dapat

mengetahui visi-misi dari sosialisasi tersebut serta masyarakat dapat menegtahui

betapa pentingnya berpolitik, bagaimana berpolitik dan berpolitik itu seperti apa.

Bilamana sosialisasi atau pendidkan politik itu berjalan dengan baik dan

semestinya maka pengetahuan mereka semakin bertambah sehingga pada saat

pemilihan kepala daerah di kabupaten malaka bisa berjalan dengan baik

Partisipasi politik dalam Masyarakat sangat luas yang ditandai dengan

Partisipasi Politik Masyarakat Buruh Tani Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah

Kabupaten Malaka Periode 2015-2020. Tingginya angka partisipasi politik

Masyarakat Buruh Tani dalam mengikuti Pemilihan Umum Kepala Daerah

Kabupaten Malaka Periode 2015-2020 di Desa Umanen Lawalu sebesar (40%).

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi inilah merupakan bukti bahwa kinerja

para penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam mengambil hati masyarakat belum

maksimal. Peran kepala desa dalam melakuakan sosialisasi ditingkat RT (Rukun

68
Tetangga) sangat penting, sosialisasi politik bagi masyarakat ini juga sangat

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Kegiatan ini bertujuan agar

masyarakat lebih mengerti dan paham pentingnya hak suara mereka karena satu hak

suara dapat menentukan masa depan kehidupan dikemudian hari.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasai Masyarakat Buruh Tani Dalam

Mengikuti Pemilukada Kabupaten Malaka antara lain berupa minimnya pendidikan

masyarakat buruh tani, kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah baik

di tingkat daerah maupun di tingkat desa. Selain itu terdapat faktor lain sperti

budaya primodialisme, pemilih yang tidak rasional, dimobilisasi sertra sifat apatis

yang begitu tinggi dari masyarkat yang mengakibatkan 60% pemilih Buruh Tani

yang tidak menggunakan hak pilihnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin mengemukakan dan

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Masyarakat Buruh Tani kiranya boleh menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga bisa

memberi diri dalam kegiatan-kegiatan kenegaraan terutama partisipasi politik dalam

memberikan suara pada Pemilukada Kabupaten Malaka Periode 2015-2020, agar

kelangsungan kehidupan perpolitikan di Negara kita dapat berjalan dengan baik.

2. Masyarakat Buruh Tani di Desa Umanen Lawalu harus terus meningkatkan kesadaran

akan pentingnya partisipasi dalam politik. Partisipasi politik dalam Pemilukada di

69
Kabupaten Malaka akan menentukan pemimpin yang akan turut menentukan nasib

mereka selama lima tahun.

3. Komisi Pemilihan Umum juga diharapkan dapat berkoordinasi dengan pemerintah

agar dapat mengadakan sosialisasi di setiap desa yang ada dengan cara mengundang

masyarakat di suatu tempat untuk di adakan sosialisasi sehingga masyarakat bisa

memahami cara-cara yang baik dalam memberikan suara dan pada saat pemilihan,

masyarakat tidak akan lupa memberikan partisipasi politiknya dalam bentuk

pemberian suara pada Pemilukada Kabupaten Malaka.

70
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
Ariani,Dorothea Wahu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif
Dalam Manajemen Kualitas),Yogyakarta: CV Andi Offset

Basrowi,Sudikin dan Suko Susilo. 2012. Sosiologi Politik, Bogor: Ghalia Indonesia

Cholisin. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Yogyakarta: Fakultas Ilmu sosial Universitas
Budiarjo,Mirriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Negeri Yogyakarta

Cholisin. 2013. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Yogyakarta: Ombak

Fadjar,Mukthie. 2013. Pemilu dan Demokrasi, Jawa Timur: Setara Press

Gaffar,Afan. 1996. Politik Indonesia Menuju Transisi Demokrasi, Pustaka Pelajar :


Jakarta

Huntington,Samuel. P. dan Joan Nelson. 1994. Partisipasi Politik Di Negara


BerkembangCetakan ke 2, Jakarta: Rineka Cipta

Lexy J. Moleong 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, hal. 330

Maran,RafaelRaga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Raja Grafindo


Poerwadarminta. W.J.S. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Richard. 2001. Pemilihan Umum dan Pendidikan Politik. Jakarta: Sinar Harapan

Rush,Michael dan Philip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali
Pers.

Sahdan,Gregorius. 2004. Jalan Transisi Demokrasi: Pasca Soeharto, Yogyakarta:


Pondok Edukasi

Saputra,Uhar Suhar. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama

Sastroatmodjo,Sudijono. 1995. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press

Soeharno.2004. Diktat Kuliah Sosiologi Politik, DIKTAT

71
Sugiyah.2001. Partisipasi Masyarakat Dalam Politik, Jakarta: Grasindo
2001. Partisipasi Masyarakat Dalam Politik, Jakarta: Grasindo

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa

Skripsi :
Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilukada 2012 Kabupaten Pati (Studi Kasus Di
Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati) oleh Syaiful Huda.

Partisipasi Politik Masyarakat Desa Masapun Dalam Pemilihan Kepala Desa Periode
2015-2020”.

Jurnal :
Widayati. 2010. Tinjauan Konstitusional Terhadap Pemilihan Umum Kepala Daerah.
Jurnal Pandecta. Vol. 5 No. 2 Juli 2010

Internet
http://www.pengertianpengertian.com/2015/06/pengertian-pemilihan-kepala-daerah.html
http://www.pengertianburuhtanipengertian.com/2015/06/.html
http://www.kab.malaka.com/2015/06/.html
http://www.malakadalamangka.com/2015/06/.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia
http:// mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view, diakses tanggal 1
November2011

72

Anda mungkin juga menyukai