Anda di halaman 1dari 91

PERANAN KELUARGA TERHADAP ANAK DALAM

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DI RW. 08 KELURAHAN BERGAS LOR, KECAMATAN BERGAS,
KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

NAMA : SUWANTO
NIM : 114-11-022

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
Roviin M.Ag
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Suwanto
Kepada : Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
Di Salatiga
Asalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,
kami kirimkan naskah saudara :
Nama : Suwanto
NIM : 11411022
Jurusan : PAI
Judul : PERANAN KELUARGA TERHADAP ANAK DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI RW. 08 KELURAHAN
BERGAS LOR, KECAMATAN BERGAS,
KABUPATEN SEMARANG
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi maklum.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 22 Agustus 2015
Pembimbing

Roviin M.Ag
NIP : 177305261999031005

SEKRIPSI
PERANAN KELUARGA TERHADAP ANAK DALAM PELAKSANAAN
PENDIDIKAN GAMA ISLAM DI RW. 08 KELURAHAN BERGAS LOR,
KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG
DISUSUN OLEH
SUWANTO
11411022

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skipsi Jurusan Tarbiyah,


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji


Ketua Penguji : Muh. Hafizd, M.Ag

Sekretaris Penguji : Rovi‟in, M.ag

Penguji I : Prof. Dr. Budhiharjdo, M.Ag

Penguji II : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag

Salatiga, 29 Agustus 2015


Dekan
FKTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
Moto

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar".
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw. beserta keluarganya,
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu mendorong,
membantu sehingga dapat terselesainya skripsi ini yaitu :
1. Kepada kedua orang tua Penulis Bapak Suliman dan Ibu Waginah, dengan
curahan cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga
menjadi sarjana, semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh
serta diterima Allah swt., dan semoga Allah selalu memberikan hidayah,
taufiq serta inayah-Nya kepada mereka.
2. Kepada Dr. Ir H. Sentot Purbosesno yang telah membiayai perkuliahan ini,
sehingga mengantarkan saya umtuk menjadi sarjana, semoga dengan
keikhlasanya dapat mendatangkan imbalan dari Alloh yang berlipat ganda
dan mendatangkan kemudahan segala urusanya serta selalu diberikan
kesehatan dari Alloh.
3. Bapak Roviin M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiranya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan
dalam memberikan membimbing dan arahan sehingga penulis dalpat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
5. Kepada Istri Titik Kumaningsing yang selalu memberi dorongan pada
penuis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Kepada adik ela, yang mendukung penulis dengan meminjami laptopnya.
7. Kepada seluruh Warga Rw. 08 yang telah memberikan informasinya
sehingga terselesainya skripsi ini
8. Kepada seluruh Pengurus Rt se wilayah Rw. 08
9. Kepada Pejabat Kelurahan Bergas Lor yang telah memberikan data
kependudukan
10. Kepada Petugas PPS Bergas lor yang telah memberikan data Pemutahiran
data warga Rw 08
11. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh keluarga besar PAI 2011,
keluarga besar PPL di MTS Yakti Tegalrejo, Magelang 2013, keluarga
besar KKN di dusun Losari, Kelurahan Losari, Magelang.
KATA PENGANTAR

ِ‫بِس ِم ه‬
‫اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِح ِيم‬ ْ
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw. beserta keluarganya,
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rohayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan agama Islam
IAIN Salatiga
4. Bapak Roviin M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiranya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan
dalam memberikan membimbing dan arahan sehingga penulis dalpat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga, Perpustakaan Daerah Kabupaten
Semarang, Perpustakaan Keluarga, dan Perpustakaan Warung Pasinaon
yang telah membantu penulis dalam mencari reverensi.
7. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh keluarga besar PAI 2011,
keluarga besar PPL di MTS Yakti Tegalrejo, Magelang 2013, keluarga
besar KKN di dusun Losari Kelurahan Losari, Magelang.
Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baiknya mendapatkan imbalan
yang berlipat ganda dari Allah Swt dan tergolong sebagai amal sholeh yang
diridhoi oleh-Nya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Mengingat keterbatasan pengetahuan penulis. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun begitu penulis harapkan demi kemajuan yang
lebih baik dan penulis harapkan semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala
yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua
amin.....

Salatiga, 15 Agustus 2015

Penulis

SUWANTO
NIM: 11411022
ABSTRAK

Suwanto, 2015. Peranan Keluarga Terhadap Anak dalam Pelaksanaan


Pendidikan Agama Islam di Rw.08 Kelurahan Bergaslor, Kecamatan
Bergas, Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing :
Roviin M.Ag.

Peranan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan jiwa


anak, apabila orang tua salah mendidik maka anak pun akan mudah terbawa arus
kepada hal-hal yang tidak baik, maka dengan adanya peranan masing-masing
hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat membentuk keluarga yang
utuh dan harmonis dan dapat menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya.
Hidup di tengah tengah masyarakat yang hiterogen serta berada diwilayah pusat
industri memerlukan perhatian yang khusus. Tentunya kita sudah sangat akrab
dengan hiterogen, yaitu suatu perkumpulan masyarakat yang berasal dari berbagai
daerah berkumpul jadi satu. Tentunya kita akan dihadapkan dengan masyarakat
yang berbeda karakter, berbeda watak, berbeda tabiat serta berbeda dari latar
belakang keluarga mereka masing masing.Pendidikan agama Islam membentuk
aspek jasmani dan rohani seseorang berdasarkan kepada nilai-nilai agama Islam
yang terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an dan sunah Rasulullah. Kedua aspek
tersebut diharapkan tumbuh seimbang sehingga tidak menimbulkan keseimbangan
antara kebutuhan rohaniah dengan kebutuhan jasmaniah, dengan hidup yang
seimbang inilah seseorang akan terhindar dari sikap mementingkan diri sendiri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui masih seberapa besarkah peranan
orang tua dalam melaksanakan Pendidikan agama Islam ditengah-tengah
kesibukan orang tua di wilayah Rw. 08 Kelurahan Bergas lor, Kecamatan Bergas,
Kabupaten semarang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan
instrumen kuesioner serta wawancara. Dari penelitian yang telah dilakukan
kepada sejumlah orang tua yang menjadi sampel, penulis melakukan analisa data
yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah
penelitian ini. Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode penelitian
diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha untuk menyajikan data
dan fakta-fakta yang sesungguhnya tentang keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan menyebarkan angket (Quesioner) kepada
responden di tempat diadakan penelitian.
Dalam menganalisa data, penulis memberikan kesimpulan bahwa masih
sangat besar Peranan Keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
tengah kesibukanya mencari nafkah, ini terbukti dari jawaban orang tua yang
sebagian besar dari mereka menjawab “selalu atau sering” untuk memberikan
perhatian dan mengajarkan pendidikan Agama Islam pada anaknya. Salah satu
bukti riil bahwa mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk anaknya yaitu
selalu memenuhi fasilitas yang dibutuhkan anaknya serta mengirim anak mereka
dalam pendidikan-pendidikan Islam yaitu TPA dan Pondok Pesantren serta
sekolah Islam Terpadu. Keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Agama diketahui
bahwa, setelah anak-anak memperoleh pendidikan agama baik di rumah maupun
di luar rumah, akhirnya mereka mengamalkan perintah-perintah agama dan
bertingkah laku sopan. Hambatan-hambatan yang dihadapi keluarga adalah :
Hambatan internal, kesibukan orang tua dan Hambatan external, yaitu hambatan
dari anak-anak yang kadang-kadang bermalas-malsan dan tidak mau mengikuti
perintah orang tua.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN MOTO................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v

KATA PENGANTAR.............................................................................. vii

ABSTRAK……………………………………………………………… ix

DAFTAR ISI............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………. 1

A. Latar Belakang............................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah............................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................... 8

BAB II : KAJIAN TEORI…………………………………………. 9

A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam PAI.............. 9


1. Pengertian Kelurga................................................... 9
2. Fungsi Keluarga....................................................... 14
3. Lingkungan Keluarga............................................... 18

B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga.................... 22


1. Pengertian Pendidikan Agama................................. 22
2. Keteladanan dalam Kehidupan Anak...................... 23
3. Kegiatan Motifasi anak............................................ 26
4. Pengaruh Lingkungan Terhadap Anak.................... 28
5. Harus Kembali Kerumah......................................... 29
6. Kenalkan Anak-anak Pada Etika Hidup.................. 29
7. Perkembangan Psikologi Anak............................... 32
8. Makna Kebebasan bagi Anak-anak......................... 33
9. Anak adalah Amanat............................................... 33
10. Sikap Menghargai Kepada Anak............................ 34
11. Kedudukan Pendidikan Agama Islam..................... 34
12. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................ 36
13. Pentingnya PAI dalam Keluaga............................... 38

BAB III : METODE PENELITIAN………………………………... 46

A. Lokasi Waktu Penelitian................................................ 46


B. Metode Penelitian.......................................................... 46
C. Populai dan Sampel Penelitian...................................... 46
D. Tehnik Pengumpulan Data............................................ 48
E. Tehnik Analisa Data..................................................... 51

BAB IV : HASIL PENELITIAN…………………………………... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................. 54


1. Letak Geograwis Wilayar RW. 08.......................... 54
2. Keadaan Penduduk................................................. 55
3. Sarana Pendidikan dan Ibadah................................ 57
4. Interpretasi Data dan analisa data........................... 58

BAB V : PENUTUP………………………………………………. 76

A. Kesimpulan................................................................... 76
B. Saran............................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah penduduk Rw. 08 Bergas lor................................ 55

Tabel 2 Jumlah Bangunan Rw. 08 Bergas lor................................ 55

Tabel 3 Data Pekerjaan Warga Rw. 08 Bergas lor........................ 56

Tabel 4 Data rata-rata jumlah anak setiap keluarga....................... 57

Tabel 5 Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak.............. 59

Tabel 6 Mengajarkan PAI kepada Anak di Rumah...................... 60

Tabel 7 Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada

Anak dirumah..................................................................... 60

Tabel 8 Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan

hal yang buruk.................................................................... 61

Tabel 9 Penyediakan fasilitas pendidikan yang memadai kepada


anak.................................................................................... 62

Tabel 10 Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar

anak di rumah.................................................................... 62

Tabel 11 Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah.. 63

Tabel 12 Sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah............. 63

Tabel 13 Sikap menegur anak apabila tidak shalat............................ 64

Tabel 14 Mendidik ibadah shalat dan puasa...................................... 64

Tabel 15 Pembiasaan melakukan shalat berjamaíah dengan

anak-anak di rumah............................................................. 65

Tabel 16 Penanaman sikap disiplin kepada anak dirumah................ 66


Tabel 17 Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan

belajar anak dirumah........................................................... 66

Tabel 18 Sikap selalu menanamkan pendidikan akhlak di rumah.... 67

Tabel 19 Minat anak terhadap pendidikan agama Islam................... 68

Tabel 20 Pendapat anak tentang Pendidikan agama Islam................ 68

Tabel 21 Sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah................... 69

Tabel 22 Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak-akan

bersikap baik, hormat dan patuh pada anda....................... 69

Tabel 23 Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak-akan

bersikap baik, hormat, tidak bertengkar dan saling

menghargai sesama kerabat................................................ 70

Tabel 24 Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama :

shalat, puasa dan mengaji................................................... 71

Tabel 25 Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya


sendiri................................................................................. 71

Tabel 26 Kemampuan anak membaca Al-Qurían............................. 72


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terciptanya keluarga yang baik harus diawali dengan suatu pernikahan,
karena pernikahan adalah satu-satunya sarana untuk membentuk rumah tangga
dan melahirkan anak-anak. Sesungguhnya kehidupan ini tidak mungkin dapat
berkelanjutan dalam suatu generasi atau suatu zamanpun, kecuali dengan
melalui pernikahan yang baik dan permanen1
Hidup di dalam lingkungan dan kampung baru serta berada di dalam
pusat industri tentunya sangat berbeda dalam menyikapinya, apabila orang tua
lena maka penyesalan yang akan di dapatkan di kemudian hari karena kita akan
dihadapkan dengan penduduk yang berlatar belakang keluarga yang berbeda
beda.
Kesibukan menyebabkan perhatian anak dari orang tua sangat berkurang
karena dengan kesibukan tersebut anak harus hidup bersama pengasuh (rumah
penitipan). memang masih banyak waktu orang tua bersama anak, namun itu
dalam keadaan tidur.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi
seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan
berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh
yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang.
Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak, baik
perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.

1Thariq Isma‟il Kakhiya, Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia, (Bandung Aliff Media
2005) Hal. 8
Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan
pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupanya di
masyarakat hingga tak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting
dalam menentukan baik-buruknya masyarakat, dalam hal ini yang berperan
adalah ayah dan ibu, keduanya mempunyai andil besar membentuk dan
memdidik karakter anaknya2
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu
akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut.
Peranan orang tua dalam keluarga amat penting terutama ibu. Dialah
yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota
keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.
Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar menentukan keberhasilan
karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakan, agama,
bangsa dan negara. Proses pembelajaran ini berlangsung dan
berkesinambungan terus selama masa hidup seseorang, sejak anak usia bayi
sampai mencapai usia dewasa.
Ketika anak mulai beranjak usia, maka dunianyapun berkembang dari dunia
rumah (orang tua, kakak, adik, lingkungan keluarga) dan beranjak ke dunia
luar rumah (teman seusia, sekolah, lingkungan masyarakat dan seterusnya) 3
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

2Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga Yang Dirindu Wanita, (yogyakarta Pro-U Media 2012) hal.
22
3Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 1

Hampir semua tujuan utama setiap orang tua dalam mendidik dan
membesarkan anak-anaknya secara umum adalah untuk mempersiapkan si
anak agar dapat menjadi manusia dewasa yang mandiri dan produktif serta
berakhlak dan budi pekerti tingi4
Untuk mencapai semua itu yang diperlukan kesabaran dan kebijakan
orang tua untuk dapat memberikan pertimbangan terbaik dalam pengambilan
keputusan-keputusan penting di dalam kehidupan dan proses tumbuh kembang
si anak5
Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam
menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya
digabungkan menjadi pendidikan agama.
Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk
meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang
dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu
ditirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat
diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena
masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di
kemudian hari. Sebagaimana Rasulullah SAW., bersabda:

4Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 2
5Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 3
Artinya: Dari Abu Hurairah, r.a., berkata: Bersabda Rasulullah SAW.:
“Tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut
fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau
menasronikannya atau memajusikannya”. (HR. Bukhari)
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah Swt kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan
memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak
menerimanya kembali. karena manusia adalah milik Allah SWT,
mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan
diri kepada Allah SWT.
Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No 20 tahun 2003) juga disebutkan
arah yang seharusnya ditempuh yaitu Pendidikan keluarga merupakan bagian
dari jalur Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga,
dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai norma dan
keterampilan.
Pendidikan agama yang di berikan sejak dini menuntut peran serta
keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan
institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan
pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga
adanya dorongan
Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan
sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-
anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan
amanat Allah Swt. kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan
dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam
pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama
dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru,
pedagang, atau dia seorang petani. secara umum Allah Swt. menegaskan
dalam al-Qurían surat At Tahrim (66) ayat 6:

‫ال‬
Artinya : hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu, dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.(Q.S At-Tahrim, 66:6)
Dengan demikian pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat
memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan, watak serta
kepribadiaan anak. Karena keluarga mempunyai tanggung jawab menjaga
dan memelihara si anak yang sudah terlahir ke dunia, mempunyai peranan
yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.
Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, karena
yang seperti ini juga dilakukan oleh hewan. Kedua orang tua dikatakan
memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersunggung-
sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai
salah satu hak anak, yang jika kedua orangtua melalaikannya berarti mereka
telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai
pertanggungjawabannya6
Sebagai gambaran berikut kami jelaskan kondisi objek penelitian
yaitu lokasinya berada di wilayah pusat industri kabupaten Semarang,
sehingga selain warga Rw. 08, sebagai karyawan tentunya juga banyak
warga kost yang tinggal di lingkungan Rw. 08.

6Ibrahim Amini, Agar tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al Huda, 2006), Cet. 1, hal.
117
Warga kost tersebut berasal dari berbagai daerah, berbagai macam
karakter, berbagai macam sifat dan watak, serta berbagai macam latar
belakang keluarga mereka masing-masing. Selain dari itu juga sebagian dari
anak kost tersebut kadang-kadang tidak memperhatikan sikap dan tingkah
laku (berpakaian tidak sopan, pacaran jauh dari aturan, meninggalkan norma
kesopanan, serta tidak menghiraukan akibat yang terjadi di lingkungan
tersebut). Mereka hanya berfikir yang penting mereka membayar kost dan
mungkin mereka berfikir mumpung terlepas dari pantauan orang tuanya.
Kesibukan orang tua yang luar biasa berakibat anak harus di luar dari
pantauan orang tua langsung, selain dari pada itu dengan banyaknya warga
kost tentunya juga sedikit banyak berpengaruh terhadap anak-anak yang tiap
hari di hadapkan dengan hal tersebut di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan
membahas tentang hal yang berkaitan tentang “Peranan Keluarga dalam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergas
lor Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”. Hal tersebut menjadi dasar
penulis, masih seberapa besarkah peranan orang tua dalam rangka
megarahkan anaknya supaya tetap dalam jalan Allah walaupun terdapat
pengaruh yang kurang baik dari lingkungan sekitarnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta
mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu
menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat
dalam judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :
1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan agama pada anak. Kata
peranan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen adalah
sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama
dalam terjadinya sesuatu atau peristiwa. Sedangkan yang dimaksud
keluarga adalah sesuatu lingkungan yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak.
Dalam hal ini yang berperan didalam keluarga adalah orang tua.
2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah Pendidikan Aqidah,
Ibadah dan Pendidikan Akhlak.
3. Anak yang dimaksud disini adalah anak yang masih sekolah.
Berdasarkan pada masalah tersebut, maka penulis membatasi hanya
pada wilayah RW. 8 Kelurahan Bergaslor, Kecamatan Bergas, Kabupaten
Semarang, dengan rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam pada anak ?
2. Usaha-usaha apa sajakah yang telah dilakukan keluarga
terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?
3. Bagaimanakah tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam pada anak ?
4. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar peranan keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di wilayah RW 8 Kelurahan Bergaslor,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh keluarga
terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak.
3. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan Pendidikan Agama
Islam pada anak.
4. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
D. Manfaat Penelitian
Peneliian ini berharap bisa bermanfaat untuk menyadarkan kembali
kepada kewajiban orang tua dalam rangka mendidik anak dan melindungi,
menemani serta mendampingi keluarganya di tengah-tengah kondisi
lingkungan dan kesibukan keluarga. Mereka harus berfikir bahwa anak dan
keluarga bukan hanya membutuhkan uang atau materi, tetapi mereka butuh
kasih sayang, butuh waktu bersama orang tua, mereka butuh perhatian orang
tua, mereka butuh pengawasan dan pendampingan orang tua.
Selain itu juga semoga penelitian ini bisa bermanfaat untuk para
pembaca khususnya calon orang tua, semoga bisa menjadi persiapan mereka
dalam mendidik anak saat mereka nanti berkeluarga dan memiliki anak
(keturunan) agar tidak salah mendidik sehingga apa yang menjadi dambaan
mereka terkabul yaitu memiliki anak yang cerdas jasmani dan rohani, menjadi
anak yang sholeh dan sholehah, berbaki kepada orang tua, bangsa dan negara
serta taat kepada Allah Swt.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan, keluarga adalah lembaga sosial resmi
yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-
undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa :
“Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Anggota keluarga terdiri dari Suami, Istria tau orang tua (ayah dan
ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta
kasih sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena
itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya
hubungan kodrati antara orang tua dan anak. Pendidikan dalam keluarga
dilaksanakan atas dasar cinta kasinh sayang yang kodrati, rasa kasih
sayang yang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang terhadap anaknya serta
menjadi faktor utama bagi keselamatan, keamanan, dan kebahagiaan
masyarakat7. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan
menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya membimbing dan
memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya.
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting
di dalam Masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk
dari hubungan laki-laki dan wanita, dimana hubunganya berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam
bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang mempunyai sifat-
sifat tertentu yang sama dalam satuan masyarakat.

7, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
20
Pernikahan adalah tatanan sosial yang populer sejak berabad-abad
yang lampau, bahkan sejak awal kehidupan manusia. Pernikahan
merupakan hal yang sakral, baik bagi umat beragama maupun tidak,
dimanapun dan kapanpun. Dalam pernikahan, pasangan pria dan wanita
memulai kehidupan bersama. Keduanya berjanji untuk saling menolong,
saling menghibur, sekaligus juga sebagai mitra hidup bagi yang lain dalam
suka maupun duka. Pernikahan adalah kebutuhan alami sebagaimana
manusia membutuhkan makan dan minum. Pernikahan merupakan
kebutuhan alami yang diakui dalam setiap masyarakat manusia dan
agama-agama samawi. Islam, khususnya memerintahkan para pemeluknya
untuk menikah, dan tidak menganjurkan untuk hidup membujang.
Pernikahan dalam Islam bukanlah hal yang dibenci tetapi justru
dianjurkan, bahkan dalam keadaan tertentu hukumnya wajib, serta jika
diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah maka bernilai ibadah 8.
Pernikahan dengan sendirinya juga akan membentuk kehidupan
berkeluarga yang merupakan salah satu tradisi sosial umat manusia yang
paling penting dan paling baik, yang bersumber dari fitrah dan karakter
manusia yang khas. Pernikahan adalah tatanan yang sakral dan
bermanfaat, yang disukai oleh umat manusia sepanjang sejarah dan
merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan9
Pernikahan merupakan berlanjutnya keturunan yang merupakan
buah pernikahan tersebut. Kita tidak boleh mengesampingkan
pengembangbiakan keturunan, sebab tujuan terciptanya alam oleh Allah
Swt adalah adanya manusia dan kesempurnaanya10.

8, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
9
9, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
13
10, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 18

Reproduksi, berikut pendidikan manusia yang bertauhid, saleh, dan


baik merupakan kehendak Allah Swt. Anak yang saleh, menurut
pandangan Islam, merupakan amal kebajikan bagi kedua orang tua, yang
membuahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seorang anak bisa
membikin orang tua merasa tenteram dan bahagia, sebab anak adalah buah
dari pernikahan yang diliputi oleh cinta 11
Menurut Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian
DKI Jakarta, keluarga adalah masyarakat terkecil sekurang-kurangnya
terdiri dari pasangan suami istri sebagai intinya, berikut anak-anak yang
lahir dari mereka. Unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua
orang atau lebih, tinggal bersama karena ikatan perkawinan atau darah,
terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Menurut pandangan Sosiologi, keluarga dalam arti luas meliputi
semua pihak yang mempunyai hubungan darah atau keturunan, sedangkan
dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya.
Menurut Ramayulis keluarga adalah unit pertama dan institusi
pertama dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat di
dalamnya sebagian besar sifatnya hubungan langsung.
Disitulah perkembangan individu dan disitulah terbentuknya tahap-
tahap awal perkembangan dan mulai interaksi dengannya, Ia memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam hidup.
Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara
terus menerus atau sering tinggal bersama dengan anak, seperti ayah, ibu,
kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan
pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan mempunyai
tanggung jawab menjaga dan memelihara anak yang telah lahir kedunia.

11, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 18

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban


yang lebih besar bagi pendidikan anak-anak. Menjadi orang tua tidak
hanya cukup melahirkan anak, tetapi orang tua yang layak adalah
manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka12.
Perkawinan bukanlah urusan individual belaka, tetapi juga masalah
sosial yang harus diurusi oleh pemerintah. Sebab, rusak atau sejahteranya
suatu masyarakat, maju atau mundurnya masyarakat juga ditentukan oleh
rusak atau sejahteranya dan maju mundurnya unit-unit keluarga yang
membentuk masyarakat itu. Karena itu untuk bisa memperbaiki
masyarakat, kita harus memperbaiki keluarga terlebih dahulu 13
Seperti halnya yang dilakukan Hasan Al Banna, sebagai tahap
utama dalam membina anak-nak yang akan menjadi keturunanya, di mulai
sejak proses pemilihan perempuan yang akan mendampinginya. yaitu
wanita sholihah yang selalu mengingat Tuhanya dalam segala hal salah
satunya selalu melantunkan bacaan Al-Qur‟an14
Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang
jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah menzalimi anak-
anaknya, dan kelak pada hari akhir mereka dimintai pertanggung
jawabannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Semua kamu adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabanya atas orang yang
dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pimpinan dan penangun jawab
keluarganya. Dan seorang wanita adalah pemimpin dan penanggung jawab
rumah, nak-anak, dan suaminya” hal tersebut menjadi dasar suami dalam
memilih istri.

12, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 28
13, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 63
14, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 18

Karena perkawinan adalah masalah yang penting dan amat


menentukan harmonis atau tidaknya perkawinan akan berpengaruh pada
kehidupan yang akan datang. Perkawinn yang harmonis akan memberikan
kesenangan dan ketentraman dalam kehidupan dan menjadi lahan bagi
tumbuhnya mental yang agung dan cemerlang. Sebalikya, perkawinan
yang tidak harmonis akan menyebabkan keputusasaan dan menghalangi
tumbuhnya mental yang sempurna15
Problema ini tidak bisa dipecahkan dengan talak dan perceraian,
karena akan memunculkan masalah rumit yang disertai dengan puluhan
problema lainya. Karena itu para pemuda hendaknya teliti sebelum
menikah, dan berusaha mendapatkan istri yang salehah dan serasi 16
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memilih istri yaitu
Pertama, status pribadi yang dijadikan dirinya halal untuk dikawini.
Kedua, sifat-sifat dirinya demi terpenuhinya kebahagiaan hidup
17
berkeluarga serta tercapainya tujuan utama perkawinan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa yang dimaksud
dengan keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak,
ibu, dan beberapa anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai
peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga bila
salah satu unsur tersebut hilang, maka keluarga tersebut akan guncang atau
kurang seimbang.
Keluarga mempunya peranan penting dalam pendidikan, baik
dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga
merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia
mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak,

15, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 72
16, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 72
17, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI 2006) hal. 84
yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupan (usia pra sekolah), sebab pada
masa tersebut, apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas dan tak mudah hilang atau berubah sesudahnya, yaitu anak-
anak yang berada pada usia emas (Golden age), yang diajarkan pada masa
itu bagai mengukir di atas batu.
Anak-anak yang sangat pesat potensi pertumbuhan otaknya, sangat
kuat pikiranya di masa itu. Anak-anak yang membutuhkan rangsangan-
rangsangan untuk tumbuh pesatnya koneksi antar neuron di otaknya.
Anak-anak yang pada masa ini, apa pun yang terjadi akan mempengaruhi
arah hidupnya di masa yang akan datang. Apa yang didengar, apa yang
dilihat, akan segera besar pengaruhnya di masa tumbuh berikutnya.
Masa balita juga masa pembentukan mental dan spiritual.
Pengalaman emosional yang terjadi di masa ini, baik menyenangkan atau
tidak, akan sangat besar dampaknya pada pertumbuhan di kemudian hari
kelak18 Dari sini keluarga mempunya peranan sangat besar dan penting
dalam pembangunan masyarakat.
2. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan
dan keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan
yang diperoleh dari keluarga akan sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan diri sesorang, dan akan hancurlah pergaulan sesorang jika
orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Secara sosiologi keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk
menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia, dan
sejahtera yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga
sosial terkecil.

18, Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga yang dirindukan Wanita, (yogyakarta, Pro-U Media, 2012)
hal. 97 & 98
Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen,
dijelaskan bahwa “Berdasarkan pendekatan Budaya, keluarga sekurangnya
mempunyai tujuh fungsi, yaitu fungsi Biologis, Edukatif, Religius,
Proyektif, Sosialisasi, Kreatif, dan Ekonomi.

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST.


Vembriarto, keluarga mempunyai 7 fungsi yang ada hubunganya dengan
kehidupan anak, yaitu :
a. Fungsi Biologi, yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak.
Secara biologis anak berasal dari orang tuanya, bermula dari seorang
pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah kemudian
berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus
atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.
b. Fungsi Afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan
sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh rasa kasih
sayang dan rasa aman).
c. Fungsi Sosialisasi, yaitu fungsi keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan
nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian.
d. Fungsi Pendidikan, yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi
pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi
masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar
kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil
penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama
bagi motifasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada
setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke
Perguruan Tinggi.
e. Fungsi Rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi
bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan
kegembiraan.
f. Fungsi Keagamaan, yaitu keluarga merupakan pusat Pendidikan,
Upacara dan Ibadah Agama bagi para anggotanya, disamping peran
yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting, artinya bagi
penanaman jiwa agama pada anak. Sayangnya sekarang ini fungsi
keagamaan inimengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi.
Hal ini sejalan dengan Hadist Nabi SAW yang mengingatkan para
orang tua :

Artinya :“Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang


akan menjadikan yahudi, nasrani dan majusi”
g. Fungsi Perlindungan, yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat
dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh
keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh
badan–badan sosial seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat
tubuh mental, anak yatim piyatu, anak-anak nakal dan perusahaan
asuransi. Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya
dapat terlindungi dari gangguan-gangguan, seperti gangguan udara
dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan
berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan
berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok dan lain-lain.
Sejalan dengan 7 fungsi diatas, hal senada juga dijelaskan dalam
buku lain ada 5 faedah :
1) Untuk memperoleh anak
Itulah dasar serta tujuan utama disyariatkan perkawinan, yaitu
mempertahankan keturunan agar dinia ini tidak menjadi kosong dari
jenis manusia19
2) Menyalurkan gejolak syahwat
Faedah ini membentengi diri tehadap godaan setan, mematahkan
keinginan sangat kuat yang memenuhi pikiran, mencegah bencana
akibat dorongan syahwat, menundukkan pandangan mata dan menjaga
kemaluan dari perbuatan terlarang20
3) Menghibur hati
Dengan duduk bersama, saling memandang dan melepas rindu. Semua
ini menimbulkan ketenangan di dalam hati serta mengembalikan
semangat jiwa untuk mengerjakan ibadah21
4) Pengelolaan Rumah Tangga
Fungsi ini terjaminya pengelolaan rumah tangga termasuk beberapa
hal seperti memasak, membersihkan lantai, perabot rumah, alas tempat
tidur, dan penyediaan keperluan hidup lainya22
5) Melaksanakan Kewajiban Kemasyarakatan
Fungsi tersebut adalah melakukan mujahadah (perjuangan melawan
hawa nafsu) serta melatih diri untuk berperan sebagai pemimpin dan
pelindung yang bertanggung jawab dalam memenuhi segala hak istri
dan keluarga23
Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga
selain ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah
keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok,
diantaranya kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk
menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal.

19,20, Depag RI, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI
2006) hal. 18, 33
21, 22,23, Depag RI, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI
2006) hal. 41, 45,48

Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini,


maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota
keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian dan tempat
tinggal
Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan diatas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa setiap orang tua mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena sangat
berpengaruh sekali kaepada anak jika mereka tidak menjalankan tugasnya
sebagai kepala keluarga, dalam rangka :
a) Memelihara dan membesarkan anaknya
b) Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmani dan rohani dari
berbagai gangguan penyakit serta dari penyelewengan kehidupan dari
tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan Agama yang
dianutnya.
c) Memberikan pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan
seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapai.
d) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup Muslim
3. Lingkungan Keluarga
Sebelum kita membahas masalah lingkungan keluarga, terlebih
dahulu penulis akan menyebutkan beberapa bagian lingkungan.
Diantaranya,
Menurut Sartain, lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian,
sebagai berikut :
a. Lingkungan alam/luar, adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia
yang bukan manusia, seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim,
suhu, geografis, waktu pagi siang dan malam, hewan dan sebagainya.
b. Lingkungan dalam, adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan
luar/alam.
c. Lingkungan sosial/ masyarakat, adalah semua orang/manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita
terima secara langsung dan yang tidak langsung. Pengaruh secara
langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain,
dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah pekerjaan dan
sebagainya. Sedangkan yang tidak langsung, melalui radio dan televise
dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, surat labar, dan
sebagainyadan dengan berbagai cara yang lainya
Manusia lahir ke dunia, dalam suatu lingkungan dengan
pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial itu tidak spesifik
melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-
macam kenyataan akibat interaksi dengan lingkungan. Pembawaan
menentukan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh seseorang,
akan tetapi lingkungan menentukan menjadi seseorang individu dalam
kenyataan. Tentang fungsi pembawaan dan lingkungan, Henry E. Garet
mengatakan sebagai berikut : jelaslah pembawaan dan lingkungan
bukanlah hal yang bertentangan melainkan saling membutuhkan.
Lingkungan yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik, tetapi
lingkungan yang baik tidak dapat menjadi pengganti suatu pembawaan
yang baik. Agar pembawaan selalu baik maka sandarkanlah kepada
akhlak Rasulullah Saw, karena akhlak Rasulullah Saw ibarat lautan
mutiara dan mutu manikam yang berkilau, Beliau tidak hanya
memantulkan sinar, tetapi juga memancarkan sinar menerangi segenap
mayapada alam semesta. Bukan hanya manusia yang memandanyaNya
yang akan kagum akan keluhuran akhlak Rasulullah Saw, tetapi malaikat
bahkan tumbuhan dan hewanpun turut memuji ketinggian akhlak Beliau 24

24, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 231

Berbicara tentang lingkungan sosial, Nabi Muhammad Saw


bersabda dalam hadistnya “ dari Ibnu Umar RA, Rasulullah Saw
bersabda, “Senantiasa Jibril memesankan kepadaku agar bersikap baik
dengan tetangga, hingga aku mengira bahwa ia akan menjadi
pewarisnya.” (HR. Muttafaq‟alaih)25
Lingkungan keluarga terdiri dari dua kata yaitu : “lingkungan” dan
“Keluarga”
1. Lingkungan
Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat yang dimaksud lingkungan
adalah : “Ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang
dapat berwujud benda-benda (air, udara, bumi, langit, matahari, dan
sebagainya), dan berbentuk bukan benda (insan pribadi, kelompok,
institusi, sistem, undang-undang, adat-istiadat, iklim, dan sebagainya)
Sedangkan dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa
lingkungan adalah “segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar dari
individu yang bersifat mempengaruhi sikap tingkah laku dan
perkembangannya”
2. Keluarga
Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang
secara terus menerus atau sering tinggal bersama dengan anak, seperti
ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan
bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka disebabkan
mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara anak yang telah
lahir kedunia, keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan
kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan anak-anak26.

25, DR. Al‟Ajami Damahuri Khalifah, Hadits Penuntun Akhlak & etika Tiga Bayi Bisa Bicara,
(Jakarta, Republika, 2005) hal. 91
26, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 28

Orang tua adalah figur dan cermin bagi anak-anaknya, apa


yang diperbuat dan dicontohkan orang tua kepada anaknya. itulah yang
akan ditiru dan diikuti. Pepatah mengatakan “buah jatuh tidak akan
jauh dari pohonya” untuk itulah jika kita menginginkan anak-anak kita
beraqidah/ berkeyakinan kuat dalam sanubarinya, bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah
serta yakin dengan seluruh jiwa terhadap rukun iman yang
diaktualisasikan dalam sikap dan perilaku sehari-hari, yang tercermin
dalam akhlakul karimah. maka orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga haruslah dalam setiap sikap dan tindakannya,
lebih-lebih yang berhubungan langsung dengan remaja herus
disandarkan/dilandasi dengan ajaran-ajaran Islam.
Apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi/dilaksanakan oleh
orang tua, maka harapan untuk mempunyai generasi yang beraqidah
adalah hal yang sangat sulit untuk diwujutkan.
Dari beberapa penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dalam pendidikan, karena
dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapat pendidikan dan
bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang
utama karena sebagian besar anak hidup dan tumbuh berada di dalam
keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak
adalah dalam keluarga.
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-
anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
keluarga, oleh karena itu hal ini menjadi faktor penting yang
memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain
pendidikan yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.
Karena sangat pentingnya pendidikan agama, maka para orang tua
harus berusaha memberikan pendidikan agama kepada anak-anak
mereka.
B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani ajaran agama islam dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujut kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.
Menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
yang diberikan seseorang kepada seseorang agar dia berkembang secara
maksimal sesuai ajaran Islam. Pendidikan agama islam adalah upaya sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia,
mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-
Quran dan Al-Hadits melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta
penggunaan pengalaman.
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama
islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari beberapa pengertian pendidikan agama islam di atas, penulis
menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
menyipakan peserta didik atau anak-anak untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran agama islam sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia dalam
kehidupanya.

2. Keteladanan dalam Kehidupan Anak


Setiap anak tumbuh dan berkembang melalui proses belajar tentang
dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Proses pembelajaran ini berlangsung
dan berkesinambungan terus selama masa hidup seseorang, sejak anak usia
bayi sampai mencapai usia dewasa. Ketika anak mulai beranjak usia, maka
dunianyapun berkembang dari dunia rumah (orang tua, Kakak, adik,
lingkungan keluarga) dan beranjak ke dunia luar (teman seusia, sekolah,
lingkungan masyarakat, dan seterusnya).
Anak merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap orang tua.
Sebagai orang tua tentunya menginginkan anak tumbuh kembang dengan
baik, mendapat pendidikan yang baik sehingga memiliki potensi bakat dan
keterampilan yang dimilikinya secara maksimal. Orang tua juga
menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan akhlak, moral, dan budi
pekerti yang baik sehingga si anak dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan bermanfaat bagi keluarga serta lingkungan masyarakat
di mana dia tinggal
Untuk mencapai tujuan itu semua, orang tua bertanggung jawab
dan memegang peranan penting terhadap proses pembelajaran dan tumbuh
kembang si anak. Tidak perlu gelar khusus, sekolah, atau trining khusus,
tetapi yang di perlukan adalah keteladanan, kesabaran, dan kebijakan
orang tua untuk dapat memberikan pertimbangan terbaik dalam kehidupan
dan proses tumbuh kembang anak27
Dalam hal ini pemberi teladan kepada anak-anak adalah orang tua.
Keteladanan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada omelan atau
nasihat. Jika perilaku orang tua berbeda atau bertolak belakang dengan
nasihat-nasihatnya, niscaya kegiatan keteladanan itu gagal.

27., Agnes Tri Harjaningrum, et al, Peranan Orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak,
(Jakarta, Prenada, 2007) hal. 1 & 2
Di antara berbagai hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua
dalam mencerminkan keteladanan kepada anak adalah :
a. Orang tua harus menjauhkan diri dari sikap dusta, agar anak-anak tidak
belajar dusta
b. Orang tua tidak boleh memanjangkan kukunya, agar anak tidak meniru
memanjangkan kukunya.
c. Orang tua harus menjaga kebersihan giginya agar anak-anakpun
senantiasa memetingkan kebersihan gigi.
d. Orang tua tidak boleh membuang sampah sembarangan.
e. Bagaimanpun marahnya orang tua tidak boleh mengeluarkan kata-kata
kasar dan umpatan agar anak-anak tidak menirunya
f. Orang tua harus berusah menghindarkan diri dari berdadan yang
berlebihan atau mengecat kukunya agar tidak menghilangkan
kemurnian anak-anak.
g. Orang tua harus berusaha menhindari obrolan berlebihan antar mereka
sehingga anak-anak terlantar.
h. Orang tua harus memiliki sikap toleran terhadap anak-anaknya yang
melakukan kesalahan dan menasihatinya dengan bahasa yang lembut
tanpa bermaksud memanjakanya, agar anak-anak terbiasa memaafkan
kesalahan dan berlaku santun terhadap orang lain.28
Berdasarkan hal diatas kehadiran orang tua dalam dunia anak
sangatlah penting. Khususnya kehadiran seorang ibu sangat dinantikan
oleh anak. Jangan karena kesibukan, kebutuhan, lalu kepentingan anak di
nomor dua kan sehingga anak-anak justru harus hidup dengan seorang
pengasuh yang belum pernah berinteraksi batin dengan sianak. Siapa di
balik keberanian bocah-bocah kecil itu? Tak lain adalah seorang ibu.
dialah yang setia untuk selalu mendampingi sepanjang waktu.
28, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 13&14
Dialah pahlawan bagi para pahlawan. Dialah mujahidah sejati
pendidik generasi. Dailah madrasah sebelum madrasah lainya (Al-ummu
madrasatun) seorang ibu adalah tempat sekolah bagi anak-anaknya
sekaligus magrasah cinta para pahlawan. Dialah mahluk yang lembut, satu
bentuk keindahan, yang melahirkan orang-orang besar, melahirkan para
ulama, mengasuh orang-orang sabar, yang mencetak para bijak.
Air susunya adalah makanan terbaik, asuhanya adalah kedudukan
yang paling mulia, dialah sumber kasih sayang. Ciumanya kepada anaknya
adalah salawat hati. Bakti anak kepadanya adalah ridho Allah Rabbul
Izzati29
Mungkin untuk saat ini barangkali banyak tidak enaknya
mengambil pilihan sebagai ibu rumah tangga. Karena belum adanya
penghargaan dari lingkungan. Karena belum adanya pengakuan dari
pemerintah bahwa profesi ini sangat penting untuk tumbuh kembang anak-
anak bangsa sehingga ada pembinaan diikuti dukungan financial
(contohnya: di jepang, ibu rumah tangga mendapat santunan dari
pemerintah)
Kembali soal enak atau tidak enak, itu hantya soal ego saja. Kalau
dilihat dari unsur kepentingan kita, mungkin memang banyak tidak
enaknya. Tapi, pernahkah bertanya kepada anak? Anak manapun, anak
siapapun, saya kira tidak ada yang sungguh-sungguh iklas bila ibunya
setengah hari atau bahkan seharian meninggalkanya.
Yang dibutuhkan oleh anak adalah perhatian dan kasih sayang,
berlimpah-limpah perhatian, berlimpah-limpah kasih sayang. Dan siapa
yang paling bisa memenuhi kebutuhan anak tersebut? Jawabanya adalah
ibundanya, yaitu sesorang yang telah dia akrabi detak jantungnya selama
kurang lebih Sembilan bulan30

29,30., Solikhin Abu Izzuddin & Dewi Astuti, The Great Power of Mother, (Yogyakarta, Pro-U
Media, 2007) hal. 30 s/d 32

Dari gambaran di atas jelaslah bahwa pengendalian diri orang tua


di depan anak-anak lebih penting. Maka, alangkah lebih baik jika di 5
tahun pertama sang anak, ibunda yang cerdas nan salehah yang selalu ada
bersamanya. Sehingga, ibu selalu bisa mengusahakan yang terbaik untuk
putra-putrinya, bisa mengajarkan hal-hal yang paling ideal sehingga anak
akhirnya bisa menjadi mitra pengingat yang canggih 31
3. Kegiatan Memotifasi Anak
a) Kegiatan Harian Awal
Orang tua harus berupaya menyambut dan menghadapi anak-
anaknya setiap hari dengan wajah cerah serta berusaha menyebarkan
suasana kasing sayang dan bahagia walaupun berbagai masalah
rumah yang menumpuk serta harus membiasakan salam kehormatan
islam “Asalamualaikum wr wb” sebagai pengganti ucapan „selamat
pagi kepada anak-anak dan lebih baik lagi jika sambil menciumnya
b) Olah Raga Pagi
Melalui olah raga pagi kita dapat memupuk kegesitan,
kebersamaan, kegembiraan, dan keceriaan anak-anak sehingga
merekapun merasa bahwa diberi waktu kebebasan.32
c) Menghafal Al-Qur‟anul Karim
Setelah memotifasi kegesitan dan keceriaan kepada anak-anak
sebaiknya orang tua mengajak anak-anaknya membaca dan menghafal
Al-Qur‟an dengan langkah-langkah yang baik
d) Bermain dan Berekreasi
Permainan juga masalah penting dalam membangun karakter
anak saat kecil. Dahulu Rasulullah Saw juga biasa bermain dan
bercanda dengan anak-anak kecil.
31, Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga yang dirindukan Wanita, (yogyakarta, Pro-U Media, 2012)
hal. 108
32, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 14&15
Di sanalah Rasulullah Saw memberikan rentang waktu untuk
mengistirahatkan jiwa. Anak yang dapat kesempatan bermain dan
bercanda dengan orang tuanya, akan hidup dalam suasana yang
menggembirakan, jauh dari sikap kasar dan bisa tumbuh besar
menjadi sikap yang baik. Sedangkan sikap menjaga jarak dengan anak
dalam permainan, justru mendororng anak untuk mengikuti syetan jin
dan manusia, yang selalu mengganggu di tempat manapun, sehingga
pemikiranya akan sia-sia, waktunya terbuang, lalu terjadi
33
penyimpangan dari jalan yang lurus
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh
Tirmizi dalam Nawadir‟nya : “Polah anak kecil di masa kecilnya
merupakan tambahan pada akal di masa besarnya” arti kata “Aramah”
adalah banyak gerak, bermain, dan aktif.
Ini artinya bahwa seorang anak kecil yang bermain di masa
kecilnya dengan permainan yang konstruktif dan bermanfaat, akan
tumbuh berkembang mengikuti kemampuan-kemampuan akal dan
pikiranya tersebut34
Bagi nak-anak, bermain merupakan kebutuhan yang sangat
penting dan berpengaruh pada aspek fisik dan psikologis sehingga
berpengaruh juga pada tingginya keberhasilan dalam keteladanan dari
orang tua.
Karena jika kita ingin berhasil dalam keteladanan syaratnya
adalah kita harus di idolakan, didambakan, disayangi, dan dihormati
oleh anak-anak kita35

33, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 53
34, Abdullah Muhammad Abdul Muthi, Quantum Parenting, (Surakarta, Qaula, 2007) hal. 46
35, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 15&17

4. Pengaruh lingkungan terhadap anak


Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi
kondisi psikologi dan spiritual anak. Sebagian orang menganggap bahwa
ketertutupan dan tidak berbaur, membantu pendidikan yang benar untuk
memelihara anak dari berbagai musuh akhlak yang ingin merusak mereka.
Tapi sebenarnya ketertutupan ini tidak menghasilkan pribadi yang
stabil dan sulit untuk bisa membangun mental sosial dimana seseorang
bisa hidup di tengah masyarakat dan bekerja dengan tulus. Ya, memang
bisa saja model seperti itu menghasilkan seorang yang shalih. Tapi dia
akan shalih secara pribadi saja, tidak shalih secara sosial. Dengan pola
pendidikan seperti itu hampir tidak bisa menghasilkan pribadi yang
berhasil secara sosial, dalam arti sukses berinteraksi member pengaruh
kepada masyarakat.
Sementara tentang musuh moral, kewajiban kita adalah memantau
lebih dahulu dan bila ada kasus baru kita mencari solusi yang harus
dilakukan, dan mengambil langkah-langkah antisipasi yang cukup36
Berkaitan dengan hal tersebut keluargapun harus memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk bergaul dengan teman-teman
sebayanya dan melakukan permainan-permainan kolektif, melalui cara
tersebut anak-anak telah dilatih untuk mengembangkan jiwa sosial,
kepemimpinan, kerja sama, dan kompetitis. Sebaikanya anak-anak
dijauhkan dari segala bentuk permainan atau nyainyian yang menyesatkan
dan tidak bermanfaat. Usahakan permainan dan nyanyian atau cerita yang
akan diberikan kepada anak-anak itu memiliki acuan yang jelas sesuai
tuntunan islami.37

36, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 48
37, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 29
5. Harus Kembali Ke Rumah
Yang paling direkomendasikan untuk kembali ke rumah adalah
para ibu yang punya anak dalam usia balita. Anak-anak yang berada pada
usia emas, yang didikan pada masa itu bagai mengukir di atas batu. Anak-
anak yang sangat pesat potensi pertumbuhan otaknya, sangat kuat
pikiranya di masa itu.
Anak-anak yang membutuhkan rangsangan-rangsangan untuk
tumbuh pesatnya koneksi antar neuron di otaknya. Anak-anak yang pada
masa ini, apa pun yang terjadi akan mempengaruhi arah hidupnya di masa
yang akan datang. Apa yang didengar, apa yang dilihat, akan segera besar
pengaruhnya di masa tumbuh berikutnya.
Masa balita juga masa pembentukan mental dan spiritual.
Pengalaman emosional yang terjadi di masa ini, baik menyenangkan atau
tidak, akan sangat besar dampaknya pada pertumbuhan di kemudian hari
kelak38 untuk itu jangan sampai di sia-siakan masa ini, orang tua harus
selalu hadir pada diri anak di masa ini, bentuk dan didik anak dimasa ani
karena masa ini akan menentukan kehidupan yang berikutnya pada diri
anak.

6. Kenalkan anak-anak pada etika hidup


Sebelum dikenalkan pada anak-anak, sebaiknya orang tua
menerapkan etika dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan demikian anak-anak bukan hanya dikenalkan pada teori-teori etika
atau tatakrama, tetapi juga praktik tatakrama yang mereka tiru dari orang
tua.39

38, Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga yang dirindukan Wanita, (yogyakarta, Pro-U Media, 2012)
hal. 97 & 98
39, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 49

1. Etika dalam makan


Usahakan selalu makan bersama-sama agar anak-anak terlatih
untuk mengutamakan dan mencintai orang lain, siapakah diantara para
juru dakwah yang merasa tidak punya waktu lagi untuk sekedar makan
bersama anak-anaknya di rumah?
Ditengah kesibukanya dalam melebarkan sayap dakwahnya
dengan membentuk sayap Al-Ikhwan di 20 negara, ternyata Hasan Al
Banna masih mampu menyempatkan waktu untuk makan bersama
anak-anaknya di rumah. Suasana makan malam itulah di antara detik-
detik penuh ketenangan bagi anak-anaknya40 Sehingga hal tersebut
bisa menjadi media bercakap-cakap atau pencurahan hati antar
keluarga. Cari topik yang menyenangkan dan segar
Hal yang perlu diketahui dan dipahami anak ketika makan,
diantaranya :
a. Cuci tangan sebelum makan
b. Berdoa‟a terlebih dahulu
c. Membiasakan makan dan minum dengan tangan kanan
d. Biasakan mengambil makanan yang berada paling dekat
e. Biasakan untuk mengunyah makanan dengan perlahan
f. Biasakan untuk tidak mengembalikan makanan yang telah
dikunyah kedalam piring
g. Biasakan tidak mencela makanan yang tidak disukai
h. Biaskan makanan dalam keadaan tertutup
i. Selesai makan biaskan mengucap hamdalah
j. Cuci mulut dan tangan selesai makan41

40, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 29
41, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 49 s/d 51
2. Etika dalam perjalanan
Hal yang perlu kita tanamkan kepada anak ketika melakukan
perjalanan :
a. Biasakan untuk berdo‟a sebelum melakukan perjalanan
b. Biasakan berjalan di sisi yang benar (Indonesia di sisi kiri)
c. Biasakan tidak membuang sampah sembatrangan
d. Biasakan tegur sapa jika bertemu dengan sesama teman atau
masyarakat
e. Tanamkan jiwa kepada anak untuk selalu menyingkirkan
bendbenda berbahaya yang menghalangi jalan42
3. Etika dalam berkunjung
Etika berkunjung yang harus kita tanamkan kepada anak-anak
adalah :
a. Biasakan mengetuk pintu terlebih dahulu dan mengucapakan salam
b. Ajari nak untuk duduk dengan sopan
c. Ajari anak-anak untuk bicara dengan sopan dan tidak tergesa gesa 43
4. Etika dalam tidur
Penerapan etika atau tatakrama tidur sangat erat dengan tugas
dan peran ibu di rumah, berikut etika yang harus diajarkan kepada
anak-anak :
a. Biasakan berdo‟a sebelum tidur
b. Biasakan tidur sesuai jadwal yang telah ditetapkan
c. Ajari anak-anak untuk tidak tidur menelungkup, karena itu tidurnya
setan
d. Biasakan tidur dengan berselimut

42, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal 51 s/d 53
43, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal 53

e. Sejak umur 10 tahun anak laki-laki harus terpisah dengan anak


perempuan serta terpisah dari orang tua44

7. Perkembangan Psikologis Anak


Berikut ini catatan berkenaan dengan pembinaan perkembangan
psikologis dalam membina karakter posistif dalam diri anak-anak :
1. Panggilah anak-anak dengan nama yang baik dan islami, janganlah
menghina nama anak yang buruk sehingga anak-anak akan meniru dan
mengolok-olok serta menimbulkan kedengkian dan berbagai penyakit
hati.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “sesungguhnya, pada hari
kiyamat kamu akan dipanggil dengan namamu dan nama
bapakmu, maka baguskanlah namamu”
2. Upayakan agar anak mau tidur lebih awal, hindarkan tempat-tempat
hiburan yang membuat anak terlambat tidur, atau hiburan yang
merusak kepribadian anak-anak
3. Biasakan agar anak-anak bersikap jujur dan berani.
4. Terapkan sikap amanah sejak dini kepada anak-anak
5. Upayakan kepada anak-anak kita terbiasa minta ijin ketika akan
melakukan sesuatu
6. Pantaulah anak-anak untuk tidak meniru orang dewasa yang merokok,
memakai kosmetik, merias wajah, mengecat kuku, atau perbuatan-
perbuatan orang dewasa lainya
7. Berilah kesempatan kepada anak-anak untuk mengenal pemanfaatan
benda-benda yang sangat diinginkan dengan pengawasan orangtua. 45

44, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 54
45, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 55& 59

8. Makna Kebebasan bagi Anak-anak


Beberapa hal upaya memberikan kebebasan kepada anak sesuai
kebutuhanya sebagai anak-anak tanpa menjadikan mereka tidak tau batas
yaitu dengan menanamkan sejak dini kepada anak-anak bahwa dia adalah
anak seorang pahlawan. Dengan demikian, sejak awal anak-anak sudah
disugesti untuk menjadi orang kuat dan pemberani, terutama untuk anak
laki-laki, untuk wanita tanamkan sifat keibuan sejak dini missal dengan
memberikan mainan yang sesuai kartakternya sebagai wanita.
Sebagai orang tua harus jeli dengan perubahan-perubahan dalam
diri anak. Segeralah diluruskan jika ada kejanggalan watak dalam diri
anak, misalnya seorang laki-laki berperilaku seperti perempuan atau
sebaliknya.46
9. Anak adalah Amanat
Pada hakekatnya, pelaksanaan pendidikan anak merupakan amanat
besar dari Allah SWT. Karenanya, keteledoran dan penyelewengan
pendidikan anak dari manhaj yang telah ditentukan merupakan
penghianatan terhadap amanat besar tersebut. Mengingat besarnya
tanggung jawab para orang tua, Allh Yang Maha Suci akan memberikan
balasan yang pantas bagi mereka.
Sesunguhnya, pada hari kiyamat nanti, kita akan dimintai
pertanggungjawaban atas generasi-generasi muda kita. Seyokyanya kita
bersikap seperti yang digambarkan dalam Firman Allah ini :

46, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 60
47, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 83
Artinya : “….aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku
kembali47(Q.S Hud:88)

10. Sikap Menghargi kepada Anak


Sebenarnya memandang remeh pendapat anak-anak dan menghina
imajinasi mereka, akan membunuh daya inovasi mereka. Hal inilah yang
ditegaskan oleh seorang ilmuwan bernama Torans setelah melakukan
beberapa eksperimen terhadap gagasan inovasi murid-murid sekolah. Ia
mengatakan bahwa ada dasar-dasar yang harus digunakan pendidik
terhadap anak-anak untuk mendorong mereka berkreatif. Diantaranya
adalah :
a. Menghargai pertanyaan anak-anak
b. Menghargai imajinasi yang dihasilkan anak kecil
c. Memperlihatkan bahwa ide-ide mereka mempunyai nilai
Sehubungan dengan hal tersebut, para sahabat juga telah
melaksanakan, yaitu menyemangati anak-anak untuk terus mengemukakan
pendapatnya sekalipun mereka sedang duduk di tengah-tengah orang
dewasa48
11. Kedudukan Pendidikan Agama Islam
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang
benar, maka timbulah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini
merupakan komponen afektif dari sikap keagamaan. Selanjutnya dari
adanya kepercayaan dan perasaan senang, seseorang itu akan mendorong
untuk berperilaku keagamaan, atau yang dikenal dengan pengamalan
ajaran agama.
Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama
sebagai komponen koknitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen
afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen koknitif
menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan.

48., Abdullah Muhammad Abdul Muthy, Quantum Parenting, (Surakarta, Qaula 2007) hal. 82
Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat
kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek
yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan
dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap
yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak, dan
muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku dengan kadar
ketaatanya terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan :
a. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan
gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.
b. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala
perasaan emosional, seperti senang, tidak senang, setu.
c . Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat
seperti member pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan
sebagainya.49
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling
utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak
anak-anak didik dan mengangkat mereka ke derajat yang lebih tinggi,
serta berbahagia dalam hidup dan kehidupanya.
Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik
dan mendorong mereka untuk berbuat yang mulia. Pendidikan agama
memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti hawa nafsu yang
murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan
kesesatan.

49, Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta, Rajawali Press 1996) hal. 212

Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan


yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh
mengikuti perintah Allah Swt, serta berhubungan baik dengan teman
sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta mencintai, tolong menolong
dan nasehat menasehati. Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan
mulai dari sejak dini sampai akhir hayat.
Pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak
anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka serta
berkepribadian baik dalam kehidupanya.
Dengan pendidikan agama, anak-anak menjadi tahu dan mengerti
akan kewajiban sebagai umat beragama, sehingga mereka mengikuti
aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
12. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan tentang agama
islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik
beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu :
a. Dimensi keimanan terhadap agama Islam
b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan
terhadap agama Islam
c. Dimensi penghayatan atau pemgalaman batin yang dirasakan anak-
anak dalam menjalankan ajaran agama Islam.
d. Dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang
telah di imani, dipahami dan dihayati atau di internalisasi olah anak-
anak itu mampu menumbuhkan motifasi dalam dirinya untuk
menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-
nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan
merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Tujuan Pendidikan Agama :
a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah Swt dalam hati,
yaitu dengan mengingat Allah Swt yang tidak terhitung banyaknya.
b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul.
c. Mendidik anak-anak sejak kecil untuk mengikuti perintah Allah
dan meninggalkan segala laranganNya, serta berbakti kepada
masyarakat.
d. Mendidik anak-anak untuk membiasakan berakhlak mulia dan
kebiasaan yang baik.
e. Mengajarkan ana-anak agar mengetahui macam-macam ibadah
yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui
hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Begitu juga
mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-
tiap orang Islam, serta taat mengikutinya.
f. Member petunjuk mereka untuk hidup di dunia menuju akhirt.
g. Memberi contoh dan tauladan yang baik, serta pengajaran dan
nasehat-nasehat.
h. Membentuk warga negara, masyarakat yang baik yang berbudi
luhur serta berakhlak mulia dan berpegang teguh dengan ajaran
agama.
Dari bebagai penelitian tentang tujuan Pendidikan Agama
diatas, bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang
berkesadaran dan bertujuan. Karena itu terdapat beberapa konsep dari
tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri, diantaranya bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah untuk membina serta memelihara
Islam sesuai dengan syari‟ah serta memanfaatkannya sesuai dengan
Aqidah dan Akhlak Islami. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat
adz-Dzariyaat ayat 56 :

‫ال ال‬
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S ADz Dzaariyaat:
51:56 )
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk menyempurnakan
hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia dan sesamanya,
memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia
dengan lingkungan.

13. Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga


Setiap orang tua tentu memdambakan anaknya menjadi anak yang
soleh, serta memberikan kesenangan dan kebanggaan kepada mereka.
Kehidupan anak tidak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian
besar waktu anak terletak dalam keluarga. Peran orang tua paling mendasar
didalam mendidik agama kepada anak-anak. Meeka adalah sebagai
pendidik yang pertama dan utama, karena dari orang tualah anak pertama
kali menerima pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan
agama.
Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam :
a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga
Dari orang tualah anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk
pertama dari pendidikan itu terdapat dalam keluarga, oleh karena itu
orang tua memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas
pendidikan anak. Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik,
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua antara lain :

1) Mendidik dengan ketauladanan (contoh)


Memberikan arahan, dan nasihat, memerintahkan,
melarang, tidak menjamin kesuksesan dalam mendidik anak kecil.
Bahkan umumnya, langkah seperti itu saja justru memancing anak
menolak dan jiwa mereka sempit untuk melakukan sesuatu yang
diinginkan, cara yang baik dan benar adalah dengan menanamkan
nilai dalam jiwa melalui cara praktis yaitu keteladanan50

Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari


sejumlah metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan
membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Seseorang
pendidik atau orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan
anak, sebab tingkah laku dan sopan santunya akan ditiru, bahkan
semua keteladanya itu akan melekat pada diri dan perasaannya.
Apabila kita memperhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang
terdapat dalam surat Luqman ayat 15, bahwa nilai-nilai agama
selalu menghiasi mulai dari penampilan pribadi Luqman yang
beriman, beramal soleh, bersyukur kepada Allah Swt dan bijaksna
dalam segala hal, kemudia yang dididik dan di nasehatkan kepada
anaknya adalah kebulatan Iman kepada Allah Swt semata, akhlak
dan sopan santun terhadap orang tua, kepada sesama dan taat
beribadah.

Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orang tua selaku


pemberi contoh yang ideal kepada anak-anaknya, harus sering
terlihat oleh anak-anak dalam melakukan solat, bergaul dengan
sopan santun, berbicara dengan lemah lembut dan lain sebagainya,
karena semua itu nanti akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak-
anak.

50, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 45

2) Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan


Setiap anak dalam keadaan suci, artinya dia dilahirkan di
atas fitroh bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena
itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan
kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan
mengajak anak ke dalam Tauhid murni dan Akhlak mulia.Diantara
kebiasaan Al Banna rahimahullah adalah melandaskan pembinaan
melalui metode tidak langsung, metode menyampaikan tanpa
meminta, ini banyak dilakukan, khususnya di bulan ramadhan. Jika
beliau datang ke rumah dan beristirahat sebentar, beliau bangun
beberapa waktu sebelum mahrib, “dia memanggil anak-anaknya
dengan mengumandangkan Al-Qur‟an51
Hendaklah orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan
pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan
latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan
jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap
tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas
dan kuat, sehingga akan masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Abdullah Nashin Ulwan mengemukakan bahwa,
“Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu
penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah satu sarana
dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan
moralnya52.
Disinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara
atau metode yang mempunyai peranan yang sangat besar sekali
dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina
akhlaknya.

51, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 47
Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika
anak tumbuh besar dan dewasa, dia akan terbiasa melaksanakan
ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukanya.
Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang
maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang nantinya
membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan
yang huruk dengan mudah

3) Mendidik dengan nasehat


Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk
keimanan anak, mempersiapakan moral, psikis dan sosial adalah
mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan
mata anak-anak tentang hakekat sesuatu dan mendorong menuju
situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta
53
membekalinya dengan prinsip-prinsip islam.
nasehat yang tulus akan membekas dan berpengaruh jika
memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan
berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya
dan meninggalkan bekas yang dalam.
Al-Qur‟an telah menegaskan pengertian ini dalam banyak
ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan
dan kata-kata yang mengadung petunjuk dan nasehat yang tulus. 54
diantaranya :

52, Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar Pendidikan anak menurut Islam, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 65
53, Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995) hal.
66
54, Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995) hal.
70

Artinya : “Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat


peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal
atau yang menggunakan pendengaranya, sedang dia
menyaksikannya” (Q,S Qaaf, 50:37)

Artinya : “Dan tetaplah member peringatan, karena


sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-
orang yang beriman (Q.S Dzariyat: 51:55)
Nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak-
anak tentang gejala hakekat serata menghiasinya dengan akhlak
mulia. Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain,
Karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta
contoh perilaku yang baik kepada anaknya.
Disamping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak
mendapakan kesulitan atau masalah begitupun sebaliknya ketika
anak mendapatkan prestasi.
4) Mendidik dengan pengawasan
Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi
anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral, mengasihinya dan
mempersiapkan secara psikis dan sosial, memantau secara terus
menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani
ataupun dalam hal belajarnya.
Memdidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk
melihat langsung bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-
harinya baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Dilingkungan
keluarga hendaknya anak tidak selalu dimarahi apabila dia berbuat
salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan
dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaklah diantar ketika
dia pergi kesekolah, begitu pula setelah pulang sekolah hendaknya
ditanya kembali pelajaran yang dia dapat dari gurunya.
b. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga
Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas
melindungi keluarga dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari
segi moril maupun materiil. Dalam hal moril orang tua berkewajiban
memerintahkan anaknya untuk taat kepada segala perintah Allah Swt,
seperti Sholat, Puasa, dal lain sebagainya, sedangkan dalam segi
materiil bertujuan untuk kelangsungan kehidupan, salah satunya
mencari nafkah55
Imam Jaifar Shadiq berkata, ketika ayat “Wahai orang-orang
yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” itu
diturunkan, orang-orang lantas bertanya…Bagaimana caranya kita
menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka?
Rasulullah Saw Berkata, “Kerjakan perbuatan-perbuatan yang
baik, ingatkanlah keluargamu untuk mengerjakannya, dan didiklah
mereka untuk taat kepada Allah Swt.
Menurut Abu Ahmad Muhammad Naufal, supaya berhasil
dalam mendidik anak, maka orang tua harus lebih dahulu memelihara
diri dari hal-hal yang tidak pantasd, serta melaksanakan perintah agama
dengan baik. Sebab anak lebih cenderung meniru dan mengikuti
kebiasaan yang ada dalam lingkungannya. Walhasil memdidik anak
dengan contoh perilaku itu lebih baik dari pada nasehat-nasehat lisan.
Untuk itulah perlu kiranya diciptakan lingkungan keluarga yang islami.
Misalnya, didalam rumah ada tulisan-tulisan Al-Qur‟an dan hadist
(sebagai hiasan dinding), sering diputar kaset bacaan Al-Qur‟an, atau
anak diajak langsung ke tempat peribadatan (masjid atau majelis
taklim) atau bahkan diajak sholat bersama kedua orang tuanya.

55, Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,
(Jakarta, Bulan Bintang, 1995) hal. 80
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam
lingkungan keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kaagamaan dan proses belajar
pendidikan agama yaitu :
Pertama, kelarga sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi
perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian
akan selalu memdorong untuk kemajuan pendidikan secara bersama
sama, sehingga dengan demikian orang tua punya fikiran untuk
mendatangkan guru ngaji atau prifat agama di rumah serta menyuruh
anaknya untuk belajar di madrasah diniyan dan mengikuti kursus
agama. Hal ini senada apa yang sudah dilakukan oleh keluarga Bapak
Aris, bahwa beliau mewajibkan nak-anaknya belajar agama dan sekolah
di madrasah-madrasah. Dan beliau tidak memberikan pilihan lain
kepada anaknya dalam memilih sekolah.
Kedua, keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan
keagaan anak-anaknya. Orang tua yang seperti ini tidak mengambil
peranan untuk mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap
keagaam yang dijalani anak-anaknya.
Ketiga, keluarga yang antipasti terhadap dampak dari
keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dimasyarakat sekitarnya.
Orang tua seperti ini akan menghalangi dan mensikapi dengan
kebencian terhadap kegiatan keagmaan yang dilakukan oleh anak-
anaknya dan keluarga lainya.
Banyak alasan mengapa pendidikan agama dirumah tangga
sangat penting, diantaranya :
1. Pendidikan dimasyarakat, rumah ibadah, dan sekolah frekuensinya
rendah. Pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung
beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid,
juga hanya sebentar, di sekolah hanya dua jam pelajaran setiap
minggu.
2. Inti Pendidikan Agama Islam adalah penanaman iman. Penanaman
iman ini hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam
kehidupan sehari-hari dan itu hanya mingkin dilakukan di rumah.
Pendidikan agama itu intinya adalah pendidikan keberimanan,
yaitu usaha-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak kita.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik anaknya,
melindungi keluarganya dan memelihara keselamatanm keluarganya,
baik dan buruk anak-anaknya serta keluiarganya tergantung kepada
orang tua, soleh dan tidaknya nak tergantyung bagaimana orang tuanya
dalam mengarahkanya. Melindungi keluarga bukan hanya memberikan
tempat tinggal saja, tetapi memberikan perlindungan supaya keluarga
terhindar dari mala petaka baik di dunia dan akhirat dengan cara
mengajak keluarga kita kepada perbuatan-perbuatan yang
diperintahkan oleh Allah Swt dan menjauhi segala laranganNya.
Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita
supaya taat kepada Allah Swt, agar keluarga kita diberikan
keselamatan oleh Allah Swt baik di dunia dan akhirat. Pada
hakekatnya keselamatan yang hakiki dan kebahagiaan yang hakiki
adalah ketika kita selamat dari api neraka dan mendapatkan srurga
Illahi, semua itu harus dicari dengan cara beriman dan bertaqwa.
Oleh karna itu pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam
keluarga harus benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus
menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya, karena nak itu sifatnya
menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada
semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari
berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka
anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari
ketinggian anak itu adalah terletak pada yang bertanggung jawab
(pendidik) dan walinya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan masyarakat, khususnya
keluarga yang berada di wilayah Rw. 08 Kelurahan Bergas lor, Kecamatan
Bergas, Kabupaten semarang, mereka yang masih memiliki anak di bangku
sekolah.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juni s/d bulan Juli
tahun 2015, pada bulan tersebut penulis sudah meminta ijin kepada ketua Rw.
08 berikut penyebaran angketnya.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “Research”
yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan
dengan suatu metode tertentu dengan cara sistematis dan sempurna terhadap
permasalahan. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk
memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.56 adapun
metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha untuk menyajikan
data dan fakta-fakta yang sesungguhnya tentang keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan menyebarkan angket (Quesioner) kepada
responden di tempat diadakan penelitian.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga.57

56, 57. Michael H. Walizer, Metode dan Analisis Penelitian, (Jakarta: Erlangga: 1991) hal.
150

sedang menurut P. Joko subagyo, S.H. populasi adalah obyek penelitian


sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. 58 sedangkan
sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang diteliti, atau sampel
adalah bagian dari populasi.59
Obyek penelitian sebagai sarana untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data-data disebut populasi. Namun dalam kegiatan penelitian
untuk menjangkau keseluruhan dari obyek tersebut tidak mungkin dilakukan.
Solusinya adalah diperlukan teknik sampling, yaitu prosedur untuk
mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada di dalam populasi,
meskitpun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian
saja. Dan bagian dari populasi tersebut dianggap dapat mewakili populasinya. 60
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi populasinya hanya pada
keluarga Rt. 02, 04, dan 05 serta pengurus RT yang memiliki anak yang masih
berada di bangku sekolah. Jumlah Kepala Keluarga Rt. 02, 04 dan 05
berjumlah 147 KK, dengan rincian Kepala Keluarga Rt 02 berjumlah 47 KK,
Rt. 04 berjumlah 58 KK dan Rt. 05 berjumlah 42 KK. jadi populasi penelitian
sebanyak 100 KK61
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti, atau sampel adalah bagian dari populasi. Adapun yang menjadi sampel
pada penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak 50 % dari 100 KK.
jadi sampel yang diambil sebanyak 50 Kepala Keluarga.
58,59,.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 23
60.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 23
61.Agus Gunawan, Ketua RW. 08, Wawancara Pribadi, (poa Rw. 08 Kel. Bergas lor)

D. Teknik Pengumpilan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan berbagai macam metode dan teknik pengumpulan data yang
tepat. Tujuannya agar diperoleh data yang obyektif.
penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelitian lapangan
terhadap obyek yang akan dituju untuk memperoleh dan mengumpulkan data-
data yang diperlukan. Penelitian lapangan ini bertujuan untuk mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.
Penelitian lapangan untuk mengadakan riset lapangan tempat penulis
mengadakan penelitian tersebut dengan tujuan memperoleh data secara
kongkrit.
Untuk memperoleh data yang obyektif berdasarkan kebenaran yang
terjadi di lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
diantaranya :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sabagai alat pengumpulan data
dapat dilakukan secara spontan dan bisa pula dengan daftar isian yang
telah disiapkan sebelumnya. Pada dasarnya teknik observasi digunakan
untuk melihat atau mengamati perubahan fenomina sosial yang tumbuh
dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penelitian atas perubahan
tersebut. Bagi pelaksana atau petugas (observer) harus melihat obyek dan
peka dalam mengungkap serta membaca permasalahan dalam momen-
momen tertentu dengan mengetahui dan memisahkan antara yang
diperlukan dengan yang tidak diperlukan.62

62.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 63
Observasi sebagai alat pengumpulan data harus sistematis, artinya
observasi serta pencatatanya dilakukan menurut prosedur dan aturan-
aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain. Selain
itu hasil observasi harus member kemungkinan untuk menafsirkanya
secara ilmiah. Metode observasi hendaknya dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat diuji validitas dan reabilitasnya. karena itu observasi harus
sistimatis supaya dapat dijadikan dasar yang cukup ilmiah untuk
generalisasi.
Tujuan observasi variable-variabel yang akan diselidiki harus
dinyatakan secara eksplisit, konsep-konsep yang diselidiki harus
dirumuskan sedetail mungkin.
Tujuan yang jelas dapat memusatkan perhatian kepada hal-hal
yang relevan. Dalam kenyataanya peneliti dibanjiri oleh banyak kesan-
kesan yang menyimpang dari sasaran penelitian.
Tujuan yang jelas mengarahkan kan memusatkan penelitian kepada apa
yang harus diamatinya, siapa yang akan diamatinya dan keterangan apa
yang perlu dikumpulkanya.63
Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran pandangan
teoritis tentang masalah yang kita selidiki dalam hubungannya dengan
kenyataan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
64
responden. proses Tanya jawab dalam penelitian berhadapan langsung
antara interviewer dengan responden dan kegiatanya dilakukan secara
lisan65 di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
63.SNasution, Metode Research (Penelitian ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 6,
hal. 107-108
64. Michael H. Walizer, Metode dan Analisis Penelitian, (Jakarta: Erlangga: 1991) hal. 154
65.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 39
Tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi-
informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat
responden. Wawancara suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dari responden.
Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal,
biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan,
namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon, sering juga
interviu dilakukan antara dua orang tetapi bisa juga sekaligus interviu
lebih dari dua orang.
Wawancara memerlukan keterampilan untuk mengajukan
pertanyaan, kemampuan untuk menangkap buah fikiran atau perasaan
orang serta merumuskan pertanyaan baru dengan cepat untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan.
3. Angket
Angket adalah pertanyaan-pertanyaan yag telah tersusun secara
kronologis dari yang umum mengarah pada yang khusus untuk diberikan
pada responden atau informen yang umumnya merupakan daftar
pertanyaan lazimnya yang dibuat dengan menyesuaikan responden
ataupun dapat dibut unuk umum dalam arti terbatas pula dengan
pengambilan sampel.66
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti utuk meroleh data,
angket disebarkan kepada responden terutama pada penelitian survai.
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah
secara serentak.
Dalam buku “Metode Penelian” karangan P. Joko Subagyo, SH
menyebutkan bahwa :
66.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 55
a. lebih mengarahkan informasi yang diperoleh secara relevan sehingga
terhindar data yang tidak terpakai.
b. Membantu responden memberikan jawaban dalam waktu relative
lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain.
c. Mengarah dalam pemakaian analisa kuantitatif sebagai tujuan utama,
ditunjang analisis kuantitatif atau sebaliknya.
d. Mempercepat pengumpulan data.67
Angket mempunyai kelebihan tersendiri apabila dibandingkan alat
bantu lainya, seperti misalnya dengan cara wawancara yang mempunyai
kemampuan jelajah terbatas pada keadaan pewawancara.
Angket dapat disebarluaskan sesuai keperluan pada setiap
responden dalam waktu relative singkat dengan mengarahkan seluruh
jajaran peneliti untuk membagikanya secara langsung. Angket tersebut
diisi oleh para orang tua yang mempunyai anak yang masih duduk di
bangku sekolah.
E. Teknik Analisa Data
Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan peneliti ini dapat
dipercaya, maka data tersebut harus dianalisa sehingga diperoleh kesimpilan.
Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisa, karena
data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif maka
dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak
menganalisa.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemacahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi dia juga
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, dia juga bersifat
komperatif dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuyk
memecahkan masalah secara sistematis dan factual mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi.
67.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 56
Metode analisa data yang digunakan adalah :
a. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif. Data kwalitatif di kemukakan dalam
bentuk kalimat sehingga dapat diambil kesimpulan. Yang dianalisa
adalah data tentang peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam yang bersumber dari observasi, wawancara dan angket.
b. Analisa Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif selalu berbicara variable, variable adalah
perubahan-perubahan perilaku yang dapat di ukur. Kuantitatif adalah
data tentang fenomena yang hanya bisa dijelaskan dan
ditransformasikan ke angka.
Analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data
yang berwujud angka dengan mengklasifikasikanya, mentabulasikan
dan melakukan penghitungan dengan menggunakan statistik sederhana
untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis
menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket. Hasil penelitian
disajikan dengan menggunakan frekuensi distribusi dan prosentase
dengan rumus perhitungan :

P = F x 100% N

Keterangan:
P = Angka persentasi
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah frekuensi
Untuk mengukur tinggi rendahnya peranan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergas
Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang,, maka penulis memilih
ketentuan orang tua dalam memberi jawaban dari Quesioner dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
90%-100%, ini berarti baik sekali.
b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
70%-80%, ini berarti baik.
c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
50%-60%, ini berarti sedang atau cukup.
d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
kurang dari 50%, ini berarti kurang.

Adapun Quesionernya sebagai berikut :


1) Bagaimanakah peranan keluarga terhadap pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam pada anak ?
2) Usaha-usaha apa sajakah yang telah dilakukan keluarga
terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak ?
3) Bagaimanakah tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam pada anak ?
4) Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam?
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Letak geografis wilayah Rukun Warga 08
Wilayah Rukun Warga 08 berada di jalan Sukarno Hata dan
Jalan Cut Nyak Dien Kelurahan Bergaslor, Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang. Adapun luas wilayah 20.000 m2 yang terbagi
menjadi 5 Rukun Tetangga
a. Ketua Rukun Warga Bapak Drs Agus Gunawan M.Pd
b. Ketua Rukun Tetangga 1 Bapak Harun
c. Ketua Rukun Tetangga 2 Bapak Masduki
d. Ketua Rukun Tetangga 3 Bapak Dawam
e. Ketua Rukun Tetangga 4 Bapak Zeni
f. Ketua Rukun Tetangga 5 Bapak Suwanto
Apapun perbatasan sebagai berikut
a. Sebelah utara : Kelurahan Karang jati
b. Sebelah selatan : Rw 9
c. Sebelah barat : Rw 7
d. Sebelah Timur Rw 9
Status tanah diwilayah Rw.08 Kelurahan Bergaslor, Kecamatan
Bergas, Kabupaten Semarang adalah tanak hak milik, Guna Bangunan,
Tanah Negara yang memiliki sertifikat dari Badan Pertanahan Kabupaten
Semarang. Wilayah ini juga dekat dengan pasar yang bernama pasar karang
jati, hampir 80% warga Rw 08 adalah pendatang. Setiap gang sudah berdiri
bangunan rumah, baik rumah tinggal, kos kosan ataupun kontrakan, karena
kebetulan wilayah ini berdekatan dengan pabrik-pabrik.

2. Keadaan Penduduk
Wilayah Rw. 08 merupakan bagian dari wilayah kelurahan
Bergas lor, dimana penduduknya terdiri dari penduduk asli pribumi dan
sebagian besar penduduk pendatang. Sesuai perkembangan penduduk
yang setiap tahunya bertambah, maka penulis mendapatkan data dari
masing-masing ketua Rt 2,4,5 didalam wilayah RW 08 yaitu sampai
akhir bulan Juli tahun 2015 sudah mencapai 147 Kepala Keluarga.
Dengan rincian laki-laki 259 orang perempuan 276 orang. Jadi
jumlahnya 537 jiwa. Sedangkan jumlah bangunan Rt.01 s/d 08 sebanyak
168 bangunan1. Seperti terlihat pada table di bawah ini :
Tabel 1
Jumlah Penduduk Warga Rw. 08 Bergas lor
No RT KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1 02 47 75 86 163
2 04 58 108 108 216
3 05 42 76 82 158
Jumlah 147 259 276 537

Tabel 2
Jumlah Bangunan Warga Rw. 08 Bergas lor
No RT Rumah Kontrakan Kos- Jumlah
tinggal kosan
1 02 44 4 5 53
2 04 56 1 11 68
3 05 35 2 10 47
Jumlah 135 7 26 168

Adapun masalah pekerjaan, penduduk Rw. 08 mayoritas


pekerjaanya karyawan swasta, buruh, pensiunan Negeri/ABRI, berdagang
mulai dari berdagang warung/toko, counter HP, sembako dan lain
sebagainya. Ada juga yang menjadi anggota ABRI dan POLRI dan juga
pengusaha, walaupun sedikit sekali jumlahnya. Seperti table berikut ini :

Tabel 3
Data Pekerjaan Warga Rw. 08 Begas lor
No Pekerjaan Preentase
1 Karyawan Swasta 49 %
2 Pegawai Negeri 11 %
3 Wiraswasta 24%
4 Pedagang 8,5 %
5 Anggota ABRI dan POLRI 2%
6 Pensiunan Negeri/ABRI 1%
7 Pengusaha 0,5 %
8 Buruh 4%
100%

Pada table ini terlihat hampir setengah (49%) pekerjaanya


karyawan swasta, dan hanya sedikit 11% Pegawai Negeri Sipil, juga
sebagian kecil 24% Wiraswasta, dan sedikit sekali 8,5% Pedagang, 2%
Polri, 1% Pensiunan, 0,5% Pengusaha serta 4% sebagai buruh.
Adapun jumlah keluarga dalam setiap kepala keluarga mayoritas 4
orang, tetapi ada juga yang lebih walaupun itu hanya beberapa saja.
Mereka kebanyakan hanya mempunyai 2 orang anak. Seperti terlihat pada
table dibawah ini :

Tabel 4
Data rata-rata kepemilikan anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
1 9 6%
2 18 12%
3 37 26%
4 55 38%
5 20 13%
>5 8 5%
Jumlah 147 100%

Pada table ini terlihat bahwa sebagian kecil (38%) keluarga Rw. 08
mempunyai anak hanya 2 orang dengan jumlah keluarga 4 orang dan
sebagian kecil pula (26%) mempunyai anak 1 orang dan sedikit (13%)
mempunyai anak 3 orang dan sedikit pula (5%) yang mempunyai anak
lebih dari 3 orang, tapi ada sedikit pula (12%) dan (6%) sudah tidak
memiliki anak atau anaknya sdh menikah semua . Jadi keluarga yang
mempunyai anak 1, 2 atau 3 saja dapat memudahkan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
3. Sarana Pendidikan dan Ibadah
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Rw. 08 baik yang formal
maupun non formal seperti Taman Kanak-kanak berjumlah 1, PAUD
berjumlah 1, SLTP/MTS berjumlah Taman Pendidikan Al-Qur‟an yang ada
di wilayah Rw. 08 berjumlah 2. Kebanyakan orang tua mengikutkan
anaknya ke TPA, dan tempat-tempat pengajian yang bersifat tradisional,
selain itu juga di wilayah Rw. 08 Kelurahan Bergas lor, Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang juga mempunyai sarana ibadah dalam rangka
pembinaan rohani yaitu ada 2 masjid bernama masjid AT-Taqwa dan
masjid LDII dan juga terdapat 2 Mushola bernama Mushola Al-Ikhlas dan
Mushola Nurul Iman.
Adapun kegiatan-kegiatan tempat ibadah yang ada di wilayah Rw.
08 adalah :
a. Di Masjid dan Mushola diadakan yasinan umum secara giliran
setiap satu minggu selaki di hari kamis malam.
b. Di Masjid At-Taqwa setiap minggu pagi di adakan kajian umum
untuk remaja putra dan putri
c. Di Mushola Al-Ikhlas setiap dua minggu sekali di adakan kajian
ibu-ibu di hari minggu pagi.
d. Di Mushola Al-Ikhlas setiap hari besar agama (1 muharam, Isro‟
mi‟roj, dan Nuzul Qur‟an) diadakan peringatan dengan acara
pengajian akbar.
4. Interpretasi data dan Analisa data
a. Interpretasi Data
Untuk interpretasi data tentang peranan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergaslor,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, penulis mengumpulkan
dengan kriteria perhitungan sebagai berikut :
Kriteria perhitungan
100% = Seluruhnya
99%-99% = Hampir seluruhnya
60%-89% = Sebagian besar
51%-59% = Lebih dari setengahnya
50% = Setengahnya
40%-49% = Hampir setengahnya
20%-39% = Sebagian kecil
10%-19% = Sedikit
01-09% = Sedikit sekali
0% = Tidak sama sekali
b. Analisa Data
1) Peranan Orang Tua dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam
Tabel 5
Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sejak lahir 38 76%
Ketika SD 8 16%
Ketika SMP 4 8%
Ketika SMA - 0%
Jumlah 50 100%

Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (76%) perhatian


pendidikan agama islam pada anak itu dilakukan sejak lahir, dan
sedikit (16%) perhatian pendidikan agama itu dilakukan ketika SD.
Serta sedikit sekali (8%) perhatian pendidikan agama islam dimulai
ketika SMP/SMA. Hal ini menyatakan bahwa orang tua hanya
memperhatikan Pendidikan Agama pada saat masih kecil saja,
padahal seharusnya orang tua tetap memperhatikan Pendidikan
Agama walaupun anak sudah mulai menginjak remaja atau dewasa,
karena pada masa-masa tersebut anak-anak membutuhkan sekali
bimbingan Agama. Sebagaimana khadisnya mengatakan bahwa
berilmu itu sepanjang hidup.

Tabel 6
Mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada Anak di Rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 16%
Sering 38 76%
Kadang-kadang 4 8%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat sedikit (16%) keluarga yang selalu


mengajarkan dan membimbing Pendidikan Agama Islam pada anak
dirumah dan sebagian besar (76%) yang sering mengajarkan dan
membimbing Pendidikan Agama Islam pada anaknya di rumah
serta sedikit sekali yang kadang-kadang orang tua mengajarkan dan
membimbing Pendidikan Agama Islam di rumah pada anaknya.

Tabel 7
Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada Anak di Rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 16%
Sering 38 76%
Kadang-kadang 4 8%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat sedikit (16%) keluarga yang selalu


memberikan contoh teladan yang baik pada anak dirumah dan
sebagian besar (76%) yang sering memberikan contoh teladan yang
baik pada anaknya di rumah serta sedikit sekali yang kadang-
kadang orang tua memberi contoh teladan yang baik di rumah pada
anaknya.

Tabel 8
Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang buruk
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 25 50%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian kecil (40%) orang


tua selalu menegur anaknya ketika melakukan hal yang tidak baik,
dan hampir setengah (50%) orang tua sering menegur anaknya
ketika melakukan hal yang tidak baik serta sedikit (10%) orang tua
menegur naknya ketika melakukan hal yang tidak baik.

Tabel 9
Penyediakan fasilitas pendidikan yang memadai kepada anak
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 10 20%
Sering 35 70%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian kecil (20%) orang


tua selalu menyediakan fasilitas pendidikan kepada anaknya dan
sebagian besar (70%) orang tua sering menyediakan fasilitas
pendidikan bagi anaknya serta hanya sedikit (10%) orang tua
menyediakan fasilitas pendidikan bagi anaknya.

Tabel 10
Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 5 10%
Jumlah 50 100%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa hampir setengah (40%)


orang tua selalu memberi motifasi belajar pada anaknya dan
hampir setengah pula (40%) orang tua sering memberi motifasi
belajar pada anaknya serta sedikit (10%) orang tua yang memberi
motifasi belajar pada anaknya dan juga sedikit (10%) orang ua
yang tidak pernah memberi motifasi belajar pada anaknya.
Tabel 11
Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 15 30%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 5 10%
Jumlah 50 100%

Dari tabel di atas bisa terlihat bahwa sebagian kecil (30%)


orang tua selalu mengadakan diskusi agama bersama anaknya di
rumah dan hampir setengah (40%) orang tua sering mengadakan
diskusi agama bersam anakny serta sedikit (20%) orang tua yang
kadang-kadang melakukan diskusi agama bersama anknya dan
sedikit sekali pula (10%) orang tua yang tidak pernah melakukan
diskusi agama bersama anaknya.
Tabel 12
Sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 30 60%
Sering 15 30%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (60%) orang
tua selalu mengontrol kegiatan ibadah anaknya di rumah dan
sebagian kecil (30%) orang tua yang sering mengontrol kegiatan
ibadah anaknya dirumah serta sedikit pula (10%) orang tua yang
kadang-kadang mengontrol kegiatan ibadah naknya di rumah.
Tabel 13
Sikap menegur anak apabila tidak shalat
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 5 10%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Pada tabel ini terlihat bahwa hampir seluruhnya (80%)


orang tua selalu menegur anaknya jika tidak sholat dan sedikit
(10%) orang tua yang sering menegur anaknya jika tidak sholat
serta sedikit pula (10%) orang tua yang kadang-kadang menegur
anaknya ketika tidak sholat.
Tabel 14
Mendidik ibadah shalat dan puasa
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 5 10%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa hampir seluruhnya (80%)
orang tua mendidik ibadah sholat dan puasa pada anaknya, dan
hanya sedikit (10%) orang tua yang sering mendidik ibadah sholat
dan puasa pada anaknya serta sediki pula (10%) orang tua yang
kadang-kadang mendidik ibadah sholat dan puasa pada anaknya.
Tabel 15
Pembiasaan melakukan shalat berjamaíah dengan anak-anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 15 30%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 5 10%
Jumlah 50 100%

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian kecil (30%) orang


tua pembiasaan melakukan sholat berjamaah dengan anak-anak
dirumah dan hampir setengah (40%) orang tua sering membiasakan
sholat berjamaah dengan anak-anak di rumah serta sedikit (20%)
orang tua kadang-kadang membiasakan sholat berjamaah dengan
anak-anak di rumah serta sedikil sekali (10%) orang tua yang tidak
pernah membiasakn sholat berjamaah dengan nak-anaknya di
ruumah.

Tabel 16
Penanaman sikap disiplin kepada anak dirumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Penanaman ikap disiplin kepada anak di ruumah


berdasarkan tabel diatas hampir setengah (40%) yang selalu
dilakukan orang tua kepada anaknya, dan hampir setengah pula
(40%) orang tua yang sering menanamkan sikap disiplin kepada
anaknya dirumah, serta sedikit (20%) orang tua yang kadang-
kadang menanamkan sikap disiplin kepada anaknya dirumah.

Tabel 17
Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat bahwa hampir setengah (40%) orang


tua selalu memberi pengawasan terhadap kegiatan belajar anak
dirumah, dan hampir setengah pula (40%) orang tua sering
memberi pengawasan terhadap keiatan belajar anak dirumah serta
sedikit (20%) orang tua yang kadang-kadang memberi pengawasan
kegiatan belajar anak di rumah.
Tabel 18
Sikap selalu menanamkan pendidikan akhlak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat bahwa hampir setengah (40%) orang


tua selalu menanmkan pendidikan akhlak kepada anaknya dirumah,
dan hampir setengah pula (40%) orang tua sering menanmkan
pendidikan akhlak kepada anaknya dirumah serta sedikit (20%)
orang tua yang kadang-kadang menanmkan pendidikan akhlak
kepada anaknya di rumah
2) Tingkat keberhasilan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
pada Anak
Tabel 19
Minat anak terhadap pendidikan agama Islam
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat berminat 10 20%
Berminat 35 70%
Kurang Berminat 5 10%
Tidak berminat 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sedikit (20%) anak-anak yang


sangat berminat terhadap pendidikan Agama Islam, dan sebagian
besar (70%) anak-anak di lingkungan RW 8 berminat terhadap
Pendidikan Agama Islam serta sedikit (10%) anak-anak
dilingkungan RW 8 yang kurang berminat terhadap Pendidikan
Agama Islam.

Tabel 20
Pendapat anak tentang Pendidikan agama Islam
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat penting 15 30%
Penting 35 70%
Kurang penting 0 0%
Tidak pentig 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel diatas telihat sebagian kecil (30% anak-anak


berpendapat sangat penting Pendidikan Agama Islam, dan hampir
seluruhnya (70%) anak-anak berpendapat bahwa Pendidikan
Agama Islam penting.
Tabel 21
Sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 10 20%
Baik 35 70%
Kuran baik 5 10%
Tidak baik 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat bahwa sebagian kecil (20%) sikap


anak-anak sangat baik ketika di rumah dan di luar rumah, dan
hampir setengah (70%) sikap anak-anak baik ketika di rumah dan
di luar rumah, serta sedikit sekali (10%) sikap anak-anak yang
kurang baik saat di rumah dan di luar rumah.
Tabel 22
Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat dan patuh pada anda
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas terlihat setelah memperoleh Pendidikan
Agama Islam hampir setengah (40%) anak-anak selalu bersikap
baik, hrmat dan patuh kepada orang tua, dan hampir setengah pula
(40%) anak-anak sering bersikap baik, hormat dan patuh kepada
orang tua serta sedikit sekali (10%) anak-anak kadang-kadang
bersikap baik, hormat dan patuh kepada orang tua.

Tabel 23
Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel di atas terlihat setelah memperoleh Pendidikan


Agama Islam hampir setengah (40%) anak-anak selalu bersikap
baik, hrmat dan tidak bertengkar serta saling menghargai sesama
kerabat, dan hampir setengah pula (40%) anak-anak sering
bersikap baik, hormat dan tidak bertengkar serta saling menghargai
sesama kerabat serta sedikit sekali (10%) anak-anak kadang-
kadang bersikap baik, hormat dan tidak bertengkar serta saling
menghargai sesama kerabat.
Tabel 24
Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama : shalat, puasa dan
mengaji
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat rajin 20 40%
Rajin 20 40%
Kurang rajin 10 20%
Tidak rajin 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel di atas terlihat setelah memperoleh Pendidikan


Agama Islam hampir setengah (40%) anak-anak selalu rajin
melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji, dan
hampir setengah pula (40%) anak-anak sering rajin melaksanakan
ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji, serta sedikit sekali
(10%) anak-anak kadang-kadang melaksanakan ajaran agama
seperti shalat, puasa dan mengaji.
Tabel 25
Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat rajin 20 40%
Rajin 20 40%
Kurang rajin 10 20%
Tidak rajin 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini dijelaskan bahwa hampir setengahnya (40%)


anak sangat rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri, dan
hampir setengah pula (40%) anak-anak rajin belajar dan
mengerjakan tugasnya sendiri, serta sediki (10%) anak-anak
kurang rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri.
Tabel 26
Kemampuan anak membaca Al-Qurían
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 20 40%
Baik 20 40%
Kurang baik 10 20%
Tidak baik 0 0%
Jumlah 50 100%

Dari tabel ini terlihat bahwa hampir setengah (40%)


kemampuan anak dalam membaca Al-Qur‟an itu sangat baik, dan
hampir setengah pula (40%) kemampuan ank-anak dalam
membaca Al-Qur‟an sudah baik serta hanya sedikit (10%)
kemampuan anak-anak dalam membaca Al-Qur‟an kurang baik.
Dari tabel-tabel yang telah diuraikan dari data
pengelompokan peranan orang tua dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam pada anak, terlihat bahwa para orang tua di wilayah
Rw 08 khususnya Rt 02, Rt 04 dan Rt 05 sangat berperan dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam kepada anak-anaknya di
rumah. Dari sekian pertanyaan yang penulis ajukan kepada
responden tentang peranan orang tua dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di rumah, mayoritas mereka menjawab
dengan jawaban “selalu, dan sering”. Sedikit sekali dari mereka
yang menjawab kadang-kadang ataupun tidak pernah. Hal ini
berarti bahwa peranan keluarga sangat penting dalam
melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya peranan
Pendidikan Agama Islam di rumah, maka anak akan mengetahui
dan memahami akan ajaran-ajaran Agama Islam. Meskipun ada
hambatan yaitu maraknya media internet, teleisi dan mayoritas
orang tua masyarakat Rw. 08 itu disibukkan dengan aktifitas, tapi
mereka tetap berfikir daan menyisakan waktu mereka untuk
mengajarkan anak mereka tentang Pendidikan Agama Islam. Salah
satu contoh nyata bahwa di tengah kesibukanya mereka tetapi
meeka tetap bisa mensikapi pentinya Pendidikan Agama Islam
dengan cara mengirim anaknya ke Pondok Pesantren, sekolah-
sekolah yang berbasis agama ataupun di ikutkan pendidikan TPA
yang di adakan di lingkunga Rw. 08. Ini semua segala usaha dan
upaya orang tua untuk memberikan Pendidikan Agama Islam
sebagai filter penting untuk kehidupn anak-anaknya kelak supaya
anak-anak merekan tidak tersesat kepada hal-hal yang tidak baik.
Dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, sebagian
besar mereka menanamkan pendidikan agama kepada anak-
anaknya sejak lahir, agar anak-anaknya dapat mengetahui agama
sejak dini dan dapat mengamalkan perintah agama di saat tumbuh
besar nanti, tetapi sayang sekali hanya sedikit orang tua yang
masih memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya yang sudah
beranjak dewasa, mereka terlalu diberi kepercayaan untuk mandiri,
sehingga besar kemungkinan justru saat dewasa anak-anak mereka
tidak mendapatkan Pendidikan Agama Islam.
Berdaarkan data-data yag terdapat pada tabel di atas bahwa
mereka sudah benar-benar melakukan perananya dalam pelaksanaan
PendidikanAgama Islam kepada anak-anaknya, dari mulai
mengajarkan pendidikan agama islam dan membimbing dalam
mengejakan perintah agama, mengawasi segala tinkah laku anak-
anaknya di luar rumah dan menegur anak-anaknya apabila
melakukan hal yang tidak baik. Adapun dari segi materi mereka
berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya dari
menyekolahkan anaknya kesekolah agama sampai menyediakan
segala fasilitas yang diperlukan anak-anaknya, karena menurut
mereka pendidikan agama itu sangat penting bagi anak-anak mereka
walaupun ada hambatan, mereka akan tetap mengusahakannya agar
anak-anak mereka menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara dan juga menjadi anak yang shaleh dan salehah.
Sedangkan dari data pengelompokan tentang keberhasilan
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di keluarga wilayah Rw. 08
itu dapatlah di interpretasikan bahwa, anak-anak mereka adalah
anak-anak yang benar-benar di harapkan oleh orang tua mereka.
Hal itu berarti bahwa setelah anak-anak memperoleh pendidikan
agama islam baik di rumah atau di luar rumah, mereka bisa
mengamalkan sedikit demi sedikit ilmunya khususnya ilmu
pendidikan agama Islam yang telah mereka peroleh. Mereka selalu
mengerjakan apa yang diperintah Allah Swt. Dan orang tua mereka
dan selalu bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-norma
agama yang berlaku. Kebanyakan dari mereka (anak-anak)
berminat terhadap pendidikan agama Islam, karena mereka sudah
mengerti bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting bagi
mereka. Oleh karena itu mayoritas dari mereka, selain sekolah
disekolah umum, mereka juga belajar mengaji di TPA (Taman
Pendidikan Al-Qur‟an) yang ada di wilayah Rw. 08. Berdasarkan
data pengelompokan tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan
agama Islam itu dapatlah dilihat bahwa orang tua di wilayah Rw. 08
sudah berhasil akan peranannya terhadap pelaksanaan pendidikan
agama Islam kepada anak-anak mereka di rumah. Hal itu
menandakan bahwa pendidikan agama Islam itu sangat penting
diberikan kepada anak-anak dari sejak usia dini agar anak-anak
tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Disamping itu
dilatar belakangi oleh lingkungan masyarakat yang mayoritas
beragama Islam. Tentang keberhasilan dalam melaksanakan dalam
pelaksanaan pendidikan agama Islam di keluarga, penulis
mendapatkan iformasi bahwa ada orang tua yang tidak memberi
pilihan kepada anaknya yaitu tidak ada pilihan lain kecuali
bersekolah di pondok pesantren, mereka berfikir betapa sulit
sekali memberikan pembinaan kepada anak dalam pendidikan
agama Islam di rumah, apabila anak tidak dibiasakan untuk belajar
agama maka, anak tersebut akan malas, yang nantinya tidak bisa
membedaakan mana yang hak dan mana yang batil. Utuk itu jalan
satu-satunya yang ditempuh oleh orang tua tersebut adalah
mengirim anaknya di pondok pesantren tanpa ada pilihan lain.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan berdasarkan deskripsi data yang penulis uraikan
pada bab sebelumnya, maka akhirnya studi hasil penelitian tentang peranan
keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw.08 Kelurahan
Bergas lor, Kecamatan Bregas, Kabupaten Semarang, penulis dapat member
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keluarga sangat berperan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam
kepada anak-anaknya di rumah, keluarga memberikan perhatian dalam
Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kemampuannya orang tua
meskipun mereka sibuk dengan aktifitas-aktifitas lainya. Hal ini
berdasarkan jawaban mayoritas keluarga yang member jawaban “selalu”
pada angket.
2. Usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama pada anak dengan mulai mengajarkan pendidikan agama dengan
membimbing pelaksanaan perintah agama, mengawasi tingkah laku anak
dan menegur mereka apabila melakukan hal yang tidak baik. Dari segi
materi keluarga berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya
seperti menyekolahkan ke sekolah yang berlatar belakang agama (MI,
MTS, SDIT, MAN, bahkan ke Pondok Pesantren) dan sebagainya
3. Keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Agama diketahui bahwa, setelah
anak-anak memperoleh pendidikan agama baik di rumah maupun di luar
rumah, akhirnya mereka mengamalkan perintah-perintah agama dan
bertingkah laku sopan. Anak-anak giat dan rajin dalam mengikuti shalat
berjamaah dan pengajian Al-Qur‟an. Dikethui juga bagi keluarga yang
kurang memperkahatikan pendidikan agama bagi anaknya, motifasi anak
untuk melakukan perintah-perintah agama kecil dan sopan santunya juga
sangan kurang, serta dalam bermasyarakatpun mereka kurang di senangi
oleh teman-temanya.
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama dapat dibagi menjadi dua hal :
a. Hambatan internal, kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan
keluarga dan kesibukan lainya menjadi kurangnya perhatian orang tua
kepada anak.
b. Hambatan external, yaitu hambatan dari anak-anak yang kadang-
kadang bermalas-malsan dan tidak mau mengikuti perintah orang tua
ditambah dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi kepribadian anak, serta di era tehnologi ini jika orang
tua kurang memperhatikan anaknya maka si anak akan sibuk dengan
media teknologi tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil studi penelitian tentang Peranan Keluarga
dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 08 Kelurahan
Bergas Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, akhirnya penulis
memberikan bebrapa saran penting yang di tujukan kepada semua
pihak/masyarakat dalam rangka member motifasi untuk lancarnya pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam.
1. Semaksimal mungkin orang tua harus jadi idola anak bagaimanapun
caranya, karena dengan orang tua di idolakan anak maka si anak akan
cenderung menurut apa yajng diperintahkan orang tua
2. Bagi orang tua, hendaknya meningkatkan terus ibadah dan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengajak anak-anaknya untuk selalu patuh dan taat
kepada perintah-Nya dan menjahui segala larangannya.
3. Para orang tua, di harapkan untuk selalu member contoh sikap atau
perilaku yang baik kepada anaknya, supaya anak akan meniru dan
mengikuti sikap dan tingkah laku yang baik. Hal tersebut wujud dari
ketauladanan orang tua terhadap anaknya.
4. Bagi orang tua hendaknya tidak terlalu keras dalam mengajarkan atau
mendidik anak. Gunakan metode atau cara yang tepat untuk mengajarkan
Pendidikan Agama Islam di rumah, sesuai dengan ajaran islam yaitu
dengan nasehat-nasehat, perkataan yang baik, lemah lembut, dan dengan
mengajak dialog atau diskusi untuk memecahkan suatu masalah.
5. Bagi para Rw/Rt hendaknya turut meningkatkan kualitas keberagaman
masyarakat, misalnya dengan mengadakan kegiatan pengajian di rumah
warganya secara bergantian, sehingga warga memiliki pengetahuan agama
dan hubungan yang harmonis antar sesame warga
6. Untuk pengurus Rt dan Rw segera membuat MOU/ Tata tertip serta
mengadakan pembinaan berkala kepada anak kost tentang tata cara
bermasyarakat yang baik
7. Untuk tak‟mir masjid atau mushola juga harus sesegera meningkatkan
kuwalitas dalam hal apapun dalam jadwal serta kegiatan-kegiatan yang
bisa memotifasi anak untuk datang ke majelis TPA dan megikuti
pelajaran-pelajaranya.
8. Agar TPA bisa berjalan lancar, tentunya guru ngaji juga harus
diperhatikan kehidupanya oleh takmir mas‟jid. Karena beliau juga
bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya.
9. Masyarakat umumnya atau pemilik kost pada khususnya harus selektif
dalam menerima anak kost, karena bagaimanapun itu sangat berpengaruh
kepada anak-anak jika anak kost tersebut memiliki tabiat yang tidak baik.
Tentunya juga peran perangkat Rt juga harus memperhatikan hal tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Muhyi, Jazimah. 2012. Rumah Surga Yang Dirindu Wanita. Pro-U Media.
Yogyakarta.

Amini, Ibrahim. 2006. Agar Tidak Salah Mendidik Anak. Al Huda. Jakarta.

Amini, Ibrahim. 2000. Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah.
Lentera. Jakarta.

Arifin. 1995. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah


dan Keluarga. Bulan Bintang. Jakarta.

Aulia. Muhammad Lili Nur. 2007. Cinta di Rumah Hasan Al Banna. Pustaka
Da‟watuna. Jakarta.

Awwad, Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islami. Gema Insani
Press. Jakarta.

Gunawan, Agus. Ketua RW. 08, Wawancara Pribadi. pos Rt. 05 Kel. Bergas

lor

Harjaningrum, Agnes Tri. et al. 2007. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam
Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren
Pendidikan. Prenada. Jakarta.

Izzuddin, Solikhin Abu & Astuti, Dewi. 2007. The Great Power of Mother. Pro-U
Media. Yogyakarta.

Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. Rajawali Press. Jakarta.

Kakhiya, Thariq Isma‟il. 2005. Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia. Aliff
Media. Bandung.

Khalifah, DR. Al‟Ajami Damahuri. 2005. Hadits Penuntun Akhlak & etika Tiga
Bayi Bisa Bicara. Republika. Jakarta.

Muthi, Abdullah Muhammad Abdul. 1996. Quantum Parenting. Qaula. Surakarta.

Ulwan, Abdullah Nashih. 2007. Kaidah-kaidah Dasar Pendidikan anak menurut


Islam. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian ilmiah). Bumi Aksara.


Jakarta.

RI, Departeman Agama. 2006. Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia
Nikah. DepAg RI. Jakarta.

Subagyo, P. Joko, S.H. 2011. Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik.
Renika Cipta. Jakarta.

Ulwan, Abdullah Nashih. 1995. Pendidikan Anak dalam Islam. Pustaka Amani.
Jakarta.

Walizer, Michael H. 1991. Metode dan Analisis Penelitian. Erlangga. Jakarta.

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai