SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
NAMA : SUWANTO
NIM : 114-11-022
Roviin M.Ag
NIP : 177305261999031005
SEKRIPSI
PERANAN KELUARGA TERHADAP ANAK DALAM PELAKSANAAN
PENDIDIKAN GAMA ISLAM DI RW. 08 KELURAHAN BERGAS LOR,
KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG
DISUSUN OLEH
SUWANTO
11411022
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
Moto
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw. beserta keluarganya,
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang selalu mendorong,
membantu sehingga dapat terselesainya skripsi ini yaitu :
1. Kepada kedua orang tua Penulis Bapak Suliman dan Ibu Waginah, dengan
curahan cinta dan kasih sayangnya telah mengantarkan penulis sehingga
menjadi sarjana, semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal saleh
serta diterima Allah swt., dan semoga Allah selalu memberikan hidayah,
taufiq serta inayah-Nya kepada mereka.
2. Kepada Dr. Ir H. Sentot Purbosesno yang telah membiayai perkuliahan ini,
sehingga mengantarkan saya umtuk menjadi sarjana, semoga dengan
keikhlasanya dapat mendatangkan imbalan dari Alloh yang berlipat ganda
dan mendatangkan kemudahan segala urusanya serta selalu diberikan
kesehatan dari Alloh.
3. Bapak Roviin M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiranya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan
dalam memberikan membimbing dan arahan sehingga penulis dalpat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
5. Kepada Istri Titik Kumaningsing yang selalu memberi dorongan pada
penuis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Kepada adik ela, yang mendukung penulis dengan meminjami laptopnya.
7. Kepada seluruh Warga Rw. 08 yang telah memberikan informasinya
sehingga terselesainya skripsi ini
8. Kepada seluruh Pengurus Rt se wilayah Rw. 08
9. Kepada Pejabat Kelurahan Bergas Lor yang telah memberikan data
kependudukan
10. Kepada Petugas PPS Bergas lor yang telah memberikan data Pemutahiran
data warga Rw 08
11. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh keluarga besar PAI 2011,
keluarga besar PPL di MTS Yakti Tegalrejo, Magelang 2013, keluarga
besar KKN di dusun Losari, Kelurahan Losari, Magelang.
KATA PENGANTAR
ِبِس ِم ه
اَّلل الهر ْْحَ ِن الهرِح ِيم ْ
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, berkat
rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah saw. beserta keluarganya,
sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam di seluruh alam.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rohayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan agama Islam
IAIN Salatiga
4. Bapak Roviin M.Ag. selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan fikiranya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan
dalam memberikan membimbing dan arahan sehingga penulis dalpat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya
selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga, Perpustakaan Daerah Kabupaten
Semarang, Perpustakaan Keluarga, dan Perpustakaan Warung Pasinaon
yang telah membantu penulis dalam mencari reverensi.
7. Teman-teman seperjuangan khususnya seluruh keluarga besar PAI 2011,
keluarga besar PPL di MTS Yakti Tegalrejo, Magelang 2013, keluarga
besar KKN di dusun Losari Kelurahan Losari, Magelang.
Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baiknya mendapatkan imbalan
yang berlipat ganda dari Allah Swt dan tergolong sebagai amal sholeh yang
diridhoi oleh-Nya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Mengingat keterbatasan pengetahuan penulis. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun begitu penulis harapkan demi kemajuan yang
lebih baik dan penulis harapkan semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala
yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk kita semua
amin.....
Penulis
SUWANTO
NIM: 11411022
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN MOTO................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v
ABSTRAK……………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI............................................................................................ xi
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………. 1
A. Latar Belakang............................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah............................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................... 8
BAB V : PENUTUP………………………………………………. 76
A. Kesimpulan................................................................... 76
B. Saran............................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Anak dirumah..................................................................... 60
anak di rumah.................................................................... 62
anak-anak di rumah............................................................. 65
1Thariq Isma‟il Kakhiya, Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia, (Bandung Aliff Media
2005) Hal. 8
Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan
pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupanya di
masyarakat hingga tak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting
dalam menentukan baik-buruknya masyarakat, dalam hal ini yang berperan
adalah ayah dan ibu, keduanya mempunyai andil besar membentuk dan
memdidik karakter anaknya2
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu
akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut.
Peranan orang tua dalam keluarga amat penting terutama ibu. Dialah
yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota
keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.
Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar menentukan keberhasilan
karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakan, agama,
bangsa dan negara. Proses pembelajaran ini berlangsung dan
berkesinambungan terus selama masa hidup seseorang, sejak anak usia bayi
sampai mencapai usia dewasa.
Ketika anak mulai beranjak usia, maka dunianyapun berkembang dari dunia
rumah (orang tua, kakak, adik, lingkungan keluarga) dan beranjak ke dunia
luar rumah (teman seusia, sekolah, lingkungan masyarakat dan seterusnya) 3
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan
demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
2Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga Yang Dirindu Wanita, (yogyakarta Pro-U Media 2012) hal.
22
3Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 1
Hampir semua tujuan utama setiap orang tua dalam mendidik dan
membesarkan anak-anaknya secara umum adalah untuk mempersiapkan si
anak agar dapat menjadi manusia dewasa yang mandiri dan produktif serta
berakhlak dan budi pekerti tingi4
Untuk mencapai semua itu yang diperlukan kesabaran dan kebijakan
orang tua untuk dapat memberikan pertimbangan terbaik dalam pengambilan
keputusan-keputusan penting di dalam kehidupan dan proses tumbuh kembang
si anak5
Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam
menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya
digabungkan menjadi pendidikan agama.
Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk
meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang
dikerjakan oleh orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu
ditirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat
diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena
masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di
kemudian hari. Sebagaimana Rasulullah SAW., bersabda:
4Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 2
5Agnes Tri Harjaningrum, et al. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh
Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan, (Jakarta, Prenada,
2007) hal. 3
Artinya: Dari Abu Hurairah, r.a., berkata: Bersabda Rasulullah SAW.:
“Tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut
fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau
menasronikannya atau memajusikannya”. (HR. Bukhari)
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah Swt kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan
memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak
menerimanya kembali. karena manusia adalah milik Allah SWT,
mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan
diri kepada Allah SWT.
Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No 20 tahun 2003) juga disebutkan
arah yang seharusnya ditempuh yaitu Pendidikan keluarga merupakan bagian
dari jalur Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga,
dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai norma dan
keterampilan.
Pendidikan agama yang di berikan sejak dini menuntut peran serta
keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan
institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan
pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga
adanya dorongan
Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan
sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak-
anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan
amanat Allah Swt. kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan
dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam
pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama
dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru,
pedagang, atau dia seorang petani. secara umum Allah Swt. menegaskan
dalam al-Qurían surat At Tahrim (66) ayat 6:
ال
Artinya : hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu, dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.(Q.S At-Tahrim, 66:6)
Dengan demikian pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat
memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan, watak serta
kepribadiaan anak. Karena keluarga mempunyai tanggung jawab menjaga
dan memelihara si anak yang sudah terlahir ke dunia, mempunyai peranan
yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.
Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, karena
yang seperti ini juga dilakukan oleh hewan. Kedua orang tua dikatakan
memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersunggung-
sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai
salah satu hak anak, yang jika kedua orangtua melalaikannya berarti mereka
telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai
pertanggungjawabannya6
Sebagai gambaran berikut kami jelaskan kondisi objek penelitian
yaitu lokasinya berada di wilayah pusat industri kabupaten Semarang,
sehingga selain warga Rw. 08, sebagai karyawan tentunya juga banyak
warga kost yang tinggal di lingkungan Rw. 08.
6Ibrahim Amini, Agar tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al Huda, 2006), Cet. 1, hal.
117
Warga kost tersebut berasal dari berbagai daerah, berbagai macam
karakter, berbagai macam sifat dan watak, serta berbagai macam latar
belakang keluarga mereka masing-masing. Selain dari itu juga sebagian dari
anak kost tersebut kadang-kadang tidak memperhatikan sikap dan tingkah
laku (berpakaian tidak sopan, pacaran jauh dari aturan, meninggalkan norma
kesopanan, serta tidak menghiraukan akibat yang terjadi di lingkungan
tersebut). Mereka hanya berfikir yang penting mereka membayar kost dan
mungkin mereka berfikir mumpung terlepas dari pantauan orang tuanya.
Kesibukan orang tua yang luar biasa berakibat anak harus di luar dari
pantauan orang tua langsung, selain dari pada itu dengan banyaknya warga
kost tentunya juga sedikit banyak berpengaruh terhadap anak-anak yang tiap
hari di hadapkan dengan hal tersebut di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan
membahas tentang hal yang berkaitan tentang “Peranan Keluarga dalam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergas
lor Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”. Hal tersebut menjadi dasar
penulis, masih seberapa besarkah peranan orang tua dalam rangka
megarahkan anaknya supaya tetap dalam jalan Allah walaupun terdapat
pengaruh yang kurang baik dari lingkungan sekitarnya.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa besar peranan keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di wilayah RW 8 Kelurahan Bergaslor,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan oleh keluarga
terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada anak.
3. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan Pendidikan Agama
Islam pada anak.
4. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami oleh keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
D. Manfaat Penelitian
Peneliian ini berharap bisa bermanfaat untuk menyadarkan kembali
kepada kewajiban orang tua dalam rangka mendidik anak dan melindungi,
menemani serta mendampingi keluarganya di tengah-tengah kondisi
lingkungan dan kesibukan keluarga. Mereka harus berfikir bahwa anak dan
keluarga bukan hanya membutuhkan uang atau materi, tetapi mereka butuh
kasih sayang, butuh waktu bersama orang tua, mereka butuh perhatian orang
tua, mereka butuh pengawasan dan pendampingan orang tua.
Selain itu juga semoga penelitian ini bisa bermanfaat untuk para
pembaca khususnya calon orang tua, semoga bisa menjadi persiapan mereka
dalam mendidik anak saat mereka nanti berkeluarga dan memiliki anak
(keturunan) agar tidak salah mendidik sehingga apa yang menjadi dambaan
mereka terkabul yaitu memiliki anak yang cerdas jasmani dan rohani, menjadi
anak yang sholeh dan sholehah, berbaki kepada orang tua, bangsa dan negara
serta taat kepada Allah Swt.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peranan dan Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Keluarga
Ada beberapa pandangan, keluarga adalah lembaga sosial resmi
yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undang-
undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa :
“Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Anggota keluarga terdiri dari Suami, Istria tau orang tua (ayah dan
ibu) serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta
kasih sayang antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena
itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya
hubungan kodrati antara orang tua dan anak. Pendidikan dalam keluarga
dilaksanakan atas dasar cinta kasinh sayang yang kodrati, rasa kasih
sayang yang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang terhadap anaknya serta
menjadi faktor utama bagi keselamatan, keamanan, dan kebahagiaan
masyarakat7. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber kekuatan
menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya membimbing dan
memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya.
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting
di dalam Masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk
dari hubungan laki-laki dan wanita, dimana hubunganya berlangsung lama
untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam
bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang mempunyai sifat-
sifat tertentu yang sama dalam satuan masyarakat.
7, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
20
Pernikahan adalah tatanan sosial yang populer sejak berabad-abad
yang lampau, bahkan sejak awal kehidupan manusia. Pernikahan
merupakan hal yang sakral, baik bagi umat beragama maupun tidak,
dimanapun dan kapanpun. Dalam pernikahan, pasangan pria dan wanita
memulai kehidupan bersama. Keduanya berjanji untuk saling menolong,
saling menghibur, sekaligus juga sebagai mitra hidup bagi yang lain dalam
suka maupun duka. Pernikahan adalah kebutuhan alami sebagaimana
manusia membutuhkan makan dan minum. Pernikahan merupakan
kebutuhan alami yang diakui dalam setiap masyarakat manusia dan
agama-agama samawi. Islam, khususnya memerintahkan para pemeluknya
untuk menikah, dan tidak menganjurkan untuk hidup membujang.
Pernikahan dalam Islam bukanlah hal yang dibenci tetapi justru
dianjurkan, bahkan dalam keadaan tertentu hukumnya wajib, serta jika
diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah maka bernilai ibadah 8.
Pernikahan dengan sendirinya juga akan membentuk kehidupan
berkeluarga yang merupakan salah satu tradisi sosial umat manusia yang
paling penting dan paling baik, yang bersumber dari fitrah dan karakter
manusia yang khas. Pernikahan adalah tatanan yang sakral dan
bermanfaat, yang disukai oleh umat manusia sepanjang sejarah dan
merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan9
Pernikahan merupakan berlanjutnya keturunan yang merupakan
buah pernikahan tersebut. Kita tidak boleh mengesampingkan
pengembangbiakan keturunan, sebab tujuan terciptanya alam oleh Allah
Swt adalah adanya manusia dan kesempurnaanya10.
8, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
9
9, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000) hal.
13
10, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 18
11, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 18
12, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 28
13, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 63
14, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 18
15, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 72
16, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 72
17, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI 2006) hal. 84
yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupan (usia pra sekolah), sebab pada
masa tersebut, apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas dan tak mudah hilang atau berubah sesudahnya, yaitu anak-
anak yang berada pada usia emas (Golden age), yang diajarkan pada masa
itu bagai mengukir di atas batu.
Anak-anak yang sangat pesat potensi pertumbuhan otaknya, sangat
kuat pikiranya di masa itu. Anak-anak yang membutuhkan rangsangan-
rangsangan untuk tumbuh pesatnya koneksi antar neuron di otaknya.
Anak-anak yang pada masa ini, apa pun yang terjadi akan mempengaruhi
arah hidupnya di masa yang akan datang. Apa yang didengar, apa yang
dilihat, akan segera besar pengaruhnya di masa tumbuh berikutnya.
Masa balita juga masa pembentukan mental dan spiritual.
Pengalaman emosional yang terjadi di masa ini, baik menyenangkan atau
tidak, akan sangat besar dampaknya pada pertumbuhan di kemudian hari
kelak18 Dari sini keluarga mempunya peranan sangat besar dan penting
dalam pembangunan masyarakat.
2. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan
dan keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan
yang diperoleh dari keluarga akan sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan diri sesorang, dan akan hancurlah pergaulan sesorang jika
orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.
Secara sosiologi keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk
menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia, dan
sejahtera yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga
sosial terkecil.
18, Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga yang dirindukan Wanita, (yogyakarta, Pro-U Media, 2012)
hal. 97 & 98
Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen,
dijelaskan bahwa “Berdasarkan pendekatan Budaya, keluarga sekurangnya
mempunyai tujuh fungsi, yaitu fungsi Biologis, Edukatif, Religius,
Proyektif, Sosialisasi, Kreatif, dan Ekonomi.
19,20, Depag RI, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI
2006) hal. 18, 33
21, 22,23, Depag RI, Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia Nikah, (Jakarta, DepAg RI
2006) hal. 41, 45,48
24, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 231
25, DR. Al‟Ajami Damahuri Khalifah, Hadits Penuntun Akhlak & etika Tiga Bayi Bisa Bicara,
(Jakarta, Republika, 2005) hal. 91
26, Ibrahim Amini, Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah, (Jakarta, Lentera 2000)
hal. 28
27., Agnes Tri Harjaningrum, et al, Peranan Orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak,
(Jakarta, Prenada, 2007) hal. 1 & 2
Di antara berbagai hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua
dalam mencerminkan keteladanan kepada anak adalah :
a. Orang tua harus menjauhkan diri dari sikap dusta, agar anak-anak tidak
belajar dusta
b. Orang tua tidak boleh memanjangkan kukunya, agar anak tidak meniru
memanjangkan kukunya.
c. Orang tua harus menjaga kebersihan giginya agar anak-anakpun
senantiasa memetingkan kebersihan gigi.
d. Orang tua tidak boleh membuang sampah sembarangan.
e. Bagaimanpun marahnya orang tua tidak boleh mengeluarkan kata-kata
kasar dan umpatan agar anak-anak tidak menirunya
f. Orang tua harus berusah menghindarkan diri dari berdadan yang
berlebihan atau mengecat kukunya agar tidak menghilangkan
kemurnian anak-anak.
g. Orang tua harus berusaha menhindari obrolan berlebihan antar mereka
sehingga anak-anak terlantar.
h. Orang tua harus memiliki sikap toleran terhadap anak-anaknya yang
melakukan kesalahan dan menasihatinya dengan bahasa yang lembut
tanpa bermaksud memanjakanya, agar anak-anak terbiasa memaafkan
kesalahan dan berlaku santun terhadap orang lain.28
Berdasarkan hal diatas kehadiran orang tua dalam dunia anak
sangatlah penting. Khususnya kehadiran seorang ibu sangat dinantikan
oleh anak. Jangan karena kesibukan, kebutuhan, lalu kepentingan anak di
nomor dua kan sehingga anak-anak justru harus hidup dengan seorang
pengasuh yang belum pernah berinteraksi batin dengan sianak. Siapa di
balik keberanian bocah-bocah kecil itu? Tak lain adalah seorang ibu.
dialah yang setia untuk selalu mendampingi sepanjang waktu.
28, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 13&14
Dialah pahlawan bagi para pahlawan. Dialah mujahidah sejati
pendidik generasi. Dailah madrasah sebelum madrasah lainya (Al-ummu
madrasatun) seorang ibu adalah tempat sekolah bagi anak-anaknya
sekaligus magrasah cinta para pahlawan. Dialah mahluk yang lembut, satu
bentuk keindahan, yang melahirkan orang-orang besar, melahirkan para
ulama, mengasuh orang-orang sabar, yang mencetak para bijak.
Air susunya adalah makanan terbaik, asuhanya adalah kedudukan
yang paling mulia, dialah sumber kasih sayang. Ciumanya kepada anaknya
adalah salawat hati. Bakti anak kepadanya adalah ridho Allah Rabbul
Izzati29
Mungkin untuk saat ini barangkali banyak tidak enaknya
mengambil pilihan sebagai ibu rumah tangga. Karena belum adanya
penghargaan dari lingkungan. Karena belum adanya pengakuan dari
pemerintah bahwa profesi ini sangat penting untuk tumbuh kembang anak-
anak bangsa sehingga ada pembinaan diikuti dukungan financial
(contohnya: di jepang, ibu rumah tangga mendapat santunan dari
pemerintah)
Kembali soal enak atau tidak enak, itu hantya soal ego saja. Kalau
dilihat dari unsur kepentingan kita, mungkin memang banyak tidak
enaknya. Tapi, pernahkah bertanya kepada anak? Anak manapun, anak
siapapun, saya kira tidak ada yang sungguh-sungguh iklas bila ibunya
setengah hari atau bahkan seharian meninggalkanya.
Yang dibutuhkan oleh anak adalah perhatian dan kasih sayang,
berlimpah-limpah perhatian, berlimpah-limpah kasih sayang. Dan siapa
yang paling bisa memenuhi kebutuhan anak tersebut? Jawabanya adalah
ibundanya, yaitu sesorang yang telah dia akrabi detak jantungnya selama
kurang lebih Sembilan bulan30
29,30., Solikhin Abu Izzuddin & Dewi Astuti, The Great Power of Mother, (Yogyakarta, Pro-U
Media, 2007) hal. 30 s/d 32
33, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 53
34, Abdullah Muhammad Abdul Muthi, Quantum Parenting, (Surakarta, Qaula, 2007) hal. 46
35, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 15&17
36, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 48
37, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 29
5. Harus Kembali Ke Rumah
Yang paling direkomendasikan untuk kembali ke rumah adalah
para ibu yang punya anak dalam usia balita. Anak-anak yang berada pada
usia emas, yang didikan pada masa itu bagai mengukir di atas batu. Anak-
anak yang sangat pesat potensi pertumbuhan otaknya, sangat kuat
pikiranya di masa itu.
Anak-anak yang membutuhkan rangsangan-rangsangan untuk
tumbuh pesatnya koneksi antar neuron di otaknya. Anak-anak yang pada
masa ini, apa pun yang terjadi akan mempengaruhi arah hidupnya di masa
yang akan datang. Apa yang didengar, apa yang dilihat, akan segera besar
pengaruhnya di masa tumbuh berikutnya.
Masa balita juga masa pembentukan mental dan spiritual.
Pengalaman emosional yang terjadi di masa ini, baik menyenangkan atau
tidak, akan sangat besar dampaknya pada pertumbuhan di kemudian hari
kelak38 untuk itu jangan sampai di sia-siakan masa ini, orang tua harus
selalu hadir pada diri anak di masa ini, bentuk dan didik anak dimasa ani
karena masa ini akan menentukan kehidupan yang berikutnya pada diri
anak.
38, Jazimah Al-Muhyi, Rumah Surga yang dirindukan Wanita, (yogyakarta, Pro-U Media, 2012)
hal. 97 & 98
39, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 49
40, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 29
41, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 49 s/d 51
2. Etika dalam perjalanan
Hal yang perlu kita tanamkan kepada anak ketika melakukan
perjalanan :
a. Biasakan untuk berdo‟a sebelum melakukan perjalanan
b. Biasakan berjalan di sisi yang benar (Indonesia di sisi kiri)
c. Biasakan tidak membuang sampah sembatrangan
d. Biasakan tegur sapa jika bertemu dengan sesama teman atau
masyarakat
e. Tanamkan jiwa kepada anak untuk selalu menyingkirkan
bendbenda berbahaya yang menghalangi jalan42
3. Etika dalam berkunjung
Etika berkunjung yang harus kita tanamkan kepada anak-anak
adalah :
a. Biasakan mengetuk pintu terlebih dahulu dan mengucapakan salam
b. Ajari nak untuk duduk dengan sopan
c. Ajari anak-anak untuk bicara dengan sopan dan tidak tergesa gesa 43
4. Etika dalam tidur
Penerapan etika atau tatakrama tidur sangat erat dengan tugas
dan peran ibu di rumah, berikut etika yang harus diajarkan kepada
anak-anak :
a. Biasakan berdo‟a sebelum tidur
b. Biasakan tidur sesuai jadwal yang telah ditetapkan
c. Ajari anak-anak untuk tidak tidur menelungkup, karena itu tidurnya
setan
d. Biasakan tidur dengan berselimut
42, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal 51 s/d 53
43, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal 53
44, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 54
45, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 55& 59
46, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 60
47, Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta, Gema Insani Press 1995)
hal. 83
Artinya : “….aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nyalah aku
kembali47(Q.S Hud:88)
48., Abdullah Muhammad Abdul Muthy, Quantum Parenting, (Surakarta, Qaula 2007) hal. 82
Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat
kepercayaan terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek
yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan
dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap
yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak, dan
muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri
seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku dengan kadar
ketaatanya terhadap agama. Ada tiga komponen sikap keagamaan :
a. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan
gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.
b. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala
perasaan emosional, seperti senang, tidak senang, setu.
c . Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat
seperti member pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan
sebagainya.49
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling
utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak
anak-anak didik dan mengangkat mereka ke derajat yang lebih tinggi,
serta berbahagia dalam hidup dan kehidupanya.
Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik
dan mendorong mereka untuk berbuat yang mulia. Pendidikan agama
memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti hawa nafsu yang
murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan
kesesatan.
49, Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta, Rajawali Press 1996) hal. 212
ال ال
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S ADz Dzaariyaat:
51:56 )
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk menyempurnakan
hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia dan sesamanya,
memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia
dengan lingkungan.
50, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 45
51, Muhammad Lili Nur Aulia, Cinta di rumah Hasan Al Banna, (Jakarta, Pustaka Da‟watuna,
2007) hal. 47
Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika
anak tumbuh besar dan dewasa, dia akan terbiasa melaksanakan
ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukanya.
Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang
maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang nantinya
membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan
yang huruk dengan mudah
52, Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar Pendidikan anak menurut Islam, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 65
53, Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995) hal.
66
54, Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Amani, 1995) hal.
70
55, Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,
(Jakarta, Bulan Bintang, 1995) hal. 80
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh, ada tiga macam
lingkungan keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kaagamaan dan proses belajar
pendidikan agama yaitu :
Pertama, kelarga sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi
perkembangan anak, orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian
akan selalu memdorong untuk kemajuan pendidikan secara bersama
sama, sehingga dengan demikian orang tua punya fikiran untuk
mendatangkan guru ngaji atau prifat agama di rumah serta menyuruh
anaknya untuk belajar di madrasah diniyan dan mengikuti kursus
agama. Hal ini senada apa yang sudah dilakukan oleh keluarga Bapak
Aris, bahwa beliau mewajibkan nak-anaknya belajar agama dan sekolah
di madrasah-madrasah. Dan beliau tidak memberikan pilihan lain
kepada anaknya dalam memilih sekolah.
Kedua, keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan
keagaan anak-anaknya. Orang tua yang seperti ini tidak mengambil
peranan untuk mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap
keagaam yang dijalani anak-anaknya.
Ketiga, keluarga yang antipasti terhadap dampak dari
keberadaan pendidikan agama di sekolah atau dimasyarakat sekitarnya.
Orang tua seperti ini akan menghalangi dan mensikapi dengan
kebencian terhadap kegiatan keagmaan yang dilakukan oleh anak-
anaknya dan keluarga lainya.
Banyak alasan mengapa pendidikan agama dirumah tangga
sangat penting, diantaranya :
1. Pendidikan dimasyarakat, rumah ibadah, dan sekolah frekuensinya
rendah. Pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung
beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid,
juga hanya sebentar, di sekolah hanya dua jam pelajaran setiap
minggu.
2. Inti Pendidikan Agama Islam adalah penanaman iman. Penanaman
iman ini hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam
kehidupan sehari-hari dan itu hanya mingkin dilakukan di rumah.
Pendidikan agama itu intinya adalah pendidikan keberimanan,
yaitu usaha-usaha menanamkan keimanan di hati anak-anak kita.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik anaknya,
melindungi keluarganya dan memelihara keselamatanm keluarganya,
baik dan buruk anak-anaknya serta keluiarganya tergantung kepada
orang tua, soleh dan tidaknya nak tergantyung bagaimana orang tuanya
dalam mengarahkanya. Melindungi keluarga bukan hanya memberikan
tempat tinggal saja, tetapi memberikan perlindungan supaya keluarga
terhindar dari mala petaka baik di dunia dan akhirat dengan cara
mengajak keluarga kita kepada perbuatan-perbuatan yang
diperintahkan oleh Allah Swt dan menjauhi segala laranganNya.
Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita
supaya taat kepada Allah Swt, agar keluarga kita diberikan
keselamatan oleh Allah Swt baik di dunia dan akhirat. Pada
hakekatnya keselamatan yang hakiki dan kebahagiaan yang hakiki
adalah ketika kita selamat dari api neraka dan mendapatkan srurga
Illahi, semua itu harus dicari dengan cara beriman dan bertaqwa.
Oleh karna itu pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam
keluarga harus benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus
menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya, karena nak itu sifatnya
menerima semua yang dilakukan, yang dilukiskan dan condong kepada
semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari
berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka
anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari
ketinggian anak itu adalah terletak pada yang bertanggung jawab
(pendidik) dan walinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “Research”
yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan
dengan suatu metode tertentu dengan cara sistematis dan sempurna terhadap
permasalahan. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk
memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.56 adapun
metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha untuk menyajikan
data dan fakta-fakta yang sesungguhnya tentang keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam dengan menyebarkan angket (Quesioner) kepada
responden di tempat diadakan penelitian.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga.57
56, 57. Michael H. Walizer, Metode dan Analisis Penelitian, (Jakarta: Erlangga: 1991) hal.
150
62.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 63
Observasi sebagai alat pengumpulan data harus sistematis, artinya
observasi serta pencatatanya dilakukan menurut prosedur dan aturan-
aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti lain. Selain
itu hasil observasi harus member kemungkinan untuk menafsirkanya
secara ilmiah. Metode observasi hendaknya dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat diuji validitas dan reabilitasnya. karena itu observasi harus
sistimatis supaya dapat dijadikan dasar yang cukup ilmiah untuk
generalisasi.
Tujuan observasi variable-variabel yang akan diselidiki harus
dinyatakan secara eksplisit, konsep-konsep yang diselidiki harus
dirumuskan sedetail mungkin.
Tujuan yang jelas dapat memusatkan perhatian kepada hal-hal
yang relevan. Dalam kenyataanya peneliti dibanjiri oleh banyak kesan-
kesan yang menyimpang dari sasaran penelitian.
Tujuan yang jelas mengarahkan kan memusatkan penelitian kepada apa
yang harus diamatinya, siapa yang akan diamatinya dan keterangan apa
yang perlu dikumpulkanya.63
Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran pandangan
teoritis tentang masalah yang kita selidiki dalam hubungannya dengan
kenyataan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
64
responden. proses Tanya jawab dalam penelitian berhadapan langsung
antara interviewer dengan responden dan kegiatanya dilakukan secara
lisan65 di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
63.SNasution, Metode Research (Penelitian ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 6,
hal. 107-108
64. Michael H. Walizer, Metode dan Analisis Penelitian, (Jakarta: Erlangga: 1991) hal. 154
65.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 39
Tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi-
informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat
responden. Wawancara suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi dari responden.
Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal,
biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan,
namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon, sering juga
interviu dilakukan antara dua orang tetapi bisa juga sekaligus interviu
lebih dari dua orang.
Wawancara memerlukan keterampilan untuk mengajukan
pertanyaan, kemampuan untuk menangkap buah fikiran atau perasaan
orang serta merumuskan pertanyaan baru dengan cepat untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan.
3. Angket
Angket adalah pertanyaan-pertanyaan yag telah tersusun secara
kronologis dari yang umum mengarah pada yang khusus untuk diberikan
pada responden atau informen yang umumnya merupakan daftar
pertanyaan lazimnya yang dibuat dengan menyesuaikan responden
ataupun dapat dibut unuk umum dalam arti terbatas pula dengan
pengambilan sampel.66
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti utuk meroleh data,
angket disebarkan kepada responden terutama pada penelitian survai.
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah
secara serentak.
Dalam buku “Metode Penelian” karangan P. Joko Subagyo, SH
menyebutkan bahwa :
66.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 55
a. lebih mengarahkan informasi yang diperoleh secara relevan sehingga
terhindar data yang tidak terpakai.
b. Membantu responden memberikan jawaban dalam waktu relative
lebih cepat dibandingkan dengan cara yang lain.
c. Mengarah dalam pemakaian analisa kuantitatif sebagai tujuan utama,
ditunjang analisis kuantitatif atau sebaliknya.
d. Mempercepat pengumpulan data.67
Angket mempunyai kelebihan tersendiri apabila dibandingkan alat
bantu lainya, seperti misalnya dengan cara wawancara yang mempunyai
kemampuan jelajah terbatas pada keadaan pewawancara.
Angket dapat disebarluaskan sesuai keperluan pada setiap
responden dalam waktu relative singkat dengan mengarahkan seluruh
jajaran peneliti untuk membagikanya secara langsung. Angket tersebut
diisi oleh para orang tua yang mempunyai anak yang masih duduk di
bangku sekolah.
E. Teknik Analisa Data
Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan peneliti ini dapat
dipercaya, maka data tersebut harus dianalisa sehingga diperoleh kesimpilan.
Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisa, karena
data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif maka
dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak
menganalisa.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemacahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi dia juga
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, dia juga bersifat
komperatif dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuyk
memecahkan masalah secara sistematis dan factual mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi.
67.P. Joko Subagyo, S.H., Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik, (Jakarta: Renika
Cipta: 2011), hal. 56
Metode analisa data yang digunakan adalah :
a. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan terhadap data baik berupa data
kualitatif maupun data kuantitatif. Data kwalitatif di kemukakan dalam
bentuk kalimat sehingga dapat diambil kesimpulan. Yang dianalisa
adalah data tentang peranan keluarga terhadap pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam yang bersumber dari observasi, wawancara dan angket.
b. Analisa Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif selalu berbicara variable, variable adalah
perubahan-perubahan perilaku yang dapat di ukur. Kuantitatif adalah
data tentang fenomena yang hanya bisa dijelaskan dan
ditransformasikan ke angka.
Analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data
yang berwujud angka dengan mengklasifikasikanya, mentabulasikan
dan melakukan penghitungan dengan menggunakan statistik sederhana
untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis
menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket. Hasil penelitian
disajikan dengan menggunakan frekuensi distribusi dan prosentase
dengan rumus perhitungan :
P = F x 100% N
Keterangan:
P = Angka persentasi
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah frekuensi
Untuk mengukur tinggi rendahnya peranan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergas
Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang,, maka penulis memilih
ketentuan orang tua dalam memberi jawaban dari Quesioner dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
90%-100%, ini berarti baik sekali.
b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
70%-80%, ini berarti baik.
c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
mencapai
50%-60%, ini berarti sedang atau cukup.
d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban 1 dan 2
kurang dari 50%, ini berarti kurang.
2. Keadaan Penduduk
Wilayah Rw. 08 merupakan bagian dari wilayah kelurahan
Bergas lor, dimana penduduknya terdiri dari penduduk asli pribumi dan
sebagian besar penduduk pendatang. Sesuai perkembangan penduduk
yang setiap tahunya bertambah, maka penulis mendapatkan data dari
masing-masing ketua Rt 2,4,5 didalam wilayah RW 08 yaitu sampai
akhir bulan Juli tahun 2015 sudah mencapai 147 Kepala Keluarga.
Dengan rincian laki-laki 259 orang perempuan 276 orang. Jadi
jumlahnya 537 jiwa. Sedangkan jumlah bangunan Rt.01 s/d 08 sebanyak
168 bangunan1. Seperti terlihat pada table di bawah ini :
Tabel 1
Jumlah Penduduk Warga Rw. 08 Bergas lor
No RT KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1 02 47 75 86 163
2 04 58 108 108 216
3 05 42 76 82 158
Jumlah 147 259 276 537
Tabel 2
Jumlah Bangunan Warga Rw. 08 Bergas lor
No RT Rumah Kontrakan Kos- Jumlah
tinggal kosan
1 02 44 4 5 53
2 04 56 1 11 68
3 05 35 2 10 47
Jumlah 135 7 26 168
Tabel 3
Data Pekerjaan Warga Rw. 08 Begas lor
No Pekerjaan Preentase
1 Karyawan Swasta 49 %
2 Pegawai Negeri 11 %
3 Wiraswasta 24%
4 Pedagang 8,5 %
5 Anggota ABRI dan POLRI 2%
6 Pensiunan Negeri/ABRI 1%
7 Pengusaha 0,5 %
8 Buruh 4%
100%
Tabel 4
Data rata-rata kepemilikan anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase
1 9 6%
2 18 12%
3 37 26%
4 55 38%
5 20 13%
>5 8 5%
Jumlah 147 100%
Pada table ini terlihat bahwa sebagian kecil (38%) keluarga Rw. 08
mempunyai anak hanya 2 orang dengan jumlah keluarga 4 orang dan
sebagian kecil pula (26%) mempunyai anak 1 orang dan sedikit (13%)
mempunyai anak 3 orang dan sedikit pula (5%) yang mempunyai anak
lebih dari 3 orang, tapi ada sedikit pula (12%) dan (6%) sudah tidak
memiliki anak atau anaknya sdh menikah semua . Jadi keluarga yang
mempunyai anak 1, 2 atau 3 saja dapat memudahkan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
3. Sarana Pendidikan dan Ibadah
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Rw. 08 baik yang formal
maupun non formal seperti Taman Kanak-kanak berjumlah 1, PAUD
berjumlah 1, SLTP/MTS berjumlah Taman Pendidikan Al-Qur‟an yang ada
di wilayah Rw. 08 berjumlah 2. Kebanyakan orang tua mengikutkan
anaknya ke TPA, dan tempat-tempat pengajian yang bersifat tradisional,
selain itu juga di wilayah Rw. 08 Kelurahan Bergas lor, Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang juga mempunyai sarana ibadah dalam rangka
pembinaan rohani yaitu ada 2 masjid bernama masjid AT-Taqwa dan
masjid LDII dan juga terdapat 2 Mushola bernama Mushola Al-Ikhlas dan
Mushola Nurul Iman.
Adapun kegiatan-kegiatan tempat ibadah yang ada di wilayah Rw.
08 adalah :
a. Di Masjid dan Mushola diadakan yasinan umum secara giliran
setiap satu minggu selaki di hari kamis malam.
b. Di Masjid At-Taqwa setiap minggu pagi di adakan kajian umum
untuk remaja putra dan putri
c. Di Mushola Al-Ikhlas setiap dua minggu sekali di adakan kajian
ibu-ibu di hari minggu pagi.
d. Di Mushola Al-Ikhlas setiap hari besar agama (1 muharam, Isro‟
mi‟roj, dan Nuzul Qur‟an) diadakan peringatan dengan acara
pengajian akbar.
4. Interpretasi data dan Analisa data
a. Interpretasi Data
Untuk interpretasi data tentang peranan keluarga dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw. 08 Kelurahan Bergaslor,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, penulis mengumpulkan
dengan kriteria perhitungan sebagai berikut :
Kriteria perhitungan
100% = Seluruhnya
99%-99% = Hampir seluruhnya
60%-89% = Sebagian besar
51%-59% = Lebih dari setengahnya
50% = Setengahnya
40%-49% = Hampir setengahnya
20%-39% = Sebagian kecil
10%-19% = Sedikit
01-09% = Sedikit sekali
0% = Tidak sama sekali
b. Analisa Data
1) Peranan Orang Tua dalam pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam
Tabel 5
Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sejak lahir 38 76%
Ketika SD 8 16%
Ketika SMP 4 8%
Ketika SMA - 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 6
Mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada Anak di Rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 16%
Sering 38 76%
Kadang-kadang 4 8%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 7
Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada Anak di Rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 16%
Sering 38 76%
Kadang-kadang 4 8%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 8
Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang buruk
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 25 50%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 9
Penyediakan fasilitas pendidikan yang memadai kepada anak
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 10 20%
Sering 35 70%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 10
Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 5 10%
Tidak pernah 5 10%
Jumlah 50 100%
Tabel 16
Penanaman sikap disiplin kepada anak dirumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 17
Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 20
Pendapat anak tentang Pendidikan agama Islam
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat penting 15 30%
Penting 35 70%
Kurang penting 0 0%
Tidak pentig 0 0%
Jumlah 50 100%
Tabel 23
Setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat
Alternative jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan berdasarkan deskripsi data yang penulis uraikan
pada bab sebelumnya, maka akhirnya studi hasil penelitian tentang peranan
keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Rw.08 Kelurahan
Bergas lor, Kecamatan Bregas, Kabupaten Semarang, penulis dapat member
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keluarga sangat berperan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam
kepada anak-anaknya di rumah, keluarga memberikan perhatian dalam
Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kemampuannya orang tua
meskipun mereka sibuk dengan aktifitas-aktifitas lainya. Hal ini
berdasarkan jawaban mayoritas keluarga yang member jawaban “selalu”
pada angket.
2. Usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama pada anak dengan mulai mengajarkan pendidikan agama dengan
membimbing pelaksanaan perintah agama, mengawasi tingkah laku anak
dan menegur mereka apabila melakukan hal yang tidak baik. Dari segi
materi keluarga berupaya memberikan segala keperluan anak-anaknya
seperti menyekolahkan ke sekolah yang berlatar belakang agama (MI,
MTS, SDIT, MAN, bahkan ke Pondok Pesantren) dan sebagainya
3. Keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Agama diketahui bahwa, setelah
anak-anak memperoleh pendidikan agama baik di rumah maupun di luar
rumah, akhirnya mereka mengamalkan perintah-perintah agama dan
bertingkah laku sopan. Anak-anak giat dan rajin dalam mengikuti shalat
berjamaah dan pengajian Al-Qur‟an. Dikethui juga bagi keluarga yang
kurang memperkahatikan pendidikan agama bagi anaknya, motifasi anak
untuk melakukan perintah-perintah agama kecil dan sopan santunya juga
sangan kurang, serta dalam bermasyarakatpun mereka kurang di senangi
oleh teman-temanya.
4. Hambatan-hambatan yang dihadapi keluarga dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama dapat dibagi menjadi dua hal :
a. Hambatan internal, kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan
keluarga dan kesibukan lainya menjadi kurangnya perhatian orang tua
kepada anak.
b. Hambatan external, yaitu hambatan dari anak-anak yang kadang-
kadang bermalas-malsan dan tidak mau mengikuti perintah orang tua
ditambah dengan kondisi lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi kepribadian anak, serta di era tehnologi ini jika orang
tua kurang memperhatikan anaknya maka si anak akan sibuk dengan
media teknologi tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil studi penelitian tentang Peranan Keluarga
dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di wilayah Rw. 08 Kelurahan
Bergas Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, akhirnya penulis
memberikan bebrapa saran penting yang di tujukan kepada semua
pihak/masyarakat dalam rangka member motifasi untuk lancarnya pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam.
1. Semaksimal mungkin orang tua harus jadi idola anak bagaimanapun
caranya, karena dengan orang tua di idolakan anak maka si anak akan
cenderung menurut apa yajng diperintahkan orang tua
2. Bagi orang tua, hendaknya meningkatkan terus ibadah dan ketaatan
kepada Allah Swt. Mengajak anak-anaknya untuk selalu patuh dan taat
kepada perintah-Nya dan menjahui segala larangannya.
3. Para orang tua, di harapkan untuk selalu member contoh sikap atau
perilaku yang baik kepada anaknya, supaya anak akan meniru dan
mengikuti sikap dan tingkah laku yang baik. Hal tersebut wujud dari
ketauladanan orang tua terhadap anaknya.
4. Bagi orang tua hendaknya tidak terlalu keras dalam mengajarkan atau
mendidik anak. Gunakan metode atau cara yang tepat untuk mengajarkan
Pendidikan Agama Islam di rumah, sesuai dengan ajaran islam yaitu
dengan nasehat-nasehat, perkataan yang baik, lemah lembut, dan dengan
mengajak dialog atau diskusi untuk memecahkan suatu masalah.
5. Bagi para Rw/Rt hendaknya turut meningkatkan kualitas keberagaman
masyarakat, misalnya dengan mengadakan kegiatan pengajian di rumah
warganya secara bergantian, sehingga warga memiliki pengetahuan agama
dan hubungan yang harmonis antar sesame warga
6. Untuk pengurus Rt dan Rw segera membuat MOU/ Tata tertip serta
mengadakan pembinaan berkala kepada anak kost tentang tata cara
bermasyarakat yang baik
7. Untuk tak‟mir masjid atau mushola juga harus sesegera meningkatkan
kuwalitas dalam hal apapun dalam jadwal serta kegiatan-kegiatan yang
bisa memotifasi anak untuk datang ke majelis TPA dan megikuti
pelajaran-pelajaranya.
8. Agar TPA bisa berjalan lancar, tentunya guru ngaji juga harus
diperhatikan kehidupanya oleh takmir mas‟jid. Karena beliau juga
bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya.
9. Masyarakat umumnya atau pemilik kost pada khususnya harus selektif
dalam menerima anak kost, karena bagaimanapun itu sangat berpengaruh
kepada anak-anak jika anak kost tersebut memiliki tabiat yang tidak baik.
Tentunya juga peran perangkat Rt juga harus memperhatikan hal tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Muhyi, Jazimah. 2012. Rumah Surga Yang Dirindu Wanita. Pro-U Media.
Yogyakarta.
Amini, Ibrahim. 2006. Agar Tidak Salah Mendidik Anak. Al Huda. Jakarta.
Amini, Ibrahim. 2000. Kiat Memilih Jodoh menurut Al-Qur’an dan Sunah.
Lentera. Jakarta.
Aulia. Muhammad Lili Nur. 2007. Cinta di Rumah Hasan Al Banna. Pustaka
Da‟watuna. Jakarta.
Awwad, Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islami. Gema Insani
Press. Jakarta.
Gunawan, Agus. Ketua RW. 08, Wawancara Pribadi. pos Rt. 05 Kel. Bergas
lor
Harjaningrum, Agnes Tri. et al. 2007. Peranan Orang Tuan dan Praktisi dalam
Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren
Pendidikan. Prenada. Jakarta.
Izzuddin, Solikhin Abu & Astuti, Dewi. 2007. The Great Power of Mother. Pro-U
Media. Yogyakarta.
Kakhiya, Thariq Isma‟il. 2005. Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia. Aliff
Media. Bandung.
Khalifah, DR. Al‟Ajami Damahuri. 2005. Hadits Penuntun Akhlak & etika Tiga
Bayi Bisa Bicara. Republika. Jakarta.
RI, Departeman Agama. 2006. Tuntunan Keluarga Sakinah bagi Remaja Usia
Nikah. DepAg RI. Jakarta.
Subagyo, P. Joko, S.H. 2011. Metodologi Penelitian dalam teori dan praktik.
Renika Cipta. Jakarta.
Ulwan, Abdullah Nashih. 1995. Pendidikan Anak dalam Islam. Pustaka Amani.
Jakarta.