TINJAUAN PUSTAKA
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,
minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi
Gaya hidup sehat menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya
memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok dan alkohol,
olahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami. (Lisnawati, 2001
Gaya hidup yang dapat menyebabkan / pemicu hipertensi adalah sebagai berikut :
1. KebiasaanTidur
Kualitas tidur dulunya belum dikenal sebagai penyebab hipertensi karena kebanyakan
orang hanya menganggap enteng hal tersebut. Mekanisme biologis yang berperan ialah
meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis saat tidur akibatpenurunan kadar oksigen dan
episode bangun singkat. Hal ini mengakibatkan rusaknya pembuluh darah serta meningkatnya
tekanan pada aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi (Candra, 2012). Javaheri dkk
kualitas tidur yaitudengan mengoptimalisasi waktu tidur juga sangat penting selain
memodifikasi gayahidup, berolahraga, dan pengaturan diet akan mengurangi resiko hipertensi
selama 8 jam dalam satu hari. Dalam tidur seseorang secara alami tekanan darah akan menurun.
Namun akibat kurang jam tidur orang lansia dapat memicu masalah tekanan darah (Yulianti,
2006).
2. Konsumsi garam
Seperti yang telah diketahui, garam memiliki peranan yang penting dalam peningkatan
tekanan darah, dalam hal ini adalah kandungan natrium dalam garam (Jain R, 2011). Natrium
bersifat mengikat air. Pada saat garam dikonsumsi, maka garam akan mengikat air sehingga air
akan terserap masuk ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya volume
darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan
darah juga meningkat. Selain itu natrium merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam
darah. Dengan mengkonsumsi garam, konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga menyerap
Orang yang memiliki berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi dari orang yang kurus. Hal ini karena tubuh orang yang memiliki berat badan
berlebih harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang dikonsumsi. Selain
itu juga orang yang memiliki berat badan berlebih cenderung mengkonsumsi garam lebih
banyak. Hubungan berat badan dan tekanan darah juga berkaitan dengan efek-efek penting dari
hormon-hormon tertentu, selain kapasitas tubuh untuk mengolah garam. Namun dari sudut
pandang yang praktis, menurunkan berat badan adalah cara efektif untuk menurunkan tekanan
4. Kebiasaan Merokok
Merokok tidak menyebabkan tekanan darah tinggi, tapi meningkatkan risiko penyakit
lain yang berkaitan dengan hipertensi. Orang dengan tekanan darah tinggi yang berumur diatas
50 tahun tiga kali lebih rentan terhadap serangan jantung yang disebabkan oleh merokok.
Merokok memiliki risiko yang sangat besar tidak hanya bagi munculnya penyakit jantung
koroner dan serangan stroke, tetapi juga kanker mulut, tenggorokan, hidung, paru-paru,
pangkal tenggorokan, kandung kemih, dan pancreas, asma, serta penyakit gangguan fungsi
paru-paru dan gangguan arteri kaki. Hampir semua orang dibawah 45 tahun yang terkena
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah. Peminum berat atau alkoholik
sangat berisiko mengalami peningkatan tekanan darah dan memiliki faktor resiko yang tinggi
untuk menderita stroke. Hal ini disebabkan efek mengkonsumsi alkohol yang tinggi dapat
Orang yang tidak aktif berolahraga lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi.
Penelitian telah membuktikan hubungan yang jelas antara olahraga dan tekanan darah yaitu
efek jangka panjang dari olahraga secara teratur adalah tekanan darah diastolic berkurang
hingga 10 mmHg. Olahraga juga mengurangi faktor resiko penyakit jantung koroner dan
stroke. Tidak hanya mengurangi lemak jahat (LDL – low density lipoprotein) dan kolesterol
VLDL (very low density lipoprotein), namun juga meningkatkan lemak baik kolesterol dalam
darah (HDL – high density lipoprotein). Olahraga juga mengurangi penggumpalan darah yang
7. Keadaan Stres
Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang mengalami stres memiliki
resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan
perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat
internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2001), stress adalah respons tubuh yang sifatnya
non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada
sistem kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar
Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan
hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan
Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa (rasa
murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa
seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan
mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak
dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen
Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin oleh anak ginjal
sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan
kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga
dapat mempercepat denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit