Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gaya Hidup

2.1.1 Pengertian gaya hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,

minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi

dengan lingkungannya (Sakinah, 2002 dalam Puspita RW, 2009).

Gaya hidup sehat menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya

memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat

meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok dan alkohol,

olahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami. (Lisnawati, 2001

dalam Puspita RW, 2009).

Gaya hidup yang dapat menyebabkan / pemicu hipertensi adalah sebagai berikut :

1. KebiasaanTidur

Kualitas tidur dulunya belum dikenal sebagai penyebab hipertensi karena kebanyakan

orang hanya menganggap enteng hal tersebut. Mekanisme biologis yang berperan ialah

meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatis saat tidur akibatpenurunan kadar oksigen dan

episode bangun singkat. Hal ini mengakibatkan rusaknya pembuluh darah serta meningkatnya

tekanan pada aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi (Candra, 2012). Javaheri dkk

(2008) mengatakan bahwapencegahan hipertensi harus diberi perhatian khusus terhadap

kualitas tidur yaitudengan mengoptimalisasi waktu tidur juga sangat penting selain

memodifikasi gayahidup, berolahraga, dan pengaturan diet akan mengurangi resiko hipertensi

dan meningkatkan kesehatan masyarakat.Menurut penelitian orang lansia membutuhkan tidur

selama 8 jam dalam satu hari. Dalam tidur seseorang secara alami tekanan darah akan menurun.
Namun akibat kurang jam tidur orang lansia dapat memicu masalah tekanan darah (Yulianti,

2006).

2. Konsumsi garam

Seperti yang telah diketahui, garam memiliki peranan yang penting dalam peningkatan

tekanan darah, dalam hal ini adalah kandungan natrium dalam garam (Jain R, 2011). Natrium

bersifat mengikat air. Pada saat garam dikonsumsi, maka garam akan mengikat air sehingga air

akan terserap masuk ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya volume

darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan akibatnya tekanan

darah juga meningkat. Selain itu natrium merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam

darah. Dengan mengkonsumsi garam, konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga menyerap

air masuk dan selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (Puspitorini M,

2008 dalam Budiyanti YM, 2012).

3. Berat badan berlebih

Orang yang memiliki berat badan berlebih cenderung memiliki tekanan darah yang

lebih tinggi dari orang yang kurus. Hal ini karena tubuh orang yang memiliki berat badan

berlebih harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang dikonsumsi. Selain

itu juga orang yang memiliki berat badan berlebih cenderung mengkonsumsi garam lebih

banyak. Hubungan berat badan dan tekanan darah juga berkaitan dengan efek-efek penting dari

hormon-hormon tertentu, selain kapasitas tubuh untuk mengolah garam. Namun dari sudut

pandang yang praktis, menurunkan berat badan adalah cara efektif untuk menurunkan tekanan

darah (Beevers DG, 2002).

4. Kebiasaan Merokok

Merokok tidak menyebabkan tekanan darah tinggi, tapi meningkatkan risiko penyakit

lain yang berkaitan dengan hipertensi. Orang dengan tekanan darah tinggi yang berumur diatas

50 tahun tiga kali lebih rentan terhadap serangan jantung yang disebabkan oleh merokok.
Merokok memiliki risiko yang sangat besar tidak hanya bagi munculnya penyakit jantung

koroner dan serangan stroke, tetapi juga kanker mulut, tenggorokan, hidung, paru-paru,

pangkal tenggorokan, kandung kemih, dan pancreas, asma, serta penyakit gangguan fungsi

paru-paru dan gangguan arteri kaki. Hampir semua orang dibawah 45 tahun yang terkena

serangan jantung merupakan perokok (Jain R, 2011).

5. Pola konsumsi alkohol yang tinggi

Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah. Peminum berat atau alkoholik

sangat berisiko mengalami peningkatan tekanan darah dan memiliki faktor resiko yang tinggi

untuk menderita stroke. Hal ini disebabkan efek mengkonsumsi alkohol yang tinggi dapat

mempengaruhi kolesterol dalam darah dan pembekuan darah (Jain R, 2011).

6. Aktifitas Olah Raga berolahraga

Orang yang tidak aktif berolahraga lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi.

Penelitian telah membuktikan hubungan yang jelas antara olahraga dan tekanan darah yaitu

efek jangka panjang dari olahraga secara teratur adalah tekanan darah diastolic berkurang

hingga 10 mmHg. Olahraga juga mengurangi faktor resiko penyakit jantung koroner dan

stroke. Tidak hanya mengurangi lemak jahat (LDL – low density lipoprotein) dan kolesterol

VLDL (very low density lipoprotein), namun juga meningkatkan lemak baik kolesterol dalam

darah (HDL – high density lipoprotein). Olahraga juga mengurangi penggumpalan darah yang

disebut fibrinogen (Jain R, 2011).

7. Keadaan Stres

Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang mengalami stres memiliki

resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang

tidak memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan

perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat

internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2001), stress adalah respons tubuh yang sifatnya
non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada

sistem kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar

pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor

keluarga, dan trauma.

Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan

hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan

meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2006).

Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa (rasa

murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa

seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan

mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak

dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen

bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga

meningkatkan tekanan darah.

Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin oleh anak ginjal

sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan

kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga

dapat mempercepat denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit

pembuluh darah koroner.

Anda mungkin juga menyukai