VARICELLA ZOSTER
Disusun Oleh :
dr. Prayogi Agil
Dokter Pendamping :
KABUPATEN MEMPAWAH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus Varisela Zoster (VVZ) yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf,
terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. Varisela juga dikenal sebagai cacar air atau
chicken pox.1,2
Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama
anak-anak, namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada
musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100
kematian tiap tahunnya. Di Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis
sepanjang tahun. Varisela merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan
angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang dengan imun yang terkompromi. Pada
rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%. VVZ merupakan
infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau sekresi respirasi
dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal.2,3
Virus Varisela Zoster (VVZ) merupakan anggota famili herpesviridae dan sub famili
alfa herpes. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster.2
Berdasarkan gejala klinisnya, varisela memiliki tiga stadium yang terdiri dari:
1. Stadium Prodromal
Biasanya 2 – 3 hari dan bervariasi seperti demam yang tidak terlalu tinggi,
malase, dan nyeri kepala, batuk, sakit tenggorokan, gatal bervariasi dari ringan
hingga berat.
2. Stadium Erupsi
Pada mulanya timbul erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan
embun (tear drops) dan kemudian menjadi pustul dan krusta. Sementara proses
ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorf. Penyebarannya terutama didaerah badan, kemudian
menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta dapat menyerang
selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas.
3. Stadium Penyembuhan
Masa penyembuhan sekitar 2 minggu dan pelepasan krusta bervariasi dalam 2
hari sampai 2 minggu.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. RS
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Parit Lintang Bujur
Tgl. periksa : 4 Agustus 2015
2. Anamnesis
- Keluhan Utama
Timbul bintil berisi cairan dan gatal
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua
lengan, badan dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil ini sebelumnya berupa bentol-
bentol yang kemudian menjadi berisi cairan. Bintil ini diawali dari perut pasien dan
kemudian ke lengan. 1 hari sebelum munculnya bintil, pasien demam dan tidak nafsu
makan. Demam dirasakan terus menerus tidak pernah turun dan tidak disertai dengan
menggigil.
- Riwayat Penyakit Dahulu
o Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini.
- Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
o Seminggu sebelumnya sepupu pasien yang baru saja pulang dari luar kota dan
mengalami penyakit yang sama.
- Riwayat alergi dan atopi:
o Makanan : Disangkal
o Obat : Ampicilin
o Bersin pagi hari ataupun karena debu disangkal
o Riwayat asma disangkal
- Riwayat Lingkungan, kebiasaan dan sosial ekonomi :
o Pasien mandi 2 kali sehari, handuk dipakai sendiri, air yang digunakan
berasal dari air parit dan pakaian dalam diganti 2 kali sehari.
o Pasien tinggal bersama kedua orang tua beserta seorang saudara yang tidur
sekamar.
3. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Kompos mentis
- Tanda-tanda vital :
Nadi : 78 x/menit, (teratur, kuat angkat)
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,50 C
- Berat badan : 20 kg
- Kepala dan Leher
o Kulit dan Wajah : dalam batas normal
o Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat, isokor , mata cekung (-)
o Mulut : lidah kotor (-), faring hiperemis (-), T1-T1
o Leher : KGB tidak membesar
- Thorak
Paru :
o Inspeksi : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
o Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
o Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
o Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Trill (-)
o Perkusi : Batas Jantung Normal
o Auskultasi : Bunyi jantung III murni reguler, Gallop (), Murmur ()
- Abdomen :
o Inspeksi : Perut datar, terdapat vesikel seperti tetesan air di atas kulit.
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
o Auskultasi : Bising usus (+), Normal
- Ekstremitas : akral hangat, capiler refilling time <2 detik, edema (-/-), turgor kulit
normal. Terdapat vesikel seperti tetesan air di atas kulit.
4. Pemeriksaan Penunjang : tidak
dilakukan
5. Resume
An. RS, perempuan, 6 tahun, 20 kg, datang ke puskesmas Segedong pada tanggal 4 Agustus
2015 dengan keluhan timbul bintil bintil berisi cairan yang sangat gatal pada kedua lengan, badan
dan muka pasien sejak 2 hari yang lalu. Bintil sebelumnya berupa benjolan yang kemudian menjadi
berisi cairan. Pasien demam dan tidak nafsu makan. Demam dirasakan terus menerus tidak pernah
turun dan tidak disertai dengan menggigil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesikel seperti
tetesan air di atas kulit.
6. Daftar Masalah
a. Demam
b. Vesikel seperti tetesan air di atas kulit pada kedua lengan serta perut.
7. Diagnosis Kerja
Varicella Zoster
8. Diagnosis Banding
- Herpes zoster
9. Rencana Pemeriksaan Lanjutan
- Pemeriksaan Tzanck
10. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
Istirahat yang cukup dan tidak masuk sekolah untuk 1 minggu.
Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi.
Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat
menimbulkan bekas luka garukan dikulit.
Farmakologi :
Asiklovir tablet 4 x 400mg
Paracetamol 3 x 250 mg bila demam
Vitamin C 3 x 50 mg
bedak salisil 2%
BAB. III
ANALISIS KASUS
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan aksiler 37,5°C
yang menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status
dermatologis yang didapati pada perut dan lengan pasien tampak vesikel seperti tetesan
embun. Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela mempunyai bentuk vesikel
yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops).7
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian
dasar dari vesikel yang diwarnai dengan giemsa kemudian dapat ditemukan sel datia
berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan antibodi
dengan cara ELISA.2.4,6 Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan Tzanck dan
pemeriksan serologi.
Pasien ini tidak mengalami komplikasi. Ini dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yang
meliputi keadaan umum, tanda vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas
normal. Pada orang yang immunocompromised (leukemia, pemberian kortikosteroid
dengan dosis tinggi dan lama, atau pasien AIDS) bila terinfeksi VVZ maka manifestasi
varisela lebih berat (lesi lebih lebar, lebih dalam, berlangsung lebih lama, dan sering terjadi
komplikasi).8
Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari
anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan
dari pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang
polimorf, tidak bergerombol, dan tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi
sebagai diagnosis banding varisela. Pada herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah
terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi kulit berupa vesikel yang bergerombol, unilateral
sesuai dengan daerah persarafan saraf yang bersangkutan dan biasanya timbul di daerah
thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam satu gerombol sama, sedangkan usia lesi pada satu
gerombol dengan gerombol lain berbeda.9
Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan
penyakit dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu
asiklovir 4 x 400 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau
menghambat replikasi dari virus varisela zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x
250 mg/hari jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk
mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan pemberian vitamin C untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.2,5,9
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, menjaga kebersihan tubuh, dan tidak
memecahan vesikel. Hal-hal diatas bertujuan untuk memperbaiki daya tahan tubuh pasien,
mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah terjadinya komplikasi dan munculnya
jaringan parut.2
1. Straus SE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. In : Fredberg IM, et all,
ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 5th ed. Vol. 2, New York :
Mc. Grawhill inc, 1999 : 2427-50
2. Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-15
4. Sterling JC, Kurtz JB. Viral Infection (Varicella and Zoster). In : Text book of
Dermatology, Rook/Wilkonsn/Ebing, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 2000 :
995-1095
5. Rampengan TH, Laurente IR. Varisela. Dalam : Penyakit infeksi tropik pada
anak. Jakarta : EGC, 1996 :74-184
6. Landow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita
Selekta Terapi Dermatologik. Jakarta : EGC, 1995 : 31-61
7. Arnold HI, Odom RB, James WD. Varicella. In : Andrews Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. 8th ed. Philadelphia : WB. Saunders Comp, 1990 : 451-3
9. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak. Jakarta : EGC, 1995 : 74-184