Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EM4 TERHADAP OPTIMASI

KONDISI PROSES PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GRANUL DARI


SAMPAH ORGANIK

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Khoirun Nisa Fesa (0402519023)

Siti Naily Rohmah (0402519030)

Nurul Azmi (0402519032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat
dan Karunia-NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal Pengarur
Variasi Konsentari EM4 Terhadap Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Pupuk
Organik Granul Dari Sampah Organik. Penyusunan proposal ini merupakan salah
satu tugas dalam mata kuliah Mikrobiologi Terapan.
Dalam penyusunan proposal ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
teknis penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu Prof. Dr. Ir. Priyantini Widianingrum, M.s selaku dosen pengampu. Secara
khusus kami juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut
membantu kami dalam penyusunan makalalah ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi yang membutuhkan, khususnya bagi .kami sendiri sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 10 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
i

KATA PENGANTAR........................................................................................................
ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Judul.........................................................................................................................1

B. Latar Belakang.........................................................................................................1

C. Tujuan.........................................................................................................................3

D. Manfaat.......................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................

A. Limbah........................................................................................................................4

B. Pupuk Organik Granul................................................................................................5

C. Kompos.......................................................................................................................6

D. EM4 (Effectivitas Microorganism 4)..........................................................................7

E. Limbah Organik.........................................................................................................8

BAB III METODE PENELIIAN........................................................................................

A. Tahap 1.......................................................................................................................9
B. Tahap 2.....................................................................................................................10

iii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EM4 TERHADAP OPTIMASI


KONDISI PROSES PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GRANUL DARI
SAMPAH ORGANIK (KUBIS, KULIT PISANG DAN DAUN KERING)

B. LATAR BELAKANG
Limbah atau sampah merupakan material sisa yang sudah tidak terpakai lagi
yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan proses produksi. Sampah menjadi
masalah yang besar terutama di Indonesia, dimana sampah belum dapat dikelola
dengan baik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, jumlah sampah yang
dihasilkan akan terus meningkat. Kawasan yang potensi menghasilkan limbah
dalam jumlah yang besar perlu mendapatkan peratian khusus. Sebab limbah yang
tidak tertangani dengan baik akan mencemari lingkungan dan merugikan
masyarakat sekitar. Lingkungan menjadi kumuh dan kotor sihingga menjadi
tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit menular yang berbahaya bagi
kesehatan.
Pengelolaan limbah beguna untuk memperbaiki kondisi sumber daya alam
yang biasanya dapat mengalami kerusakan karena banyaknya limbah, atau untuk
menghemat penggunaan sember daya alam apabila limbah yang ada di daur
ulang. Dilihat dari karakteristiknya, limbah biasanya masih dapat diolah menjadi
produk yang lebih bermanfaat sehingga memiliki nilai ekonomi. Bahkan, limbah
dapat dimanfaatkan menjadi produk baru (waste to product) dan menjadi energy
(waste to energy). Sebagai contoh, limbah padat organik masih dapat
dimanfaatkan menjadi bahan baku pupuk organik (Wahyono, 2011).

1
2

Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam atau dari kegiatan industi, pertanian, atau rumah tangga.
Termasuk sampah organik mislanya sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan
daun. Beberapa sampah organik tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik
yang dapat dimanfaatkan oleh petani.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Sampah organic dapat
diolah menjadi pupuk dengan menggunakan proses fermentasi. Pupuk organik
yang dibuat melalui proses fermentasi disebut kompos. Proses pengomposan
yang terjadi secara alami atau konvensional berlangsung lama dan lambat. Oleh
karena itu perlu adanya metode atau cara pengomposan yang lebih efektif, yaitu
dengan menggunakan activator EM4. Larutan EM4 (Effective Microorganism 4)
mengandung mikroorganisme yang dapat bekerja secara efektif dalam
mempercepat proses fermentasi pada bahan organik. Proses pembuatan kompos
dengan menggunakan EM4 lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional
(Yuniwati, 2012).
Pupuk organik yang beredar di pasaran memiliki berbagai macam bentuk, di
antaranya curah, granul, cair, palet, dan tablet. Salah satu bentuk pupuk organik
yang banyak ditemukan adalah butiran atau granul. Di pasaran pupuk ini lebih
dikenal dengan sebutan pupuk organik granul (POG). Pupuk organik granul
memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan
hanyut terbawa air. Bentuk granul juga dapat memudahkan aplikasi di lapangan.
Petani terbiasa menggunakan pupuk yang berbentuk granul karena mudah
ditaburkan.
Mengetahui hal tersebut, diusulkan proses pengolahan sampah organik
menjadi pupuk organik granul menggunakan EM4 (Effective Microorganism 4).
Dengan cara ini diharapkan proses pembuatan kompos menjadi pupuk organik
granul dapat berjalan lebih efektif dan menghasilkan produk yang berkualitas.
Tujuan khusus yaitu menghasilkan sebuah produk yang bermanfaat dengan
3

memanfaatkan limbah yang ada sehingga dapat memiliki nilai ekonomis serta
tidak berbahaya bagi lingkungan.

C. TUJUAN
1. Mempelajari cara dan proses pembuatan kompos dengan cara fermentasi
anaerob dengan bantuan EM4.
2. Menentukan kondisi operasi yang optimal agar diperoleh kompos yang
optimal.
3. Mempelajari cara dan proses pembuatan kompos menjadi pupuk organik
granul.
D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Dengan dilakukan praktek pembuatan pupuk organik granul,
mahasiswa dapat mengetahui cara dan proses pembuatan kompos
menggunakan EM4 menjadi pupuk organik granul
b. Dapat mengetahui kodisi operasi yang optimal dalam pembuatan
kompos
c. Dengan produk yang dihasilkan, dapat menumbuhkan jiwa
intrepreneur pada diri mahasiswa.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan sosialisasi bagi masyarakat cara pengolahan sampah
organik di lingkungan sekitar menjadi pupuk organik, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan serta
menjadikan peluang usaha bagi masyarakat.
3. Bagi Pendidikan
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan limbah,
khususnya siswa sekolah menengah kelas X KD 4.11 Merumuskan
gagasan pemecahan masalah perubahan lingkungan yang terjadi di
lingkungan sekitar. Materi pembelajaran limbah dan daur ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah).
Berdasarkan sifatnya, sampah digolongkan menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan,
rumah tangga dan industry. Sampah organik dengan mudah dalam proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organic. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah
dan daun. Berbeda dengan sampah organik, sampa anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam. Limbah anorganik yang berasal dari kegiatan
rumah tangga misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng
(Sari, 2018).
Wahyono ( 2011), menyatakan limbah atau sampah merupakan material sisa
yang sudah tidak terpakai lagi yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari dan
proses produksi. Konsep yang dapat digunakan dalam mengolah sampa, adalah
konsep 4R, yaitu:
1. Reduce, yaitu proses pengurangan pengurangan produk yang menghasilkan
sampah, misalnya saat ini sudah banyak supermarket atau mini market tidak
memberikan kantong plastik belanja.
2. Reuse, yaitu menggunakan ulang, menjual atau menyumbangkan barang-
barang yang masih dapat dimanfaatkan. Menurut peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 02 Thn 2008 reuse adalah penggunaan kembali
limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara
kimia, fisika, biologi.

4
5

3. Recycle, merupakan kegiatan memodifikasi benda yang semula tidak


bermanfaat menjadi bermanfaat atau sering disebut dengan daur ulang.
4. Recovery, merupakan upaya pemanfaatan kembali material yang masih dapat
dimanfaatkan atau peroleh kembali komponen-komponen yang bermanfaat
dengan proses kimia, fisika, biologi, dan atau secara termal.
B. Pupuk Organik Granul
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik maupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah maupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemebrian pupuk atau bahan-bahan
lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah
(Hasibun, 2006 dalam Sari) .
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah
mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok
bahan organic, memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Peraturan Mentan,
No. 2/Pert/HK.060/2/2006). Pupuk organik merupakan hasil akhir dan hasil
antara dari perubahan atau peruarain bagian dari sisa tanaman dan hewan. Pupuk
organik berasal dari bahan organik yang mengandung berbagai macam unsur,
sehingga mudah diserap oleh tanah (Yuniwati, 2012).
Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan
mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk organik banyak
tersedi di alam (terjadi secara alami), misalnya kompos, pupuk kandang,pupuk
hijau dan guano (Sumekto, 2006 dalam Yuniwati). Salah satu bentuk pupuk
organik yang ditemukan adalah butiran atau granul. Pupuk organik granul
umumnya memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin
dan hanyut terbawa air. Bentuk granul juga dapat memudahkan aplikasi di
lapangan.
Jika dibandingkan antara pupuk organik granul murni dan kompos berbentuk
curah, keduanya memiliki kualitas yang relatif sama karena bahan baku utama
pupuk organik granul adalah kompos. Sementara itu, dilihat dari daya serap
6

tanaman, baik kompos maupun pupuk organik granul sama-sama akan diserap
tanaman secara perlahan-lahan (slow release). Namun hal ini menjadi
keunggulan bagi keduanya karena dapat digunakan dalam waktu yang lebih
lama. Dengan efesiensi yang lebih tinggi karena jumlah pupuk yang terbuang
lebih sedikit, keberadaan pupuk organik granul di lingkungan akan menjadi lebih
lama dibandingkan dengan kompos biasa (Wahyono, 2011).
C. Kompos
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organic buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun
hewan). Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aeron dan anaerob yang
saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses
ini disebut dekomposisi (Yuwono, 2005 dalam Yuniawati). Kompos yang baik
adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna yang
berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berau, kadar air rendah, dan
memiliki suhu ruang.
Dalam proses pengomposan diperlukan waktu 4-6 minggu, untuk mencapai
hasil yang maksimal dapat dikomposkan 3-4 bulan. Tahapan pembuatan kompos
dimulai dengan persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Setelah itu
penyusunan tumpukan kompos, pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan,
pembalikan dan penyiraman, pematangan, pengayakan kompos, pengemasan dan
penyimpanan (Sari, 2018). Setelah proses pengomposan selesai, secara fisik yang
terlihat antara lain; jika dipegang terasa dingin tidak lagi panas, jika diremas
terasa rapuh, bau dan warnanya sudah berubah.
Parameter fisik dan kimia kompos meliputi data % penyusutan bahan, tekstur,
warna, bau, kadar air, pH, C/N rasio. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakuakan oleh (Priyantini, 2015) bahwa secara fisik maupun kimia kompos
yang dihasilkan tergolong baik sesuai kriteria berdasarkan standar SNI.
Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik yang masuk kategori
memnuhi standar antara lain apabila kadar C/N rasio kompos berkisar antara 10-
20; kadar air maksimum 50% dan kisaran pH 6.80-7.29. Persen penyusutan
7

kompos tertinggi terdapat pada kompos dengan aktivator EM4, yakni mampu
mengurangi berat hingga 39,3% dibandingan menggunakan aktovator MOL.
D. EM4 (Effective Microorganism 4)
EM4 (Effective Microorganism 4) ditemukan pertama kali oleh Prof Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 mengandung
mikroorganisme fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan
mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
fermentasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima
golongan yang pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp,
Saccharomyces sp, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi (Indriani, 2007 dalam
Yuniwati, 2012).
EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan. Cairan EM4 berbau
sedap dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5.
Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan EM4 tidak dapat digunakan
lagi. Sebelum digunakan, EM4 perlu diaktifkan terlebih dahulu karena
mikroorganisme didalam larutan EM4 berada dalam keadaan dorman.
Pengaktifan mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara
memberikan air dan makanan (molase, gula).
Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik,
EM4 juga memiliki manfaat antara lain; memperbaiki sifat fisik, kimai dan
biologi tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanah, menyehatkan
tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga kestabilan produksi.
Menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman, atau
disemprotkan pada daun tanaman. Yang paling utama dapat mempercepat
pembuatan kompos dari sampah organik atau kotoran hewan. Yuwono D. (2005)
dalam (Yuniwati, 2012) menyatakan bahwa dengan menggunakan EM4, waktu
pengomposan dapat dipercepat yakni pengomposan hanya membutuhkan waktu
berkisar antara 3-5 hari.
E. Limbah Organik
Limbah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan rumah tangga atau industri.
8

Sampah organik dengan mudah diuraikan oleh alam. Termasuk sampah organik,
diantaranya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
Sampah sayuran banyak kita jumpai di pasar tepat nya penjual sayur. Kondisi
sayur yang hampir membusuk, berlubang karena di makan ulat sering dibuang
begitu saja oleh penjual.
Sampah sayur banyak mengandung
Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk melalui proses fermentasi.
Serah daun yang jatuh dari pohon dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
pupuk organik. Kandungan unsur hara makro pada daun (serah) jati yaitu unsur
karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), unsur kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), dan natrium (Na). Daun kering yang termasuk sampah coklat kaya akan
karbon (C) yang menjadi sumber energi atau makan untuk mikrobia
9
BAB III
METODE PENELITIAN

Pembuatan pupuk organik granul dilaksanakan di tempat kos. Metode


penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dimana metode eksperimen
adalah metode yang dilakukan dengan cara memberi perlakuan terhadap suatu objek
untuk mengetahui hasil. Penelitian ini dilakuakn dalam 2 tahapan, sebagai berikut :
A. Tahap pertama
Melakukan proses pengomposan sampah organik dengan menggunakan tiga
jedis sampah yaitu sampah sayuran, kulit pisang dan serasah daun jati dengan
bantuan bioaktivatoror EM4 dan gula
1. Menyiapkan alat seperti Thermometer kaca, gelas ukur, timbangan,
talenan, pisau, ayakan, baskom, pengaduk, toples (tempat fermentasi),
raffia, spryer, dan pH indikator.
2. Menyiapkan bahan dengan komposisi sebagi berikut :
Kontrol : 100 gr gula + 2 kg sampah organik + 5 L air
P1 : 100 gr gula + 2 kg sampah organik + 5 L air + 150 ml EM4
P2 : 100 gr gula + 2 kg sampah organik + 5 L air + 300 ml EM4
P3 : 100 gr gula + 2 kg sampah organik + 5 L air + 450 ml EM4
3. Melarutkan masing-masing bahan sesuai komposisi.
4. Memotong 2 kg sampah sesuai variasi. Semakin kecil ukuran bahan proses
penguraian bahan oleh mikroorganisme semakin cepat (Mochtar, 2018).
5. Memasukkan campuran sampah organik ke dalam toples, kemudian
menyemprotkan larutan secara perlahan-lahan ke dalam campuran bahan
secara merata sampai kandungan air campuran bahan mencapai 30%. Bila
adonan dikepal menggunakan tangan, air tidak keluar dari campuran
bahan dan bila kepalan adonan di lepas adonan akan terurai (Sari, 2018).
6. Menutup toples dengan rapat, kemudian diikat menggunakan rafia agar
tidak ada partikel lain yang masuk kedalam toples

9
10

7. Melakukan langkah c-g pada P1,P2, dan P3 sesuai komposisi.


8. Setelah waktu tertentu proses pengomposan dihentikan kemudian
menganalisis hasil.
9. Selama masa fermentasi atau pengomposan dilakukan pengecekan
meliputi uji pH, kadar air, organoleptik (tekstur, bau dan warna)

B. Tahap Kedua
Melakukan proses pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan alat-
alat seperti tampi sebagai pengganti alat granulator, menggunakan bahan
perekat berupa molese agar serbuk kompos dapat berbentuk butiran.
1. Setelah pupuk tidak berbau busuk, kandungan air berkurang, warna coklat
kehitaman serta tekstur menyerupai tanah, menandakan bahwa
pengomposan berhasil.
2. Mengaduk hasil kompos kemuadian disaring menggunakan ayakan,
kemudian menjemur kompos sampai benar-benar kering.
3. Kompos yang telah kering kemudian ditumbuk hingga benar-benar halus.
4. Menuangkan kompos yang sudah halus ke dalam tampi. Menggoyang-
goyangkan tampi, kemudian memasukkan larutan pelekat (molase)
perlahan-lahan sambil terus digoyangkan hingga terbentuk granul.
5. Memisahkan bagian kompos yang sudah terbentuk granul.
6. Mengemas hasil pupuk granul kedalam plastik yang telah diberi label
7. Melakuakn uji pupuk pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Hasibun, B. E. (2006). Ilmu Tanah. Medan: USU Pers.

Indriani, Y. (2007). Membuat Pupuk Organik Secara Singkat. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Mochtar, H. (2018). Studi Pembuatan Kompos Padat dari Sampah Daun Kering TPST
UNDIP dengan Variasi Bahan Mikroorganisme Lokal (MOL) Daun. Jurnal
Presipitasi, 15, 79-85.

Priyantini, W. (2015). Efektivitas Proses Pengomposan Sampah Daun dengan Tiga


Sumber Aktivator Berbeda. Rekayasa, 13(02), 107-113.

Sari, S. K. (2018). Petunjuk Praktek Pengelolaan Limbah. Surakarta: UMS.

Sumekto, R. (2006). Pupuk Pupuk Organik. Klaten: PT Intan Sejati.

Wahyono, S. (2011). Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. Jakarta:
Agro Media Pustaka.

Yuniwati, M. (2012). Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah


Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi, V(2),
172-181.

Yuwono, D. (2005). Pupuk Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

11

Anda mungkin juga menyukai